NovelToon NovelToon

War Of The Gods

Prolog!!

Di langit berbintang terlihat seorang pria misterius berjubah hitam yang sedang duduk di perahu kecil dan memegang sebuah buku bewarna hitam. Wajahnya ditutupi topeng perunggu.

Tapi pada saat ini tiba-tiba wajahnya menjadi serius, dan dia pun berbicara.

"Aku telah kehilangan banyak hal berharga dihidup ku, ayah, ibu, teman, lalu..... Yin'er. Ketika menyebutkan nama Yin'er raut wajahnya nya memperlihatkan ketidakberdayaan, kesedihan dan penyesalan"

" Yin'er seperti yang kau minta saat itu. aku akan menciptakan klon Dao dari sumber kehidupan kita berdua" Kata pria bertopeng sambil mengeluarkan bola cahaya bewarna emas.

"Jangan bertindak ceroboh!!!

Tapi pada saat ini terlihat seorang pria berjubah merah muncul tiba-tiba entah darimana. Dia menggunakan topeng yang sama persis seperti topeng yang digunakan pria berjubah hitam,hanya saja topeng nya bewarna merah.

Lalu pria berjubah merah berjalan perlahan dan mendekat ke perahu kecil yang dinaiki pria berjubah hitam, lalu berhenti sekitar 2 meter jaraknya antara perahu kecil tersebut.

"Zingtian apa maksudmu?? Tanya pria berjubah hitam dengan sedikit kemarahan terlihat diwajahnya.

Pria berjubah merah pun berkata.

" Kau.....Bajingan

"Apa yang akan kau lakukan dengan menciptakan klon Dao tersebut?"

Sebelum pria berjubah hitam sempat menjawab Zingtian langsung berkata lagi!!

"Jika kau menggunakan sumber kehidupan mu, itu akan mempengaruhi kultivasi mu. Apa kau akan membiarkan para dewa itu melompat lompat seperti monyet. Ketika menyebutkan para dewa, ekspresi Zingtian penuh kemarahan dan kebencian.

Melihat reaksi Zingtian pria berjubah hitam hanya mendesah ringan lalu bertanya.

"Apa kau sudah selesai bicara?" tanya pria berjubah hitam

Zingtian pun hanya diam tanpa berkata apa apa.

"Baiklah!! klon Dao ini untuk apa biarlah waktu yang menjawab. Yang perlu kau lakukan adalah menjaga dia sampai dia kuat" Sambil melihat bola cahaya emas di tangan kanannya.

"Tolong jangan banyak bertanya tentang ini, kau akan mengerti saat waktu nya tiba" Kata pria berjubah hitam.

Zingtian ingin mengatakan sesuatu tetapi dia menahan diri, lalu mengangguk tanda setuju.

"BAGUS!! Kata pria berjubah hitam.

Pada saat ini pria berjubah hitam membentuk segel tangan untuk mengambil sumber kehidupan nya. Lalu cahaya bewarna warni muncul dari dadanya, cahaya warna warni tersebut berkumpul dan membentuk sebuah bola cahaya.

Ketika bola cahaya terbentuk sempurna, pria berjubah hitam langsung memuntah seteguk darah segar. Dan wajahnya menjadi pucat.

Melihat ini Zingtian pun mengerutkan keningnya, dia langsung mendekat ke pria berjubah hitam. lalu bertanya!!

"Apa kau tidak apa apa?" tanya Zingtian dengan ekspresi khawatir.

"Tidak perlu khawatir, aku hanya mengeluarkan setengah dari sumber kehidupan dan itu tidak mempengaruhi ku" kata pria berjubah hitam sambil memegang dua bola cahaya di tangannya.

Lalu pria berjubah hitam mengambil posisi bersila di kehampaan dan meletakan dua bola cahaya tersebut melayang di depan nya.

"Jika kau khawatir maka bantu aku untuk menyatukan dua sumber kehidupan ini" sambil menoleh ke arah Zingtian.

Zingtian pun tertegun sejenak, lalu mengangguk dan mengambil posisi bersebrangan dengan pria berjubah hitam.

Saat ini pria berjubah hitam dan Zingtian mulai mengedarkan kultivasi mereka, dan memfokuskan ke arah dua bola cahaya tersebut.

Dua bola cahaya tersebut pun berputar putar sangat kencang begitu terkena Qi dari Zingtian maupun pria berjubah hitam.

Proses inipun berlangsung selama 1bulan penuh, sampai pada akhirnya kedua sumber kehidupan yang berbentuk cahaya tersebut menyatu dengan sempurna.

Terlihat di kehampaan bola cahaya bewarna biru terlihat sangat menyilaukan, dan beberapa saat kemudian cahaya tersebut mulai meredup.

Baru saat inilah terlihat jiwa janin di dalam bola cahaya tersebut. melihat ini pria berjubah hitam dan Zingtian pun tersenyum puas.

Zingtian yang penasaran pun buru buru bertanya!!

"Lalu setelah berhasil membentuk jiwa janin ini, apa yang akan kau lakukan selanjutnya?

" Ini belum selesai " kata pria berjubah hitam.

"Hah.. belum selesai?" Zingtian pun sangat terkejut. karena dalam proses penyatuan, kultivasi nya terkuras 80% dan membuat Zingtian merasa tak berdaya.

"Tenang lah!!! aku hanya akan menyegel kekuatan jiwa janin ini, dan menanamkan harta karun untuk melindungi nya. jaga jaga jika kau tidak mampu melindungi nya dimasa depan" ketika mengatakan ini pria berjubah hitam memperlihatkan ekspresi sarkasme.

"Apa kau berniat meletakkan jiwa janin ini di alam dewa?" tanya Zingtian yang merasa kesar karena disepelekan.

"Tidak juga"

kata pria berjubah hitam dengan ekspresi acuh tak acuh.

"Aku akan mengirim nya ke Domain ChagYuan. meskipun ChangYuan hanya dunia kecil, tetapi ada misteri alam dewa yang belum terungkap disana. Aku berharap kesempatan tersebut dapat ditemukan jiwa janin ini ketika dia dewasa"

"Jika kau penasaran juga mengapa aku menaruh segel di jiwa janin ini, aku akan menjawab dengan singkat setelah itu kau harus diam dan jangan bertanya lagi"

Zingtian hanya terkekeh lalu mengangguk!!

Pria berjubah hitam pun berkata!!

"Itu kulakukan Agar kekuatan nya tidak meningkat terlalu cepat, supaya dia bisa merasakan kejamnya dunia kultivator. jika waktunya tiba, segel yang ku tanam akan hancur dengan sendirinya"

Mendengar pernyataan singkat dari pria berjubah hitam Zingtian hanya mengerutkan kening dan hanya bisa terdiam.

Pria berjubah hitam pun langsung duduk bersila dan memfokuskan pikiran nya. setengah jam kemudian pola Dao misterius muncul di setiap hembusan nafas pria berjubah hitam itu.

Pola Dao misterius tersebut terbang ke arah jiwa janin dan menyatu. pola Dao misterius itu terbentuk karena buku takdir yang ada di dalam lautan kesadaran pria berjubah hitam.

waktu berlalu sangat singkat!!

tujuh hari kemudian pria berjubah hitam pun membuka matanya. pada saat ini jiwa janin mengalami transformasi.

Pada awalnya jiwa janin hanya berbentuk cahaya biru berbentuk bulat dan di tengah nya terdapat jiwa bayi kecil. tapi pada saat ini semua nya berubah, yang membuat pria berjubah hitam terkejut.

Saat ini terlihat seorang pria tampan nya tidak tertandingi dengan rambut putih yang di sanggul, baju yang dikenakan nya pun bewarna putih memadukan kesan elegant.

Meskipun dalam keadaan tertidur. siapa pun yang melihatnya akan merasakan ketenangan dan kenyamanan. seperti melihat Putra dewa penjaga surga.

"Si.... Siapa pria itu?"

Tanya Zingtian yang terkejut. perlu diketahui ketika pria berjubah hitam memulai proses penyempurnaan jiwa janin, Zingtian pun tidak hanya diam menunggu. dia juga duduk bersila dan bermeditasi.

Pria berjubah hitam pun terbangun dari keterkejutan nya, dan melihat ke arah jiwa janin yang sudah bertransformasi. dan terlihat senyum tipis di bibir nya.

"Ini adalah jiwa janin yang bertransformasi, kali ini kitab takdir ikut campur dalam penyempurnaan jiwa janin. yang membuat jiwa janin bertransformasi" kata pria berjubah hitam berusaha menjelaskan.

Zingtian pun tampak berfikir lalu berkata!!

"Aneh!! Sejak kapan kitab takdir begitu baik hati" pada saat ini Zingtian pun tertawa sambil berkata "ini menarik, ini menarik" sambil tertawa penuh semangat.

Pria berjubah hitam yang melihat ini pun hanya tersenyum dan menggeleng geleng kepala.

"Baiklah sudah waktunya untuk mengirimnya ke dunia ChangYuan, bantu aku untuk melihat seorang pemuda yang tidak bernyawa di dunia ChangYuan"

Zingtian pun mengangguk tanda setuju!!

Pada saat ini pria berjubah hitam memasukkan jiwa janin yang bertransformasi ke batu Giok dengan ukiran naga. lalu pergi melalui portal dimensi yang terbentuk ketika pria berjubah hitam menjentikkan jari nya.

Zingtian pun mengikutinya dari belakang dan memasuki portal dimensi.

Dilangit berbintang terlihat sebuah dunia kecil yang diselimuti kekuatan aturan, tak jauh dari sana portal dimensi muncul dan tak berselang lama 2 pria muncul dari dalam portal. itu adalah pria berjubah hitam bersama Zingtian yang mengikutinya dari belakang.

"Baiklah mulailah mencari target untuk digantikan oleh jiwa janin" kata pria berjubah hitam sambil mengeluarkan sebuah cermin dan diberikan kepada Zingtian.

Tanpa bertanya dan basa basi Zingtian pun langsung mengedarkan Qi nya ke cermin tersebut. dan mulai memantau keadaan dunia ChangYuan.

Dan saat ini pria berjubah hitam hanya berdiri tenang dengan kedua tangan dibelakang punggung nya. dia melihat ke dalam dunia ChangYuan tanpa menggunakan harta karun apapun.

waktu berlalu sangat cepat, tiga jam telah berlalu. pria berjubah hitam pun akhirnya melihat pemandangan menarik.

Di sebuah kamar yang indah terlihat bunga tersebar diseluruh ruangan, kamar ini terlihat megah banyak hiasan salah satunya guci kuno di dalam kamar tersebut.

Di dalam kamar itu terlihat seorang pemuda tampan yang tergeletak tidak bernyawa di lantai. terlihat luka tusukan tepat di jantung nya. melihat ini pria berjubah hitam langsung menarik pandangan nya. dan mengeluarkan batu Giok dengan ukiran naga.

Pria berjubah hitam langsung mengeluarkan jiwa janin dari batu Giok itu. ketika jiwa janin berada di depannya, pria berjubah hitam pun berkata.

"Pergilah!!! Dan hidup bahagia" Setelah itu pria berjubah hitam langsung menjentikkan jarinya, pada saat ini jiwa janin langsung berpindah tempat tepat dihadapan pria yang tidak bernyawa tersebut.

Lalu pria berjubah hitam menjentikkan jarinya lagi, dan beberapa saat kemudian jiwa janin masuk kedalam tubuh pria yang tak bernyawa tersebut. setelah melihat ini pria berjubah hitam pun merasa lega dan bebannya terangkat sepenuhnya.

terlihat perubahan pada pria tak bernyawa, di tubuh nya mengeluarkan asap tipis bewarna putih, dan pisau yang menusuk nya hilang menjadi abu. luka tusukan pun hilang tanpa bekas, bahkan bajunya juga pulih tanpa noda darah.

Saat ini pria berjubah hitam langsung menarik pandangannya, dan mengeluarkan kendi anggur dari ruang penyimpangan dan meminum dengan riang.

Pada saat ini pria berjubah hitam melihat ke sekitarnya. tidak jauh darinya, Zingtian yang berdiri di kehampaan dengan cermin didepan nya memiliki rona merah diwajahnya.

Nafasnya tak teratur matanya berkedip kedip. terlihat sesekali dia menelan ludah.

"Bajingannnn!!!!!" pria berjubah hitam berteriak marah.

Zingtian yang dari tadi fokus menatap cermin terkejut mendengar teriakan dari pria berjubah hitam. dia berusaha menoleh dengan raut wajah malu malu.

"Fondasi Dao mu tidak kokoh seperti yang aku pikirkan, ternyata aku hanya melebih lebihkan mu selama ini. melihat seseorang ber kultivasi ganda pun sudah menggoyahkan fondasimu" terlihat ekspresi sarkasme diwajah pria berjubah hitam.

Zingtian pun hanya terbatuk kering menahan rasa malu.

"Pergilah!!!!

Jaga jiwa janin itu, dia adalah kau dan kau adalah aku, aku adalah dia dan dia adalah aku. kau tidak perlu menjaga nya sepanjang waktu, cukup selamat kan dia ketika hidup nya terancam"

Zingtian hanya mengangguk dan bergegas mengarah ke dunia ChangYuan tanpa menoleh ke pria berjubah hitam. karena dia merasa malu apa yang ingin ditanyakan pun di urungkan nya.

Setelah Zingtian tidak terlihat lagi pria berjubah hitam itu juga berbalik pergi lalu menghilang begitu saja.

Kebangkitan!!

Di sebuah kamar megah dengan lantai batu giok yang mengilap, aroma bunga samar memenuhi udara. Tirai sutra tipis bergoyang pelan diterpa angin lembut dari jendela terbuka. Hiasan-hiasan mahal, guci antik berukir naga, serta lukisan tinta bergaya kuno menghiasi setiap sudut. Meski indah dan penuh kemewahan, saat ini suasana kamar tersebut dibungkus keheningan yang berat.

Di tengah ruangan, seorang pria muda tergeletak kaku di lantai. Tubuhnya tak bernyawa, wajahnya pucat bagaikan lilin, dan di dadanya terdapat bekas tusukan yang telah mengering. Namun anehnya, tak seorang pun masuk ke kamar itu sejak peristiwa tersebut terjadi. Pintu tertutup rapat. Dunia di luar terus berjalan, seolah kematian di sini hanyalah angin lalu.

Hening. Sepi. Beku. Seakan ruangan ini telah diputuskan dari hiruk-pikuk kehidupan.

Namun jauh di dalam Laut Kesadaran, di ruang tanpa bentuk dan tanpa batas yang tak terikat tubuh ataupun waktu, seorang pria berpakaian putih perlahan membuka mata. Tatapannya kosong, dipenuhi kebingungan. Ia berdiri di hamparan kehampaan, dikelilingi kabut tipis berwarna abu-abu pucat. Tidak ada suara. Tidak ada kehidupan. Hanya dirinya, kesunyian, dan cahaya redup yang menggantung di udara.

Ia mulai melangkah pelan tanpa arah, langkahnya terpantul di permukaan tak kasat mata yang tak berujung.

Tiba-tiba, dari kejauhan, terdengar suara lembut seorang wanita memecah keheningan.

"Tuan muda! Tuan muda! Kau kenapa?"

Nada suara itu bergetar, dipenuhi kecemasan. Gema suaranya menyusup ke telinga pria itu, bagaikan sinar pertama yang menembus kabut pekat.

Sekejap kemudian, kesadarannya tersentak kembali ke dunia nyata. Di sisi tubuhnya yang tergeletak di lantai, seorang pelayan wanita berlutut dengan wajah pucat panik. Kedua tangannya mengguncang bahu pria muda itu dengan putus asa.

"Tuan muda! Bangunlah! Tolong jangan buat hamba takut…"

Tak ada jawaban. Napasnya tertahan, wajahnya pucat tanpa setetes darah.

Mata sang pelayan berkaca-kaca. Panik mulai menguasai hatinya. Tanpa berpikir panjang, ia berlari keluar, langkahnya terburu-buru di lorong panjang. Gaun pelayannya berkibar tertiup angin, suaranya lenyap ditelan jarak.

Kesunyian kembali menguasai kamar.

Sesaat kemudian, kelopak mata pria yang tergeletak itu perlahan terbuka. Sorot matanya awalnya redup, lalu sedikit demi sedikit berkilat. Ia menatap langit-langit kamar, napasnya terengah pelan.

"Apa… yang terjadi padaku? Mengapa aku…"

Belum sempat ia menyelesaikan kalimat itu, rasa sakit yang luar biasa menyerang kepalanya. Seolah ribuan jarum menusuk otaknya dari dalam. Tubuhnya bergetar, kedua tangannya memegangi kepala, napasnya memburu, dahinya basah oleh keringat dingin.

Di dalam Laut Kesadarannya, dua arus ingatan mengalir deras, saling bertabrakan dengan kekuatan yang nyaris memecah pikirannya. Satu adalah ingatan yang asing, satu lagi adalah memori seorang pria yang telah mati.

Kedua arus itu saling menyatu, berbaur dalam proses yang kacau, menyakitkan, namun perlahan-lahan menjadi satu kesatuan yang utuh.

Nama pria yang tubuhnya kini ia tempati adalah Chen Yu.

Gambaran-gambaran masa lalu muncul silih berganti. Ia melihat seorang bayi yang ditemukan di hutan oleh sepasang kakek-nenek petani dari Desa Qingyun. Sejak saat itu, Chen Yu dibesarkan seperti cucu kandung.

Hari-harinya sederhana namun damai. Pagi hari diisi dengan membajak ladang bersama sang nenek, sore membantu sang kakek memasang jerat di hutan. Malam hari, ia mendengarkan kisah-kisah kuno yang diceritakan neneknya di depan perapian.

Namun kebahagiaan itu tak berlangsung selamanya.

Saat berusia tujuh belas tahun, sang kakek menghembuskan napas terakhir karena usia tua. Belum sebulan berlalu, sang nenek pun jatuh sakit dan menyusulnya. Di ranjang kematiannya, nenek memegang tangan Chen Yu erat-erat.

"Yu’er… di dunia ini… jangan mudah percaya pada siapa pun… Kecuali jika hatimu benar-benar yakin mereka pantas dipercaya…"

"Nenek…" Chen Yu menahan tangis.

"Dan ingat… dunia ini tak seindah cerita rakyat. Ada dunia lain, tersembunyi dari mata orang biasa… dunia para kultivator. Dunia yang keras… kejam. Jika kau lemah, kau akan ditindas. Tetapi jika kau kuat… maka banyak orang yang akan menunduk di hadapanmu."

Chen Yu kecil hanya mengangguk sambil terisak, belum sepenuhnya memahami arti kata-kata itu.

Neneknya lalu menceritakan tentang sistem kultivasi, jalan panjang yang dapat dilalui manusia untuk menembus batas, mengendalikan kekuatan langit dan bumi, bahkan mencapai keabadian.

Di dunia kecil ChangYuan, semua makhluk hidup dan elemen dunia dipersatukan oleh energi primordial yang disebut YuanQi. Energi ini mengalir dari Lembah Yuan, pusat tersembunyi yang diyakini sebagai Sumber Asal Langit dan Bumi.

Kultivator menapaki Jalan Yuan (Dao Yuan), menempuh perjalanan untuk mengasah tubuh, jiwa, dan tekad agar menyatu dengan YuanQi.

Tujuh Tingkatan Kultivasi Dao Yuan

(Setiap tingkatan memiliki tiga tahap: awal, menengah, akhir)

Jujing

Mengumpulkan YuanQi ke dalam tubuh untuk membuka meridian dan memperkuat fondasi fisik. Tubuh mulai diselimuti aura tipis YuanQi.

LiJing

Memurnikan dan menyaring YuanQi agar stabil. Mengisi DanTian Yuan, inti energi dalam tubuh. Tubuh menjadi lebih ringan, luka sembuh lebih cepat.

HunJing

Menyatukan YuanQi dengan kesadaran jiwa, memperkuat HunYuan atau Jiwa Asal. Dapat merasakan aliran YuanQi makhluk lain.

RongJing

YuanQi mulai berpadu dengan elemen alam seperti api, angin, petir, dan lainnya.

XianJing

Memanifestasikan bentuk roh dalam pertempuran, membentuk YuanPhantom, avatar spiritual atau roh pelindung.

Tong Tian

Terhubung langsung dengan energi langit dan hukum dunia, mempengaruhi gravitasi, waktu, bahkan ruang. Kultivator pada tahap ini laksana dewa.

Sheng Yuan

Menyatu dengan Sumber YuanQi, tubuh menjadi wadah energi abadi, bebas dari penuaan dan penyakit, berpeluang naik ke Alam Dewa.

Ketika aliran memori itu mereda, Chen Yu yang kini berjiwa asing, perlahan membuka matanya lebar. Ia memandang telapak tangannya, menggenggamnya, merasakan denyut kehidupan.

"Apa aku bangkit dari kematian?"

Tatapannya tajam. Bukan lagi kosong, melainkan penuh tekad. Ia tahu, ini adalah awal dari sesuatu yang lebih besar dari sekadar kelahiran kembali.

Ia berdiri. Lantai dingin menyentuh kakinya, namun ia tak peduli.

"Aku tak tahu siapa yang membunuh ku… tapi aku akan mencari tahu. Jika dunia ini sekejam kata nenek, maka aku akan menjadi lebih kejam lagi. Bukan demi balas dendam… tetapi demi bertahan hidup."

Langit di luar jendela mulai berwarna merah darah, menandakan senja telah tiba.

Langkah kaki terdengar dari arah pintu. Tak lama, dua sosok wanita masuk ke dalam kamar. Yang pertama adalah pelayan yang tadi berlari mencari bantuan. Di sampingnya berjalan seorang wanita cantik yang keanggunannya bagaikan bunga peony mekar di musim semi.

Tubuhnya ramping, lekukannya sempurna, dadanya membusung tinggi dengan keindahan yang mampu membuat banyak pria menelan ludah tanpa sadar. Pakaian sutra merah yang membalut tubuhnya memancarkan aura elegan, meski membiarkan sebagian lekuk tubuhnya terlihat.

Wajahnya seperti pahatan dewi, namun dingin dan tak tersentuh. Sorot matanya bagaikan es musim dingin.

Ia berdiri di depan Chen Yu, menatapnya tanpa emosi, lalu berkata datar.

"Apa yang terjadi padamu?"

"A… aku tidak apa-apa…" jawab Chen Yu, sedikit tergagap.

Dalam ingatan yang baru ia terima, wanita ini adalah istrinya. Namanya Muwan. Dua hari lalu, pernikahan mereka dilangsungkan.

Namun pernikahan ini bukanlah atas keinginan Chen Yu. Ketika neneknya meninggal, ia berniat memulai perjalanan mencari tahu tentang dunia kultivator. Namun di tengah perjalanan, ia dicegat oleh Mu Tuzhi, ayah Muwan sekaligus patriark Klan Mu, beserta rombongan kultivator.

Mu Tuzhi memaksa Chen Yu menikahi Muwan untuk menghalangi tekanan dari Klan Wen yang ingin menikahkan tuan muda mereka dengan Muwan. Sebagai imbalan, Klan Mu berjanji memberi sumber daya kultivasi dan membimbing Chen Yu di jalan kultivator.

Chen Yu sadar, menolak sama saja bunuh diri. Tawaran itu, meski dipaksakan, tidak buruk. Maka ia menerima.

Itulah awal segalanya… sampai tragedi penusukan itu terjadi. Menurut logika Chen Yu, besar kemungkinan pelakunya berasal dari Klan Wen.

Melihat Chen Yu hanya diam menatapnya, Muwan mengernyit.

"Heii, kenapa kau menatapku begitu?" suaranya sedikit kesal.

Chen Yu tersadar. "Maaf… aku hanya sedikit tidak fokus."

Muwan mendengus, berbalik hendak pergi, namun langkahnya terhenti. Tanpa menoleh, ia berkata, "Tujuh hari lagi aku akan kembali ke sekte. Selama itu, jangan membuat masalah. Berlatihlah dengan giat, agar kau tidak terlihat seperti sampah seperti sekarang."

Chen Yu menatap punggungnya yang perlahan menghilang di balik pintu. Bibirnya melengkung tipis. Kata-katanya kasar, tetapi di baliknya terselip perhatian samar yang tak ia mengerti.

Pelatihan!!

Udara sore merambat masuk melalui celah jendela, membawa aroma dedaunan musim semi yang segar. Chen Yu berdiri di tengah kamar, memandangi tangannya sendiri seolah ingin memastikan bahwa ini bukan mimpi.

Tubuh ini kuat namun belum terlatih. Tapi lebih dari itu, ada sesuatu yang baru di dalam dirinya. Sebuah kekuatan asing, samar, tapi terasa nyata dan itu adalah YuanQi.

Ia memejamkan mata, mencoba merasakan kembali lautan kesadaran yang tadi dilaluinya. Dalam keheningan itu, ia bisa menangkap percikan energi tipis yang mengalir pelan di meridian tubuh ini. Energi yang belum pernah ia rasakan sepanjang hidupnya.

"Jalan Yuan... Jadi inilah permulaan dunia baru," gumamnya lirih.

Suara pintu terbuka membuat Chen Yu berpaling.

Pelayan wanita tadi masuk kembali, membawa nampan berisi bubur hangat dan air herbal.

“Tuan muda... apakah kau benar-benar tak apa-apa?” tanyanya lembut, penuh keraguan dan rasa khawatir yang masih belum reda.

Chen Yu tersenyum tipis. “Aku baik. Terima kasih sudah membantuku tadi.”

Pelayan itu tampak sedikit lega. Ia meletakkan nampan, lalu berdiri ragu sejenak. “Jika tuan muda butuh sesuatu. aku ada di luar kamar,” katanya sebelum menunduk dan pergi.

Chen Yu mendekati nampan itu, mencicipi sedikit bubur dan langsung menyadari bahwa tubuh ini memang lapar. Ia melahap perlahan, pikirannya terus bekerja.

Dia tahu, tak ada waktu untuk bersantai. Seseorang telah membunuh tubuh ini, dan ia harus tahu siapa pelakunya.Dan untuk itu, ia membutuhkan kekuatan.

Malam yang gelap pun tiba di langit ChangYuan. Di luar, lampion-lampion mulai menyala di halaman kediaman klan Mu. Bayangan pohon bambu menari di dinding, diterpa angin yang tenang.

Di dalam kamarnya, Chen Yu duduk bersila di atas tikar meditasi. Ia menutup mata, menarik napas perlahan. Mengingat apa yang pernah disampaikan nenek Chen Yu dalam kenangan.

"Langkah awal dalam Jalan Yuan adalah Jujing. Kau harus membuka meridianmu dan merasakan aliran YuanQi. Tidak dengan kekuatan otot, tapi dengan kehendakmu sendiri."

Chen Yu mencoba memusatkan pikirannya. Di lautan kesadarannya yang dalam, ia membayangkan tubuhnya sebagai gua kosong, dan YuanQi sebagai kabut lembut yang mengalir dari segala arah.

Awalnya tidak ada apa-apa.Tapi perlahan!!

Seberkas cahaya hijau samar mulai muncul di dadanya, lalu mengalir pelan ke arah pusar. Rasanya hangat, seperti disentuh sinar matahari pagi.

Tubuhnya bergetar. Nafasnya menjadi berat. Tapi ia tidak menyerah. YuanQi mulai merambat di dalam dirinya. Ia bisa merasakannya, menekan, menyentuh dinding-dinding meridian yang masih tertutup rapat.

“Bukalah...” desis Chen Yu. “Bukalah jalanku…”

Dan...

Crack!

Sebuah suara lembut bergema di dalam tubuhnya. Seolah sebuah gerbang yang telah lama terkunci kini terbuka.

Chen Yu membuka matanya. Peluh membasahi dahinya, namun sorot matanya kini jauh lebih tajam.

“Aku berhasil… membuka satu meridian…”

Langkah pertama telah diambil.

Ia masih lemah, Tapi kini ia memiliki fondasi. Dan satu hal yang pasti, Chen Yu yang dulu telah tiada. Yang tersisa kini hanyalah Chen Yu yang baru.

Beberapa saat kemudian Chen Yu menutup kembali matanya.

beberapa jam telah berlalu.

Langit malam di atas kediaman Klan Mu tampak tenang, dihiasi bintang-bintang kecil yang bersinar redup. Namun di balik ketenangan itu, dalam kamar sederhana yang diterangi cahaya lentera, Chen Yu duduk bersila dengan mata terpejam, tubuhnya penuh peluh.

Napasnya berat, tubuhnya terasa pegal seperti baru saja berlari naik turun gunung. Tapi sorot matanya menyala tajam seperti bara yang mulai hidup kembali.

"Ini... bukan hanya pelatihan," pikirnya. "Ini adalah pertaruhan hidup dan mati."

Di tangannya tergenggam batu Yuan, batu kecil berwarna biru kehijauan yang disimpan diam-diam oleh Chen Yu. Dalam kenangan yang tersambung padanya, ini adalah salah satu dari sedikit peninggalan kakeknya. Saat disentuh, batu itu terasa hangat berisi YuanQi tingkat rendah, cocok bagi pemula.

Chen Yu memusatkan kesadarannya. Dia membayangkan udara di sekitarnya mengalir ke dalam tubuhnya, mengikuti sirkulasi yang perlahan-lahan mulai ia pahami. Meridian yang semula buntu, kini mulai terbuka satu demi satu, meski dengan rasa sakit yang nyaris membuatnya muntah darah.

Setiap kali YuanQi memasuki tubuh, sensasi perih menjalar, seperti urat-uratnya disayat dari dalam. Namun Chen Yu menggigit bibir, menahan suara.

“Kalau aku bersuara. bisa saja seseorang mendengarnya. Aku tidak boleh menarik perhatian.”

Tak ada guru. Tak ada petunjuk. Hanya warisan kenangan dari Chen Yu yang lama, berkat bimbingan nenek di akhir hayatnya.

Beberapa jam berlalu.

Peluhnya membasahi pakaian. Sekujur tubuhnya bergetar. Tapi di tengah rasa sakit itu, ia bisa merasakan. aliran YuanQi kini jauh lebih lancar.

Ia telah membuka tiga dari dua belas meridian utama.

Itu pencapaian luar biasa. untuk seseorang yang belum pernah dilatih secara resmi.

“Jika aku bisa membuka lima meridian dalam tiga hari, aku akan mencapai tahap menengah Jujing,” pikirnya. “Dan saat itu… aku tidak akan sepenuhnya lemah.”

Menjelang fajar, suara ayam jantan menggema di kejauhan. Cahaya matahari belum menyentuh jendela, tapi Chen Yu sudah berdiri tegak.

Tubuhnya sakit. Tapi napasnya kini stabil. Di sekelilingnya, hawa tipis YuanQi mulai terlihat samar. seperti kabut halus di sekitar kulitnya.

Ia menggenggam erat batu Yuan itu.

"Terima kasih Kekek. warisanmu sangat membantu cucumu."

Chen Yu melangkah ke meja kecil di sudut ruangan dan membuka gulungan bambu tua. Itu adalah catatan rahasia kultivasi dasar satu-satunya warisan selain batu Yuan yang ia temukan di bawah papan lantai rumah lama kakek-neneknya.

Catatan itu penuh dengan tulisan tangan kasar dan diagram tubuh manusia, menjelaskan jalur sirkulasi YuanQi dari satu titik ke titik lainnya.

Dia menghafalnya. Memahaminya. Mempelajarinya.

Karena ia tahu, kekuatan sejati tidak datang dari sekte besar atau status keluarga.

Kekuatan datang dari pengorbanan, rasa sakit, dan tekad untuk tidak menyerah.

Di luar kamar, para pelayan mulai beraktivitas. Tapi tak seorang pun tahu bahwa di balik pintu kamar yang tampak tenang itu, Chen Yu yang baru lahir kembali sedang tumbuh diam-diam.

Dia baru saja selesai berlatih, tubuhnya masih terasa berat, namun pikirannya tajam. Tak lama kemudian, suara langkah kaki terdengar di luar.

Pintu diketuk perlahan.

Tok. Tok. Tok.

"Tuan muda Chen Yu, Nona Muwan datang ingin bertemu." Suara pelayan dari luar terdengar pelan.

Chen Yu segera merapikan pakaiannya dan berseru, “Silakan masuk.”

Pintu terbuka perlahan. Muwan melangkah masuk dengan gaun merah menyala yang berkibar lembut mengikuti langkah anggunnya. Rambutnya diikat rapi, matanya tajam, namun tidak menyembunyikan kelelahan.

"Besok pagi aku akan berangkat ke sekte. Jadi aku datang untuk berpamitan. Jangan kira aku peduli," ucapnya datar, tanpa senyum.

Chen Yu tersenyum kaku, mencoba menjaga suasana tetap ringan. “Kau akan berangkat ke sekte? Kalau begitu boleh aku tahu, sekte seperti apa tempatmu berlatih?”

Muwan memandang Chen Yu sejenak. Tatapannya tajam seperti pisau, lalu dia menyeringai kecil.

“Sekte Langit Merah,” jawabnya singkat. “Salah satu dari Empat Sekte Puncak di Dinasti wei. Tapi kenapa kau bertanya?”

Chen Yu menatap matanya dengan tenang. “Karena suatu hari aku akan berkunjung untuk melihat istri ku di sana.”

Muwan tertawa. Bukan tawa hangat, tapi sinis dan merendahkan.

“Kau? Berkunjung ke Sekte Langit Merah?” Dia berjalan mendekat, menatap Chen Yu dari atas ke bawah.

“Tahukah kau berapa banyak kultivator muda yang bahkan tak bisa menyentuh gerbangnya? Sekte itu bukan tempat untuk orang seperti kau, yang bahkan belum menembus tahap LiJing.”

Chen Yu tidak menjawab. Ia menahan napas dan menatap lurus ke arah istrinya itu. Tak ada amarah. Hanya tekad yang mulai membara di balik matanya.

“Aku tahu aku bukan siapa-siapa saat ini,” katanya pelan. “Tapi aku tidak akan selamanya tetap seperti ini.”

Muwan terdiam sejenak, lalu berbalik. Ia berjalan menuju pintu. Tapi sebelum melangkah keluar, ia menoleh, dan berkata dengan suara dingin:

“Berlatihlah sekuat yang kau mau. Tapi ingat, dunia ini bukan tempat untuk mimpi belaka. Jika kau terus seperti ini, kau tidak akan mencapai apapun di masa depan."

Pintu menutup pelan. Suara langkah Muwan perlahan menghilang di lorong.

Chen Yu berdiri diam, memandangi pintu itu. Lalu ia mengepalkan tangan.

"Ini salah ku karena terlalu basa basi, jadi Nona Muwan tak bisa menahan kata katanya" Saat ini Chen Yu hanya terkekeh.

Tapi!!!

Wajah Chen Yu tiba-tiba berubah menjadi penuh tekad.

“Suatu hari. bukan hanya Sekte Langit Merah yang akan mengenalku. Tapi seluruh dunia akan tahu. siapa aku.”

Dan tekad itu tertanam dalam-dalam jauh di dalam hatinya.

Pada saat ini Chen Yu tampak berfikir. "kenapa Muwan kembali terlalu cepat dari apa yang telah dia katakan kemarin."

"Lupakan sajalah, jika aku bertanya itu hanya membuat nya marah" kata Chen Yu sembari mengeleng geleng kepala nya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!