Pengumuman :
Kepada para pembaca author yang tercinta. Jikalau kalian mampir di novel ini. Mohon dukungannya ya untuk author. Dengan cara beri like, vote, subscribe, dan komentar di setiap bab, supaya author bersemangat up cerita seru. ❤️
Tokoh Utama :
1. Berlian Puspa Lingga (23 tahun)
Adalah putri bungsu keluarga Lingga yang manja dan ceria. Ayah Berlian sudah meninggal. Lingga group sekarang dipimpin kakak sulung Berlian. Berlian memiliki tiga kakak laki-laki dan satu kakak sepupu perempuan. Berlian sendiri sudah berpacaran selama tiga tahun dengan Nino dan bertunangan sudah tiga bulan.
2. Saka Cakra Tama (30 tahun)
Adalah CEO Tama group yang kejam dan dingin. Saka Sangat tergila-gila pada Berlian. Meskipun Saka tampak seram diluar tapi dia selalu lembut jika berhadapan dengan Berlian.
3. Nino Atmaja (25 tahun)
Adalah tunangan Berlian yang tidak tau diri. Dia berasal dari keluarga miskin, berkat Berlianlah dia berhasil mendirikan perusahaan properti miliknya hingga bisa hidup enak. Nino jatuh cinta pada kakak sepupu Berlian yang licik.
4. Raima Ananda (23 tahun)
Sejak kecil Raima selalu iri pada Berlian. Dia sepupu Berlian dari pihak ibu Berlian. Dia yatim piatu dan berkat kebaikan Nyonya Elsa Lingga lah dia bisa tinggal di kediaman keluarga Lingga. Tiga kakak laki-laki Berlian tidak suka pada Raima, Berlian pun demikian. Hanya Elsa yang menyukai Raima. Raima tidak pernah mencintai Nino, tapi dia selalu ingin merebut milik Berlian termasuk Nino. Itulah sebabnya, Raima merebut Nino dari Berlian.
5. Miko Tirta Lingga (30 tahun)
Adalah kakak pertama Berlian yang berwibawa sekaligus CEO Lingga group. Dia dingin tapi lembut. Dia selalu melindungi keluarganya.
6. Dirli Tirta Lingga (27 tahun)
Adalah kakak kedua Berlian. Dia bar-bar dan berpenampilan seperti preman. Dirli tidak tertarik pada dunia bisnis. Dia seorang polisi. Dirli juga sangat menyayangi setiap anggota keluarganya.
7. Vito Tirta Lingga (25 tahun)
Adalah teman baik Nino. Vito seorang pria playboy. Dia asisten Miko di kantor. Walau seorang playboy tapi dia tidak terima kalau Berlian-adik tunggalnya disakiti sahabat baiknya.
8. Elsa Lingga (55 tahun)
Adalah ibu Berlian, Miko, Dirli dan Vito. Elsa merasa bersalah pada Raima karena mendiang ayah Raima memberikan jantungnya pada Elsa. Setelah Raima menjadi yatim piatu, Elsa membawa Raima tinggal bersama mereka. Elsa sadar keempat anaknya tidak menyukai Raima, jadi Elsa berusaha menjadi pelindung Raima. Tanpa Elsa tau, dia telah membesarkan ular berkepala dua. Kebaikan Elsa, Raima balas dengan menyakiti Berlian.
9. Juan Athar (40 tahun)
Adalah asisten sekaligus orang kepercayaan Saka. Dia loyal pada Saka, selalu melaksanakan perintah Saka tanpa banyak bertanya.
10. Ella Atmaja (50 tahun)
Adalah ibu kandung Nino sekaligus ibu tiri Saka. Ella adalah ibu tiri kejam yang selalu menyiksa Saka saat kecil. Ella juga membuat ibu Saka meninggal. Ella yang jahat tapi dia merasa menjadi korban. Mereka hidup miskin karena Saka mengambil perusahaan dan harta mereka dan mengubahnya atas nama keluarga Tama, keluarga dari pihak ibu Saka.
11. Dion Atmaja (60 tahun)
Adalah ayah kandung Nino dan Saka. Suami Ella. Dia sama jahatnya dengan istri dan anaknya. Sampai sekarang Dion selalu mencari cara untuk mendapatkan kembali harta kekayaan mereka yang diambil Saka.
***
Berlian menangis tersedu-sedu setelah mendengar perkataan Nino. Berlian merasa sudah memberikan segalanya untuk Nino termasuk membantu Nino membangun bisnisnya. Berlian bahkan berlutut pada kakak sulungnya agar kakak sulungnya mau berinvestasi pada bisnis Nino. Namun, apa yang Berlian dapat. Nino malah memutuskannya demi perempuan lain.
"Cinta di hatiku untukmu sudah tidak ada. Berlian, aku sudah berusaha bertahan. Aku juga sudah beberapa kali mengelak pada perasaanku. Tapi sekarang aku yakin, aku sangat mencintai Raima. Ini bukan salah Raima. Ini salahku karena aku jatuh cinta padanya. Tolong kamu jangan salahkan Raima. Salahkan saja aku. Mengenai hutangku padamu, aku janji akan menyicilnya sedikit demi sedikit. Tolong lepaskan aku, Berlian."
Itulah yang dikatakan Nino. Perkataan itu sangat menyakiti hati Berlian. Sejak SMA, Berlian jatuh cinta pada Nino dan berusaha mengejarnya sampai Nino mau menerima cintanya. Di sisi lain Berlian juga sadar akan kedekatan Nino dan Raima. Berlian kerap cemburu dan melampiaskan kekesalan pada Raima. Namun, semua itu menciptakan imej Berlian tidak baik di hadapan Nino. Nino menganggap Berlian gadis kaya yang kejam sementara Raima gadis polos yang harus dilindungi.
"Nino, aku tidak mau putus sama kamu. Aku janji akan lebih baik lagi kedepannya. Sebentar lagi kita akan menikah." Berlian menangis sambil memohon. Sudah ratusan kali Berlian memohon agar Nino tidak putus dengannya, tapi semua itu membuat harga diri Berlian tidak berarti bagi Nino.
"Biar aku yang mengurus pembatalan pernikahan kita. Aku juga akan menjelaskan semua pada kakak-kakak mu. Maafkan aku, aku tetap mau putus," kata Nino kekeh.
"Kalau kamu kekeh mau putus, jangan salahkan aku kalau aku bunuh diri," ancam Berlian.
"Itu yang membuat aku tidak suka padamu. Kamu selalu mengancam. Kamu sangat kekanak-kanakan. Terserah, aku sudah tidak peduli lagi. Kamu matipun, itu bukan urusanku," kata Nino, kesal. Nino pun berdiri, hendak meninggalkan Berlian di meja itu.
"Kamu mau kemana? Jangan tinggalkan aku," pinta Berlian lagi.
"Cukup Berlian! Lihatlah, semua perhatian mengarah ke kita! Apa kamu tidak malu?" tegur Nino. Semua mata memang mengarah ke mereka, terlebih restoran mewah ini sekarang sedang ramai pengunjung.
"Aku tidak peduli. Pokoknya aku tidak mau putus dari kamu."
"Aku ingin putus. Titik." Tanpa perasaan, Nino pun pergi meninggalkan Berlian.
"Tunggu!" Berlian berusaha mengejar Nino.
Diantara para pengunjung restoran yang melihat pertengkaran Berlian dan Nino, terlihat seorang pria berkacama dengan sorotan mata tajam diantara mereka. Pria itu tersenyum sinis melihat Berlian mengejar Nino sambil mengemis.
"Apa wanita zaman sekarang sangat murahan? Sudah ditinggalkan prianya, malah mengemis," ucap pria itu, yang tidak lain adalah Saka Cakra Tama.
"Itulah cinta, Presdir. Cinta itu buta dan tuli," jawab Juan Athar-sekretaris sekaligus orang kepercayaan Saka.
"Cinta hanya membuat kita bodoh," jawab Saka lagi.
Kembali ke Berlian, dia berhasil mengejar Nino sampai parkiran. Nino masih tetap berjalan cepat demi menghindari Berlian.
"Nino, aku akan buktikan. Lebih baik aku mati dari pada putus sama kamu!" teriak Berlian. Nino tetap mengacuhkannya. Nino masuk ke mobil.
Berlian telah hilang akal. Otaknya dipenuhi keputusasaan. Dalam otaknya hanya ada Nino dan cinta butanya. Di pikirannya hanya satu, jika tidak bersama Nino, lebih baik dia mati.
Berlian langsung berlari ke arah jalan besar, di depan restoran. Di sana banyak kendaraan lalu lalang. Tanpa banyak berpikir, Berlian langsung merentangkan kedua tangannya, ingin bunuh diri.
"Dasar wanita gila!" umpat Nino dalam mobil, saat melihat aksi Berlian yang nekat.
Berlian memejamkan matanya, berharap ditabrak sampai mati oleh kendaraan yang lewat. Suara klakson dari mobil-mobil maupun truk-truk yang lewat tidak Berlian hiraukan. Dia nekat sekali.
Bruk ...
Berlian tertabrak oleh sebuah mobil. Badan Berlian terpental.
"Berlian!"Nino terkejut melihat kejadian itu.
Berlian dilarikan ke rumah sakit secepat kilat. Semua anggota keluarga terkejut menerima kabar mengenai Berlian yang ditabrak mobil. Miko dan Vito langsung ke rumah sakit. Mereka meninggalkan semua pekerjaan penting demi adiknya.
"Nino, apa yang terjadi?" tanya Miko, dengan panik.
"Sebaiknya tidak usah ku katakan kalau Berlian mencoba bunuh diri karena aku minta putus. Bisa-bisa hari ini aku mati dibunuh tiga kakak Berlian," batin Nino.
"Kami janjian bertemu di restoran untuk makan siang. Aku tidak tau apa yang terjadi, tiba-tiba saja dia tertabrak mobil di jalan besar," jawab Nino, berbohong.
"Bohong! Pasti kamu mengatakan sesuatu yang menyakiti Berlian. Kamu pikir kami bodoh!" sahut Dirli, yang datang setelah Miko dan Vito. Dia kelihatan gagah dan garang dengan seragam polisinya.
Dirli langsung menarik kerah baju Nino, membuat Nino tercekik. Dirli emosi tingkat dewa.
"Dari awal aku sudah tidak suka sama kamu. Kamu selalu saja menyakiti adikku!" kesal Dirli.
"Kak lepaskan!" pinta Vito.
"Kenapa? Karena dia temanmu?" Dirli menatap tajam Vito yang dia anggap membela Nino. Vito langsung terdiam.
"Sudah! Jangan ribut! Berlian di dalam sana sedang berjuang!" titah Miko. Hanya satu kalimat yang keluar dari mulut Miko, tapi kalimat itu tidak bisa dibantah. Dirli terpaksa melepas cengkeramannya.
"Kalau ada apa-apa dengan adikku, ku bunuh kau!" ancam Dirli lagi.
Nyonya Elsa dan Raima datang. Terlihat wajah Elsa pucat pasi mendengar berita kecelakaan anak bungsunya.
"Kenapa adik kalian bisa kecelakaan?" tanya Elsa, sambil menangis, hatinya tidak karuan.
Miko menggeleng, sebagai tanda tidak tau.
"Ulah siapa lagi kalau bukan pria brengsek ini!" jawab Dirli.
"Bukan, Tante. Saya tidak bersalah," sahut Nino, membela dirinya.
"Kak Dirli, kamu jangan asal tuduh. Mana mungkin Kak Nino menyakiti Berlian, dia kan tunangannya," bela Raima pada Nino.
"Aku bukan kakak kamu, jangan panggil aku Kakak!" sahut Dirli.
"Sudah, jangan ribut, tolong!" tegur Elsa, menengahi mereka.
"Dirli sialan!" umpat Raima dalam hati.
Seorang dokter keluar dari ruang tindakan. Dia memberitahukan kepada mereka kalau Berlian harus di operasi secepat mungkin karena kepala Berlian terluka parah. Mereka pun langsung setuju. Dokter juga memberitahu, setelah di operasi kemungkinan besar Berlian akan mengalami amnesia dalam jangka panjang. Tapi jika tidak dioperasi, nyawa Berlian terancam.
Pihak keluarga tidak keberatan, bagi mereka nyawa Berlian adalah yang terpenting. Nino senang akhirnya Berlian berhenti merecoki hidupnya. Dengan amnesianya Berlian, pasti Berlian akan melupakan dirinya.
"Sialan, semua jadi tidak menyenangkan lagi. Padahal aku belum puas menyiksa Berlian dengan mengambil tunangannya. Berlian, aku benci sama kamu yang hidup nyaman. Sementara aku banyak menderita," batin Raima. Dia wanita licik, baik di luar tapi busuk di dalam.
Berlian di operasi selama 4 jam. Selama itu pula semua anggota keluarga Lingga berjaga. Mereka setia menunggu selesainya operasi Berlian. Sementara Nino, dia diam-diam pulang. Baginya operasi Berlian tidak penting. Dia diam-diam pulang bersama Raima ke apartemennya. Nino tinggal sendiri di apartemen, ayah dan ibunya tinggal diapartemen mereka sendiri.
"Sayang, apa setelah operasi Berlian akan melupakanmu?" tanya Raima, bersuara manja.
"Mungkin, tapi itu bagus. Jadi kita bisa bersatu. Aku tinggal membatalkan pertunangan kami," jawab Nino.
"Bagaimana dengan perusahaanmu? Bukankah perusahaanmu sedang membangun proyek besar? Kalau kamu putus dengan Berlian, pasti Kak Miko akan berhenti berinvestasi di perusahaanmu."
"Jangan khawatir Raima sayang. Perusahaanku sekarang sudah stabil. Beberapa minggu lalu Berlian memberikan banyak uang untukku. Tanpa uang Miko, perusahaan ku tetap berdiri. Tapi ..."
"Tapi apa?"
"Kendalanya sekarang bukan uang Miko, tapi kakak tiriku yang sialan itu."
"Siapa?"
"Siapa lagi kalau bukan CEO Tama Group. Bukannya aku pernah bilang kalau Tama group dulu adalah perusahaan milik ayahku. Kakakku yang mirip mafia itu menggunakan cara licik mengambil perusahaan kami. Dia membuat ibu dan ayahku takut keluar rumah. Pasti dia sedang menyusun rencana untuk menjatuhkan perusahaanku."
"Bagaimana kalau dia berhasil?"
"Tidak akan ku biarkan. Aku punya kartu As ditanganku. Itulah kenapa sampai sekarang dia tidak berani menyentuhku. Tulang berulang ibunya aku gali dari makam dan ku simpan di tempat rahasia. Tanpa aku, dia tidak akan menemukan tulang ibunya ... Tenang saja, kamu pasti bahagia bersamaku." Nino membelai wajah Raima, membuat Raima tersenyum menggoda. Setidaknya Nino masih bisa menjadi ATM berjalan untuknya.
"Nino, aku mencintaimu." Raima menatap manja wajah Nino. Membuat Nino tertawa dan tergoda.
"Kamu sangat menggoda, Sayang." Tanpa aba-aba Nino langsung menyerang Raima. Dia mencium bibir Raima dengan rakus. Tangan Nino pun tidak tinggal diam. Seluruh badan Raima sepuasnya dia remass dan sentuh. Raima mengerangg manja, membuat Nino semakin bergairah mendengarnya.
Raima dengan berani membuka kancing baju Nino. Setelah melemparkan baju Nino ke lantai, kini giliran resleting celana Nino yang dia buka. Suasana semakin panas.
Nino paling suka berada di bawah Raima. Posisi itu adalah posisi favorit Nino. Raima pun memberikan kepuasan yang Nino mau sampai Nino merasa terbang ke langit ke tujuh. Itulah yang dia suka dari Raima. Raima mampu memuaskannya sementara Berlian selalu menolak tidur dengannya. Nino menganggap Berlian kuno dan sok suci. Bersama Raima, Nino merasa menjadi laki-laki sejati. Raima selalu berhasil membuat Nino mengerangg puas diatas tempat tidur.
Nino dan Raima adalah pasangan selingkuh yang sangat cocok dan keji. Meskipun Nino masih bertunangan dengan Berlian, tapi mereka sering tidur bersama. Tanpa memperdulikan perasaan Berlian, mereka sering bertemu dan memadu cinta terlarang.
Seperti hari ini.
Operasi Berlian berhasil. Setelah melakukan pemulihan selama sepekan akhirnya Berlian diperbolehkan pulang. Seperti yang dikatakan dokter sebelumnya, Berlian mengalami amnesia. Dia lupa siapa dirinya, ibunya, dan kakak-kakaknya. Kakak-kakak Berlian memanfaatkan amnesia Berlian untuk memisahkan Berlian dan Nino. Apalagi selama Berlian dirawat di rumah sakit, Nino tidak pernah sekalipun menjenguk. Untuk apa mempertahankan pria seperti itu. Mereka semua sepakat tidak memberitahu tentang Nino pada Berlian.
Miko juga diam-diam membatalkan pertunangan Berlian dan Nino. Miko meminta Nino untuk tidak muncul lagi di hadapan Berlian. Selain itu, dia juga mencabut semua investasi yang dia tanam di perusahaan Nino.
Miko memperingatkan ibunya dan Raima agar tidak membahas semua tentang Nino di depan Berlian. Jika ada yang berani membantah, Miko mengancam akan menghancurkan kehidupan mereka. Miko mengatakan amnesia Berlian membuat semua orang untung. Raima pun untung karena bisa bersatu dengan Nino tanpa perlu melukai Berlian seperti dulu. Mau tidak mau Raima menurut. Raima tidak menyangka ternyata Miko selama ini tau perselingkuhannya dengan Nino. Tapi Raima masih belum tau alasan Miko tetap bungkam.
Malam ini, semua anggota keluarga berkumpul di meja makan. Suatu pemandangan yang langka. Mereka makan malam bersama untuk pertama kalinya, semua demi kesembuhan Berlian. Padahal malam-malam yang lalu, mereka jarang berkumpul bersama. Terlebih setelah Raima masuk ke keluarga Lingga, dia selalu ribut jika bertemu Berlian.
"Aneh sekali, kenapa aku tidak suka melihat wajah Kak Raima, padahal Kak Raima selalu baik padaku?" batin Berlian.
"Semuanya, mari kita makan," ucap Miko. Mereka pun mulai menyantap menu makan malam yang sudah disediakan.
"Setelah Berlian amnesia, hidupnya semakin tenang. Aku tidak suka melihatnya. Lihat saja, akan ku pertemukan dia dengan Nino. Kita lihat, apa dia bisa mengingat Nino? Dia kan bucin akut," kata Raima dalam hati. Raima tersenyum licik dengan samar.
"Berlian, malam ini aku mau ke tempat karaoke. Dulu kita sering karaoke bersama untuk menghilangkan stres. Kamu mau ikut?" ajak Raima. Raima berbohong, padahal yang sering ke tempat karaoke adalah dirinya dan Nino.
"Tidak usah keluar malam ini. Tidur saja," tegur Miko.
"Setelah Berlian sembuh, dia pasti bosan di rumah. Aku hanya membawanya bersenang-senang. Tidak punya niat apapun. Tapi karena Kak Miko melarang, ya sudah," jawab Raima dengan wajah sedih, tentunya juga pura-pura.
"Aku mau ikut. Aku bosan di rumah. Kak Miko, malam ini saja ya," pinta Berlian.
"Tidak boleh!" larang Miko lagi.
"Tapi kak?" Berlian kekeh mau ikut.
"Sudahlah kak Miko. Kamu jangan kuno. Berlian sudah dewasa. Dia perlu refreshing," sahut Vito, mengizinkan.
Miko berpikir sejenak, dia menghela nafas berat. Menimbang apakah mereka perlu di izinkan atau tidak.
"Baiklah, hanya sampai jam 10 malam," kata Miko, setelah berpikir sejenak.
"Ye ..." Berlian senang.
Setelah selesai makan malam, Berlian dan Raima langsung naik ke atas, mengganti pakaian mereka. Mereka tidak ingin buang waktu karena waktu mereka keluar sangat terbatas.
Sebelum berangkat, Raima mengirim pesan ke Nino, untuk datang ke club malam Rose. Raima membohongi Berlian. Mereka tidak datang ke tempat karaoke, tapi ke club malam.
Setelah setengah jam berlalu, mobil yang disetir Raima tiba di parkiran club malam.
"Ini tempat apa, Kak Raima? Sepertinya bukan tempat karaoke?" tanya Berlian.
"Ini club malam. Tadi aku berbohong, agar di izinkan Kak Miko. Tapi kamu tenang saja, tempat ini aman. Kita sering datang diam-diam ke sini tanpa ketahuan kakak-kakak kita," jawab Raima, lagi-lagi berbohong.
"Masa sih kak?" Berlian tidak percaya.
"Berlian, kamu sedang amnesia, jadi kamu tidak ingat semuanya. Kamu tenang saja, ada aku di sini, percaya sama aku. Aku kakak kamu," kata Raima lagi dengan manis. Raima mengelus lembut tangan Berlian agar Berlian tenang dan percaya padanya.
Akhirnya, meskipun ragu, Berlian mau ikut Raima masuk ke dalam.
Raima memesan ruang VIP untuk mereka. Tentu dengan berbagai macam minuman anggur yang mahal di dalamnya.
Diam-diam Raima juga memesan obat perangsang pada pelayan, untuk dimasukan ke minuman Berlian.
Pelayan memberikan minuman yang dibawanya. Minuman itu langsung diteguk sampai habis oleh Berlian.
"Kena kau," batin Raima.
Raima memberikan kode lewat gerakan tangannya pada pelayan. Pelayan itu mengerti, lalu keluar.
"Berlian, tunggu sebentar, aku mau ke toilet," kata Raima.
"Hm, jangan lama-lama kak," jawab Berlian.
"Baik," jawab Raima. Dia pun keluar menemui pelayan itu, untuk memberi uang atas pekerjaannya.
Obat perangsang yang diberikan Raima lewat minuman itu tampaknya mulai bereaksi bereaksi.
Berlian menunggu Raima dengan tenang di sofa. Entah kenapa semakin lama tubuhnya semakin panas. Tenggorokannya juga terasa panas. "Ada apa denganku?" Berlian merasa ada yang aneh pada dirinya.
Karena Raima belum kunjung datang, Berlian pun keluar mencarinya di toilet terdekat.
"Mana toiletnya?" kata Berlian dengan panik. Tubuhnya semakin panas. Langkahnya semakin gelisah.
"Itu Raima," akhirnya Berlian menemukan Raima. Raima sedang bicara di sudut ujung dengan pelayan tadi, membuat Berlian penasaran. Berlian pun diam-diam melangkah, untuk menguping pembicaraan mereka.
"Sebentar lagi Nino datang. Setelah Nino masuk, langsung kunci ruangannya. Aku mau Berlian memperkosaa Nino. Dengan begitu Berlian pasti mengingat Nino. Obat perangsang yang sudah Berlian minum pasti sekarang sudah bereaksi," kata Raima, tersenyum licik.
"Baik, Nona," jawab pelayan.
Berlian terkejut. Dia langsung bersembunyi. Dia hampir tak percaya dengan apa yang dia dengar.
"Ternyata firasatku benar. Raima tidak sebaik yang ku kira. Semua ini gara-gara aku amnesia. Siapa Nino? Kenapa dia ingin aku tidur dengan Nino. Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus mencari bantuan. Tapi bagaimana cara melepas pengaruh obat ini?" Berlian semakin panik. Berlian pun berjalan mencari bantuan. Dia pergi tanpa pamitan pada Raima.
Di ujung sana, Berlian melihat lift terbuka. Dari lift keluarlah seorang pria dengan memakai setelan jas berwarna hitam, berkacamata dan berwajah dingin.
Berlian merasa sudah tidak mampu menanggung pengaruh obat ini. Dia pun berlari ke arah sang pria. Yang tidak lain adalah Saka.
"Tolong aku!" Berlian langsung memeluk Saka. Membuat Saka terkejut.
"Lepaskan!" titah Saka dengan suara berat. Dia tidak suka tubuhnya di sentuh orang lain.
"Tolong aku. Aku akan berikan apapun," kata Berlian lagi, memohon.
"Lepaskan!" Saka melepaskan pelukan Berlian dengan paksa.
"Wanita ini?" batin Saka. Dia kenal dengan Berlian walau Berlian tidak mengenalinya. Dia juga tau hubungan Berlian dengan Nino, termasuk perselingkuhan Nino.
"Aku di jebak, tolong aku," pinta Berlian lagi.
Saka melihat wajah Berlian memerah. Sekali lihat saja Saka sudah tau, kalau Berlian berada di bawah pengaruh obat perangsang.
Tanpa berkata apapun, Saka langsung menggendong Berlian di tangannya. Dia kembali masuk ke lift untuk kembali ke lantai dasar. Secepat mungkin Saka membawa Berlian ke mobilnya. Pergi ke hotel terdekat untuk membantu Berlian.
Sesampai di hotel, Saka melempar Berlian ke bak mandi. Dia menyirami tubuh Berlian dengan air dingin.
"Dingin, dingin," kata Berlian tanpa sadar.
"Itu lebih baik dari pada kamu tidur dengan sembarang pria," jawab Saka.
"Aku mau kamu." Berlian menarik dasi Saka dengan kuat. Membuat wajahnya dengan wajah Saka tak berjarak. Hembusan nafas keduanya saling beradu dan terdengar. Saka tanpa sadar meneguk ludahnya sendiri.
"Airnya dingin, aku mau kamu, tolong," pinta Berlian lagi.
Entah kenapa Saka mulai tergoda dengan wajah polos Berlian yang sedang memohon.
"Baiklah, tapi jangan menyesal," jawab Saka.
"Tidak akan," sahut Berlian dengan yakin. Saka pun kembali menggendong Berlian dengan tangannya. Membawa Berlian keluar dari kamar mandi, lalu menjatuhkannya dengan pelan di atas ranjang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!