NovelToon NovelToon

Dipaksa Menikahi Tuan Duda

1. Pekerjaan Baru

Jalan ramai kota dengan hiruk pikuk kendaraan yang lalu lalang adalah pemandangan biasa bagi gadis muda ini. Tak peduli panas yang menyengat ataupun dingin yang menggigit saat musim hujan, gadis ini akan teguh melangkah demi mendapat apa yang diperjuangkannya.

Arini Cahya Rahadi, gadis ini sering dipanggil Rini. Sosok gadis yang berjuang untuk bisa menyelesaikan pendidikannya hingga Lulus. Dengan kegigihannya ia bisa bersekolah dengan bantuan beasiswa, sementara untuk kehidupannya sehari-hari mengandalkan dari kerja serabutan yang ia jalani.

"Rin, bisa bantu aku memperbaiki ini?" gadis itu menunjukkan dokumen untuk seminar proposalnya."tolong aku, aku dapat banyak revisi. Rasnya otakku sudah over load sampai tumpah-tumpah isinya."

Rini menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabat baiknya itu.

"Ck... kamu jurusan manajemen, Mel. Sementara aku jurusan komunikasi. Kamu yakin aku bisa bantu kamu?"

"Aku yakin padamu, Rin. Setidaknya otakmu lebih tajam dari pada otakku"

"Muji doang, gak ada yang lain gitu? Mikir kan butuh tenaga besar. Apa lagi perut sedang keroncongan didala. Jelas gak bis diajak mikir."

"tenang sahabatku, sayang. Kita kerjakan di kafe kakakku, dijamin isi perut tak akan mengecewakan."

"ck... Taktikmu supaya gak mengurangi jatah jajanmu, kan?"

"weisss, kamu memang sahabatku, tau aja apa isi otakku"

"Tapi nanti agak malam gak apa-apa kan?"

"Gak apa sih, emang kamu sore ini mau kemana?"

"Ada interview kerja. Lumayan kalau berhasil bisa buat tambahan modal bolak-balik print revisi skripsi" Rini menjawab dengan sedikit cengengesan demi menutup kondisi dirinya yang sangat membutuhkan uang lebih.

"Ya elah... Nge-print skripsi bisa bareng pakai printerku. Tenang untuk sahabat terbaikku tidak ada pungutan biaya, apa lagi mau jadi kakak iparku, pasti aku kasih bonus."

"Mulai..... Udah ah, pembahasannya sudah merembet ke arah lain"

"Kan usaha, Rin. Lagian kamu susah banget dideketin. Sudah tahu kakakku suka sama kamu, eh kamunya gak menanggapi. Kan, sebagai adik yang baik aku mau menunjukkan bakti kepada kakakku dengan mencoba memancing pujaan hatinya."

"Emangnya ikan, perlu dipancing?"

"Iya, ikan Tuna, sekaĺian buat dimasak"

"Dah ah... Aku mau berangkat sekarang. Aku gak mau telat."

"Bye Rini jelek... Hati-hati di jalan ya... Kalu ketemu anjing galak, tolong sampaikan ke dia, jangan galak-galak jadi anjing, nanti keriput"

"Bye juga Amel burik... Jangan lupa kalau mandi pakai sabun ya... Soalnya kalau pakai batu nanti dikira manusia purba."

Ha... Mereka saling tertawa dan melambaikan tangan.

Seperti itulah Rini, beruntung ia memiki Amel sebagai sahabat setia yang selalu membantunya dalam kesulitan.

...######...

Sore ini Rini sudah memiliki janji untuk bertemu dengan seorang wanita paruh baya yang menawarkan lowongan pekerjaan. Dan kini ia sedang berada disebuah restoran untuk menunggu beliau.

Entah siapa yang merekomendasikan namanya pada wanita itu, ia sangat berterimakasih karena ini bisa membantunya untuk menambah penghasilan.

"Selamat sore, Rini" sebuah suara yang dikenali Rini tiba-tiba menyapanya.

"Lho, tante Lea. Apa kabar tante?" Rini menyalami mantan majikannya itu.

"Sangat baik, Rin. Tapi tante kesepian karena Delon yang masih di luar negeri ikut orang tuanya. Kamu tahukan yang bikin rame di rumah itu tingkah Delon yang gak bisa diam."

Nyonya Lea adalah salah satu mantan majikannya. Mereka sagat akrab karena Nyonya Lea sendiri pribadi yang humble dan berjiwa muda. Namun ia harus berhenti kerja padanya tahun lalu karena cucunya pindah ke luar negeri.

"Ehem..." sebuah deheman mengalihkan perhatian mereka.

"Oh iya, Rin. Perkenalkan ini tante Bella yang hubungi kamu buat cari guru les untuk cucunya."

"Selamat sore tante, saya Rini." Rini menjabat tangan wanita itu. "Mari, kita duduk tante."

Mereka pun duduk dan tak lama kemudian seorang waiters datang untuk mencatat pesanan.

"Sebelumnya, Rini ucapkan terimakasih karena sudah diberi keempatan untuk bekerja. Terimaksih juga untuk tante Lea, karena pasti ini rekomendasi tante."

"Kamu memang layak untuk direkomendasikan, Rin. Dan saya juga sangat tahu kalau kamu bisa dipercaya."

Sambil menunggu pesanan datang, Tante Bella mulai membuka suara untuk membahas pekerjaan yang harus dilakukan Rini.

"Baiklah, Rini. Saya sudah tahu terkait kinerjamu selama jadi guru les cucu Lea, sahabat saya. Tapi disini yang harus kamu tahu, cucu saya berbeda dari cucu Lea yang usianya sudah SD. Usia cucu saya masih 4 tahun sehingga harus ekstra sabar menghadapi tingkahnya. Kamu tidak harus mengajarkan hal berat, saya hanya butuh kamu membuat dia belajar sesuai perkembangannya."

"Apakah cucu tante sudah sekolah?"

"ya, kami sudah memasukkannya ke sekolah agar dia belajar bersosialisasi. Hanya saja berdasarkan laporan dari gurunya, dia cenderung diam dan tidak mau berbaur dengan yang lainnya."

"Baiklah tante, akan saya coba. Jujur ini baru pertama kali saya mengajar untuk anak usia 4 tahun. Kalau selama pekerjaan saya nanti ada yang membuat tante kurang berkenan, mohon untuk disampaikan."

Semua demi uang, asal jalan itu halal, Rini akan menempuhnya. Hidup sendiri di kota membuatnya harus bekerja keras diluar jadwal kuliahnya. Ia tidak ingin merepotkan paman dan bibinya yang sudah merawatnya dari kecil.

Ditambah kondisi pamannya yang akhir-akhir ini sakit sakitan, Rini tak ingin menjadi beban untuk keluarga yang telah banyak berjasa untuknya tanpa pamrih.

"M... Tante ah nyonya Bella..."

"Tante saja, Rin. Sama seperti saat kamu memanggil Lea."

"Baik, Tante Bella apa bisa memberi saya informasi dasar untuk saya lebih mengenal kondisi dan karakter cucu tante?"

"Ya.. Memang kamu harus tahu beberapa hal ini. Cucu saya bernama Adam. Dia tipe anak yang cenderung tertutup dan sulit menerima orang baru. Tante harap saat nanti kamu menemukan kesulitan untuk menarik hatinya, tolong untuk tidak menyerah begitu saja."

"Baik tante, untuk hal itu saya akan usahakan semaksimal mungkin. Tapi untuk kesehatian dirumah bagaimana tante?"

"Adam tidak terlalu suka bermain dengan anak-anak di lingkungan sekitar. Di lebih memilih diam dirumah dengan kesibukannya sendiri. Karena di rumah pun hanya ada tante dan para pekerja. Sementara papanya lebih banyak menghabiskan waktu diluar untuk bekerja."

"Bagaimana dengan ibunya?"

"Ibunya lebih memilih untuk bebas dan berkarir dari pada hidup dengan keluarga dan merawat putranya. Karena hal itu pula, putra tante berpisan dengan istrinya."

"Mohon maaf tante, apa Adam pernah mengatakan perasaannya atau isi hatinya?"

"Tante sudah berusaha mencoba berbicara hati ke hati padanya. Tapi tante merasa masih sulit untuk membuatnya terbuka dan mengekspresikan diri."

"Rin, tante mohon bantu teman tante. Tante sangat percaya kamu bisa, tante ingat bagaimana dulu kamu berhasil membantu kami lebih memahami Delon yang sering susah kami kendalikan. Tante percaya kali ini kamu juga bisa."

2. Cinta Perlu Diperjungkan

Malam ini seperti janjinya pada sahabatnya, Rini sudah berada di kafe milik kakak Amel.

"Hi, Rin. Kamu baru datang?" kedatangan Rini ternyata bertepatan dengan kakak Amel yang sedang berdiri di dekat pintu masuk, entah aoa yang ia lakukan disana.

"Hi, Kak. Apa Amel sudah didalam?"

"Masuklah, dia sudah di dalam sejak tadi sore."

"Kalau begitu saya permisi ya kak."

Kakak Amel hanya mengangguk untuk merespon Rini. Matanya benar-benar tidak bisa lepas dari sosok Rini yang berjalan menuju ke arah meja yang di tempati adiknya.

"Hi, Rin. Akhirmya kamu datang penyelamatku..." Amel langsung menyambut kedatangan Rini dengan Heboh.

"Ck, Heboh banget, malu dilihat orang"

"Aku gak peduli, pokoknya yang penting kamu datang"

"Bisa kita makan dulu, aku lapar."

"Tenang saja. Coba lihat ke belakang"

Rini menoleh ke belakang, ia mendapati kakak Amel yang berjalan membawa nampan ke arah meja mereka.

"Kakakku sangat senang waktu ku beritahu kamu akan kesini. Sebenarnya dia sudah menunggumu didekat pintu sejak tadi. Dan makanan yang dibawa, special dia siapkan menu-menu yang kamu sukai" Bisik Amel di dekat telinga Rini.

"Makanlah dulu sebelum kalian mulai belajar agar bisa lebih fokus" ucap kakak Amel setelah sampai di meja mereka.

"Ah, terimaksih kak." Rini tak bisa berkata-kata. Ia memang lebih menjaga interaksinya dengan kakak Amel karena takut disalah pahami atau bahkan dikira memberi harapan palsu.

Sejujurnya, kakak Amel sangat tampan. Posturnya juga tinggi. Kalau ada yang mengatakan dia Model, pasti banyak yang percaya, karena memang visualnya ala-ala model China dan Korea. Sayangnya dia tidak tertarik di bidang itu dan lebih memilih menggeluti dunia kuliner.

Hidangan telah tersaji dan kakak Amel telah kembali ke tempat semula dia duduk.

"Gimana, Rin? Ada getaran di hati gak?"

"Apa sih, Mel. Sudah lah, aku mau makan."

"Ck, kak Brian seganteng itu masak kamu gak tertarik?"

"Kalau kita bahas ini terus, kapan aku makan? Bisa-bisa kita tidak jadi mengerjakan dokumenmu dan kamu tidak bisa SEMPRO"

"Oh tidak, makanlah setelah itu kita selesaikan agar besok bisa setor ke dospemku yang ganteng tapi dingin."

Rini melahap makanan dihadapannya hingga banyak yang tandas.

"Ck, aku heran sama kamu, Rin. Makanmu banyak tapi kenapa gak gemuk ya?"

"Emang takdirku punya body gitar spanyol, jadi ya mau bagaimana lagi."

"Heleh... Bilang aja kamu cacingan."

"Gak gitu ya konsepnya... Gak ada ceritanya Rini yang rajin minum obat cacing setiap bulan diserang cacingan."

"ha... Udah ah. Kita cus kembali ke laptop."

Mereka kini telah fokus kembali dengan untuk menyelesaikan Proposal Skripsi milik Amel. Karena terlalu fokus, mereka tak sadar waktu terus bergulir hingga hampir tengah malam.

"Akhirnya selesai juga..." Amel menatap lega pada tumpukan kertas yang baru selesai dicetak. Mereka memang mengerjakan di Cafe, tapi dengan seenaknya Amel mengeluarkan printer di ruangan kakaknya untuk dia pakai.

"Wah... Sudah jam sebelas malam, bagaimana kamu pulang? Aku antar saja ya? Aku gak mungkin tega biarkan kamu pulang sendiri."

"Aku coba pesa. Ojek saja, mungkin masih ada yang mau terima order."

"Tidak, Tidak boleh. Aku dan Kak Brian yang akan mengantarmu."

"Baiklah, terserah kamu saja."

Amel bersama kakaknya mengantar Rini untuk pulang ke tempat kosnya. Selama perjalanan tak ada pembahasan apapun, Amel sudah tertidur lelap di bagian belakang mobil, sementara Rini yang masih bangun merasa canggung karena harus duduk di depan bersama kakaknya Amel.

"Rin, sudah sampai."

"Terimakasih karena sudah diantar, Kak. Sepertinya Amel juga sudah sangat lelap, aku tidak bisa berpamitan padanya."

"Tidak apa, masuklah kedalam dan istirahatlah. Kamu sudah terlalu lelah membantu Amel. Terimakasih banyak"

"Tidak perlu berterimakasih, Kak. Aku senang bisa membantu Amel. Dia sudah seperti saudaraku sendiri."

"Apapun itu, terimakasih"

"Aku masuk dulu, ya Kak. Hati-hati dijalan"

Rini sudah melangkah keluar dan membalikkan badannya setelah sampai di depan pintu gerbang kos. Melambaikan tanga dan masuk kedalam kosnya.

"Kenapa kakak susah belum mau jujur ke Rini kalau kakak sudak dia."

"Kamu tidak tidur"

"Ck, aku sengaja pura-pura tidur agar kalian bisa mengobrol. Tapi kenapa kakak diam saja. Ayolah kak, cinta butuh diperjuangkan. bagaimana kalau dia diambil orang lain."

"Cinta bukan untuk dipaksakan, Mel. Kakak bisa lihat dia memandang kakak tak lebih dari sekedar pandangan adik ke kakaknya. Kakak tidak mau merusak hubungan baik kita yang sudah terjalin. Biarlah terus begini. Asal Rini bahagian, bagi kakak ini sudah lebih dari cukup."

"Ck, padahal cinta itu perlu diperjuangkan, kak!"

"He..." Brian hanya terkekeh melihat adiknya yang terlihat kesal padanya.

"Ayolah, Kak. Adikmu ini akan membantumu untuk mendapatkan Rini. Asal kakak mau berjuang, pasti kakak bisa membuat Rini membalas cinta kakak. Jangan hanya mengharap sesuatu tanpa mengusahakannya terlebih dahulu. Lagi pula kakak kan ganteng maximal seperti artis Korea. Pasti bisa deh dapatkan hati Rini."

"Memangnya Rini menilai seseorang dari fisiknya?"

"Ah iya, Rini tidak akan peduli dengan status dan fisik seseorang."

"Sudahlah, biarkan saat ini berjalan apa adanya. Kalau kita jodoh, kemanapun Rini pergi pasti akan kembali lagi. Kakak tidak mau membuat Rini tidak nyaman sehingga dia menjauh dari kita."

Kakak beradik ini menghentikan obrolan mereka setelah tiba di rumah mereka.

...****************...

Pukul sembilan ini Rini sudah janji untuk mendatangi rumah nyonya Bella untuk mulai pekerjaannya.

"Terimakasih telah datang, Rini. Apa ini tidak menggangu jam kuliahmu?"

"Tidak Tante, jam kuliah Rini sekarang lebih banyak kosong karena tinggal menunggu jadwal ujian skripsi."

"oh, kamu akan lulus. Untunglah kalau ini tidak mengganggu kuliahmu. Tante minta maaf juga karena membuatmu datang lebih awal. Tante tidak tahu mengapa Adam lebih banyak diam dan tidak mau sekolah. Tante takut ada apa-apa dengannya."

"Apa Adam tidak megatakan sesuatu, tante?"

"Dia tidak mau menjawab, padahal yang tante tangkap dari ekspresinya, dia menyimpan sesuatu."

"Baiklah, Rini akan coba dulu tante. Dimana saya bisa menemuinya?"

"Ikut tante, tante akan membawamu ke kamarnya. Dia tidak mau keluar kamar hari ini, bahkan makanpun harus diantarkan ke kamarnya"

Rini berjalan mengikuti langkah Tante Bella menuju kamar Adam. Pria kecil yang akan menjadi tanggung jawabnya. Yang tak pernah Rini tahu, pria kecil ini yang akan membawa takdir baru pada Rini. Takdir yang tak pernah ia sangka-sangka. Takdir yang membolak-balikkan hatinya.

Kini Rini telah tiba didepan Pria kecil yang akrab disapa Adam. Tidak ada senyum diwajahnya, yang Rini lihat adalah sorot mata sendu seolah menyimpan banyak sakit dihatinya.

3. Menghibur Adam

Nampak di depan Rini, sosok laki-laki kecil yang duduk di lantai beralas karpet dekat kasurnya. Sedikit demi-sedikit Rini melangkahkan kakinya untuk mendekatinya. Sementara Nyonya Bella keluar untuk memberi waktu dan tidak ingin mengganggu Rini.

Adam menoleh, merasa ada yang mendekatinya. Sekilas dia melihat Rini, namun kemudian dia mengalihkan kembali pandangannya pada jendela.

"Hai... Kamu Adam, kan?"

Adam tak menoleh ataupun menjawab.

"Perkenalkan, namaku kak Rini. Tante Bella bilang di dalam ini ada anak yang sedang murung dan malas diajak ngomong. Apa itu kamu?"

Adam tak menjawab namun ada sedikit reaksi yang di lihat Rini.

"Sepertinya dugaanku benar. Kamu sedang sedih? Mau bercerita?"

Adam sedikit menoleh meihat Rini.

"Kalau kamu tidak percaya padaku, aku tidak akan memaksamu. Huh... aku hanya ingin disini denganmu. Boleh, kan?" Rini menjeda sedikit ucapannya.

"Aku lagi kesepian, kalau aku pulang sekarang, tidak ada yang menyambutku. Jadi aku mau duduk disini saja, setidaknya aku tidak sendiri karena Adam ada disini. Benar, kan?"

Mendengar ucapan Rini, Adam mulai merespon "Apa kakak tidak punya teman di rumah?"

Rini tersenyum menyambut respon dari Adam. "Sayangnya aku tinggal sendiri, jadi tidak ada orang yang akan menyambutku saat pulang"

"Mengapa kakak sendiri? dimana orang tua kakak?"

"Orang tua kakak sudah di surga."

"Kakak tidak sedih?"

"Dulu kakak sedih, ah tidak, bukan sedih tapi sangat sedih sampai kakak tidak bisa berhenti menangis. Dan kamu tahu, mata kakak sampai merah seperti monster karena terlalu banya menangis" Rini memperagakan dengan gerakan monster dengan mata yang melotot.

Adam tersenyum karena merasa Rini lucu. Hal ini membuat Rini merasa lebih leluasa untuk mengajak Adam mengobrol.

"Kamu tahun? ada banyak anak-anak diluaran sana yang tidak punya orang tua seperti kakak. Bahkan ada anak yang sekecil kamu juga. Tapi mereka semua tidak sedih terlalu lama. Mereka juga suka mengajak anak-anak baik bermain bersama."

"Benarkah?"

"Benar, kalau kamu mau kenalan dengan mereka kakak bisa mengajakmu bermain ke tempat mereka. Kamu juga boleh berteman dan bermain bersama mereka. Itu kalau kamu mau."

"Apa kakak mau mengajakku kesana?"

"M... Boleh, tapi tidak hari ini, bagaimana kalau hari Minggu?"

"Adam mau, kak. Tapi apa Oma dan Papa akan mengizinkan."

"Kakak akan bantu berbicara dengan Oma, supaya nanti oma bantu meminta izin pada Papa. Tapi kakak punya syarat."

"Syarat apa kak?"

"Adam tidak boleh sedih sendirian. Kalau ada yang membuat Adam sedih Kakak akan bantu megusir monster yang buat Adam sedih"

"Adam Janji, Kak. Adam tidak akan sedih lagi. Tapi boleh kalau Adam tidak sekolah dulu?"

"Apa ada yang mengganggu Adam di sekolah?"

Adam hanya diam menunduk.

"Kamu ingat tadi yang kakak bilang, Kakak akan bantu Adam mengusir monster penggangu. Jadi Monster mana yang harus kakak usir?"

"hik.. hik... Adam mau seperti teman-teman" Adam menangis sambil menunduk. Rini merengkuh tubuh kecil itu. Mengusap punggunggnya untuk memberi ketenangan.

"Kenapa semua teman Adam diantar mamanya ke sekolah? Kenapa mama Adam tidak mau mengantar Adam? Apa mama tidak suka Adam? Apa Adam anak nakal? Adam sudah mau jadi anak baik. Kenapa mama tidak mau datang dan bermain bersama Adam?" Adam menangis dan menumpahkan semua yang membuatnya perasaannya sesak dalam pelukan Rini.

Rini merasa sakit melihat bagaimana anak usia empat tahun yang umumnya menikmati momen bermain dan bermanja dengan orang tua justru tidak dengan Adam. Rini merasa Adam menyimpan sesuatu yang membuatnya lebih peka dengan hidupnya.

"Menangislah sampai kamu merasa lega." Adam masih terus menangis dipelukannya. Hingga sepuluh menit kemudian suara tangisan itu sudah mulai reda.

"Apa kamu lapar setelah menangis?" tanya Rini untuk sedikit menggoda Adam sambil mengusap pipinya yang basah.

"Kakak..." Adam memanyunkan bibirnya membuat Rini tertawa karena ia melihat sisi anak-anak pada Adam yang menurutnya lucu.

"Kamu kalau begini lucu banget, jadi gemes dan pengen makan pipi tembem kamu."

Adam semakin memanyunkan bibirnya membuat RIni semakin terkikik karena merasa lucu.

"Baiklah, kakak tidak akan menggodamu lagi. Sekarang kakak bantu cuci muka ya? setelah itu kita kebawah. Oma dari tadi sedih karena melihat kamu sedih. Memang kamu tega melihat Oma sedih?"

Adam menggelengkan kepalanya.

Rini tersenyum, ia segera membatu Adam untuk merapikan diri dan membawanya turun menemui sang Oma.

...****************...

Tante Bella yang sejak tadi menunggu kabar terkait cucunya dari Rini terus memandang ke arah tangga dari ruang tengah. Tak lama dilihatnya cucu satu-satunya turun dengan kondisi yang telah rapi dan segar meski terlihat sembab di wajahnya. Kelegaan terpancar dari wajah wanita paruh baya itu saat cucunya tersenyum padanya dan berlari kearahnya.

"Oma, maafkan Adam ya Oma..." Adam memeluk Omanya yang telah mensejajarkan tingginya dengan Adam.

"Kenapa Cucu kesayangan Oma minta maaf?"

"Maaf karena Adam buat Oma Sedih"

"Tidak sayang, Oma bahagia karena sekarang cucu Oma sudah mau senyum kepada Oma."

"Oma, kata kak RIni, Kak Rini mau jadi teman Adam dan bermain bersama Adam." terlihat raut antusias terpancar dimata kecil itu.

"Apa kamu senang?"

"Adam sangat senang, Oma."

"Kalau begitu kakak Rini akan menjadi teman bermain Adam. Benarkan, Rin?"

"Siap, Kak Rini akan jadi teman bermain Adam." Rini menghadap Adam sambil berlagak seperti tentara.

"Kruk Kruk" suara perut Adam membuat semua beralih menatap bocah itu.

"Apa kamu lapar?"

"Adam ingin makan Ayam Goreng. Apa boleh oma?"

"Tentu, sayang." Tante Bella lantas memanggil salah satu pembantu untuk membawa Adam makan sementara ia ingin berbicara dengan Rini.

Setelah Adam berlalu, Tante Bella meminta Rini untuk duduk.

"Rin, tante benar-benar berterimakasih kepadamu hari ini. Terimakasih telah membantu tante. Tante bingung harus bagaimana. Sudah tiga hari ini Papanya tugas keluar kota, pagi ini pulang tapi harus mampir ke kampus dulu. Tante sampai bingung dengan anak tante, dia terlalu sibuk sampai jarang terlihat di rumah."

"Rini senang kalau bisa membantu tante. Lagi pula Adam anak yang baik dan manis."

"Tante senang mendengarnya."

"Oh iya, maaf sebelumnya, tadi saya ada janji mau mengajak Adam keluar besok minggu. Tapi kalau tante ikut juga tidak apa-apa. Pasti adam juga senang."

"Rencananya mau kemana?"

"Rini mau ajak ke panti Asuhan, tante."

"Boleh, tante juga mau ikut kalau begitu. Nanti aku kabari Papanya Adam. Semoga dia juga bisa ikut supaya Adam lebih senang."

"Syukurlah kalau begitu"

"Ya sudah, kalau begitu kita susul Adam di tempat makan. Pasti dia senang kalau kamu temani makan."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!