NovelToon NovelToon

JANGAN OM

Bab 1

Malam itu, suasana rumah Kinan begitu mencekam. Ayah tirinya, Dody, menariknya keluar dari kamar. Kinan meronta memanggil ibunya, berharap wanita itu mau membelanya.

Namun, sang ibu hanya berdiri di sudut ruangan, menatap tanpa ekspresi, seolah tidak ada yang bisa ia lakukan.

"Ibu... tolong, Bu!" Suara Kinan serak memohon, air matanya berderai tanpa henti.

la menatap ibunya dengan tatapan penuh harap, namun ibunya tetap diam, memalingkan wajah.

"Berhenti meronta, Kinan!" bentak ayah tirinya sambil mencengkeram tangan nya lebih keras, menyeretnya keluar menuju mobil tua yang menunggu di halaman.

Dalam perjalanan, Kinan tidak berhenti menggeleng, masih meronta dan berusaha melepaskan diri.

"Bapak mau bawa Kinan ke mana? Apa yang Bapak mau lakukan?" Suaranya pecah, penuh ketakutan.

"Diam! Kamu hanya tinggal nurut sama Bapak, kalau tidak, Ibumu yang akan aku hajar," jawab ayah tirinya dingin, matanya tak menunjukkan belas kasih sedikit pun.

Setelah perjalanan singkat namun penuh ketegangan, mereka sampai di rumah seorang pria tua yang di kenal dengan nama Juragan Broto. Rumah itu besar, suram, dan memancarkan aura yang membuat Kinan semakin ciut.

Juragan Broto muncul di depan pintu, mengamati Kinan dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan tatapan yang membuat tubuh nya gemetar.

"Ini gadisnya?" tanyanya kepada ayah tiri Kinan.

Ayah tirinya mengangguk cepat. "Iya, Pak Broto. Ini Kinan, anak tiriku."

Juragan Broto mendekat, matanya tak lepas dari wajah Kinan yang pucat ketakutan."

"Umur berapa dia? Apa masih perawan?" tanyanya dengan suara berat.

Ayah tirinya menyeringai dan menjawab,

"Kinan bau kencur , Pak Broto. Dia belum pernah pacaran, apalagi dekat dengan laki-laki.."

Kinan mundur beberapa langkah, tubuh nya gemetar.

"Pak... Kinan takut. Kinan mau pulang..," lirihnya, suaranya hampir tak terdengar.

Namun, Pak Dody tak menghiraukan ketakutan Kinan, sementara Juragan Broto hanya tertawa kecil.

Setelah ayah tirinya meninggalkan rumah besar itu, Kinan di bawa oleh dua pria berbadan tegap menuju sebuah kamar di sudut gelap rumah. Pintu tebal kayu tua tertutup rapat di belakangnya, suara kuncinya berputar membuat perut Kinan semakin mual.

Ia segera bangkit dan menghantam pintu dengan kedua tangannya, sekuat tenaga.

"Tolong! Lepaskan aku! Ku mohon... aku bisa melunasi hutang Bapak! Ku mohon jangan lakukan ini!" teriaknya, suara seraknya bergetar di antara isakan.

Tapi tak ada jawaban, tak ada yang mendengarnya di balik dinding yang dingin.

Kinan merosot ke lantai, tubuh nya bergetar hebat. Di dalam kamar itu, ia hanya bisa menangis tanpa henti, meratapi nasib nya yang begitu cepat berubah menjadi mimpi buruk.

Di tempat lain di rumah besar itu, Pak Broto tengah sibuk di ruang kerjanya. Ia mengangkat telepon, menghubungi seseorang yang sudah lama menjadi relasinya dalam dunia gelap.

"Madam Sonia," suara Pak Broto terdengar tenang, dingin.

"Aku punya barang baru untuk mu. Masih segar, usianya masih muda, belum pernah pacaran, apalagi tersentuh laki-laki, " lanjutnya dengan nada yang puas.

Di ujung telepon, suara seorang wanita menjawab, "Baik, Broto. Kirim fotonya, kalau cocok, akan ku utus Orang-orang ku menjemput gadis itu besok pagi."

Keesokan harinya, di saat matahari baru saja terbit, suara mobil mewah berhenti di halaman rumah. Kinan, yang semalaman tak tidur dan wajah nya sembab karena menangis, terlonjak kaget ketika pintu kamarnya di buka.

Beberapa pria berdiri di ambang pintu, mengenakan pakaian rapi serba hitam, dengan raut wajah tanpa ekspresi.

"Kamu yang bernama Kinan?" tanya salah seorang dari mereka, nada suaranya tegas.

Kinan mengangguk takut-takut, namun langkah nya mundur beberapa inci.

"Aku.. ku mohon, jangan bawa aku pergi. Aku janji akan melunasi hutang bapak..."

Salah satu pria itu menggelengkan kepala dengan senyum dingin. "Tidak usah takut, kami tidak akan menyakitimu. Ikut kami, jangan melawan maka hidup mu akan aman."

Dengan tubuh lemah, Kinan hanya bisa mengikuti arahan mereka, pasrah dengan nasib yang menjeratnya semakin dalam. Di dalam mobil, perjalanan menuju kehidupan barunya sebagai "milik" Madam Sonia telah di mulai.

Setibanya di kota, Kinan di bawa langsung ke ruang pribadi Madam Sonia, sebuah ruangan megah dengan dekorasi mewah yang kontras dengan suasana mencekam yang di rasakan Kinan.

Ruangan itu di penuhi aroma parfum mahal dan perabotan yang mencolok. Madam Sonia berdiri di depan cermin besar, menyunggingkan senyum dingin ketika matanya menelusuri Kinan dari atas ke bawah.

"Hm, lumayan," gumam Madam Sonia, lalu mendekat dan mengamati wajah Kinan lebih saksama.

“Wajah ayu khas pedesaan, kulit putih alami, dan badan yang ramping. Ya, kamu akan jadi primadona di tempat ini," katanya sambil menyeringai puas.

Madam Sonia memanggil seorang anak buahnya yang bernama Susi, seorang waria berpenampilan mencolok.

"Susi, rawat anak ini. Buat dia tampil cantik. Aku ingin semua orang terpesona saat melihatnya," perintah Madam Sonia.

Susi mengangguk antusias.

"Oke, Madam," jawabnya dengan suara lembut, lalu menggandeng tangan Kinan dengan ramah, mencoba menghiburnya.

"Ayo, Sayang, ikut Susi. Kita buat kamu cantik luar biasa!"

Kinan hanya bisa mengikutinya, bingung dan takut, meski dalam hatinya ada perlawanan yang tak mampu ia suarakan. Di ruangan lain, Susi memberinya handuk dan pakaian bersih.

“Mandi dulu, Sayang. Setelah itu, kita dandan dan pilih pakaian yang cantik," kata Susi lembut.

Dengan tangan gemetar, Kinan masuk ke kamar mandi. la merasa asing dengan semua yang terjadi, tetapi tak ada yang bisa ia lakukan kecuali mengikuti.

Setelah selesai mandi, Susi dengan cekatan mendandaninya, memulas wajah nya dengan make-up yang mempertegas kecantikan alaminya. Kemudian, Susi memberikan Kinan gaun elegan berwarna merah muda yang memeluk tubuh nya dengan pas.

Saat Kinan berdiri di depan cermin, ia nyaris tak mengenali bayangan dirinya sendiri. Wajah nya tampak memukau cantik dan mempesona dalam balutan gaun yang terlihat mahal.

Kulit nya yang putih berpadu dengan makeup dan baju elegan, menjadikannya seperti sosok yang lain-seorang gadis cantik yang siap di jual ke dunia yang tak pernah ia bayangkan.

Susi tersenyum puas,

"Lihat, Sayang, kamu cantik sekali. Madam Sonia pasti akan sangat puas melihat mu seperti ini,"

...🌻🌻🌻🌻🌻...

Malam harinya, Kinan berdiri di sudut ruangan, tubuh nya gemetar dan kedua tangan nya berkeringat dingin. Ruangan itu luas, namun remang-remang, hanya di terangi oleh cahaya redup di sekitar panggung di depan nya.

Di sana, lampu sorot memancarkan cahaya terang, menyoroti setiap perempuan yang di perkenalkan. Satu per satu wanita muda berjalan ke depan, di perlihatkan kepada para lelaki yang duduk di bawah, wajah-wajah mereka penuh ketamakan.

Bab 2

"Selanjutnya!" suara Madam Sonia terdengar lantang, memanggil nama Kinan.

Dengan langkah berat dan hati penuh ketakutan, Kinan di paksa naik ke panggung. Lampu terang menyilaukan matanya, membuatnya nyaris tak bisa melihat wajah-wajah di seberang.

Namun, ia merasakan tatapan tajam mereka, tatapan penuh keinginan yang membuat tubuh nya semakin kaku. Madam Sonia berdiri di sampingnya, tersenyum penuh kemenangan.

"Hadirin sekalian," kata Madam Sonia dengan suara penuh percaya diri,

"inilah yang kalian tunggu. Perkenalkan namanya Kinan, gadis desa yang masih suci. Masih muda, wajah cantik alami, kulit putih bersih. Primadona kita malam ini."

Tatapan para lelaki di sana tak beranjak dari Kinan, seolah terpaku oleh kecantikannya yang polos dan ketakutan yang terpancar dari sorot matanya.

Senyuman malu-malu dan ekspresi takut Kinan justru semakin memicu ketertarikan mereka, menjadikannya semakin tak ternilai di mata mereka.

"Lelang kita buka," lanjut Madam Sonia, suaranya menggelegar di seluruh ruangan,

"mulai dari angka 100 juta."

Suasana langsung riuh, dengan suara-suara tawaran yang semakin tinggi setiap detiknya.

“Dua ratus!" seru salah satu lelaki di pojok ruangan.

"Dua ratus lima puluh!" sahut yang lain dengan semangat.

Kinan merasa tubuh nya lemas, ingin berteriak namun suaranya seolah tercekat di tenggorokan. la hanya bisa berdiri di sana, terjebak dalam sorotan dan tatapan yang menghancurkan harga dirinya.

Tiba-tiba, seorang pria di barisan depan mengangkat tangan nya. Dengan suara rendah tapi penuh otoritas, ia berkata, "Satu Milliar. Saya ingin dia menjadi istri muda saya."

Ruangan mendadak hening. Semua orang menoleh ke arahnya, terkejut oleh tawaran fantastis tersebut. Madam Sonia tersenyum lebar, matanya berkilat penuh kegembiraan, sementara Kinan hanya bisa menatap kosong ke arah pria itu, merasa dunianya hancur lebih dalam.

...🌻🌻🌻🌻🌻...

Keesokan paginya, Kinan duduk di kursi belakang mobil yang di kendarai sopir, Madam Sonia duduk di sebelah Kinan. Pandangannya kosong, tangan nya bergetar halus sementara pikiran nya terperangkap dalam rasa takut dan ketidakpastian.

Sepanjang perjalanan, Madam Sonia hanya tersenyum puas, sesekali melirik Kinan dengan tatapan tajam yang tak memberi ruang bagi pembangkangan.

Mobil berhenti di depan sebuah gedung apartemen mewah.

"Kita sampai," kata Madam Sonia, membuka pintu mobil dan memberi isyarat kepada Kinan untuk ikut masuk.

Di lobi, mereka di sambut oleh petugas keamanan yang langsung mengarahkan mereka ke lift. Kinan nyaris tak bisa merasa tenang, setiap langkah menuju apartemen pria yang membelinya seolah membawa ia semakin dekat ke dalam jurang yang tak berdasar.

Begitu tiba di lantai atas, Madam Sonia mengetuk pintu apartemen dengan nomor sesuai yang di berikan oleh pemenang lelang Kinan tadi malam.

Nampak wanita paruh baya yang menyambut mereka dengan senyum tipis dan gestur tenang, mengisyaratkan agar mereka masuk.

"Silahkan masuk, nyonya. Tuan Aryo sudah memberitahu bahwa akan ada tamu yang datang siang ini."

Tatapan nya wanita itu tertuju lurus ke arah Kinan, memperhatikannya dengan senyuman manis. Namun madam Sonia menolak masuk, dia berkata masih banyak urusan.

"Kinan, mulai hari ini, kamu akan tinggal di sini sebagai milik pak Aryo. Jangan coba-coba kabur, atau aku akan menghabisi keluargamu di kampung." Kata madam Sonia dengan suara rendah, nyaris berbisik.

"Baiklah, kalau begitu aku harus pergi. Bi...tolong jaga Kinan ya!"

Kinan merasa nyalinya menguap, seolah ruangan itu menghisap udara dan membuatnya sulit bernapas. Di samping nya, Madam Sonia menepuk bahunya ringan, seolah menyuruhnya untuk patuh dan menerima nasibnya.

"Pastikan kamu menurut dan memuaskan pak Aryo" bisik Madam Sonia sebelum beranjak pergi, meninggalkan Kinan yang masih berdiri mematung di apartemen milik Aryo, yang akan menjadi majikannya sekarang.

Kinan memasuki kamar luas yang di tunjukkan oleh Mbok Sumi. Wanita paruh baya itu tersenyum ramah, dia langsung menunjukkan dan menjelaskan semua fasilitas yang ada di kamar Kinan.

"Non Kinan ini lemari baju, semua isinya adalah milik mu. Kamu bebas menggunakannya kapan saja dan semua tas, sepatu, serta perhiasan yang ada di rak lemari ini bisa kamu pakai."

Kinan yang melihat semua isi di dalam lemari itu pun melongo, karena baju-baju, tas, bahkan perhiasan yang berada di lemari itu sangat bagus.

Lalu Kinan bertanya dengan polosnya, "Mbok ini semua siapa yang nyiapin? ini buat saya mbok?"

"Iya Non, ini semua untuk non Kinan pakai. Semua ini di persiapkan oleh asisten Tuan Aryo. Tuan yang meminta untuk menyiapkan semua perlengkapan non Kinan selama tinggal di sini," ucap Mbak Sumi menjelaskan kepada Kinan.

"Non Kinan bisa beristirahat dulu. Nanti malam Tuan Aryo akan datang untuk menemuimu," kata Mbok Sumi lembut sambil menutup pintu.

la hanya mengangguk, masih mencoba mencerna semua yang di lihatnya. Ketika Mbok Sumi sudah keluar, Kinan segera mandi, membiarkan air hangat meresap di kulitnya, menghapus rasa lelah yang menumpuk.

Setelah selesai, ia merebahkan diri di kasur empuk itu, memejamkan mata dan perlahan tenggelam dalam keheningan. Tak butuh waktu lama, kantuk pun merengkuhnya, dan ia tertidur dalam mimpi yang tenang.

Hari mulai gelap saat Kinan terbangun. Perut nya terasa kosong, dan rasa lapar memaksanya untuk bangkit. Ia mengenakan salah satu gaun santai yang tersedia di dalam lemari, lalu keluar dari kamar dan menuju dapur.

Sepi, tidak ada Mbok Sumi di sana. Kinan membuka kulkas dan melihat berbagai bahan makanan tertata rapi. la berpikir untuk memasak sesuatu yang sederhana demi mengisi perutnya.

Saat sedang asyik memilih bahan, tiba-tiba Mbok Sumi datang, tersenyum ramah sambil bertanya, "Cari apa, Non?"

Kinan sedikit tersentak, tapi segera tersenyum. "Aku lapar, Mbok. Aku ingin masak sesuatu untuk makan malam."

"Oh, Non Kinan lapar? Maaf, tadi Mbok melihat Nona tidur dengan nyenyak, jadi mbok nggak berani membangunkan non Kinan untuk makan siang. Tadi Mbok sudah masak non, kalau non mau makan, mbok akan menyiapkan untuk non Kinan," ujar Mbok Sumi sambil segera mengambil beberapa piring.

"Mbok sudah masak sop daging, tumis sayur dan beberapa lauk. Mungkin Non bisa coba dulu? Soalnya mbok belum tahu makanan kesukaan Non, jadi masaknya yang seadanya dulu. "lanjut mbok Sumi.

Kinan tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih, Mbok. Itu sudah lebih dari cukup."

Mbok Sumi pun menyajikan makanan di meja, dan Kinan segera duduk, menikmati hidangan hangat yang terasa begitu nikmat di tengah suasana malam yang sunyi.

Lalu Kinan bertanya pada Mbok Sumi, "mbok nggak makan?"

Mbok Sumi menggeleng pelan sambil menjawab, "Udah Non, Mbok tadi sudah makan duluan. Non Kinan tenang saja, kalau lapar, non Kinan bisa manggil Mbok Sumi. Mbok pasti akan masakin buat non Kinan. Tuan Aryo tadi sudah berpesan, kalau Non Kinan tidak boleh kelaparan selama di sini."

Bab 3

Setelah selesai makan, Mbok Sumi mendekati Kinan dan berkata, "Nanti, sekitar jam 1 malam, Tuan Aryo akan datang ke sini, Non. Beliau tadi berpesan agar saya menyampaikan hal ini kepada Non Kinan."

Kinan mengangguk pelan.

"Baik, Mbok. Terima kasih sudah memberitahu Kinan."

Setelah itu, ia membawa piringnya ke wastafel dan mulai mencuci piring sendiri. Mbok Sumi yang melihatnya langsung berusaha melarang.

"Non Kinan, biar saya saja yang bereskan. Non kan majikan di sini."

Namun, Kinan hanya tersenyum lembut dan tetap melanjutkan mencuci piring.

"Tidak apa-apa, Mbok. Saya sudah biasa melakukan ini di rumah. Lagipula, saya juga pelayan tuan Aryo mbok."

Nampak wajah Kinan menahan sedih saat mengucapkannya. Mbok Sumi yang melihat perubahan di wajah Kinan hanya diam. Dia sendiri tidak tahu, bagaimana Kinan bisa bertemu dengan tuannya Aryo.

Tuannya hanya bilang, kalau dia akan menikahi perempuan lain yang bernama Kinan dan Mbok Sumi di tugaskan untuk menemani dan menjaga kinan, di apartemen. Mbok Sumi hanya menghela napas, sambil tersenyum kecil.

Setelah selesai, Kinan mengucapkan terima kasih lagi pada Mbok Sumi, lalu kembali ke kamarnya untu bersiap menunggu kedatangan Tủan Aryo.

🌻🌻🌻🌻🌻

Tepat pukul 10 malam, bel apartemen berbunyi, mengusik keheningan malam itu. Mbok Sumi segera melangkah ke pintu dan membukanya. Di depan pintu berdiri Tuan Aryo, wajahnya tenang namun berwibawa.

"Tuan Aryo," sapa Mbok Sumi dengan hormat.

Aryo langsung bertanya dengan nada serius, "Di mana gadis itu, Mbok?"

"Non Kinan ada di kamarnya, Tuan," jawab Mbok Sumi sambil menunjuk ke arah kamar yang tadi di tempati Kinan.

Aryo mengangguk dan melangkah masuk, menuju kamar Kinan. Saat pintu kamar terbuka, Kinan yang sedang duduk di atas ranjang sambil membaca buku terkejut, matanya melebar saat melihat sosok Aryo di ambang pintu.

Jantung nya berdegup kencang, rasa gugup menyeruak seketika. la tak menyangka Tuan Aryo akan datang tepat waktu.

Aryo menatapnya sejenak, lalu tersenyum tipis. "Selamat malam, Kinan. Saya harap tidak mengganggu waktu istirahat mu?"

Kinan segera turun dari ranjang dan berdiri dengan sapanya pelan sambil gugup.

"Selamat malam, Tuan"

Rasa takut menyelimutinya saat melihat Tuan Aryo berdiri di hadapannya. Aryo yang melihat ketakutan di mata Kinan memberi isyarat agar ia duduk.

"Duduk lah di sofa. Aku ingin bicara dengan mu," katanya tenang.

Kinan menurut, duduk di sofa yang ada di kamarnya, sementara Aryo duduk di depan nya dengan tatapan serius.

"Besok kita akan menikah, Kinan," ujar Aryo tanpa basa-basi.

Kinan terkejut, menatap Aryo dengan ragu.

"Besok?... Maaf tuan... apakah saya boleh bertanya?"

"Bicara lah, tanyakan apa yang ingin kamu tanyakan padaku."Jawab Aryo tegas.

"Apa....Tuan sudah punya istri?" tanya nya pelan.

Aryo terdiam sejenak mengamati ketakutan di wajah Kinan, lalu sesaat kemudian dia mengangguk.

"Ya, aku sudah menikah. Istri ku bernama Siska

Hati Kinan sedikit sakit mendengarnya. Ternyata dia akan menjadi seorang pelakor.

"Apakah... tidak apa-apa jika kita menikah?" Kinan bertanya hati-hati.

"Bagaimana jika Nyonya Siska tahu?"

Aryo hanya tersenyum tipis, tak terganggu oleh kekhawatiran Kinan.

"Itu urusan ku. Kamu tidak perlu khawatir tentang Siska, tugas mu hanya menurut padaku Kinan," jawabnya datar.

Kemudian ia melanjutkan dengan nada lebih serius,

"Alasan aku ingin menikahi mu adalah karena aku ingin memiliki anak darimu, Kinan. Aku dan Siska sudah lama menikah, tapi kami tidak punya anak."

Kinan mendengar penjelasan itu dengan hati yang berdebar. Situasi yang ia hadapi kini lebih rumit dari yang pernah ia bayangkan, dan kata-kata Aryo membuatnya diam dalam kebingungan.

Kinan menatap Aryo dengan ragu, lalu berkata, "Tuan Aryo.. saya masih muda, saya baru 18 tahun. Apakah tidak apa-apa kalau saya hamil di usia seperti ini?"

Aryo tertegun mendengar pengakuan Kinan. Dalam pikiran nya, ia mengira Kinan sudah berusia di atas 20 tahun karena tubuh nya yang terlihat matang dan proporsional.

Penampilan nya yang bongsor, serta badan nya yang berisi di beberapa tempat yang seharusnya, sempat membuat Aryo mengira Kinan lebih dewasa dari usianya. la menghela napas sejenak, terkejut bahwa gadis yang ada di hadapannya ternyata masih begitu muda.

Setelah berpikir sejenak, Aryo menenangkan diri dan berkata, "Kalau begitu, aku akan berkonsultasi dengan teman ku, yang berprofesi sebagai dokter kandungan. Dia bisa memberi tahu apakah ini aman atau tidak untuk mu."

Kinan hanya mengangguk pelan, merasa campur aduk di dalam hatinya. Aryo kemudian meyakinkannya,

“Kamu tidak perlu khawatir. Aku akan memastikan semuanya aman untuk mu."

Aryo memandang Kinan dengan serius, lalu bertanya,

"Bagaimana kamu bisa sampai ke tempat Madam Sonia? bagaimana bisa gadis seusiamu masuk ke dalam sana?"

Kinan menunduk, suaranya terdengar lemah saat menjawab,

"Ayah tiri saya menjual saya, Tuan... untuk membayar hutang nya pada seorang rentenir. Saya pun tidak tahu bahwa saya akan di lelang"

Aryo terdiam mendengar bahwa Kinan di jual oleh ayah tirinya sendiri, membuatnya merasa iba.

Setelah beberapa saat, Aryo berkata, "Sebenarnya, ini juga pertama kali aku mengunjungi tempat Madam Sonia. Aku ke sana karena ingin mencari wanita yang perawan, yang bisa saya nikahi dan menjadi ibu dari anakku. Aku tidak ingin, anakku di lahirkan oleh wanita yang bekerja sebagai wanita penghibur,"

Kinan hanya bisa mengangguk pelan. Ia merasakan keseriusan Aryo dalam kata-katanya, meskipun situasi ini terasa begitu sulit baginya.

Dengan suara pelan dan takut-takut, Kinan memberanikan diri bertanya,

"Tuan... apakah kita akan melakukannya? Maksud ku.. apakah saya harus melayani Tuan sekarang?"

Wajah nya memerah, dan matanya menunduk, memperlihatkan ketakutan yang tulus.

"Saya.. saya takut, Tuan... untuk melakukan itu..."

Aryo tersenyum kecil mendengar kata-kata Kinan, mencoba menenangkan gadis di hadapannya.

“Tenang saja, Kinan. Kita memang akan menikah secepatnya, tapi aku tidak akan menuntut apa pun darimu. Aku akan menunggu sampai kamu benar-benar siap untuk itu. Aku tidak ingin di anggap sebagai pemerkosa. "

Kinan menatap Aryo dengan rasa lega yang terpancar di wajah nya.

"Terima kasih, Tuan," ucapnya pelan, merasa sedikit tenang dengan kata-kata Aryo yang penuh kesabaran.

Setelah mengatakan itu, Aryo berdiri dan bersiap untuk pergi. Namun, sebelum melangkah keluar, ia memandang Kinan dengan tatapan tegas.

"Ingat ini, Kinan," ujarnya pelan namun penuh peringatan.

“Aku bisa berbaik hati padamu selama kau menurut dan tidak membuat masalah. Tapi jika kau mencoba kabur atau melanggar perjanjian ini, aku bisa berubah kejam. Jangan coba-coba menantang ku."

Kinan hanya bisa mengangguk pelan, merasakan ketegangan yang di sertai ancaman dalam nada bicara Aryo. Setelah itu, Aryo berbalik dan meninggalkan kamar, menutup pintu di belakangnya.

Kinan menarik napas panjang sedikit lega. Setidaknya untuk malam ini dan malam-malam berikutnya, ia masih bisa bernapas tenang tanpa harus memenuhi tuntutan Aryo.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!