NovelToon NovelToon

THE STRONGEST

Prolog

Kerajaan Qin, di mana terdapat 4 perguruan kuat yang memiliki ratusan murid hebat berada.

Chang, Xuan, Lang, dan Ming. Keempat perguruan yang memperkuat kerajaan Qin, dikelilingi oleh pegunungan dan juga hutan.

Perguruan Chang, memiliki lebih dari 1000 murid. Dan mempunyai lebih dari 200 orang murid unggulan dari beberapa tingkatan kultivasi.

Pemilik perguruan Chang bernama Wen Liu Yang, dia memiliki dua orang anak dan juga satu keponakan, yang bernama Wen Jian Yi.

Wen Jian Yi memiliki inti kultivasi yang cukup hebat, karena hanya dalam waktu kurang dari satu tahun, dia berhasil berkultivasi dengan baik sehingga dapat naik dua tingkat.

Meski begitu, banyak orang yang tidak mengetahui perihal kekuatan Wen Jian Yi, dan juga kekuatan dari inti kultivasi yang dia miliki.

Pada hari ke 7 bulan ke 10, Raja Qin memerintahkan 4 murid terkuat dan unggulan dari 4 perguruan untuk melakukan kultivasi tertutup selama dua bulan, di dalam sebuah gua.

Dan pada saat keempat murid itu berkultivasi, kerajaan Shu menyerang secara tiba-tiba, yang menimbulkan peperangan sengit.

Banyak murid dari empat perguruan yang terluka parah, termasuk anak dari pemilik perguruan Chang, yaitu Wen Yi Ling.

"Tabib, bagaimana keadaan Ling?" ucap Tuan Wen dengan khawatir.

"Tuan Wen, kondisi Tuan muda Wen saat ini sangat buruk. Inti kultivasi miliknya telah rusak cukup parah, jika dipaksakan saya khawatir dia akan..."

"Tidak! Itu tidak mungkin, Ling adalah satu-satunya penerusku! Tabib, kau harus membuat putraku..."

"Tuan Wen, saya mohon tenanglah! Saat ini kondisi Tuan muda Wen memang sangat buruk. Kekuatan besar telah membuat inti kultivasi yang dia miliki tidak bisa menahannya, dan akhirnya hancur secara perlahan,"

Wen Liu Yang mundur beberapa langkah, sementara anak perempuannya yang juga berada di dalam kamar Wen Yi Ling, menatap adiknya dengan air mata yang memenuhi pipinya.

Tepat di belakang pintu kamar, Wen Jian Yi mengepalkan kedua tangannya. Ingatan tentang semua kebaikan keluarga pamannya terlintas begitu jelas.

Ingatan tentang Wen Yi Ling yang sering membantunya pun berlari dalam ingatan.

"Paman Wen, biarkan aku membantu Kakak Ling untuk sembuh," ucap Wen Jian Yi seraya berjalan masuk.

Semua orang menatap Wen Jian Yi dengan terkejut.

"Jian Yi, apa yang kau katakan?" Wen Liu Yang berjalan mendekat.

"Tabib, apakah ada cara untuk memulihkan inti kultivasi Kakak Ling?"

"Hanya dengan mengganti inti kultivasi yang rusak miliknya dengan inti kultivasi yang milik orang lain, atau dengan cara melakukan latihan ekstrim di dalam hutan lembah terdalam selama empat tahun,"

Wen Jian Yi menatap Yi Ling yang terbaring lemah di atas tempat tidurnya.

"Jika begitu, bisakah aku memberikan inti kultivasi milikku pada Kak Ling?" ucap Jian Yi.

Wen Liu Yang menarik tangan Jiang Yi, "Jian Yi, jangan melakukan hal yang bodoh! Inti kultivasi sangat penting,"

"Paman, selama ini Jian Yi hidup dengan sangat baik di sini. Sejak Jiang Yi berusia sepuluh tahun, Paman yang merawat Jian Yi seperti anak Paman sendiri. Kakak Ling juga sudah sangat baik padaku. Saat ini Kakak Ling lebih membutuhkan inti kultivasi dari pada Jian Yi,"

Wen Dai Lu berjalan mendekati Jian Yi, lalu meraih tangannya, "Jian'er, kami tahu kau sangat khawatir pada Ling. Tapi kau tidak harus melakukan hal sejauh itu,"

"Itu benar, terlebih inti kultivasimu berbeda dengan inti kultivasi yang lainnya. Kau harus..."

"Paman Wen, Kakak Dai. Jian Yi tidak memiliki apapun untuk membalas hutang Budi pada keluarga Wen dikehidupan ini, jadi Jian Yi ingin melakukan hal yang sangat berguna bagi keluarga Wen kita,"

Jian Yi berjalan ke arah tempat tidur Yi Ling, "Kakak Ling adalah satu-satunya penerus keluarga Wen ini, dia akan menjadi pemilik perguruan Chang selanjutnya. Jika dia tahu inti kultivasinya hancur dan dia tidak lagi memiliki inti kultivasi, maka dia pasti akan..."

Semua orang terdiam, ucapan Jian Yi memang benar. Namun inti kultivasi sangatlah berharga. Inti itu sendiri akan muncul pada diri seseorang setelah berhasil melewati pengumpulan Qi tingkat dua, dan itu memerlukan waktu yang cukup lama, juga latihan yang tidak mudah.

Jian Yi menatap Wen Liu Yang dan Wen Dai Lu, lalu tersenyum.

"Aku akan baik-baik saja, tingkat kultivasiku saat ini berada pada pengumpulan Qi tingkat 7, dan kemungkinan kekuatanku hanya akan turun pada tingkat 4 setelah tidak memiliki inti kultivasi, tapi aku bisa menjaga diriku. Sementara Kakak Ling, dia harus menjaga semua keluarga Wen dan perguruan Chang kelak," ucap Jian Yi meyakinkan.

Di perguruan tidak ada yang pernah melihat bagaimana Jian Yi bertarung, karena selama ini dia terkenal tidak begitu pintar dalam ilmu beladiri, bahkan tidak ada yang tahu jika saat ini dia berada pada tahap pengumpulan Qi tingkat ke 7. Bahkan Wen Liu Yan pun baru mengetahuinya.

Namun, seseorang diantara mereka mengetahui itu, karena dia pernah melihat sendiri bagaimana Jian Yi pernah berhadapan dengan binatang buas level empat, di dalam hutan.

Setelah Jian Yi membujuk Wen Liu Yang dan Wen Dai Lu, akhirnya mereka menyetujui keinginan Jiang Yi, yang akan memberikan inti kultivasinya pada Wen Yi Ling.

Tubuh Wen Yi Ling dipindahkan ke ruangan lain, dan di dalam ruangan itu hanya ada Yi Ling, Jian Yi, Tabib keluarga Wen dan murid kepercayaan sang Tabib itu.

Wen Liu Yan juga memanggil salah satu tetua dari perguruan Xuan, yang merupakan teman baik nya, juga orang yang dapat membantu memindahkan inti kultivasi Jian Yi ke tubuh Yi Ling.

Ruangan itu disegel untuk sementara waktu, agar tidak ada orang yang dapat masuk atau mendengar apapun dari dalam ruangan.

Jian Yi duduk di samping Yi Ling, sementara salah satu tetua perguruan Xuan duduk di depan mereka berdua.

Tabib yang mengobati Yi Ling membantu menopang tubuh Yi Ling, agar duduk di samping Jian Yi.

"Nona Wen, apa kau benar-benar yakin ingin melakukan ini?" ucap tetua itu.

"Iya, aku sangat yakin!"

"Kemungkinan kultivasimu akan turun dua atau tiga tingkat, dan kultivasi Tuan muda Wen akan berada pada pembentukan Qi tingkat akhir"

"Aku mengerti,"

Tetua dan Tabib saling menatap, lalu mengangguk.

Tetua itu kemudian mulai menutup kedua matanya, kedua tangannya terulur pada Yi Ling, sinar berwarna kuning muncul dan cukup menyilaukan.

Sinar itu terbang dengan cepat ke arah Yi Ling, dan hanya beberapa menit sinar berwarna merah keluar.

Yi Ling memuntahkan sekepal darah segar dari dalam mulutnya. Sebuah bola merah dengan retakan sangat banyak keluar dan jatuh di atas lantai.

Krak!

Bola merah itu seketika hancur menjadi beberapa bagian, setelah keluar dari tubuh Yi Ling.

Sinar kuning kembali keluar dari sang Guru, lalu terbang menuju Jian Yi.

"Aaaaakh!"

Teriakan Jian Yi sangat keras dan terdengar sangat menyakitkan, air mata Jian Yi keluar karena sesuatu seperti tengah menarik jantungnya secara paksa dari dalam tubuhnya.

Kedua tangan Jian Yi mengepal untuk menahan rasa sakit yang sangat luar biasa itu. Karena dalam pemindahan inti kultivasi, dirinya harus dalam keadaan sadar. Agar inti kultivasi tidak memberontak.

Sebuah bola merah dengan sinar keemasan keluar dari tubuh Jian Yi, dan langsung diarahkan pada tubuh Yi Ling.

Tetua kemudian melakukan tahap akhir, yaitu mencoba menyatukan inti kultivasi milik Jian Yi dengan tubuh Yi Ling.

Proses pemindahan inti kultivasi membutuhkan waktu beberapa jam. Namun rasa sakit yang dirasakan oleh Jian Yi akan terus dia rasakan di dalam tubuhnya.

TS 01

[Dua bulan kemudian]

Suara kicauan burung kecil memberikan rasa nyaman dan damai pada seorang wanita, yang tengah duduk di atas batu besar.

Air yang mengalir di bawah kakinya, menambahkan rasa tenang pada dirinya.

"Kau masih saja duduk di sini, Jian'er,"

Sebuah suara membuat pemilik nama Jian Yi menoleh.

"Kakak Dai,"

"Aku membuat bubur teratai dan kacang merah yang kau sukai, dan itu akan dingin jika kau masih duduk di sini,"

"Apa Kakak membuatnya lagi?"

"Benar, aku tahu kau menyukai bubur teratai dan kacang merah,"

Jian Yi tersenyum, dia lalu berdiri dan berjalan ke arah Wen Dai Lu.

"Mendengar Kakak Dai membuat bubur teratai dan kacang merah, membuatku lapar," ucap Jian Yi.

"Kau ini,"

Jian Yi menggandeng tangan Wen Dai Lu, dan mereka pun berjalan bersama menuju kediaman Wen.

Di halaman kediaman Wen, terlihat cukup ramai. Jian Yi dan Wen Dai yang baru saja tiba di sana, saling menatap.

"Apa yang terjadi di sini?" ucap Wen Dai Lu.

"Nona pertama,"

"Ada apa?"

"Di dalam aula ada Cai Jin Cheng,"

"Cai Jin Cheng?"

"Benar , Nona,"

Jian Yi menatap Wen Dai Lu, "Bukankah dia adalah murid terhebat dari perguruan Xuan?"

"Benar, apa yang dia lakukan di sini?"

"Lebih baik kita ke sana,"

Wen Dai Lu mengangguk.

Dua wanita itupun kemudian berjalan menuju aula keluarga.

Di dalam aula, Cai Jin Cheng tengah duduk bersama Tuan Wen dan juga Wen Yi Ling. Mereka terlihat tengah membicarakan sesuatu.

"Sangat disesalkan untuk saya, karena ketika kerajaan diserang, kami para murid unggulan dari perguruan tidak dapat ikut bertarung, yang membuat banyak murid juga rakyat menderita," ucap Cai Jin Cheng.

"Yang Mulia saat itu memerintahkan kalian untuk melakukan kultivasi tertutup. Itu juga demi kebaikan kerajaan ini," ucap Tuan Wen.

"Ayah benar, lagipula kami bisa menghadapi musuh dengan baik. Kau bisa melihatnya, aku baik-baik saja,"

Cai Jin Cheng mengangguk.

Sementara di luar pintu, Wen Dai Lu dan Jian Yi yang mendengar perkataan Yi Ling hanya terdiam.

Wen Dai Lu menatap Jian Yi, yang dibalas senyuman seperti biasanya.

"Kita masuk, Kakak," ucap Jian Yi seolah tidak mendengar ucapan Yi Ling.

Ketiga laki-laki yang berada di dalam aula menoleh saat Dai Lu dan Jiang Yi masuk ke dalam aula itu.

"Aku berpikir siapa yang mengunjungi keluarga Wen, ternyata murid unggulan dari perguruan Xuan," ucap Jian Yi.

"Jian Yi, sopanlah sedikit pada Cai Jin Cheng!" Yi Ling menatap Jiang Yi dengan tajam.

Cai Jin Cheng menatap Jian Yi, kedua matanya seolah melekat pada sosok wanita yang berbicara itu.

Tuan Wen menatap Jian Yi yang berdiri tidak jauh darinya.

"Jian Yi, apa kau ke sungai lagi?" ucap Tuan Wen.

"Hanya sebentar Paman,"

"Kau ini, setiap hari selalu datang ke sungai itu. Apakah kau berteman dengan ikan di sana? Lebih baik kau berlatih, agar kultivasimu meningkat," ucap Yi Ling.

Jian Yi mengangguk beberapa kali, "Tetapi Kakak Ling, sepertinya aku tidak memiliki bakat dalam berkultivasi. Dan mungkin aku akan membebani Kakak Ling dan juga Paman nanti,"

"Mana bisa kau seperti itu,"

"Cukup! Di sini ada Cai Jin Cheng, apa kalian akan terus berdebat seperti itu?" Tuan Wen menatap Jian Yi dan Yi Ling bergantian.

Jian Yi menatap Yi Ling lalu berbalik dan keluar dari aula.

"Maafkan Ling dan Jian Yi, mereka memang selalu seperti itu," ucap Dai Lu pada Jin Cheng.

"Tidak apa-apa,"

Jin Cheng melihat ke arah luar, sementara Tuan Wen menatap Putrinya seperti memberi kode agar segera menyusul Jian Yi.

Meski Jian Yi hanya keponakan Wen Liu Yan, tetapi dia sudah menganggap Jian Yi seperti anaknya sendiri. Terlebih Jian Yi sudah melakukan hal yang sangat besar untuk keluarga Wen.

"Tuan Wen, saya harus kembali ke perguruan," ucap Jin Cheng.

"Baiklah kalau begitu,"

Setelah memberi hormat, Jin Cheng berjalan keluar dari aula keluarga Wen.

Dai Lu menatap Jin Cheng yang berjalan keluar, laki-laki yang terkenal hebat itu, tidak disangka akan datang berkunjung untuk melihat keadaan Yi Ling dan keluarganya.

"Kakak, apa kau menyukai Jin Cheng itu?" ucap Yi Ling.

"Dia adalah laki-laki yang hebat, memiliki kultivasi yang tinggi. Semua wanita di kerajaan ini pasti menyukainya, hanya saja aku tidak tertarik pada laki-laki yang terlalu kuat,"

"Kakak, apa Kakak sedang bercanda?"

"Sudahlah, lebih baik aku melihat Jian Yi,"

Dai Lu berjalan keluar dari aula, meninggalkan Yi Ling dan juga Tuan Wen.

"Ayah, apa Ayah mendengar yang Kakak katakan tadi? Dia tidak tertarik pada Jin Cheng," Yi Ling menatap Ayahnya.

"Lebih baik kau berlatih, kultivasimu sudah menurun,"

"Aku mengerti Ayah, aku juga selalu berlatih. Tetapi, kenapa tadi Jian Yi berkata seperti itu pada kita?"

Tuan Wen terdiam, dia tentu tidak bisa menjawab perkataan Yi Ling. Karena tidak mungkin dia mengatakan yang sebenarnya.

"Jangan memikirkan orang lain, berlatihlah sekarang!" ucap Tuan Wen sebelum dia juga pergi dari aula itu.

Yi Ling melihat kepergian Ayahnya, namun dia sama sekali tidak merasa curiga. Lalu dia pun pergi ke tempat latihan.

Di sisi lain, Jian Yi yang berada di dalam kamarnya menatap sebuah kotak coklat yang ada di atas meja, sambil menikmati bubur teratai dan kacang merah.

Kotak itu berisi kipas, tetapi itu bukan kipas biasa. Melainkan kipas yang dapat dia gunakan sebagai senjata, karena dia tidak bisa lagi menggunakan pedang miliknya.

[Dua minggu sebelumnya]

"Ini adalah kipas yang aku buat untukmu, kau bisa menggunakannya sebagai senjata. Di dalam kotak ini juga terdapat teknik menggunakan kipas. Teknik akan langsung terserap pada tubuhmu setelah kau meneteskan darah di atasnya," ucap Tetua yang membantu memindahkan inti kultivasi miliknya pada Yi Ling.

Jian Yi menatap kipas yang masih berada di dalam kotak, saat ini dia belum tahu apakah dia dapat menggunakan kipas itu atau tidak.

Dia juga tidak tahu, apakah dirinya dapat mengendalikan kekuatan kipas itu sebagai senjatanya, atau justru akan membuatnya mati karena salah menggunakannya.

******

Setelah memakan bubur teratai, Jian Yi mengulurkan tangannya ke arah kotak berisi kipas itu, sudah dua minggu sejak kipas itu diberikan padanya, namun belum sekalipun dia membukanya.

"Apakah aku bisa menggunakan kipas ini sebagai senjataku?"

Dengan ragu Jian Yi menyentuh dan perlahan membuka kotak coklat itu.

Di dalam kotak terdapat kipas berwarna biru tua dan terlihat juga seperti ada warna lain yang tersembunyi.

Jian Yi menarik napasnya, lalu menghembuskannya perlahan sebelum mengambil kipas itu dengan sedikit ragu.

Dengan hati-hati Jian Yi membuka kipas yang kini ada di tangannya. Kedua matanya terbuka lebar melihat kipas itu yang berbeda dari kipas yang lain.

TS 02

"Bukankah kipas itu sangat bagus? Kipas itu juga sangat pas denganmu," ucap Dai Lu seraya berjalan masuk ke dalam kamar Jian Yi.

"Kakak Dai,"

"Kipas itu dibuat oleh Paman Guru, dia menggunakan kekuatan kultivasinya untuk membuanya, sehingga kipas itu bukanlah kipas yang dapat digunakan oleh sembarangan orang,"

Dai Lu melihat kipas yang berada di tangan Jian Yi, panjang kipas itu tidak sama seperti kipas pada umumnya.

Memiliki ukuran lebih panjang, dan lebih lebar dari kipas lainnya. Yang tentu saja mempunyai berat berbeda juga.

Ada kekuatan yang menyelimuti kipas itu, dan hanya dapat digunakan setelah sang pemilik meneteskan darah pada gulungan teknik kipas yang ada di dalam kotak.

"Lakukanlah! Kau tidak mungkin pergi kemanapun tanpa membawa senjata," ucap Dai Lu.

Jian Yi menatap Dai Lu, yang diangguki dengan yakin oleh wanita yang berada di depannya itu.

Dai Lu mengambil gulungan yang ada di dalam kotak coklat yang ada di atas meja, lalu memberikannya pada Jian Yi.

"Aku akan menunggu di luar," Dai Lu menepuk bahu Jian Yi dengan pelan.

"Baik, Kakak,"

Dai Lu berjalan keluar dari kamar Jian Yi lalu menutup pintu kamar itu.

Jian Yi menatap gulungan yang kini ada di tangannya, "Apakah aku benar-benar harus melakukannya?"

Jian Yi menatap keluar jendela, terlihat beberapa orang tengah berlarian sambil membawa senjata di tangan mereka.

Dengan pelan, Jian Yi meletakkan kedua benda yang ada di tangannya di atas meja, lalu dia membuka gulungan teknik kipas itu.

Gulungan itu tidak terdapat apapun, seperti sebuah gulungan yang kosong.

Jian Yi menarik napasnya perlahan, lalu menatap jari telunjuknya.

"Aku tidak tahu apakah ini bisa atau tidak, saat ini kekuatanku hanya berada pada pengumpulan Qi tingkat 4," gumam Jian Yi.

Sreet!

Tes!

Jian Yi menusukkan jepit rambut pada ujung jari telunjuknya, lalu meneteskan darah yang keluar di atas gulungan itu.

Gulungan itu seketika mengeluarkan cahaya putih, dan tubuh Jian Yi dikelilingi oleh tulisan-tulisan yang keluar dari gulungan itu.

Dengan cepat tulisan-tulisan itu masuk ke dalam kepala Jian Yi. Membawanya ke tempat di mana semuanya berwana kuning keemasan, dan dipenuhi oleh tulisan-tulisan tentang teknik kipas yang akan diserap oleh Jian Yi.

Bruk!

Dai Lu yang berdiri di depan pintu, mendengar sesuatu yang jatuh cukup keras dari dalam kamar Jian Yi.

Brak!

Pintu kamar terbuka lebar, kedua mata Dai Lu menatap dengan terkejut pada tubuh Jian Yi, yang tergeletak di atas lantai.

"Jian Yi!"

Dai Lu berlari mendekati tubuh Jian Yi.

"Jian Yi, Jian Yi!" ucap Dai Lu seraya mengangkat tubuh Jian Yi.

Dai Lu melihat ke atas meja, dan di sana hanya ada kipas yang telah terbuka. Namun gulungan yang bersama kipas sudah tidak ada lagi.

"Jian Yi, bangunlah!" Dai Lu.

Dai Lu mengangkat tubuh Jian Yi, dan membawanya ke tempat tidur.

Tubuh Jian Yi dibaringkan dengan hati-hati.

"Gulungannya sudah tidak ada, apakah kau telah berhasil menyerapnya dan tidak bisa menahan kekuatan itu?" gumam Dai Lu.

Dai Lu menatap Jian Yi yang terbaring di atas tempat tidur, dia kembali ingat ketika Jian Yi tidak sadarkan diri setelah memberikan inti kultivasinya pada Yi Ling.

Selama lebih dari15 hari Jian Yi tidak sadarkan diri saat itu, dan tentu saja hal tersebut ditutupi oleh orang-orang yang mengetahui tentang hal itu.

"Kau sudah melakukan banyak hal, dan sekarang kau..."

Air mata Dai Lu menetes

Keluarga Wen berhutang banyak pada Jian Yi, dan meski harus memberikan semua kekayaan yang dimiliki, keluarga Wen tidak akan bisa membayar hutang itu pada Jian Yi. Meski Jian Yi sendiri adalah anggota keluarga Wen.

...----------------...

[Perguruan Xuan]

Jin Cheng terlihat tengah melatih ilmu tenaga dalamnya di dalam kamar, pedang yang selalu dia bawa berada tepat di samping kanannya.

"Kakak kedua, Yang Mulia meminta anda untuk pergi ke istana sekarang," ucap seseorang dari luar kamar.

Kedua mata Cai Jin Cheng perlahan terbuka, lalu menatap lurus ke depan.

"Aku akan segera ke sana," ucap Jin Cheng.

Jin Cheng menoleh dan menatap pedang miliknya, "Hanya berselang tiga hari, setelah para murid unggulan dari empat perguruan tinggi berkultivasi di dalam gua, seperti apa yang diinginkan olehnya. Sekarang apa lagi yang dia inginkan?"

Setelah mendengar cerita dari beberapa adik seperguruannya, Jin Cheng merasa adanya kejanggalan dari peperangan yang terjadi ketika dirinya dan ketiga murid unggulan lain berkultivasi.

Ditambah, tidak biasanya Raja memberikan perintah dan juga menyediakan tempat untuk berkultivasi tertutup pada para murid unggulan.

Kedua tangan Jin Cheng mengepal, dan dengan cepat dia mengambil pedang miliknya, setelah itu dia pun pergi ke istana kerajaan.

Di halaman perguruan, beberapa murid melihat Jin Cheng berjalan keluar dari gerbang perguruan mereka.

"Kakak kedua ingin pergi kemana?" ucap salah satu murid itu.

"Jika tidak salah, Yang Mulia meminta empat murid unggulan yang dua bulan lalu berkultivasi tertutup, untuk datang ke istana kerajaan,"

"Ke istana kerajaan?"

"Benar,"

"Tidak seperti biasanya,"

"Kita tidak tahu apa yang direncanakan oleh Yang Mulia, tapi apapun itu pasti akan sulit untuk kita menolak keinginannya,"

Beberapa murid itu saling menatap lalu mengangguk.

Jin Cheng terus berjalan melewati toko dan rumah rakyat, tatapannya lurus ke depan seolah tidak peduli pada orang-orang yang melihatnya dengan tatapan kagum dan juga iri.

Jin Cheng sengaja tidak menggunakan kekuatannya untuk terbang ke istana, karena dia ingin tahu sejauh mana kesabaran Raja Qin.

Bagi Jin Cheng menjadi murid unggulan perguruan Xuan bukanlah tujuannya melatih diri di dalam perguruan itu, namun di dunia persilatan itu jika dia tidak berkultivasi, maka kehidupannya hanya akan menjadi beban banyak orang.

Jin Cheng menatap tembok tinggi yang berada di depannya, tembok yang memisahkan antara bangunan kerajaan dengan bangunan kecil milik para rakyat.

Sreet!

"Ada keperluan apa kau datang ke istana?" ucap salah satu pengawal seraya menghadang Jin Cheng dengan tombaknya.

"Yang Mulia...."

"Yang Mulia meminta murid unggulan dari keempat perguruan untuk datang, untuk apa kalian menghalanginya?" ucap seseorang yang berdiri di belakang Jin Cheng.

"Kau adalah..."

"Dia adalah Kakak Cai Jin Cheng, murid unggulan dari perguruan Xuan,"

Jin Cheng yang sejak tadi diam, hanya bisa menatap pengawal istana yang berdiri di depannya.

"Maafkan kami, kami tidak mengetahuinya. Jika begitu, silakan!" ucap Pengawal istana itu.

Jin Cheng berjalan melewati dua Pengawal istana itu, tanpa peduli pada orang yang tadi berbicara di belakangnya.

Orang yang tadi berbicara, segera berjalan mengikuti Jin Cheng.

"Kakak Jin Cheng, tunggu aku!" ucap orang itu.

Jin Cheng tidak peduli pada panggilan orang itu, saat ini dia hanya ingin bertemu dengan Raja Qin, dan mengetahui apa yang dia rencanakan.

Orang yang sejak tadi mengikuti Jin Cheng mulai kesal, "Bukankah sekarang seharusnya murid unggulan perguruan Xuan berterima kasih padaku? Jika bukan karena aku, kau pasti..."

"Jika bukan karena kau yang terus berbicara, aku bisa melewati para Pengawal istana itu dengan token yang aku miliki," ucap Jin Cheng tanpa berbalik.

Orang itu terdiam, dia lupa jika Jin Cheng memiliki token yang dapat membuatnya keluar masuk istana dengan mudah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!