Mr. Na (Jaemren)
1. Little Secretary
Langkah Renjun terdengar ritmis di lantai lobi Global holdings, gedung pencakar langit bergengsi tempat ia bekerja sebagai sekretaris pribadi CEO termuda di kantor itu. Na Jaemin.
Renjun bukan tipe orang yang suka menyapa, bukan juga tipe yang akan tertawa jika mendengar lelucon. Bahkan, senyum pun terasa seperti mitos pada pria imut nan garang itu. Seolah senyum adalah fitur yang tidak termasuk dalam paket lahirnya
Itulah Renjun. Setiap hari rapi, tepat waktu, efisien dan kaku seperti papan setrika
Huang Renjun
*duduk di tempat kerjanya
Baru akan mulai, seseorang sudah menelponnya
Huang Renjun
Apa lagi? *angkat telpon
Suara ceria dan berisik langsung menyerbu telinganya
Ryo
Kak, hari ini cerah, cocok buat nikahan, sayangnya kakakku satu satunya belum punya calon
Huang Renjun
Cerah juga cocok untuk membuangmu ke laut. Sayangnya dugong di larang keluar kandang
Ryo tertawa terpingkal pingkal
Ryo
Ish, jahat. Tapi tetap ya kak, umurmu sudah cukup bahkan lebih untuk menikah. Sudah siap panen, tapi belum di tanam. Kasihan
Huang Renjun
Daripada kamu, belum puber, sudah sok jadi komentator hidup orang. Makan saja suara cemprengmu sendiri
Ryo
Aku kangen, kak!, nanti malam aku ke rumahmu ya
Huang Renjun
Bawa telinga cadangan, kupingku trauma
Sambungan telpon terputus dengan suara Ryo yang masih tertawa, Renjun meletakkan ponselnya perlahan, lalu kembali ke mode "robot kantor"
Siap menghadapi hari panjang sebagai tangan kanan si CEO bernama Jaemin
2. Unspoken Routine
Pukul 08.02, Renjun mengetuk pintu dua kali, lalu masuk tanpa menunggu jawaban. Sudah jadi rutinitas. Ia membawa tablet berisi jadwal harian, tumpukan dokumen untuk di tandatangani, dan satu map merah khusus berisi proposal penting
Jaemin sedang berdiri di depan Jendela, memandangi kota sambil menyeruput kopi. Jasnya tersampir di kursi, dasi longgar, dan kacamata tersemat.
Dia sedang kerja atau mau tebar pesona sih?
Tanpa menoleh, ia langsung bicara
Na Jaemin
Meeting dengan investor Jepang jam sepuluh. Siapa saja yang hadir?
Huang Renjun
Divisi legal, finance, dan marketing. Saya sudah siapkan berkas latar belakang klien dan laporan keuangan kuartal terakhir
Huang Renjun
*meletakkan dokumen dokumen di atas meja dengan teratur
Huang Renjun
Presentasi power point nya sudah saya sunting semalam
Jaemin akhirnya menoleh, senyum tipis terbentuk di wajahnya
Na Jaemin
Kamu tidak tidur untuk kerjakan semua itu?
Huang Renjun
Dua jam cukup
Gumam Jaemin sambil berjalan ke arah kursinya. Ia duduk dan langsung membuka map merah
Na Jaemin
Kamu tahu?, kadang aku curiga kamu itu hasil eksperimen laboratorium
Renjun diam, hanya mengangkat alis sedikit.
Huang Renjun
Kalau iya, berarti eksperimennya sukses
Na Jaemin
Membosankan, tapi konsisten
Na Jaemin
*menyodorkan berkas yang sudah di tandatangani
Na Jaemin
Kirim ini ke Direktur Kim. Suruh dia revisi pasal tiga. Aku tidak suka nada bahasanya
Huang Renjun
*mencatat sambil mengetik cepat di tablet
Na Jaemin
Dan siapkan ruang meeting lantai 17, pakai setting formal, tapi jangan terlalu polos, tambahkan bunga atau apa saja
Huang Renjun
Sudah saya koordinasikan dengan tim desain interior sejak kemarin sore. Lantai 17 sudah di setting sesuai briefing terakhir
Jaemin menatap Renjun cukup lama, lalu tiba tiba berdiri dan berjalan mendekat. Tanpa aba aba, tangannya mengacak pelan rambut Renjun
Na Jaemin
Good, My little Secretary
dia tidak menghindar, tapi tidak bereaksi juga. Wajahnya datar meski jantungnya berdebar. padahal Jaemin sudah biasa melakukan itu
Huang Renjun
Berhenti lakukan itu, Pak!. Rambut saya sudah di sisir tiga kali tadi pagi
Na Jaemin
Dan tetap terlihat rapi
Poninya Renjun rapikan lagi, sedikit kikuk tapi tak terlihat jelas. Perasaan yang dia pendam selama bertahun tahun tetap aman di balik ekspresi dinginnya.
Sementara Jaemin?
Dia tak pernah benar benar peka. Mungkin terlalu sibuk, atau terlalu nyaman, atau memang terlalu...Jaemin
Huang Renjun
Saya akan ke lantai 12 untuk urusan proposal tender, lalu lanjut ke tim event untuk gladi resik presentasi
Na Jaemin
sibuk sekali kamu
Na Jaemin
Aku tidak mau sekretarisku pingsan di tengah meeting
Huang Renjun
Ya, permisi pak *pamit
Na Jaemin
Benar benar tidak punya ekspresi *menggerutu
3. The weight of a name
Renjun masih sibuk menatap layar di depannya, membandingkan dua versi laporan strategi pemasaran di atas mejanya. Notes penuh coretan, stabilo, dan sticky notes tersusun rapi sesuai urgensi.
Baginya, waktu istirahat hanyalah ilusi yang di buat dunia kerja untuk membenarkan kata seimbang
Na Jaemin
Sekretaris Huang!
Tiba tiba pintu ruangannya terbuka, kepala Jaemin muncul di sela pintu
Huang Renjun
*menoleh cepat
Pria itu melangkah masuk, bersandar di sisi pintu sambil menyilangkan tangan
Na Jaemin
Ayo makan siang bersama
Sudah berapa lama sejak Jaemin terakhir kali mengucapkan kalimat itu?
Huang Renjun
Tugas saya tinggal sedikit lagi
Na Jaemin
Tinggal sedikit, berarti bisa di tinggal, Ayo!
Huang Renjun
Baik *berdiri
Mereka berjalan berdampingan menuju ruang makan privat yang memang di sediakan khusus untuk petinggi di lantai atas. Tempat itu sepi, hanya mereka berdua.
Sebuah meja panjang, jendela besar, dengan cahaya siang hari, dan dua piring makanan yang sudah dipesan oleh Jaemin sebelumnya
Na Jaemin
Masih suka kerja tanpa istirahat?
Na Jaemin
*sambil memotong daging
Huang Renjun
Kalau tidak kerja, apa lagi yang saya lakukan? *ambil air putih
Na Jaemin
Ngobrol, makan, hidup
Huang Renjun
Saya sekretaris, bukan influencer
Tawa Jaemin keras, tapi cepat padam. Beberapa detik kemudian, hening menyelinap masuk
Huang Renjun
*lirik jaemin diam diam
Ada bayangan lelah di wajah Jaemin, dan entah kenapa, pikiran Renjun terlempar ke masa lalu.
Nama itu dulu sering terucap dari bibir Jaemin. Seseorang yang begitu hidup, begitu berwarna. Terlalu cerah untuk dunia membosankan seperti Jaemin
Tapi suatu hari, semua berhenti. Haechan pergi. Lebih tepatnya memilih Jeno
Renjun memang tidak pernah dekat dengan Haechan, tapi cukup tahu bahwa pria manis itu adalah jenis yang gampang membuat orang jatuh. Termasuk Jaemin
Dan meski Renjun tidak menyukai gaya centil Haechan, ia harus mengakui satu hal. Kehadiran Haechan pernah membuat Jaemin lebih hidup
Kini, pria itu duduk di depannya. Sepi, stabil, sendirian
Ada rasa bersyukur kecil dalam hatinya
Setidaknya, dia tak perlu bersaing dengan lelaki penuh tawa itu. Tapi tetap saja pertanyaan yang menggantung tak pernah hilang
Apakah hati Jaemin masih milik Haechan?
Huang Renjun
*angkat wajah
Na Jaemin
Terimakasih sudah tetap di sini
Na Jaemin
selalu di sisiku
Na Jaemin
Kadang aku lupa kalau kamu juga manusia
Jujur hatinya tak henti berdebar
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!