NovelToon NovelToon

Rindu Yang Kusimpan

Bab. 1

" Ku tunggu sampai besok. Jika kau tak mampu memberiku uang, maka kau tau apa yang akan kau terima sebagai balasannya." Ancam juragan Marta pada ibuku. Setelah puas, dia pergi meninggalkan rumah kami.

Aku hanya bisa menangis, ku peluk ibu yang menunduk dengan air mata berderai. Aku tahu, ibu merasa kalut mendengar perkataan juragan Marta. Namun kami tak bisa berkata apapun lagi.

***

Hari itu seakan menjadi hari paling buruk bagiku dan ibu. Aku harus mendengar kembali kemarahan juragan Marta dengan telingaku?

" tenanglah bu, kita pasti bisa keluar dari masalah ini."

Kiki adalah nama pemberian orang tuaku. Ayahku belum lama meninggal sehingga aku hanya tinggal berdua dengan ibuku. Kami tinggal disebuah desa terpencil. Hidup kami jauh dari kata sempurna namun aku masih bersyukur dengan keadaanku dan ibu.

Juragan Marta adalah orang yang terkenal kaya di desaku. Dia adalah seorang tuan tanah yang terkenal kejam. Sebenarnya kami tidak mau berurusan dengan dia. Namun aku dan ibu terpaksa menjalin hubungan dengan juragan marta saat ayah sakit.

"Maafkan ibu nak. Semoga besok kita bisa mengembalikan uang pada juragan Marta. Ibu tidak mau kau jadi korbannya. Ibu tak sudi jika kau harus d jadikan istri kelima juragan Marta nak. " air mata ibu semakin deras mengalir saat kata-kata itu meluncur dari bibirnya.

" Tak apa bu, insya alloh ada yang bisa kita lakukan. Alloh takkan membiarkan hambanya di uji diluar kemampuannya bu. " aku tersenyum memcoba menenangkan hati ibu. Ku peluk semakin erat wanita kuat yang ada dihadapanku itu.

Sejak ayah meninggal ibu jarang sekali tersenyum. Sepertinya bebannya sangat berat sehingga senyum indahnya seakan pergi.

" mari kita bersiap bu, sebentar lagi magrib. Kita sholat berjamaah saja." ku ajak ibu beranjak dari tempatnya.

Tak banyak penolakan dari ibu, dia pun mengikuti perintahku dan masuk ke kamarnya. Akupun masuk kamarku. Ku hempaskan tubuhku di kasur yang sudah tak empuk lagi itu. Ku tarik nafas kasar untuk membuang semua pikiran di hati.

" Apa yang harus ku lakukan ya Alloh? Bantulah hambaMu ini... " doaku dalam hati. Tak terasa bukir bening keluar dari sudut mataku. Segera ku usap dan akupun bangun untuk bersiap memanggil ibu.

***

Setelah selesai menunaikan sholat aku dan ibu berbincang diruang yang mungkin terlalu sederhana disebut sebagai ruang tamu bagi sebagian orang.

" ibu, apakah tanah kita bisa melunasi hutang kepada juragan Marta?

" sepertinya tidak nak, sebidang sawah dan kebun yang kita miliki mungkin masih kurang untuk uang sejumlah itu. Karena juragan Marta selalu menekan harga jual tanah disini. "

" namun kita bisa coba bu, bagaimana kalau besok kita temua juragan Marta. Jika masih kurang kita berikan saja rumah dan tanah ini juga sebagai tambahannya. "

" lalu kita akan tinggal dimana nak? Ibu tak punya lagi tempat untuk kita tinggal. " ibu seakan semakin sedih dengan perkataanku.

" kita pergi saja bu dari desa ini. Kita ke kota. Aku akan bekerja disana. Kita mengontrak disana. "

" apakah kau punya uang nak? Kita memerlukan uang untuk bisa tinggal disana. Darimana kita mencari uang lagi, sekarang saja kita sudah bingung. "

" aku ada sedikit uang tabungan bu, insya alloh akan cukup untuk ongkos kita ke kota dan mencari kontrakan disana. "

" tapi nak.... "

" insya alloh kita akan baik- baik saja bu. Besok kita temui juragan Marta supaya kita bisa segera pergi dari sini bu. Sejujurnya aku tak sudi jika harus menjadi istri juragan Marta. "

Bab. 2

" insya alloh kita akan baik- baik saja bu. Besok kita temui juragan Marta supaya kita bisa segera pergi dari sini bu. Sejujurnya aku tak sudi jika harus menjadi istri juragan Marta. "

Malam itu Kiki masuk kamar dan langsung memasukan baju-bajunya ke dalam tas. Tekadnya sudah bulat besok ia akan pergi menemui juragan Marta dan langsung pergi meninggalkan desa bersama ibunya.

***

Mentari pagi menyapa dengan hangat. Kiki dan ibunya sudah selesai membereskan rumah mereka. Selanjutnya mereka menikmati sarapan sambil berbincang di dapur rumah mereka.

" Nak, apakah kau sudah yakin dengan rencanamu kemarin. "

" Tentu saja bu, aku sudah memikirkan semuanya. Insya alloh kita akan baik-baik saja bu. "

" tapi nak, kau tau kan juragan Marta seperti apa. Tak mungkin ia bisa dengan mudah melepaskan kita. Ibu takut sesuatu terjadi padamu nak. "

" tenang saja bu, insya alloh tak akan terjadi apapun. Ibu doakan saja aku berhasil. " Kiki terus meyakinkan sang ibu.

Ibunya mengangguk. Ia pasrah pada keputusan sang anak. Ia mendoakan yang terbaik untuk putrinya itu.

" kapan kau akan menemui juragan marta? "

" nanti agak siang bu. Aku yakin jika juragan Marta masih dirumahnya jika belum terlalu siang. " ujar kiki sambil tetap mengunyah makanannya.

Kiki memang sudah menjelma menjadi seorang gadis yang kuat semenjak ayahnya meninggal. Jalan kehidupan yang dilaluinya mengharuskan ia berpikir lebih keras dibandingkan dengan gadis seusianya.

" ibu siapkan saja sertifikat kita bu. Supaya semua cepat selesai, aku sudah tak mau berurusan dengan juragan Marta. "

" baiklah nak. "

Setelah selesai makan mereka membereskan makanan dan bersiap untuk pergi ke rumah juragan Marta.

***

Kiki berjalan bersama ibunya menuju rumah juragan Marta. Nampak didepan mereka berdiri rumah megah yang mencolok jika dibandingkan dengan rumah lain disekitarnya.

Kiki menarik nafas dengan kasar. Ia berusaha menenangkan hatinya yang tak karuan. Diliriknya sang ibu disampingnya. Melihat wajah sang ibu ia segera tersenyum. Kiki tak mau kegugupannya terlihat oleh sang ibu.

" Bismillah ya bu. Insya alloh Tuhan menyertai langkah kita. "

ibunya mengangguk. Mereka lekas menuju rumah itu. Tak sabar segera menyelesaikan semua dengan juragan Marta.

" assalamualaikum.... Apakah juaragan Marta ada dirumah? " Kiki segera bertanya pada seorang yang nampaknya sedang berjaga dirumah juragan Marta.

" waalikumsalam... Juragan ada. Sebentar tunggulah disini. Aku akan memberitahukan kedatanganmu pada Juragan. "

" terima kasih pak. " Kiki tetap mencoba ramah pada anak buah juragan Marta.

Sang anak buah segera beegegas masuk. Mencari keberadaan sang juragan.

" Maaf mengganggu juragan. Didepan ada Kiki beserta ibunya. "

" hmm... Besar juga nyali anak itu. Padahal aku akan ke rumahnya. Tapi dia berusaha datang sendiri kesini. Aku semakin suka akan keberaniannya. " senyum juragan Marta tampak semrungah namun menakutkan bagi yang melihatnya.

" persilahkan mereka masuk. Bawa mereka ke ruang tamu. Aku ingin tau apa yang akan anak itu lakukan."

" Baik juragan. "

Tak butuh waktu lama, Kiki dan ibunya sudab duduk d ruang tamu rumah juragan Marta. Juragan Marta segera menghampiri mereka.

" Berani sekali kau datang kemari. Apa kau sudah menyiapkan uangnya atau kau memilih bersedia menjadi istriku. " juragan Marta berdiri dengan angkuh begitu sampai diruangan tersebut. Kiki mengangkat wajahnya. Dia menatap wajah juragan Marta dengan pandangan yang tak dapat diartikan

Wajah juragan Marta nampak tidak bersahabat. Matanya terlihat menatap tajam kedua tamunya. Ia melangkah duduk disofa.

"Kenapa kau tak menjawab pertanyaanku? "

" Maaf tuan aku.... Aku memang tak membawa uang untuk juragan. Kedatangan kami kesini untuk menyerahkan semua harta kami. Ada sebidang sawah, ladang dan lahan rumah kami. Ini kami membawa sertifikatnya. Semua bisa juragan miliki. Apakah itu semua bisa melunasi hutang kami? " Kiki langsung mengjelaskan maksud kedatangannya tanpa mau berlama-lama dirumah juragan Marta.

" Apa? Kau tak salah menyerahkan semua yang kau miliki padaku. Lalu kalian akan tinggal dimana. Kau yakin bisa tinggal didesa ini lagi padahal kau tak memiliki tempat tinggal? " juragan Marta nampak menjadi semakin serius.

" Tidak apa juragan. Insya alloh kami masih bisa hidup. Asalkan hutang kami kepada juragan lunas. "

Juragan Marta nampak membuka satu persatu sertifikat yang diserahkan oleh Kiki. Matanya menyiratkan bahwa ia sedang memikirkan sesuatu. Namun Kiki tak peduli. Dalam hatinya hanya ingin segera terlepas dari cengkraman juragan Marta.

Bab. 3

" Apa? Kau tak salah menyerahkan semua yang kau miliki padaku. Lalu kalian akan tinggal dimana. Kau yakin bisa tinggal didesa ini lagi padahal kau tak memiliki tempat tinggal? " juragan Marta nampak menjadi semakin serius.

" Tidak apa juragan. Insya alloh kami masih bisa hidup. Asalkan hutang kami kepada juragan lunas. "

Juragan Marta nampak membuka satu persatu sertifikat yang diserahkan oleh Kiki. Matanya menyiratkan bahwa ia sedang memikirkan sesuatu. Namun Kiki tak peduli. Dalam hatinya hanya ingin segera terlepas dari cengkraman juragan Marta.

***

Kiki dan ibunya sampai dirumah mereka. Tak ada perbincangan antara keduanya. Mereka segera masuk ke kamar masing-masing.

Kiki berjalan gontai menuju tempat tidurnya. Ia merebahkan badannya yang terasa tak enak. Pikirannya melayang memikirkan kejadian di rumah Juragan Marta.

Flash back on.

" Sekali lagi ku tanya. Kau sama sekali tak memikirkan kalian akan tinggal dimana? " juragan Marta mengulang kembali pertanyaannya.

" tentu kami sudah mempertimbangkannya juragan. Namun bukankah itu bukan lagi menjadi urusanmu? Yang kau mau hanya hutang kami lunas kan? " dengan berani Kiki menjawab pertanyaan juragan Marta.

" memang bukan urusanku, namun apakah kau bodoh hah! Bukankah lebih baik kau menjadi istriku daripada harus menyerahkan semua tanah yang kau punya." juragan Marta semakin berapi- api. Ia menatap semakin tajam ke arah Kiki.

" jika kau jadi istriku, bukan hanya tanah yang kau punya ini saja namun akan bertambah beberapa bidang tanah lagi menjadi milikmu. "

" Tidak juragan. Kami tidak apa kehilangan tanah itu. Insya alloh Tuhan akan memudahkan kami jika memang kami di takdirkan tetap memiliki tanah itu. " Kiki tanpa rasa takut terus menjawab perkataan juragan Marta.

" kau memang bodoh! Baiklah akan ku kabulkan jika memang kau ingin hidup sengsara. Tunggu saja aku yakin kau akan menyesal dan takkan lama kau akan kembali datang padaku. " juragan marta menyunggingkan senyum kembali.

" Terima kasih juragan. Insya alloh kami tidak akan menyesal karenanya. "

" baik, ku beri waktu satu minggu untuk kau berkemas dan pergi dari rumah itu. "

" terima kasih juragan. Insya alloh tak sampai seminggu kami akan pergi dari rumah. Kami pamit juragan. Assalamualaikum..." kiki merasa sangat lega. Ia segera mengajak sang ibu untuk pergi meninggalkan rumah Juragan Marta.

Flash back off.

Kiki memejamkan matanya. Hatinya sebetulnya merasa tak ingin jika rumah yang penuh kenangan itu jatuh ke tangan juragan Marta. Namun dia juga akhirnya harus memilih daripada diperistri oleh juran Marta.

" maafkan Kiki ayah. Kita harus kehilangan rumah ini. Insya alloh semua kenangan keluarga kita tetap terukir dihati kiki meskipun tak lagi tinggal di rumah ini. " batinnya hingga tak terasa bulir bening keluar dari sudut matanya.

***

Sementara itu sepeninggal Kiki dan ibunya, dirumah megah juragan Marta nampak menatap sertifikat yang ditinggalkan kiki.

" Tak ku kira dia akan seberani itu. Aku semakin menyukainya. Lihat saja akan ku ikuti permainanmu. " seringainya.

Tak lama juragan Marta memanggil anak buahnya.

" Bonar kau cari tahu apa yang akan dilakukan Kiki dan ibunya. Segera laporkan padaku."

" Baik segera ku laksanakan perintah juragan. " Bonar segera menjawab perintah juragan Marta.

Ia bergegas pergi untuk mengintai Kiki dan ibunya.

Juragan Marta masih enggan beranjak dari duduknya. Ia tak habis pikir dengan pilihan Kiki.

" selama ini tak ada yang berani menolak menjadi istriku. Tapi anak itu berbeda. Ia rela hidup melarat dan menolak ku." ucapnya.

" padahal dia tak harus menyerah semua tanahnya padaku. Tapi biarlah. Aku ingin tau bagaimana dia bertahan. Biarlah sementara sertifikat ini tetap di tempatku. Jika dia bisa membuktikan keberaniannya akan ku kembalikan rumahnya. Namun jika akhirnya dia menyerah maka aku tetap akan untung. " di ambilnya sertifikat itu dan ia letakan bersama sertifikat lain yang sudah banyak bertumpuk.

" Padahal aku hanya menggertak nya, aku tak tega melihat kerja kerasnya selam ini. Aku tahu Kiki bukan gadis manja namun dia memang beda. Dia berani dan itu yang membuatku sangat terpesona padanya." Juragan Marta kembali melanjutkan aktivitasnya. Ia meninjau beberapa ladangnya yang sudah siap panen. Meskipun banyak uang dan anak buah, namun juragan Marta selalu memastikan sendiri jika memang ladang yang ia tanami sudah siap panen.

Menjelang sore juragan Marta baru kembali ke rumahnya. Begitu sampai dia melihat Bonar sudah menunggunya.

" bagaimana hasil pengintaian mu Bonar?"

" Kiki dan ibunya rupanya berniat meninggalkan desa ini tuan. Sepertinya Kiki sudah sangat yakin untuk memilih tak menerima menjadi istri juragan." lapor Bonar pada juragan Marta.

" terus ikuti mereka dan laporkan padaku. "

" baik juragan. Permisi. " Bonar segera undur diri setelah melapor pada juragan Marta.

" Aneh masih ada gadis bodoh yang mau hidup kere. Kenapa mereka tak menerima saja tawaran juragan. Tentu hidupnya akan bahagia. Jika aku pasti tak banyak mikir ku terima tawaran juragan Marta. " gerutu Bonar sambil berlalu meninggalkan rumah juaragan Marta.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!