Prolog
Dewa Ganesha duduk bersimpuh dan meletakkan gada besar yang bernama Sastrakrajaya miliknya. Sebuah senjata suci yang mempunyai kekuatan maha dahsyat dan sempat mengguncang kahyangan di masa lalu karena senjata itu adalah milik Batara Manikmaya.
"Saya menghadap Batara Geni..." kata Dewa berkepala seekor gajah putih tersebut. Batara Geni tersenyum melihat kedatangan Ganesha.
"Bangunlah Ganesha," sahut Batara Geni yang duduk di singgasana suci miliknya.
Ganesha bangun dari duduknya lalu mengambil kembali Gada Sastrakrajaya miliknya. Benda itu sebenarnya sangat berat dan konon hanya Ganesha seorang yang mampu mengangkatnya.
"Sudah seratus tahun berlalu Batara Geni sejak kita bertemu. Sekarang adalah waktunya. Sesuai janji ku kepada Bara Sena, aku akan memberikan dia kesempatan untuk hidup kembali sebagai manusia setelah lima ratus tahun kematiannya..." kata Ganesha.
Batara Geni alias Jaka Geni mengangguk sambil mengusap janggutnya yang tidak ditumbuhi bulu. Sudah lima ratus tahun berlalu, dia berharap akan tumbuh jenggot pada dagunya. Akan tetapi, jangankan jenggot lebat,satu lembar rambut pun tidak tumbuh di dagunya tersebut. Jaka Geni menduga itu karena hawa panas yang keluar dari dalam tubuhnya.
"Takdir apa yang akan kau berikan kepadanya?" tanyanya.
Ganesha menatap gada emas miliknya.
"Dia akan hidup kembali ke tubuh seorang pemuda di kota kecil yang ada di Zhuo Guo. Dan dari sanalah takdir dia akan dimulai sebagai seorang manusia." kata Ganesha.
"Hm...Lalu?" tanya Jaka Geni lagi.
"Sesuai yang Batara Geni inginkan, saya akan memberikan aura pemikat yang memudahkannya dalam mendapatkan wanita. Akan tetapi, dia harus sedikit berjuang meski aura pemikat itu saya tanamkan ke dalam jiwanya..." kata Ganesha.
"Apa maksudmu dengan sedikit berjuang?" tanya Jaka Geni.
"Tentu saja dia harus sedikit berjuang memenangkan hati kaum wanita. Apalagi jika wanita itu adalah salah satu dari keturunan Batara Geni atau keturunan dewa yang lain," sahut Ganesha.
"Huh? Aku lupa ada berapa anakku sekarang...Ckckck...Terlalu banyak pekerjaan yang menumpuk sehingga aku tak begitu memperhatikan istri-istri dan anakku..." kata Jaka Geni sambil mendesah masygul.
"Anda sekarang adalah seorang Mahadewa, sebenarnya anda lebih mudah meluangkan waktu anda. Bagaimana bisa anda tidak memperhatikan keluarga anda setelah menjadi seorang pemimpin dewa?" kata Ganesha mulai menegur Jaka Geni.
"Haaahh...Kau ini, setiap seratus tahun sekali bertemu, selalu saja ceramah yang terdengar menyebalkan..." kata Jaka Geni menggerutu.
Ganesha tersenyum.
"Anda menunjuk saya sebagai penasehat di Istana Suci. Jadi, itu adalah tugas saya memberi nasehat kepada Batara..." kata Ganesha.
"Baiklah, aku menerima nasehat darimu. Hm... Apalagi yang mengenai Bara Sena? Golok Luo Tian Long itu, apakah kau masih menguburnya di gunung Himalaya?" tanya Jaka Geni.
"Tentu saja Batara. Aku menyimpannya dengan aman di bawah kuil Dewa. Dan aku jamin, hanya dia yang bisa masuk ke dalam kuil tersebut," kata Ganesha.
"Baguslah...Sayang sekali aku yang sudah menjadi Dewa pun tetap saja tidak bisa menarik keluar jiwa yang di lahap oleh golok itu. Seandainya bisa, tentu saja Bima sudah ada di sini menemaniku," kata Jaka Geni.
"Saya juga tidak bisa berbuat apa-apa. Itu adalah Golok Dewa Perang yang sangat sulit untuk dikendalikan oleh siapa pun, termasuk anda. Tapi, Bara Sena bisa menggunakannya dengan semuanya. Itu adalah hal yang unik bukan?" kata Ganesha.
"Dia memang ditakdirkan memiliki golok itu. Mau bagaimana lagi. Ayah mertuaku , Dewa Perang Luo Bao saja tidak bisa mengendalikannya, apalagi orang lain..." kata Batara Geni.
"Benar sekali. Sekarang, Dinasti Zhao yang dipimpin oleh keturunan anda sedang mengalami banyak masalah. Kaum iblis dan penyihir dari daratan utara membuat keturunan anda kesulitan mengatasi mereka. Ada kemungkinan dalam beberapa bulan ini dinding Gaib yang memisahkan dunia manusia dengan dunia iblis di Zhuo Guo akan jebol. Apakah anda akan berdiam diri saja melihat hal ini Batara?" tanya Ganesha.
"Hm...Bukannya aku tidak mau membantu Zhao Yin, Ganesha, kau tahu sendiri, Dewa tidak boleh ikut campur urusan di dunia manusia. Jadi, dia harusnya bisa mengatasi sendiri masalahnya. Apalagi nanti juga ada Bara Sena yang akan membantunya. Aku tak perlu khawatir. Banyak keturunanku yang lebih menyedihkan ketimbang Zhao Yin putriku," kata Batara Geni sambil menghembuskan napas keras.
Hembusan napasnya tersebut membuat istana suci itu bergetar. Ganesha segera membungkuk hormat.
"Tenangkan hati Batara...Jika perasaan gelisah itu terus muncul,takutnya pilar penyangga langit surga ini akan runtuh...!" kata Ganesha mengingatkan.
Batara Geni tertawa mendengar ucapan Ganesha yang baginya terdengar seperti berseloroh. Sementara, Ganesha hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Oh iya, Batara Geni...Bukankah lusa adalah waktunya Batara untuk turun ke bumi? Lusa adalah hari untuk ziarah ke makam guru anda...Mahameru," kata Ganesha mengingatkan.
"Benar sekali. Aku hampir saja lupa...Apakah kali ini kau akan ikut turun ke sana Ganesha?" tanya Jaka Geni.
Dewa berkepala gajah itu menggelengkan kepala.
"Saya banyak pekerjaan Batara. Waktu untuk ke Istana Suci juga terbatas dan hanya bisa saya lakukan seratus tahun sekali.." kata Ganesha.
"Haaah, kau ini...Selalu memikirkan pekerjaan. Sekarang, kau harus tinggal di sisiku selama satu tahun. Itu tugas dariku, dan kau tak boleh membantah." kata Jaka Geni membuat Ganesha ternganga.
"Lalu...Bagaimana dengan manusia yang membutuhkan pertolonganku?" tanya Ganesha.
Alis kanan Batara Geni terangkat.
"Tak perlu bingung, aku bisa mengutus salah satu istriku untuk menggantikan dirimu,mungkin Dewi Gangga cocok sebagai pengganti," kata Batara Geni.
"Dewi Gangga,...? Aduh...Saya merasa sungkan Batara..." kata Ganesha.
"Sungkan? yang benar saja. Aku yang memutuskan semuanya Ganesha, ingat itu." kata Batara Geni.
Ganesha tak bisa menyangkal lagi. Dia harus berada di sebelah Jaka Geni menjadi penasehat selama satu tahun.
"Baiklah...Mau bagaimana lagi jika Batara yang memintanya...?" sahut Ganesha membuat Jaka Geni tersenyum.
"Nah, begitu seharusnya. Aku ingin banyak berbincang dengan mu. Dewa-dewa yang melayaniku disini terlalu penakut dan kaku. Aku tidak suka," kata Jaka Geni.
"Itu karena anda seorang Mahadewa...Jelas anda ditakuti oleh mereka yang hanya pelayan dewa." sahut Ganesha.
"Itu sebabnya aku bosan berada di istana ini. Wisnu juga kaku jika di ajak bicara. Sama halnya dengan Dewa-dewa yang lain. Apakah aku memang begitu menakutkan? Atau diam-diam mereka membenciku?" gerutu Jaka Geni.
"Saya kurang tahu Batara. Tapi, satu hal yang aku tahu dari mereka, kekuatan anda membuat mereka ketakutan...Apalagi pengawasan anda yang begitu ketat di perbatasan dunia manusia dan dunia dewa, mereka menjadi ketakutan sendiri saat mempunyai kepentingan di dunia manusia..." kata Ganesha.
"Jika aku tidak memberikan peraturan yang ketat, bisa jadi manusia akan mengalami hal yang sama seperti di masa lalu..." kata Jaka Geni.
"Benar...Saya juga sangat menyayangkan sikap ayahku dulu.Seandainya dia tidak membiarkan Maruta dan Indra berulah, mungkin tak akan terjadi perang yang memusnahkan mereka..."
Batara Geni bangkit berdiri.
"Sepertinya aturan itu dipatuhi oleh semua dewa di kahyangan ini. Aku merasa lega. Dengan begitu,aku tak perlu banyak melakukan kekerasan seperti dulu," kata Jaka Geni.
"Anda tak perlu cemas. Tapi, bukan berarti kita tidak ada masalah Batara..." sahut Ganesha.
"Apa maksudmu?" tanya Batara Geni.
"Kartikeya, menantu Dewa Perang Ares,yang juga saudaraku masih menyimpan dendam kepada anda. Dia sangat didukung Dewa Ares dan Mahadewa Zeus. Zeus jelas tidak setuju dengan pengangkatan anda sebagai Mahadewa yang baru. Anda tahu sendiri, dia adalah kawan lama Dewa Siwa ayahku..." kata Ganesha.
Batara Geni mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Tidak masalah. Jika mereka berani mengusikku, aku juga tak akan segan-segan menghabisi mereka..." ucap Jaka Geni dengan mata menyorot tajam.
"Baiklah. Saya juga akan menemani anda, Batara Geni..." kata Ganesha sambil tersenyum.***
Di sebuah kota bernama Nanjing, sebuah kota yang cukup terpencil, hidup satu keluarga yang cukup besar bermarga Xiao. Keluarga Xiao cukup terkenal di kota tersebut karena pengaruh dari leluhur Xiao terdahulu, yaitu Xiao Lie pertama. Dan kepala keluarga saat ini adalah Xiao Lie ke-5.
Di dalam kediaman Keluarga Xiao yang terlihat merah karena banyak lampion merah dan bendera merah terpasang, nampak seorang pemuda tanggung duduk di depan meja kayu yang ada di dalam rumah bercat merah yang bertuliskan 'Keluarga Xiao'.
Wajah pemuda itu terlihat bahagia namun sesekali juga terlihat murung. Entah apa yang sedang dia pikirkan.
"Tak ku sangka, hari ini aku akan menikah dengan seorang gadis tercantik di kota Nanjing. Xia Qing Yue sangat baik dan mempunyai bakat yang luar biasa. Jika dibandingkan dengan diriku yang sampah ini, aku yakin Xia Qing Yue tak ingin menikah denganku...hufff...pantaskah orang buangan seperti diriku mendapat hadiah terindah dalam kehidupan ini?" batin pemuda itu yang kadang terlihat bahagia namun juga terlihat sedikit murung.
Di luar kediaman tersebut, nampak seorang pemuda berjalan ke arah kediaman salah satu anggota keluarga Xiao, yang sepertinya akan mengadakan sebuah pesta pernikahan. Di tangan pemuda itu nampak satu nampan berisi semangkuk sup.
Seorang pemuda dari arah yang lain mendatangi nya lalu memberikan satu bungkusan kertas berisi bubuk putih.
"Paman Yu Long, ini adalah racun yang sangat berbahaya dan tidak berwarna. Aku harap kau puas dengan ini," ucap pemuda yang tak lain adalah cucu dari kepala keluarga Xiao Lie. Yaitu Xiao Cheng.
Pemuda bernama Xiao Yu Long yang tak lain juga adalah putra angkat Xiao Lie menyeringai sinis.
"Bagus Xiao Cheng. Dengan ini, aku tak perlu repot-repot lagi..." ucap Yu Long.
Yu Long pun melangkah masuk kedalam kediaman Xiao Feng, cucu dari Xiao Lie. Atau anak dari kakak angkat perempuan Yu Long, Xia Yuning. Usia mereka berdua hanya terpaut sedikit.
Namun sebelum Yu Long sampai dia dihadang oleh seorang gadis cantik berpakaian hijau, tepat saat Yu Long baru melangkah masuk kedalam halaman rumah Xiao Feng.
"Ada apa kau datang kesini? Ingin mencelakainya lagi!?" hardik gadis itu.
Yu Long tersenyum kecil. Sebisa mungkin dirinya menahan amarah yang sudah mencapai ubun-ubun karena mendengar hardikan dari gadis tersebut.
"Aku hanya ingin mengantarkan semangkuk sup untuk nya. Anggap saja ini ucapan selamat dari paman yang baik hati untuk pernikahan nya, Hehe," ucap Yu Long.
Mata gadis itu melotot.
"Baik hati apanya!? Kau selalu menindas Xiao Feng!" ucapnya ketus.
Yu Long tertawa dengan urat terlihat mengembung di pelipisnya pertanda dia tengah menahan amarah.
"Kalau begitu, bukankah lebih baik jika kau yang mengantarkan sup ini untuknya? Itu jika kau keberatan aku menemuinya..." ucap Yu Long sambil menyodorkan nampan berisi semangkuk sup yang sudah diracuni tersebut.
"Kenapa harus aku!? Dan, aneh sekali jika melihat kau peduli pada Xiao Feng setelah selama ini kau menindas dirinya," kata gadis itu.
"Aku akan pergi, tak peduli kau berkata apa. Xia Yu, aku titipkan sup ini padamu. Tidak ada salahnya sesama saudara berbaik hati meskipun itu sangat jarang bukan?" kata Yu Long sambil menyodorkan nampan yang ada di tangannya.
Mau tak mau gadis bernama Xia Yu itu pun menerima nampan tersebut.
"Tolong cepat antarkan sebelum supnya dingin, itu akan menjadi tidak enak," kata Yu Long sedikit memaksa.
Xia Yu nampak kesal. Namun dia melakukan apa yang Yu Long katakan. Gadis itu membawa nampan berisi sup beracun ke dalam rumah Xiao Feng.
Yu Long menatap Xia Yu yang masuk ke dalam rumah. Dalam hati dia berkata,
"Xiao Feng, jangan salahkan aku jika aku cemburu padamu. Kau yang memaksaku melakukan ini. Xia Yun harusnya menikah dengan diriku! Hanya aku Xiao Yu Long yang pantas menikahi Xia Qing Yue, bukan dengan sampah yang tidak berguna seperti dirimu Xiao Feng...!" geramnya dalam hati.
Tinju Yu Long terkepal kuat. Dia pun melangkah pergi dari kediaman tersebut dan bertemu dengan pemuda yang sebelum nya membawakan racun. Pemuda itu tak lain adalah Xiao Cheng, keponakannya sendiri.
"Bagaimana?" tanya Xiao Cheng.
"Xia Yu sudah membawa masuk sup kematian itu pada nya. Tinggal kita menunggu waktu," kata Yu Long.
"Bagus...! Sekarang kakek pasti hanya akan melihat diriku!" kata Xiao Cheng sambil menyeringai.
Sementara itu, Xia Yu masuk kedalam ruangan dimana Xiao Feng tengah duduk sambil melamun.
Melihat gadis itu datang membawa nampan berisi sup, pemuda itupun langsung tersenyum dengan sumringah.
"Apa ini bibi kecil?" tanya Xiao Feng.
Xia Yu tersenyum.
"Ini sup buatan Xiao Yu Long, aku tidak tahu rasanya seperti apa karena aku belum mencobanya," kata Xia Yu sambil menyodorkan nampan ke arah Xiao Feng.
Pemuda tanggung itu pun mengambil mangkuk tersebut.
"Aku percaya, jika bibi kecil yang membawakan makanan, itu pasti enak!" kata Xiao Feng dan tanpa ragu langsung menenggak habis sup tersebut tanpa sisa.
Xia Yu menatapnya dengan tanpa berkedip.
"Bagaimana rasanya? Apakah sebegitu enaknya sampai kau menghabiskan semuanya dalam satu kali tenggak?" tanya Xia Yu.
Xiao Feng tidak menyahut. Dia terdiam dan terpaku setelah menelan sup beracun tersebut.
"Bibi kecil... Aku merasa pusing dan mual..." kata Xiao Feng.
Mata Xia Yu langsung membesar dan dia terlihat panik. Apalagi saat tubuh dan wajah Xiao Feng mulai keluar keringat sebesar biji jagung.
Mangkuk di tangan pemuda tanggung itu pun terlepas dari tangannya.
Prang!
Mangkuk itu pecah dan berantakan di lantai. Xia Yu yang terlihat panik langsung mendatangi Xiao Feng.
"Xiao Feng! Ada apa denganmu!? Jangan menakuti diriku!"
"Aku sangat mengantuk dan ingin segera tidur bibi kecil..." sahut Xiao Feng lemah sambil merebahkan kepalanya di atas meja kayu.
Xia Yu semakin ketakutan. Dia meraba leher Xiao Feng dan dia sangat terkejut karena merasakan panas yang tidak wajar.
"Ada apa ini? Apakah Yu Long menaruh racun ke dalam sup nya!?" batin Xia Yu cemas.
Yang dia cemaskan adalah, dia yang membawa sup itu kepada Xiao Feng. Sudah pasti dia akan menjadi orang yang dituduh mencelakai mempelai pria dari keluarga Xiao.
"Tapi dia bilang ingin tidur... Apakah ini akan baik-baik saja?" batin Xia Yu dengan mata berkaca-kaca. ***
Sementara itu, di tempat lain, tempat yang tak mungkin dijangkau oleh manusia, melangkah seorang pemuda gondrong menuju ke satu titik cahaya yang tiba-tiba saja datang menerangi tempat yang gelap itu.
"Benarkah ini sudah waktunya?" gumam sang pemuda.
Langkahnya terlihat mantap saat menuju ke cahaya putih tersebut.
"Bara Sena, lima ratus tahun telah berlalu. Seperti janjiku padamu dan kepada Mahadewa, aku akan menghidupkan dirimu lagi di tubuh seorang pemuda... Kuharap kau bisa hidup lebih baik di kehidupan kedua ini," kata satu suara yang menggema di dalam ruangan tersebut.
"Ganesha... Aku berterimakasih padamu," ucap pemuda yang ternyata bernama Bara Sena.
"Masuk lah ke dalam cahaya itu, dan kau akan masuk ke dalam putaran roda reinkarnasi ku...!"
Bara Sena mengangguk. Dia pun masuk ke dalam cahaya putih tersebut.
Bara Sena membuka matanya. Saat dia membuka mata, yang pertama dilihat olehnya adalah wajah cantik seorang gadis berambut pendek.
"Siapa kau?" tanya Bara.
Gadis itu membesarkan kedua matanya.
"Kau tak mengenali diriku!?" tanya gadis itu.
Bara Sena menatap kedua tangannya. Dia terkejut.
"Apa-apaan dengan tangan yang lebih mirip seperti gadis ini!?" serunya membuat gadis berambut pendek itu semakin heran dan penasaran.
"Apakah kau lupa ingatan? Kau lupa dengan diriku, apa kau lupa dengan dirimu sendiri? Sejak dulu tanganmu memang lembut seperti tangan seorang gadis, itu sebabnya kau selalu di permainkan oleh Yu Long..." ujar gadis itu sambil cemberut.
"Yu Long? Siapa lagi dia?" tanya Bara membuat gadis yang tak lain adalah Xia Yu itu menempelkan tangannya ke dahi pemuda itu.
"Apakah gara-gara sesuatu yang ada di dalam sup itu kau menjadi lupa ingatan?" tanya Xia Yu.
Bara Sena bingung mau menjawab apa. Dia belum sadar bahwa dirinya sudah kembali hidup dan masuk ke dalam tubuh Xiao Feng yang sebelumnya sudah mati karena diracun oleh saudaranya, Yulong.
"Apakah aku hidup lagi di tubuh orang yang baru saja mati? Tapi kenapa aku hidup di tubuh lemah tak mempunyai tenaga dalam sama sekali ini? Ganesha... Kau mengujiku?" batin Bara.
"Gadis kecil..."
Mata gadis itu melotot.
"Aku ini bibimu! Meski aku lebih muda darimu, aku adalah adik ibumu! Apa kau benar-benar lupa!?" potong Xia Yu membuat Bara tersenyum serba salah.
"Jadi kau adalah bibiku...? Aku tidak tahu, aku lupa segalanya..." kata Bara sambil menggaruk kepalanya.
"Huh...! Pasti Yu Long menaruh racun pelupa ingatan. Kurang ajar sekali dia...!" gumam Xia Yu.
"Katakan padaku, ada apa sebenarnya?" tanya Bara.
Xia Yu menunjuk ke arah mangkuk yang tergeletak di lantai dalam keadaan pecah.
"Kau habis memakan sup itu dan langsung tidur. Kau bilang kau sangat mengantuk. Sudah ada setengah jam kau tidur. Lebih baik kau cepat bersiap karena siang ini upacara pernikahan mu akan segera dimulai." kata Xia Yu.
Mata Bara membelalak mendengar ucapan Xia Yu.
"Pernikahan!? Sejak kapan aku ingin menikah!?" serunya.
Xia Yu semakin yakin, bahwa Yulong telah menaruh racun pelupa ingatan ke dalam sup milik Bara Sena atau Xiao Feng.
"Hari ini, kau akan menikah dengan gadis yang sudah dijodohkan denganmu sejak kalian masih umur lima tahun. Dia adalah gadis tercantik di kota Nanjing, dari keluarga Qing. Xia Qing Yue," kata Xia Yu.
Bara Sena terpaku sejenak. Dia masih belum bisa menerima keadaan yang sekarang.
"Aku adalah seorang Dewa di kahyangan, dan sekarang aku hidup menjadi manusia lemah di tempat yang aneh pula... Paman Jaka Geni, apakah ini rencana mu untuk menghukum diriku?" batin Bara sambil memijit kepalanya.
"Apa kau masih merasa sakit?" tanya Xia Yu.
Bara Sena menggeleng kan kepalanya.
"Aku ingin melihat pecahan mangkuk itu," kata Bara lalu bangkit dan melangkah menuju ke arah pecahan mangkuk.
Dia pun mengambil salah satu pecahan mangkuk lalu mengendus-endus nya.
"Racun Penghancur Hati...?" batin Bara.
"Ada apa Xiao Feng?" tanya Xia Yu.
Bara Sena menggelengkan kepala.
"Tidak apa-apa Bibi Kecil," kata Bara sambil berdiri. Dia mencoba mendapat ingatan dari Xiao Feng. Dan perlahan ingatan dari pemuda itu pun muncul di kepalanya.
"Jadi Xiao Feng ini selalu menjadi bulan-bulanan keluarganya sendiri. Dan karena keberuntungan dia bisa menikah engan seorang gadis cantik nomer satu di Kota Nanjing ini...? Hmmm..." batin Bara Sena.
Dia bisa menebak kenapa pamannya, Yu Long meracuni pemuda yang saat ini menjadi wadah baginya. Tidak lain karena dia akan menikah dengan gadis cantik itu dan Yu Long merasa iri hati.
Bara Sena menyeringai kecil.
"Bagus sekali...Aku ingin menendang orang yang tak tahu diri itu..." batin Bara Sena.
Siang itu di luar kediaman keluarga Xiao telah ramai banyak orang. Hal itu karena mereka tahu keluarga Xiao akan menikahkan salah satu putranya dengan seorang gadis cantik dari keluarga terpandang di Kota Nanjing.
Karena hal itulah banyak pembicaraan dari orang-orang yang berada di luar mengenai Xiao Feng.
"Akku dengar-dengar, si sampah Xiao Feng akan menikah dengan gadis tercantik nomor satu di Nanjing, bukankah itu luar biasa?"
"Tapi, ada kabar mengatakan, gadis itu mau menikahi Xiao Feng bukan karena perjodohan. Namun karena kematian ayah Xiao Feng yang menurut rumor disebabkan oleh gadis bermarga Qing tersebut..."
"Husss! kita tidak tahu kejadian sebenarnya. Jangan menduga-duga, jika keluarga Qing dengar, bukankah kau bisa habis oleh mereka?"
"Oh iya, apakah kalian pernah mendengar Xiao Feng di marahi pelayannya sendiri?"
"Bagaimana ceritanya? bagaimana pun sampahnya dia, tetap saja dia itu kan seorang tuan muda...!"
"Tuan muda apanya! Dia dimarahi oleh pelayannya sendiri karena kencingnya terlalu banyak di ember kayu. Sehingga si pelayan marah dan menyuruh Xiao Feng membuang kotorannya sendiri, hahaha!"
"Hahaha! yah, itu pantas saja sih menurutku untuk seorang tuan muda yang tak bisa apa-apa,"
Xiao Feng, terkenal dengan lemah dan tidak berbakatnya. Di bidang apapun dia selalu gagal dan membuat orang tidak menghargainya. Bahkan di keluarga sendiri, dia mendapat perlakuan yang buruk dari saudara-saudaranya. Hanya Xia Yu yang selalu baik dan perhatian pada pemuda tersebut.
Siang itu, Xiao Feng sudah siap berangkat menemui calon mempelai wanita dengan pakaian serba merah.
"Kau terlihat tampan Xiao Feng...! Aku yakin Xia Qing Yue akan suka dengan dirimu," kata Xia Yu memuji.
"Ah...Bibi Kecil bisa saja...Aku tidak pernah tahu apa yang akan terjadi saat dia menjadi istri seorang pemuda yang tidak berbakat seperti diriku ini..." kata Bara sambil menatap Xia Yu.
"Dia cantik dan baik hati. Selama ini dia memperlakukan Xiao Feng dengan sangat baik. Aku pun akan berbuat baik padanya..." batin Bara.
"Kau jangan berkata seperti itu. Bagaimana pun kau telah membuat keluarga Xiao menjadi lebih terpandang karena bisa menikahkan salah satu putranya dengan putri dari keluarga Qing yang terkenal itu..." kata Xia Yu dengan senyum menghias bibir.
Namun Bara tahu itu adalah senyuman palsu. Hanya saja dia tidak tahu, apa sebenarnya yang dirasakan oleh Bibi Kecilnya tersebut.
"Ada yang dia sembunyikan dariku," batin Bara Sena.
Bara Sena keluar dari dalam kediamanya. Diluar sana telah ramai iringan para pengantar. Namun semua itu bukannya membuat sang pemuda merasa senang saat melihat pengiring yang aneh dan menurut Bara, itu menjijikkan.
"Apa-apaan dengan semua pengiring ini!? Apakah mereka ingin mempermalukan keluarga Xiao kita!?" umpat Bara.
Semua terkejut melihat Tuan Muda Xiao Feng berkata kasar. Dia sedikit berbeda di mata anggota keluarga lainnya.
"Kenapa kau berkata sekasar itu Xiao Feng?" tanya Yu Long.
"Paman, apa-apaan dengan penampilan para pengiring ini? Apakah kita tidak akan dibuat malu oleh semua orang yang melihat mereka?" tanya Bara Sena kesal.
Yang memuat dia kesal adalah, ada delapan pengiring laki-laki. Mereka semua sudah berumur. Namun bukan itu yang menjadi masalah. Tetapi penampilan mereka yang berdandan layaknya seorang banci yang membuat Bara merasa kesal dan malu sendiri.
"Xiao Feng, dana yang bisa dikeluarkan oleh keluarga kita hanya dapat yang seperti ini. Keluarga kita belum siap secara keuangan. Kau tahu sendiri bukan?" kata Yu Long.
Bara mengepalkan tinjunya.
"Lalu, itu apa? Kenapa ada keledai disana? Tidak bisakah keluarga menyewa seekor kuda?" tanya Bara Sena semakin dibuat kesal.
Yu Long menghembuskan napas keras karena dia juga menjadi kesal.
"Jika kau ingin membatalkan pernikahan, aku akan katakan kepada ayah," ucapnya.
Mendengar hal itu, Bara Sena tertawa.
"Lalu apa? Kau yang ingin menggantikan nya bukan? Aku tahu apa yang sedang kau pikirkan paman Yu Long!" kata Bara lalu menghampiri keledai yang sudah dihiasi dengan berbagai pernak pernik merah.
"Akhirnya bocah bodoh ini mau juga. Aku tak sabar melihat kau di permalukan oleh orang sepanjang jalan..." ucap Yu Long dalam hati.
Rombongan Xiao Feng pun berjalan keluar dari kediaman Keluarga Xiao.
Xia Yu menatap dengan mata berkaca-kaca.
"Kenapa aku malah bersedih di hari bahagia nya?" batin Xia Yu.
Bara melihat sekilas wajah Xia Yu yang sedih.
"Sepertinya gadis itu menyukai Xiao Feng sampah ini. Seandainya dia bukan bibiku, mungkin aku akan menikahi dirinya," kata Bara dalam hati.
Sementara itu, Yu Long menemui Xiao Cheng yang beberapa saat lalu memberikan racun Penghancur Hati kepada Yu Long.
Yu Long pun langsung mengajar Xiao Cheng dengan keras.
Buk!
Pemuda anak dari Xiao Yang itu terpuruk di lantai.
"Katamu Racun Penghancur Hati itu sangat kuat dan bisa membunuhnya! Kau lihat sendiri bukan!? Dia masih segar bugar!" umpat nya.
"Maafkan aku paman... Seharusnya racun itu sangat kuat...! Ini mustahil dia masih bisa bertahan hidup. Jikalau dia masih hidup pun seharusnya dia mengalami lumpuh seumur hidupnya!" sahut Xiao Cheng sambil menyeka darah di sela bibirnya.
"Sekarang, apa yang harus kita lakukan jika Xiao Feng mengatakan perihal sup itu kepada orang-orang?" tanya Yu Long dengan mata menatap marah.
"Tenangkan dirimu lebih dulu paman. Sekarang, Xiao Feng sedang dalam perjalanan. Kita bisa menculik nya lalu membunuhnya!" kata Xiao Cheng.
"Bodoh! Kau tidak melihat orang tua itu!? Dia yang selalu melindungi Xiao Feng semenjak ayahnya meninggal. Meski Feng lemah, tapi dia mempunyai darah Xiao Lie. Dia pasti menyembunyikan kekuatannya." kata Yu Long geram.
"Kakek memang selalu melindungi dan memanjakan nya. Berbeda dengan diriku yang selalu dipandang sebelah mata. Aku mempunyai sebuah pandangan tentang pernikahan ini paman Yu Long. Kau pasti akan suka..." kata Xiao Cheng.
"Berhenti menjilat p*ntatku! Katakan padaku, apa rencana mu!?" tanya Yu Long.
"Hehe... Paman tahu sendiri, Xia Qing Yue adalah gadis tercantik di Kota Nanjing ini. Dan dia juga orang dari keluarga terpandang. Aku yakin, dengan martabat nya yang tinggi, Qing Yue tak mungkin mau disentuh oleh sampah tak berguna itu. Jadi, meski dia mengikuti Xiao Feng kesini, dia hanya akan memberikan tubuhnya padamu paman. Karena kau lah, orang yang kuat dan berkharisma yang cocok menjadi suaminya..." kata Xiao Cheng.
Yu Long tersenyum sinis.
"Benar juga kau, ada baiknya kita membiarkan dia hidup," kata Yu Long.
"Tentu saja paman. Kau cukup menekan sedikit pada gadis itu dan jadikan dia milikmu. Meski dia istri sah Xiao Feng, dia juga menjadi istri mu kekeke!" kata Xiao Cheng membuat Yu Long menyeringai puas.
"Aku akui, otakmu terkadang cukup cerdas Xiao Cheng. Kau berbakat menjadi kasim Kerajaan di masa depan hahaha!" kata Yu Long.
"Mana sudi aku menjadi Kasim paman? Aku tidak mau anuku dipotong dan kehidupanku sebagai lelaki normal terbuang sia-sia!" sahut Xiao Cheng membuat Yu Long tertawa. ***
Karpet merah tergelar sepanjang jalan memasuki kediaman keluarga Qing. Banyak orang disisi kanan dan kiri jalan menanti kedatangan mempelai pria yang akan menjemput mempelai wanitanya.
Melihat kedatangan Xiao Feng, banyak orang mencibir dan merendahkan pemuda itu.
"Cih! Pendek sekali mempelai pria dari keluarga Xiao ini!?"
"Hei, bukankah dia menggunakan keledai? Gila! Dia benar-benar bodoh seperti yang di rumorkan!"
"Bicara apa kau!? Keluarga Xiao itu keluarga kaya raya, mereka bisa membeli apa saja tetapi tidak bisa membeli kuda untuk pernikahan putranya hahaha!"
"Aku merasa malu melihat mempelai pria sebodoh dia..."
Bara Sena tersenyum. Dia menyeringai dan menatap orang-orang yang mencibir nya.
"Kalian adalah sampah di pinggir jalan! Aku Xiao Feng, lebih di berkati dewa bisa menikahi gadis tercantik di Kota Nanjing ini hahaha!" ucap Bara Sena membuat semua orang yang mencibir nya terdiam.
Salah satu pengiring yang mengawal Bara Sena menghampiri orang yang menghina tuannya. Wajah pengiring itu terlihat seram dengan dandanan seorang banci. Meski sudah umur, tubuhnya terlihat kekar, banyak bulu tumbuh di dada dan lengannya.
Tak hanya itu, saat dia mengacungkan jari telunjuk nya, nampak bulu lebat yang bersarang di ketiaknya membuat orang yang ditunjuk terdiam terpaku.
"Kau! Berani menghina tuan muda kami!?" ucap pria besar berdandan banci itu.
Orang yang ditunjuk tak berani berkata apa-apa, hingga akhirnya kedua jari pengiring Xiao Feng itu mencolok hidungnya.
Cuk!
"Aduh! Apa yang kau lakukan!?" teriak orang tadi sambil memegangi hidungnya yang berdarah.
Pria tua bertubuh kekar dan berbulu itu menyeringai.
"Membuat lubang hidungmu menjadi lebih besar. Sekarang kau harus menjaga ucapan jika tak ingin kubuat lubang hidungmu menjadi lebih besar dari sekarang!" gertak pengiring itu.
Orang yang baru saja dicolok hidungnya itu membungkuk sambil meminta maaf
"Ampuni saya pahlawan! Ampuni saya!" ucapnya.
Pengiring bertubuh kekar itu pun berlalu dan kembali ke barisan.
"Hei... Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya salah satu kawannya sambil melihat kedua hidung orang itu yang terlihat membesar lubangnya.
"Dia... Bukan pengiring biasa...! Saat dia mencolok hidungku, dia memberikan satu kekuatan aneh yang menjerat leherku..." kata pria tadi sambil membuka kerah bajunya.
"Hei! Itu adalah tanda kutukan yang terkenal di Kota Nanjing!"
"Kutukan Dewa milik sang legenda Xiao Lie... Kita harus berhati-hati pada tuan muda Xiao Feng ini... Sungguh mengerikan...!"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!