Desingan peluru melesat disekitar Tang Qiyue. Napasnya tersengal, tetapi matannya tetap dingin dan tajam seperti biasa. Tubuhnya bergerak lincah, menari diantara hujan timah panas, menyelesaikan misi terakhirnya malam ini.
Dia sudah terbiasa dengan kematian. Baginya, membunuh hanyalah pekerjaan.
Namun, satu hal yang tak pernah ia bayangkan adalah kematian akan datang dari orang yang paling ia percayai.
" Qiyue, cepat! Pintu keluar sebelah sini!"
Suara Lian Hao, rekannya selama bertahun-tahun, terdengar di saluran komunikasi. Tanpa ragu, Tang Qiyue berlari menuju arahnya. Di balik asap dan reruntuhan, dia melihat Lian Hao melambaikan tangan.
" Lian Hao, sudah kurus semua target. Ayo keluar sebelum pasukan cadangan tiba" Tang Qiyue menekan luka disisi perutnya, tetapi langkahnya mantap.
Namun, saat dia mendekat, dia melihat Lian Hao tersenyum samar. Tatapan matanya aneh, terlalu tenang untuk situasi seperti ini.
" Lian Hao?" Qiyue mengerutkan kening.
Klik.
Sebuah detonator kecil berada di tangan pria itu.
" Maaf Qiyue. Ini pesan dari atasan. Kau terlalu berbahaya untuk tetap hidup."
Tang Qiyue membelalak. Dia ingin bergerak, tetapi dia tahu, sudah terlambat.
BOOM!
Ledakan besar mengguncang gudang tua itu. Api membubung tinggi ke langit malam. Rasa panas membakar kulitnya, kesadarannya mulai menghilang.
' Begitu ya..... Aku mati karena pengkhianatan.......'
' Sungguh akhir yang ironis......'
Perlahan, semuanya menjadi gelap.
Namun, saat kesadarannya kembali, yang terdengar justru adalah teriakan-teriakan asing.
"Lin Yue! Bagun! Jangan pura-pura mati! Kalau kau malas lagi, jangan salahkan ibu kalau ibu menghajarmu!"
Sebuah cubitan keras dipinggang membuat Tang Qiyue atau entah siapa dirinya sekarang, dia terlonjak kaget. Matanya terbuka lebar. Dia terengah, menatap tangan wanita paruh baya yang berdiri galak di sampingnya.
" A.....apa ini?"
Dia mendapati dirinya berbaring di atas ranjang kayu tua, didalam kamar kecil yang sederhana. Di luar terdengar suara ayam berkokok dan orang-orang mengobrol dengan logat desa yang kental.
" Ini...... Aku tidak mati?"
Namun tubuhnya terasa berbeda. Lemah, kecil, dan tidak berotot seperti tubuh yang dulu dia miliki.
Ding!
Suara aneh menggema dikepalanya.
{Transmigrasi Sukses}
{ Identitas Baru: Lin Yue}
{ Latar: Desa Qinghe, Republik Rakyat Tiongkok, Tahun 1980}
" Apa ini.... Transmigrasi? masuk ke tubuh orang lain? Bodoh... Seperti cerita fiksi yang sering dibicarakan orang."
" Lin Yue!"
Cubitan di pinggangnya semakin keras. Tang Qiyue sekarang Lin Yue menggertakan gigi menahan sakit.
"Ya, ya! aku bangun, Bu." Dia menjawab asal.
Ibu tirinya mendengus puas dan keluar, meninggalkannya sendirian.
Tang Qiyue duduk perlahan, menatap tangannya yang kecil dan pucat. Kilasan memori Lin Yue masuk ke kepalannya seperti air bah,gadis desa yang lemah, sering dibully oleh sepupu-sepupunya, dijodohkan dengan pria dari kota yang katanya cacat.
"Begitu ya, tubuh ini sudah cukup menderita."
Senyuman dingin perlahan mengembang di bibirnya.
" Mulai sekarang, aku yang ajan hidup di tubuh ini. Kalian semua.... Yang pernah menginjak-injak Lin Yue...... Bersiaplah."
Tang Qiyue, Bayangan Merah, pembunuh nomor satu,kini hidup kembali. Bukan untuk melarikan diri dari masalalu, tapi untuk menciptakan jalannya sendiri didunia yang asing ini.
" Kita lihat, siapa yang akan menjadi mangsa kali ini."
Mata dinginnya memantulkan cahaya fajar yang baru menyingsing.
Hari baru telah dimulai. Dan dengan itu, sebuah babak baru dimulai untuk seorang pembunuh bayaran di era yang jauh dari teknologi, tetapi penuh dengan rahasia.
Suara ayam berkokok dan percikan air dari sumur tua memenuhi udara pagi di desa Qinghe. Lin Yue atau lebih tepatnya, Tang Qiyue dalam tubuh Lin Yue berjalan perlahan keluar dari rumah kayu reyot tempat tinggalnya.
Tubuh ini terlalu lemah. Nafasnya cepat memburu hanya karena berjalan beberapa langkah.
" Tubuh rapuh seperti ini? Memalukan."
Tang Qiyue menghela nafas pelan, namun matanya tetap tenang.
Begitu dia keluar, beberapa orang mulai berbisik.
" Itu Lin Yue, Ya? Si gadis bodoh yang kemarin jatuh ke sungai. Katanya hampir mati tenggelam."
"Apa dia tidak punya malu? Masih berani muncul disini setelah menghancurkan reputasi keluarganya sendiri."
" Hah! Gadis seperti dia bahkan dijodohkan dengan tentara cacat. cocok sekali."
Lin Yue menoleh perlahan. Tatapannya dingin, tajam seperti pisau. Orang-orang yang sedang menggosip tiba-tiba terdiam. Entah mengapa, tatapan itu membuat mereka bergidik, seolah Lin Yue bukan lagi gadis bodoh yang mereka kenal.
" Apa dulu Lin Yue hanya diam mendengar semua ini?"
" kalau aku, aku tidak akan membiarkan mereka bicara semaunya."
Langkah Lin Yue terhenti di dekat sumur. Seorang gadis sebayanya sepupunya, Lin Qiao mendekat sambil membawa ember.
" Hei, Lin Yue. Kau masih hidup, rupanya? Kupikir kau sudah mati kemarin." nada suaranya merendahkan, senyumnya sinis.
Lin Yue menatapnya datar. " Sayangnya aku belum mati. Kau kecewa, ya?"
Lin Qiao mengernyit. " kau bilang apa?"
Lin Yue mengangkat ember dengan satu tangan, meski tubuhnya terasa lemah, ia tetap mempertahankan wajah tenangnya.
" Dulu aku memang lemah. Tapi mulai sekarang, jangan coba-coba cari masalah denganku, Lin Qiao."
Suara Lin Yue terdengar rendah, tapi mengandung ancaman yang membuat Lin Qiao terdiam. Biasanya, gadis bodoh ini akan ketakutan jika dibentak. Kenapa hari ini berbeda?
Lin Qiao menepis rasa takutnya dan mendorong Lin Yue dengan kasar. " Berani sekali kau bicara begitu padaku!"
Tanpa banyak bicara, tangan Lin Yue mencengkeram pergelangan Lin Qiao dengan kekuatan yang tidak seharusnya dimiliki oleh gadis lemah seperti dirinya.
" Kau ingin tahu seperti apa rasa sakit?"
Suara Lin Yue dingin. " Ini baru permulaan."
Plak!
Sebuah tamparan mendarat keras dipipi Lin Qiao, membuat gadis itu terhuyung mundur dan jatuh ke tanah berlumpur.
Orang-orang di sekitar terdiam, tak percaya dengan apa yang mereka lihat.
Lin Yue, si gadis bodoh yang selama ini menjadi sasaran ejekan, baru saja menampar Lin Qiao di depan umum.
" Kalau kau ingin main kotor lagi, aku tidak akan segan mematahkan tanganmu.". Mata Lin Yue menyipit, tatapannya menembus jiwa.
Lin Qiao, yang awalnya hendak melawan, tiba-tiba merasa lututnya lemas. Ada sesuatu yang mengerikan dalam tatapan Lin Yue hari ini.
" *Aku..... aku akan mengadu pada ibu!"*
Lin Yue tersenyum tipis. " silahkan."
Dengan santai, dia berjalan pergi, meninggalkan Lin Qiao yang masih gemetar ditanah.
Orang-orang sekitar yang tadinya bergosip, kini menatap Lin Yue dengan rasa takut dan kagum melihatnya.
" Gadis ini..... Berubah total."
Lin Yue mengangkat wajahnya, menatap langit pagi yang cerah.
" Tubuh ini, hidup ini, sekarang milikku. Aku akan hidup sesuai caraku sendiri."
Dari kejauhan, sepasang mata tajam mengawasinya.
Pria berseragam hijau tua, berdiri tegak dibawah pohon, memperhatikan kejadian barusan.
" Menarik," gumamnya pelan.
She Liuhan, komandan muda yang baru tiba didesa Qinghe, untuk pertama kalinya menunjukkan ketertarikan pada seorang gadis desa yang katannya bodoh itu.
Pagi itu, Lin Yue berjalan pulang dengan langkah santai. Dua sepanjang jalan, orang- orang desa terus melemparkan tatapan heran kepadanya. Beberapa yang biasanya suka menghina kini justru memilih menyisir diam-diam.
Dulu, Lin Yue adalah boneka,
sekarang, dia adalah pisau.
Saat tiba dirumah, ibu tirinya, Nyonya Zhao, sudah menunggunya dengan wajah garang.
" Lin Yue! Apa yang kau lakukan pada sepupumu, hah?! Berani-beraninya kau menampar Lin Qiao di depan banyak orang? Mau bikin malu keluarga, ya?!"
Lin Yue memandang wanita itu dengan dingin. " Aku hanya mengajarinya agar tahu bagaimana bersikap sopan. Kalau tidak suka, silahkan laporkan ke kepala desa."
Nyonya Zhao terbelalak. Sejak kapan gadis ini berani menjawab seperti itu?
" Kau..... Kau benar-benar sudah bosan hidup, ya?!"
Nyonya Zhao mengangkat tangannya, hendak menampar. Namun, dengan cepat Lin Yue menangkap pergelangan tangan itu sebelum sempat mendarat di pipinya.
" Coba saja, Bu. Kalau berani menamparku hari ini, aku pastikan desa ini akan tahu kalau ibu suka menyiksa anak tirinya."
Genggaman Lin Yue menguat hingga Nyonya Zhao meringis kesakitan.
" Kau..... Sejak kapan kau jadi seperti ini?!"
Lin Yue melepaskannya dengan keras, membuat Nyonya Zhao terhuyung mundur. " Sejak kemarin, setelah aku hampir mati tenggelam. Mungkin Tuhan memberiku kesempatan kedua untuk hidup..... Dan membalas semua perlakuan buruk kalian."
Tatapan Lin Yue begitu dingin dan tajam, seolah bukan lagi gadis desa biasa.
Nyonya Zhao menahan amarahnya, memilih menggertakan, " Jangan sombong dulu! Kau ingat kan, besok kau harus menemui keluarga calon suamimu? Tentara cacat dari kota itu!"
Lin Yue mengerutkan kening. Potongan memori Lin Yue asli melintas di kepalanya.
Pernikahan yang dijodohkan. Pria dari kota yang katanya tidak bisa berjalan, katanya berhati dingin, katanya tidak ada yang mau menikah dengannya.
Lin Yue menyipitkan mata.
"Tentara cacat? Apa benar dia lemah seperti yang mereka bilang?"
"Baik. Aku akan menemui keluarga itu," Jawab Lin Yue dengan santai. " Aku ingin tahu seperti apa pria yang mereka anggap tidak berguna."
Tanpa menunggu jawaban, Lin Yue berbalik masuk ke kamarnya.
Nyonya Zhao menggertakan gigi. " Kau pikir dengan menikah dengan orang cacat, hidupmu akan bahagia? jangan mimpi!"
Namun Lin Yue hanya tersenyum samar dari balik pintu.
" Kau tidak tahu ... Aku bukan Lin Yue yang dulu."
Sore itu, di ujung desa, Shen Liuhan berdiri memeriksa dokumen misi. Dia masih mengenakan seragam militernya yang rapi. Wajahnya dingin dan serius, sorot matanya seperti pisau yang mampu menguliti kebohongan siapa pun.
Ajudannya, Xu Ming, mendekat. "Komandan Shen, apakah anda yakin ingin melanjutkan pernikahan ini? Gadis desa itu..... Katanya bodoh, lambat, bahkan punya reputasi buruk."
Shen Liuhan menatap kejauhan. Potongan kejadian pagi tadi muncul di benaknya: seorang gadis yang berani menampar sepupunya, dengan tatapan yang begitu tajam dan berbahaya.
"Aku dengar dia berubah setelah hampir tenggelam," gumam Shen Liuhan.
Xu Ming heran."Berubah? Mungkin hanya pura-pura ."
Shen Liuhan tersenyum tipis, tapi senyumnya dingin."Justru aku ingin tahu, apakah perubahan itu sungguhan atau hanya topeng."
Ajudannya menunduk."Saya mengerti."
Shen Liuhan menggenggam dokumen pernikahan itu erat-erat.
Pernikahan ini hanyalah formalitas. Begitu urusan militernya selesai, dia berniat menceraikan gadis itu.
Namun entah kenapa, sosok Lin Yue yang baru membuatnya ingin mengamati lebih dekat.
"Lin Yue...." Shen Liuhan bergumam pelan."Jangan kecewakan rasa penasaranku ini."
Di kamarnya, Lin Yue duduk di depan cermin kayu yang sudah lapuk.
Dia menatap pantulan dirinya. Wajah Lin Yue memang cantik, tapi dulu tersembunyi di balik ketakutan dan rasa rendah diri.
Kini, yang memandang dari balik cermin adalah Tang Qiyue. Mata itu sudah terbiasa menatap maut.
"Aku bukan Lin Yue yang dulu."
Dia mengikat rambutnya dengan tenang.
"Dan aku tidak akan pernah membiarkan siapa pun menginjak - injakku lagi."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!