Adzan subuh berkumandang, Annisa Fahma nama gadis yang baru saja selesai membereskan tempat tidur nya, kini akan melaksanakan ibadah sholat subuh.
Pintu kamar terbuka...
" Nis cepetan masak...jangan lupa setrika baju kakak mu" Ucap Bu Yuli.
" Iya bu sebentar lagi, aku mau sholat subuh dulu " Jawab Nisa.
" Buruan....jangan banyak alasan"
Nisa hanya bisa menghela nafas nya saja mendengar ucapan ibu nya tanpa menjawab. Lebih baik segera sholat subuh saja.
Selesai sholat subuh, dari luar ibu nya sudah teriak - teriak agar diri nya hendak memasak.
Keluarlah Nisa dari kamar nya.
" Sholat subuh dari tadi nggak selesai - selesai, kamu sengaja ya mau bermalas - malasan..." Omel ibu nya.
" Aku sholat subuh nggak ada sepuluh menit bu, ibu selalu saja marah - marah pada ku, kenapa kakak nggak di suruh - suruh, dia kan bisa setrika baju sendiri..." Kata Nisa, sesak di dada nya terasa perih. Ibu nya selalu bersikap tidak adil pada diri nya.
Plak....
Satu tamparan melayang di pipi Nisa.
" Udah berani melawan kamu..." Teriak Bu Yuli.
Air mata Nisa membasahi ke dua pipi nya. Tangan nya memegang pipi yang baru saja di tampar oleh ibu nya.
" Kamu tuh, seharusnya bersyukur...udah mending ibu rawat sampai sebesar ini, dasar anak pembawa sial..." Ucap Bu Yuli, membuat Nisa tambah terisak.
" Kerja cuman di toko bunga saja, gaya nya setinggi langit ingin hidup enak...contoh tuh kakak mu, nggak sia - sia ibu menyekolahkan nya tinggi - tinggi, kakak mu sekarang busa jadi menejer di perusahaan"
Untuk apa ibu nya membandingkan dengan kakak nya soal pendidikan. Toh diri nya juga cuman duduk di bangku SMP saja. Setelah itu di suruh kerja.
" Ada apa sih bu, pagi - pagi begini udah ribut..." Keluarlah Tias dari kamar nya, Kakak dari Nisa.
" Tuh, Nisa udah berani bantah ucapan ibu" Jawab nya.
" Mau kita usir kamu, udah berani melawan?...Udah gih sana selesai kan pekerjaan rumah" Ucap Tias dengan nada merendahkan.
" Kenapa masih di sini, buruan sana..." Dorong bu Yuli.
Nisa menghapus air mata nya. Ingin sekali diri nya pergi dari rumah ini. Tapi harus pergi ke mana?, tidak ada tempat yang bisa di tinggali. Uang tabungan nya pun belum cukup untuk sewa kontrakan.
Makanan sudah tersaji di atas meja makan. Cucian piring dan baju pun sudah terselesaikan. Nisa akan menyapu terlebih dahulu, lalu menjemur pakaian nya. Telinga nya ia tutup rapat - rapat agar tidak mendengar ocehan ibu nya yang dari tadi terus marah - marah. Entah diri nya ini anak kandung nya atau bukan.
" Pakaian kakak mu udah kamu setrika belum?" Tanya Bu Yuli.
" Sudah bu, di tempat biasa " Jawab Nisa baru saja selesai menyapu.
" Nah gitu, nggak usah melawan kan enak di dengar....udah seharusnya kamu selayak nya seperti pembantu di rumah ini, kalau bukan karena kamu suami ku pasti masih hidup sekarang" Ucap Bu Yuli menatap sinis ke arah Nisa.
Enam tahun yang lalu, saat Nisa akan lulus SMP, kebakaran rumah terjadi di rumah nenek nya. Saat itu keluarga Nisa berada di sana. Nisa yang terjebak di dalam rumah, Ayah nya yang membantu nya keluar, malah tewas dalam tragedi kebakaran saat itu.
Semenjak itu lah Sikap ibu nya berubah tidak menyukai diri nya. Meskipun itu hanya sebuah kecelakaan yang tidak di sengaja, Nisa yang di salahkan atas semua nya.
Nisa yang jadi pendiam semenjak kejadian itu, baru tadi Nisa membantah perkataan dari ibu nya. Hati dan pikiran nya capek mendengar ibu nya yang setiap hari memarahi nya, bahakan saat diri nya tidak melakukan kesalahan pun ibu nya masih saja memarahi nya.
Akhirnya nya pekerjaan rumah nya pun sudah selesai. Kakak nya pun sudah berangkat juga setelah tadi selesai sarapan bersama ibu nya.
Sudah biasa jika diri nya akan sarapan sendiri seperti hari biasa. Tidak ada hari di mana diri nya akan makan bersama ibu nya dan kakak nya lagi, melihat tadi ibu nya bersikap dan berkata kalau diri nya selayak nya seperti pembantu.
Nisa menengok ke arah jam dinding. Susah pukul tujuh lebih. Nisa segera bersiap - siap untuk segera mandi.
" Ya ampun udah jam segini, nanti aku makan di sana saja" Ucap Nisa sudah hampir telat berangkat kerja.
" Bu, nisa berangkat kerja dulu" Pamit Nisa pada ibu nya yang sedang duduk di teras depan.
" Tinggal berangkat aja, nggak perlu pamit, yang penting jangan menyusahkan ibu saja" Ucap nya sinis, membuat Nisa murung.
Tertunduk lah wajah nisa berjalan pergi meninggal kan rumah untuk berangkat kerja.
Tidak ada motor yang ia naiki, karena motor nya di kendarai oleh kakak nya. Sekaligus Nisa trauma jika menyetir motor sendiri.
" Ojek neng" Tawar nya.
" Boleh pak" Jawab Nisa lalu memakai helm yang di berikan dan langsung menaiki motor.
Sekitar lima belas menitan, Nisa baru sampai di tempat nya ia bekerja.
Nisa segera membayar tukang ojek nya lalu berlari masuk ke tempat kerja.
" Maaf bu, saya telat" Ucap Nisa terengah - engah.
" Nggak papa Nis, ibu mu marah - marah lagi" Tanya sang pemilik toko yang bernama Bu Karin.
" Hehehe...nggak kok, cuman kasih nasehat sedikit tadi" Jawab Nisa berbohong.
" Ya ampun, dasar anak ini, kenapa sabar sekali... pasti kamu berbohong lagi kan?,,,,mending nikah aja sama anak ibu, seperti nya anak ibu juga menyukai mu" Ucap Bu Karin.
Nisa hanya tersenyum tidak menjawab nya sembari meletak kan tas milik nya.
Pernah beberapa kali Bu Karin melihat dengan mata nya sendiri saat berkunjung ke rumah Nisa untuk sekedar memberikan makanan. Tapi saat sesampainya di sana, melihat Nisa yang di marahi terang - terangan di tetas rumah, tanpa malu di lihat oleh tetangga nya. Bahkan Bu Karin sampai melihat Nisa yang di tampar.
" Nis, pipi mu di tampar lagi kam sama ibu mu, pipi mu sampai memar seperti ini" Ucap Bu Karin begitu teliti sampai mengetahui Nisa di tampar ibu nya tadi.
Nisa langsung menutupi pipi nya.
" Nggak kok Bu, tadi cuman kebentur pintu aja"
Bu Karin menggelengkan kepala nya. Malang sekali nasib gadis cantik ini. Helaan nafas terdengar dari mulut Bu Karin, Nisa tidak mau jujur pada diri nya. Padahal diri nya sudah bilang jika ingin bercerita keluh kesah nya, Bu Karin Siap untuk mendengarkan keluh kesah nya dan membantu nya sebisa nya. Tapi gadis ini malah menutup diri nya agar semua orang tidak mengetahui apa yang terjadi pada diri nya.
Pintu toko terbuka, seseorang masuk ke dalam. Datanglah anak Bu Karin.
" Bu, ayo kita udah telat" Ucap nya.
" Iya sebentar" Jawab Bu Karin.
" Pagi Nis" Sapa Damar ramah.
" Pagi mas" Jawab nya.
Bu Karin pamit mau ada urusan hari ini, jadi tidak bisa menemani Nisa di toko.
" Nggak papa Bu, aku kan karyawan ibu, kadi tidak masalah jika berjualan sendiri" Ucap Nisa tersenyum.
Bu Karin dan Damar lalu pamit pergi. Sedangkan Nisa lalu merapikan bunga setelah celemek melekat di tubuh nya.
" Permisi, apa toko nya sudah buka?, saya lihat sudah ada orang keluar masuk tadi, tapi papan toko masih menunjukkan kata closed di luar" Ucap seorang pelanggan.
" Ah Maaf, toko nya sudah buka...silahkan masuk dulu, tunggu sebentar saya akan keluar dulu" Ucap Nisa buru - buru keluar akan membalik kan papan bertuliskan closed menjadi open.
Pagi menjelang siang, sampai siang menjelang sore toko bunga hari ini cukup ramai pembeli. Untung saja Nisa sudah terbiasa melayani pembeli sendiri, karena Bu Karin kadang memang tidak ke toko.
" Akhirnya sudah waktunya tutup" Ucap Nisa.
Saat akan melepas celemek dari tubuh nya, pintu toko terbuka. Seorang anak kecil masuk ke dalam toko.
" Permisi,,,saya mau beli bunga untuk papi saya" Ucap nya dengan suara menggemaskan di dengar.
" Boleh, mau beli bunga apa?, kamu pergi sendiri ke sini?" Tanya Nisa.
" Nggak, aku ke sini sama papi,,,,itu masih ada di luar..." Tunjuk nya ke arah luar.
Mata Nisa mengikuti tangan kecil yang menunjuk ke arah luar. Nisa tersenyum lalu berjongkok di depan anak laki laki tadi.
" Lain kali tunggu papi nya dulu ya, nanti kalau di cariin gimana?"
Anak itu mengangguk - angguk paham. Nisa membungkus pesanan yang di minta oleh anak laki - laki yang bernama Liam Neeson.
" Nama mu siapa dek?" Tanya Nisa.
" Liam " Jawab nya singkat.
Nisa mengantar anak itu keluar toko karena ternyata papi nya yang di sebut tadi tidak masuk ke dalam.
" Terimakasih tante bunga nya, dan mengantar Liam"
" Sama - sama, dan terima kasih sudah membeli bunga di toko tante"
Nisa berpikir, menggemaskan sekali jika memiliki anak selucu ini. Nisa tersenyum sendiri, bisa - bisa nya memikirkan hal seperti itu. Pacar pun bahkan belum punya. Usianya pun masih dua puluh tahun, udah mikir punya anak saja.
Hidup nya saja masih berantakan entah ke mana tujuan nya. Dasar pikiran nya.
Keluarlah ke dua nya dari dalam toko. Saat sampai di dekat pria yang menunggu di pinggir mobil, tiba - tiba kaki Nisa tersandung dan terjadilah....
" Ahhhhh....
Nisa membulat kan mata nya. Bibir nya menempel pada bibir seseorang. Ciuman pertama nya sudah hilang karena kaki nya yang tersandung seperti ini. Dan sekarang terjadi lagi. Sebenar nya ada masalah apa dengan kaki nya ini.
Begitupun dengan pria yang memegang tubuh Nisa yang akan terjatuh tadi, terkejut dengan kejadian saat ini. Waktu serasa berhenti, ke dua nya sama - sama tidak bergerak dengan bibir saling menempel.
" Papi..." Panggil Liam membuat ke dua nya tersadar dan langsung berdiri menjauh.
Wajah Nisa tertunduk.
" Maaf tuan, saya tidak sengaja...kaki saya tersandung tadi" Ucap Nisa ke dua tangan nya menggenggam erat rok nya.
Bisa - bisa nya ada kejadian seperti ini lagi, jika istri nya melihat pasti bisa habis nih diri nya.
" Tidak papa, seperti nya kamu memang menyukai bibir ku" Ucap Pria bernama Wafa Neeson dengan sudut bibir terangkat. Gadis di depan nya ini, bukan nya yang satu minggu lalu juga tersandung dan tidak sengaja mencium bibir nya juga.
Mendengar jawaban seperti itu, Nisa langsung mengangkat kepala nya. Mulut nya melongo, pria di hadapan nya ini, ternyata pria yang sama.
" Hai, seperti nya kita memang berjodoh" Ucap Wafa.
" Saya benar - benar tidak sengaja tuan, sekali lagi saya minta maaf" Ucap Nisa.
Wafa tersenyum lalu mendekat ke samping Nisa. Di rangkul nya bahu Nisa.
" Gimana?, ma?" Tanya Wafa mengode Liam.
" Mau...mau..." Antusias Liam menjawab dengan anggukan kepala bersungguh - sungguh.
Ada apa dengan ke dua orang ini, dan lagi tangan yang menempel di bahu nya ini...
" Mau sekarang...?"
" Iya...
Lagi - lagi anak dan ayah ini membicarakan hal yang tidak di mengerti oleh diri nya lagi.
" Tuan, bisakah anda melepaskan tangan anda dari bahu saya " Ucap Nisa.
Tangan Wafa berpindah dari bahu Nisa. Tapi detik berikutnya tiba - tiba...
" Mami..." Panggil Liam.
Dan bukan itu saja,
" Mau kah kamu menjadi istri ku..." Ucap Wafa mengeluarkan kotak berisi cincin dari dalam saku nya.
Apa - apaan semua ini. Ini penipuan atau apa, kenapa ada orang seperti ini.
" Kalian berdua ini seorang penipu ya" Ucap Nisa menatap tajam ke dua nya.
Ctak...
Kotak cincin di tutup oleh Wafa.
" nggak kok Mami, aku bukan penipu, Mami mau kan jadi ibu ku" Ucap Liam.
" Kamu ini masih kecil, jangan mau di ajari berbohong oleh papi mu" Ucap Nisa, sedangkan Wafa terkekeh melihat Nisa yang kebingungan.
Benar saja sih jika langsung di lamar tapi belum terlalu kenal dengan orang nya, pasti orang yang di lamar pastilah kebingungan.
" Oke...oke...aku minta maaf, pasti kamu kira kita berdua ini adalah penipu, tapi aku bersungguh - sungguh ingin melamar mu,,,,jadi kita pdkt dulu ya..." Ucap Wafa memegang tangan Nisa.
" nggak, aku nggak mengenal mu....kita saja baru bertemu dua kali" Ucap Nisa menolak.
" aku mohon, tante mau kan jadi Mami aku...orang tua ku sudah meninggal kan ku semua" Ucap Liam menampak kan puppy eyes nya.
" Kamu bohong lagi kan, ini papi mu aja di sini, kamu mendoakan papi mu meninggal" Lama - lama Nisa jadi kesal sendiri.
" Aku nggak bohong,...benar kan Pi?, Kata Papi orang tua Liam udah pergi ninggalin Liam..." Ucap Liam menatap ke arah wajah Wafa.
Nisa menyipitkan ke dua mata nya. Sebenar nya ini penipuan apa tidak?, kenapa melihat wajah sedih anak kecil ini seperti tidak berbohong. Lalu orang yang di panggil Papi ini, memang bukan orang tua nya.
Nisa mensejajarkan tubuh nya dengan Liam.
" Kamu beneran nggak bohong?" Tanya Nisa dan Liam pun mengangguk kan kepala nya.
" Aku akan menjelaskan nya..." Saut Wafa.
" Tidak perlu, lagian aku juga bukan siapa - siapa kalian" Ucap Nisa.
" Tapi sebentar lagi, akan menjadi istri ku, jadi akan ku beritahu"
" Mana ada seperti itu, aku bilang tadi tidak akan ada pendekatan atau apapun itu, kita baru bertemu dua kali" Jelas Nisa menatap tajam Wafa.
Entah setan apa yang merasuki Nisa, hingga kini ke dua orang itu duduk di dalam toko.
" Jadi sekarang sudah ijinkan untuk pdkt kan?" Tanya Wafa mengangkat sebelah alis nya.
" Sebenar nya aku tidak mau, tapi karena kasihan saja dengan Liam, jadi aku menyetujui nya....Lagian siapa coba yang mau pdkt dengan wajah dingin seperti itu" Ucap Nisa.
" Papi, senyum..." Ucap Liam.
" Iya..." Jawab Wafa memaksakan senyuman nya.
" Oke, sekarang aku akan menjelaskan semua nya pada mu,,,,tapi sebelum nya kita bukan hanya bertemu dua kali saja,,,,melainkan sudah beberapa kali, tapi kamu yang tidak menyadari nya....sejak pertama kali aku melihat mu, aku sudah suka pada mu..."
Nisa mengamati wajah serius Wafa. Tidak ada kebohongan di wajah wafa. Nisa menghela nafas nya.
" Baiklah, buktikan jika itu memang benar,,,buktikan jika kamu memang menyukai ku" Pinta Nisa, dan di angguki kepala oleh Wafa.
Nisa meminta untuk menjelaskan mengenai Liam, sebenar nya dia anak siapa.
Wafa menjelaskan panjang lebar mengenai kejadian lampau, asal - usul liam yang kini jadi putra nya. Inti nya Liam adalah putra dari kakak nya yang kini sudah meninggal karena kecelakaan mobil bersama sang istri. Dan kini Liam menjadi putra nya.
Nisa mengangguk - angguk mengerti. Lalu, apa diri nya harus pdkt dengan pria ini, tapi kan diri nya tidak mengenal nya, teman juga bukan, apalagi kerabat. Tapi pria di hadapan nya ini lumayan tampan jika di lihat - lihat, dan lagi pakaian yang di kenakan dan mobil yang di lihat nya tadi di luar juga sangat mewah. Seperti nya bukan orang sederhana.
" Jadi giman?, sekarang kamu sudah setuju kan?" Tanya Wafa.
" Bukan nya aku mau menolak, tapi kita kan juga tidak saling mengenal meskipun sudah bertemu beberapa kali"
" Maka dari itu aku mengajak mu untuk pdkt untuk saling mengenal, tidak ada seorang teman yang sudah mengenal sebelum saling berkenalan terlebih dahulu,,,, begitupun kita, yang seperti nya memang sudah di takdir kan utuk bertemu" Ucap Wafa.
" Oh, jangan - jangan kamu memang sengaja mencari tahu keberadaan ku, sampai ke toko bunga ini,,,kamu orang yang memesan bunga setiap dari toko ini kan?,,,,kalau tidak salah nama kantor nya NS Cross.
( NS Cross : Perusahaan fashion, mulai dari tas, sepatu, pakaian, dan masih ada banyak lagi produk yang mereka buat )
" Nice, benar sekali...aku kan sudah bilang jika aku menyukai mu, maka akan ku buat kamu menjadi milik ku" Ucap Wafa.
Tidak ada pilihan lain untuk menerima nya. Terlebih lagi jika menolak pasti orang ini akan terus menemui nya.
" Sudah waktu nya untuk menutup toko, kalian berdua pulang lah" Suruh Nisa.
" Aku masih ingin bersama Mami" Ucap Liam.
Ponsel di saku celana Wafa berdering. Wafa pamit untuk mengangkat panggilan telpon nya.
" Liam, pulang dulu ya, besok kita ketemu lagi"Ucap Nisa tersenyum.
" beneran?" Ucap Liam dengan mata bersinar.
" Iya" Jawab Nisa. Melihat anak kecil yang begitu senang seperti ini, tak tega jika mematahkan hati nya.
" Em, Mami nggak marah kan akau panggil seperti itu, Liam minta maaf ya...tapi papi sama Liam beneran sayang banget sama Mami, nggak bohong kok...Liam punya bukti nya, nanti kalau ketemu lagi Liam bawain bukti nya deh, Janji..." Ucap anak kecil itu bersungguh - sungguh.
" Oh ya,.... kalau gitu mami tunggu janji kamu,...Mami suka kamu memanggil dengan sebutan itu, Mami tidak masalah" Jawab nisa tersenyum manis lalu memeluk Liam hangat.
" Terima kasih Mami, Liam boleh minta di cium " Pinta Liam.
Dengan senang hati Nisa mencium kening dan ke dua pipi Liam. Betapa bahagianya Liam, sampai menangis.
" Kenapa kok malah nangis, kan Mami udah mencium mu" Panik Nisa melihat Lim yang menangis.
" Liam senang Mami, dari dulu belum pernah di cium orang tua Liam, Liam nangis cuman karena senang " Ucap Liam terisak dengan bibir tersenyum senang.
Sakit hati sekali mendengar ucapan Liam. Ternyata ada anak yang lebih menderita dari pada diri nya.
" Udah jangan nangis lagi" Ucap Nisa memeluk tubuh Liam. Tak tega melihat anak sekecil ini yang sudah di tinggal oleh ke dua orang tua nya sejak masih bayi.
" Sekarang nggak usah sedih lagi, Mami yang akan mencium mu, menggantikan ibu mu, dan papi mu yang akan menggantikan Ayah mu" Ucap Nisa tersenyum.
" Tapi Papi nggak pernah cium Liam" Kata Liam.
" Ha...beneran?"
" Iya" Jawab Liam.
Wafa yang sudah selesai menelpon, kembali masuk ke dalam toko.
" Kenapa?,,, kenapa melihat ku seperti itu?" Tanya Wafa.
" Lain kali, perhatikan lah putra mu ini, apa kamu nggak pernah mencium Liam sama sekali?, sampai - sampai dia merindukan orang tua nya" Geram Nisa ingin mencubit wafa.
" Biarkan saja, lagian juga di ini anak laki - lali, dia harus kuat dengan kehidupan nya" Ucap Wafa.
Detik kemudian kaki nya di injak oleh Nisa. Saking kesal nya mendengar jawaban dari mulut Wafa dengan begitu enteng nya tanpa ada rasa kasihan pun pada anak kakak nya sendiri.
" Cium Liam sekarang, bisa - bisa nya aku mau pdkt sama kamu, pria yang dingin tak punya perasaan seperti ini" Ucap Nisa.
" Oke... oke aku akan mencium nya " Wafa menurut saja, dari pada Nisa nggak mau pdkt dengan diri nya.
Wafa mencium Liam, seperti yang di lakukan oleh Nisa tadi.
" Liam senang kan sekarang?,,,,jangan sedih lagi ya sekarang" Ucap Nisa dan Liam pun mengangguk - angguk.
Senyuman sekilas terlihat di bibir Wafa. Seperti nya memang tidak salah lagi, gadis yang ia pilih ini akan menjadi istri nya, entah bagaimana pun cara nya itu, Wafa akan menjadikan Nisa sebagai istri nya satu - satu nya di dalam hati nya.
" Kamu mau tutup toko nya kan?,,,,aku akan membantu mu, lalu akan mengantar mu pulang" Ucap Wafa tapi langsung di tolak oleh Nisa.
" Tidak perlu, aku akan menutup toko nya sendiri dan akan pulang sendiri" Tolak Nisa, tapi tidak di dengarkan oleh Wafa.
Wafa tetap membantu Nisa menutup toko sampai selesai.
" Kalian berdua pulang lah dulu, aku masih mau membereskan yang di belakang dulu" Ucap Nisa.
" Kita berdua akan menunggu di luar" Ucap Wafa mengajak Liam keluar dari toko.
Cukup lama Nisa masih ada di dalam toko. Nisa mengintip dari bali tembok. Sunyi sepi, mungkin Wafa dan Liam sudah pergi.
Nisa mengambil tas nya lalu keluar dari dalam toko. Tapi ternyata ke dua orang itu masih berada di samping mobil tepat di depan toko.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!