NovelToon NovelToon

PERNIKAHAN TANPA CINTA

AWAL MULA

“Sidneyyyy, lariiii!!! Orang-orang itu datang lagi!“

Teriak seorang gadis berambut cepak, pada temannya yang tengah berjualan karcis pertandingan bola yang akan berlangsung beberapa saat lagi di stadion San Siro yang berada di kota Milan.

Gadis berpenampilan tomboy dengan topi di balik bertuliskan baseball langsung berlari sekencang mungkin masuk kawasan padat orang. Setelah masuk kerumunan orang-orang yang sedang antri masuk stadion, gadis bernama Sidney itu pura-pura berjalan biasa, sesekali mengalihkan netra biru terang gadis itu melihat situasi sekitar.

"Shitttt. Mereka datang lagi setelah hampir setahun hidupku tenang di kota Milan. Untung saja aku bisa lolos kali ini", ucap gadis itu mengusap dadanya yang terasa sesak. Pun nafasnya tersengal-sengal setelah berlari sejauh mungkin dari orang yang mengejarnya.

Berapa langkah lagi Sidney akan menyerahkan karcis di tangannya pada petugas yang berjaga-jaga di pintu masuk. "Tidak apa aku rugi malam ini, demi menyelamatkan diri dari orang-orang itu", batinnya.

Namun, ternyata dugaannya salah. Tiba-tiba ada yang menarik kuat tangannya menjauh dari antrian.

Kedua mata gadis itu melotot. Sekuat tenaga memberontak hendak melepaskan diri dari orang yang akan berbuat jahat padanya. Namun tenaga orang-orang itu sangat kuat. Sekilas Sidney melihat mereka bertubuh tinggi besar. Tanpa ampun orang asing itu menyeret tubuh Sidney agar mengikuti mereka.

"Siapa kalian! L-epaskan aku bajingan!"

Sebelum ada jawaban tiba-tiba wajah Sidney di tutup dengan kain dan kedua tangannya pun di ikat.

Sidney merasa tubuhnya di dorong keras. Gadis itu tahu ia di masukkan ke dalam mobil.

“Heii...lepaskan teman ku! Kalian penculik? T-olongg ada penculik!!“

Teriak itu sia-sia saja mengingat di sekitar mereka adalah suporter bola yang sedang riuh menyanyikan yel-yel klub kesayangan mereka yang segera bertanding dengan musuh bebuyutan klub tersebut.

“Regina, pergilah selamat kan diri mu. Aku tidak apa-apa “, teriak Sidney ketika mendengar suara temannya masih disekitar sana.

“Jalan! Segera temui bos besar!". Suara berat terdengar memberi perintah.

“Aku dan Louisa akan menyelamatkan mu, Sidney“, teriak Regina sebelum terdengar deru mobil melaju.

“Brengsek. Apa mau kalian menculik ku? Kalian mau uang tebusan? Sia-sia saja karena aku bukan orang kaya seperti yang kalian inginkan. Aku tidak punya uang. Kecuali jika kalian menginginkan tiket menonton bola, aku masih punya simpanan“, cicit Sidney berusaha negosiasi dengan orang yang ada di mobil.

"Tutup mulut mu! Atau kami akan membungkam dan membuang tubuh mu kehutan", ancam salah satu laki-laki itu. Membuat tubuh Sidney bergidik ngeri.

Bahkan orang tak di kenal itu mengapit sisi kiri-kanan Sidney. Gadis itu sadar kali ini semua tidak berjalan sesuai keinginannya. Ia tidak akan lolos.

"Shitttt...!"

*

Setelah berjam-jam lamanya di sandera di dalam mobil dengan penjagaan ketat oleh orang-orang yang tidak ia kenal, Sidney merasa mobil yang membawanya berhenti.

Salah satu mencengkram kuat lengannya.

"Bos..anak buah ku berhasil membawa nona Sidney kembali".

Suara berkarakter itu sangat Sidney kenal. Selama di sekap dalam mobil ia tidak terdengar suara seperti itu. Bersamaan dengan penutup wajah gadis itu di buka. "Darius? Ternyata kau masih mengejar ku?!"

Sidney memejamkan kedua matanya yang terkejut menerima cahaya terang langsung menembus retinanya. Gadis itu menutupi matanya dengan dua tangan, sedikit mengerenyitkan mata.

Beberapa saat kemudian, kedua netra Sidney sudah terbiasa melihat sekitarnya.

"Maafkan saya nona Sidney. Saya hanya menuruti perintah tuan besar". Laki-laki bertubuh atletis dengan rahang sedikit menonjol, bernama Darius membungkukkan sedikit badannya di hadapan Sidney.

Dengan sorot penuh amarah gadis itu menatap sosok laki-laki paruh baya yang berdiri dengan tongkat sambil menghisap cerutu mahal tersemat di antara jari tangannya.

"Cukup sudah kau berkeliaran di luar sana gadis pembangkang! Sudah saatnya kau kembali ke keluarga mu! Apa yang kau dapatkan di luar sana selain mengemis di jalanan", tegas laki-laki itu yang memberi isyarat pada orang-orangnya setelah berhasil membawa putrinya kembali ke rumah mereka di Marseille, Prancis.

Sidney menantang dengan sorot tajam pada laki-laki paruh baya itu yang tak lain adalah ayahnya sendiri. Laki-laki pertama dalam hidupnya, namun sangat ingin ia lupakan dan hindari saat ini.

"Aku tidak ada urusan dengan mu lagi pak tua! Kau hanya bisa menjual anak mu pada bandot tua yang seharusnya menjadi ayah anak mu! Sampai kapan pun aku tidak akan menuruti keinginan mu dad!!!", teriak gadis itu ketika dua orang pesuruh ayahnya kembali menyeret tubuh Sidney agar mengikuti mereka masuk ke dalam rumah yang berdiri kokoh di lahan yang sangat luas.

"Kurung anak pembangkang itu di kamarnya, Darius! Jangan ada yang berani membuka pintu selain memberi makan. Kalau ada yang tidak mematuhi perintah ku pecat saja. Kali ini aku tidak akan tinggal diam. Gadis itu harus menuruti keinginan ku kali ini!", ucap Alexius dengan suara menggelegar.

Sidney tidak tinggal diam, gadis itu memberontak sekuat tenaga untuk meloloskan diri.

"Aku tidak akan menuruti keinginan mu daddy. Aku tidak mau menikah dengan laki-laki tua pilihan mu! Membuat ku mual. Aku akan muntah di wajahnya!!!", teriak Sidney yang kini tubuhnya di angkat Darius orang kepercayaan ayahnya menaiki tangga dengan di gotong seperti karung beras.

*

Di kamar mewah berukuran luas bernuansa putih dan abu-abu, tertata rapi furniture-furniture berkelas dengan tingkat artistik yang tinggi.

Di tengah-tengah kamar terdapat tempat tidur berukuran besar. Sejak beberapa tahun yang lalu kamar tersebut begitu sunyi. Kini sang pemilik telah kembali. Setelah tiga tahun melepaskan semua identitas diri yang sebenarnya.

Sidney Carlotta Thanos terlahir dalam keluarga kaya dan keturunan bangsawan di Marseille, Prancis. Ayahnya Alexeus Thanos mewarisi semua harta kekayaan keluarga Thanos, karena ia satu-satunya penerusnya.

Namun di tangan Alexeus, satu persatu harta peninggalan itu hilang tak bersisa. Alexius kerap menjadikan hartanya sebagai jaminan dalam berbisnis. Kala bisnis yang ia jalankan tidak sesuai harapan harta yang menjadi jaminan akan di eksekusi.

Atas kecerobohannya pula, kini yang tertinggal hanya kastil yang ia dan keluarganya tempati. Kastil itu dulunya bangunan kuno namun belasan tahun yang lalu setelah di serahkan pada Alexius di renovasi menjadi kastil modern dengan beberapa ornamen yang membuat menjadi lebih indah.

Untuk kastil, Alexius berusaha sekuat tenaga agar tidak lepas darinya. Laki-laki itu akan berusaha mempertahankan.

Sosok Alexius adalah tipikal laki-laki yang berani berspekulasi terhadap hidupnya, termasuk menjual aset-aset peninggalan keluarganya. Bukan hanya itu, Alexius juga tega menjual anaknya pada laki-laki yang ia pikir akan menjamin kehidupannya.

Ceklik..

Sidney meringkuk di atas tempat tidur. Gadis itu pura-pura tidak mendengar dan memejamkan kedua matanya. Hingga terdengar suara hewan peliharaannya.

"Meaw...

"Meaww..

Seketika Sidney duduk dengan mata berbinar-binar. "Anabel-Anabul?!", teriak Sidney langsung merenggangkan kedua tangannya pada dua kucing berbulu tebal yang di bawa seorang pelayan menemuinya.

Pelayan paruh baya itu pun tertawa menyerahkan kedua kucing mengemaskan itu kini dalam pelukan pemiliknya.

"Sekarang kalian kembali pada yang punya", ujarnya.

"Ah...aku merindukan kalian". Sidney memeluk Anabel-Anabul bersamaan.

"Terimakasih bibi Matilda, merawat Anabel-Anabul kesayangan ku dengan baik. Sudah lama sekali kita tidak bertemu. Apa kalian merindukan aku?", ucap Sidney tersenyum bahagia. "Sepertinya hanya pertemuan ini yang aku inginkan di sini. Tidak ada lagi yang membuat ku bahagia di tempat ini".

Raut wajah Sidney nampak begitu sedih. Terdengar helaan nafasnya.

Matilda bisa merasakan kesedihan gadis asuhannya tersebut.

"Tapi nona Sidney memang harus kembali ke Marseille. Nyonya Claudia membutuhkan mu di sampingnya saat ini. Dua bulan yang lalu mami nona di diagnosa mengindap kanker ovarium, itulah kenapa tuan Alexius meminta Darius menjemput nona Sidney pulang ke rumah".

Penuturan Matilda jelas saja mengagetkan Sidney.

"Mommy sakit kanker?".

Mendapat berita itu sontak membuat kedua netra Sidney berkaca-kaca. Gadis itu berdiri dan menggenggam tangan Matilda. "Bantu aku melihat mommy, Matilda. Aku ingin melihatnya sekarang", ujar Sidney memohon pada pelayan yang sudah ikut keluarga mereka sejak lama.

...***...

To be continue

HAI JUMPA LAGI DENGAN KARYA BARU EMILY. SEMOGA SUKA. TINGGALKAN JEJAK KALIAN, KOMENTAR DI SETIAP BAB🙏

SEDIH

Setengah berlari Sidney menuruni tangga lengkung ukir, diikuti seorang pelayan yang menggendong Anabel-Anabul.

Melihat Sidney menuruni tangga, dua orang pelayan lain yang tengah menyiapkan makan malam segera menghentikan pekerjaan mereka untuk memberi hormat, membungkukkan badan pada majikan mereka. "Selamat malam nona Sidney", ucap keduanya hampir bersamaan.

Merupakan tradisi yang tetap di terapkan Alexius hingga kini.

Sidney tidak menggubris dua pelayan tersebut. Gadis itu justru berlari masuk ke lorong ruang lain yang menghubungkan ke bangunan lainnya, merupakan kamar Claudia mami nya berada.

Langkah cepat Sidney membuat pelayan yang sejak tadi mengikutinya nampak ngos-ngosan.

Sekilas Sidney melihat pelayan muda itu seraya menggelengkan kepalanya. "Ternyata Alexius masih menerapkan tradisi konyol nenek moyang ku", batin Sidney tanpa mengetuk pintu langsung menerobos masuk ke dalam kamar mami nya yang tidak pernah tidur satu kamar dengan ayahnya sejak dulu. Hal aneh berikutnya yang di anggap Sidney sudah tidak wajar jika masih di terapkan hingga kini.

"Dasar Alexius tidak mau menerima kemajuan zaman", gumam Sidney sambil menggelengkan kepalanya.

Gadis itu seketika mematung, menyaksikan pemandangan di dalam kamar luas dan mewah itu. Netra biru terang gadis itu pasat menatap ke atas tempat tidur bak permadani indah.

Wanita bertubuh kurus dengan rambut warna keemasan tergolek lemah di atas pembaringan.

Mendadak lidah Sidney kelu, dengan kedua mata berkaca-kaca.

 "Mommy", ucapnya dengan lirih.

Gadis itu melangkah mendekatinya tempat tidur berukuran luas tersebut. Tanpa sepatah katapun keluar dari bibirnya.

Mendengar langkah mendekatinya, membuat wanita yang meringkuk di atas pembaringan sedikit bergerak.

"Honey, kaukah itu?"

Suara lembut yang sangat di rindu Sidney kini begitu dekat dengannya. Sidney tahu panggilan 'Honey' tertuju untuk ayahnya.

Mendadak bibir Sidney bergetar, melihat Claudia mami nya berusaha membalikkan badannya yang membelakanginya. Claudia tampak kesulitan menggerakkan tubuhnya, seperti menahan rasa sakit di perutnya.

"Honey...aku tidak apa-apa, jangan bersedih. L-ihatlah aku bisa menggerakkan tubuh ku".

"M-om?". Sidney memanggil Claudia dengan suara nyaris tak terdengar. Hanya sayup-sayup, meskipun kamar itu begitu sunyi dan sepi. Namun kontak batin sebagai ibu dan anak tidak bisa di hilangkan.

"Sidney?"

"Kamu telah kembali sayang?"

Sidney berlari mengitari tempat tidur. Membantu Claudia merubah posisinya sedikit terlentang.

"Yes mommy, aku kembali", jawab Sidney sekuat tenaga menahan air mata yang sejak tadi menganak di sudut matanya.

"Ya Tuhan... Akhirnya kau kabulkan doa ku dan suami ku. Putri kami telah kembali ke rumah ini", ucap Claudia menitihkan air matanya sembari memeluk Sidney yang juga menangis memeluk wanita yang sangat di sayanginya tersebut.

Terlebih kini nampak jelas kondisi Claudia tidak baik. Tubuh wanita itu jauh lebih kurus dari tiga tahun yang lalu saat terakhir Sidney melihatnya. Wajahnya yang cantik pun tergerus oleh sakit yang di deritanya.

"Mommy, maafkan Sidney. Aku tidak tahu kalau mom sakit. Seandainya saja ada yang memberi tahu ku–"

"Apa yang kau lakukan, jika tahu mommy mu sakit parah? Apa kau mau menuruti permintaan daddy, gadis pembangkang?!", hardik Alexius tiba-tiba ada di kamar langsung bicara blak-blakan di hadapan Sidney.

Sidney terdiam, tidak membantah perkataan ayahnya. Air matanya pun masih berlinang jatuh menyentuh pipinya.

Sidney masih berpelukan dengan Claudia di atas tempat tidur. Sementara Alexius berkacak pinggang menatap keluar jendela kamar itu.

"Sekarang hanya kastil peninggalan kakek mu ini yang kita punya. Sudah berbagai cara daddy berusaha agar tempat ini tetap menjadi milik kita. Dan suatu hari nanti akan menjadi milik mu. Sementara mommy membutuhkan biaya yang besar agar bisa mendapatkan perawatan di rumah sakit terbaik".

"Apa kamu tega melihat mommy mu tergolek tak berdaya seperti ini, Sidney? Di mana sayang mu untuk mommy yang telah mempertaruhkan nyawa melahirkan mu ke dunia ini!"

"H-oney.."

Alexius mendekati istrinya, bergabung di atas tempat tidur juga. Memeluk penuh cinta Claudia. "Sabarlah, aku akan berusaha mengobati sakit mu sayang", ucap Alexius mengecup pucuk kepala istrinya dengan cinta.

Menyaksikan pemandangan itu, membuat air mata Sidney berderai tiada henti. Gadis itu terisak. Tangisan tersebut bahkan membuat bahunya berguncang.

"A-pa yang harus aku lakukan dad? A-ku ingin mommy sembuh", ucap Sidney terdengar lirih sambil menghapus air matanya dengan punggung tangannya.

"Menikah lah dengan Edxel Leonard Conte. Bangsawan dari Italia yang juga pebisnis handal. Edxel sedang melakukan perjalanan bisnis di Marseille, ia akan makan malam di sini besok. Perwakilan nya sudah menjawab undangan daddy, ia bersedia datang ke rumah kita. Daddy harap kau tidak mengecewakan daddy kali ini Sidney!"

"T-api...pasti ada jalan lain. Kita bisa memecat semua pekerja kita, untuk mengurangi pengeluaran. Dan aku akan mencari pekerjaan–"

"Dan di saat itu kamu lakukan, Claudia tidak bisa menunggu. Di saat kita bekerja, mommy mu butuh penjaga. Siapa yang akan merawat mommy mu, Sidney", ketus Alexius menatap tajam putrinya yang mendadak diam.

"H-oney...jangan paksa anak kita melakukannya. Aku akan baik-baik saja karena putri ku telah kembali le rumah ini".

Alexius menatap tajam Sidney.

"Pikirkanlah, demi mommy mu!"

...***...

To be continue

Udah up 2 bab gimana nih alurnya?

Komen di kolom komentar dong 🙏

MARAH

Sidney menggeliatkan tubuhnya. Dari celah jendela kamar bisa di pastikan di luar langit masih gelap. Namun sudah menjadi kebiasaan gadis itu bangun tidur sebelum matahari menyinari bumi.

Selama hidup sendiri, ia terbiasa untuk mandiri dengan penghasilan seadaanya. Bangun menjelang fajar saat langit masih gelap gulita adalah rutinitas gadis itu.

Ternyata mencari pekerjaan kantoran itu sangat sulit terutama ia tidak memakai embel-embel nama besar keluarganya. Dan Sidney tinggal di negara lain. Begitu menyulitkan bagi gadis itu. Namun ia tetap gigih mencari uang untuk menyambung hidupnya. Mulai berjualan koran di pinggir jalan di pagi hari, bekerja di restoran pizza sebagai pelayan dan menjadi calo tiket jika ada pertandingan bola atau pertunjukan musik di kota Milan.

Gadis itu menjalaninya dengan enjoy, apalagi ia selama hidup di jalanan ia bertemu dengan Regina dan Louisa. Besama kedua teman baiknya itulah Sidney beraktivitas sehari-hari. Dalam suka maupun duka.

Regina dan Louisa tidak tahu kebenaran tentang Sidney. Namun keduanya tahu bahwa ada penjahat besar yang sedang mengejar temannya itu karena ayahnya terlilit hutang dalam jumlah besar. Seperti yang di ceritakan Sidney pada mereka.

Sidney beranjak dari tempat tidurnya. Menuju kamar mandi.

 "Lebih baik aku mandi pagi-pagi biar segar. Kemudian aku ingin ke taman, memetik bunga mawar untuk mommy", ucap Sidney tersenyum.

Dua puluh menit berlalu. Sidney keluar kamar mandi masih menggunakan bathrobe berwarna putih pun rambut panjangnya terbungkus handuk berwarna senada.

Sidney melangkah menuju balkon kamarnya. Gadis itu memandang jauh ke depan, tubuh Sidney menjorok ke depan melihat danau yang mengelilingi rumahnya. Pemandangan yang sangat menakjubkan itu tidak di lihatnya selama hampir tiga tahun belakangan.

Gadis itu menghela nafas. "Aku sangat merindukan tempat ini. Dan daddy tetap merawatnya dengan sangat baik meskipun keuangan keluarga sedang tidak baik-baik saja.

Sidney menatap langit yang mulai berwarna orange, memantulkan sunrise ke muka bumi.

 "Beri tahu aku, apa yang harus aku lakukan sekarang Tuhan. Mommy membutuhkan pengobatan maksimal. Dan...tentu saja aku tidak mau kehilangan tempat ini. Sama seperti daddy aku pun akan berjuang agar kastil ini tetap menjadi milik keluarga ku", gumam Sidney seraya memejamkan matanya.

Tiba-tiba senyuman tersungging di bibirnya. "Yes...aku menemukan ide. Kenapa aku baru memikirkan nya sekarang?", ucap gadis itu sambil menepuk keningnya.

"Aku akan memberi tahu daddy nanti, semoga dad setuju dengan ide ku".

Wajah Sidney menjadi sumringah. Gadis itu bersenandung sembari mengambil pakaian lama miliknya yang masih tersusun rapi di walk in closet kamarnya.

Huhh...ternyata tubuh ku tidak berubah, pakaian ini masih muat", ucap Sidney menelisik dirinya di depan cermin berukuran besar di kamarnya. Gadis itu memilih dress katun selutut model payung berwarna kuning dengan motif bunga kecil berwarna putih.

Sidney terlihat segar dengan rambut panjang berwarna emas berkilau yang di biarkan terurai, menambah cantik gadis tinggi semampai itu.

Sambil bersenandung Sidney menuruni tangga menuju lantai bawah.

Matilda dan dua pelayan yang tengah menyiapkan makanan di atas meja tersenyum melihatnya, Sedikit membungkukkan badan mereka pada Sidney yang membalasnya dengan senyuman.

"Selamat pagi nona. Sekarang masih sangat pagi", ujar Matilda.

"Aku ingin ke taman, memetik bunga mawar untuk mommy, bibi Matilda. Pagi ini aku ingin bersama mommy", jawab Sidney dengan wajah sedih ketika menyebut mommy.

"Ahh... nyonya Claudia pasti sangat senang sekali. Biar Lily ikut dengan nona membantu memetik bunga mawar. Kau ambil gunting dan keranjang, bantu nona Sidney ke kebun bunga", perintah Matilda pada salah satu pelayan di belakangnya.

"Baik, Matilda", jawab pelayan bernama Lily segera mengikuti perintah Matilda yang merupakan kepala pelayan yang sudah lama ikut keluarga Alexius dan menjadi kepercayaan Claudia juga.

*

Sidney melompat girang. Sesekali berlari sambil berputar dan memejamkan mata menghirup udara segar di pagi hari. Senyuman merekah dari bibirnya kala melihat hamparan berbagai macam bunga mawar yang di tanam di taman samping rumah berhadapan dengan danau berair biru yang tenang. Bahkan teratai bermekaran di pagi hari membuat pemandangan di sana begitu indah.

"Sungguh, aku merindukan tempat ini Tuhan–"

"Kalau nona Sidney merindukan tempat ini, jangan pernah meninggalkannya lagi". Suara pria tua mengagetkan Sidney yang segera melihat ke arah laki-laki itu.

"Bernard!", teriak Sidney berlari menghambur memeluk laki-laki itu.

"Oh...paman Bernard, aku sangat merindukan mu", ujar Sidney mengeratkan pelukannya pada laki-laki tua itu.

Bernard adalah sopir yang seringkali mengantar Sidney sekolah, merangkap sebagai tukang kebun yang mengurus bunga-bunga di taman. Sidney sangat dekat dengannya karena gadis itu sangat menyukai tanaman bunga.

Bernard tersenyum menelisik Sidney dari atas hingga bawah. "Paman senang melihat mu baik-baik saja nona Sidney. Sekarang nona telah menjelma menjadi gadis cantik persis seperti nyonya Claudia", ucap Bernard memberi pujian.

Sidney tertawa mendengar perkataan Bernard. Namun tawa itu segera sirna saat melihat Darius melangkah mendekatinya.

Laki-laki itu sedikit membungkukkan badannya di hadapan Sidney. "Selamat pagi nona Sidney", sapanya dengan hormat.

Gadis itu tidak menjawabnya. "Jangan pernah bicara lagi pada ku, Darius! Sejak kau mengkhianati ku karena lebih memilih menjadi pesuruh ayah untuk membawa ku pulang, kita bukan teman lagi", ketus Sidney kesal. "Kita adalah musuh. Kau cam kan itu!!".

Laki-laki bernama Darius itu, tertunduk lesu.

Sidney menolehkan wajahnya ke arah Lily yang tengah memetik bunga mawar merah. "Lily cukup! Bawa bunga-bunga itu ke dalam".

"Baik nona Sidney", jawab Lily berlari segera masuk ke dalam rumah mengikuti Sidney.

Darius menghela nafasnya menatap punggung Sidney. Dulu ia dan gadis itu berteman baik, sedari kecil sering bermain bersama-sama. Namun setelah dewasa, Alexius menjadikan Darius pengawalnya yang harus mengikuti semua perintahnya termasuk mengejar sidney dan membawanya pulang.

Bernard menepuk pundak cucunya itu.

 "Kakek tahu perasaan mu sedih, persahabatan kau dan nona Sidney harus kandas karena kamu harus mengikuti perintah tuan besar. Tapi kakek yakin suatu hari nanti kalian pasti akan baikan, berteman seperti dulu lagi".

Darius menganggukkan kepalanya. "Iya kek. Wajar nona Sidney marah pada ku, karena aku berlaku kasar padanya, terutama kemarin memaksanya layak seorang penjahat saja", ucap Darius nampak sedih.

*

Menjelang senja, Sidney mengetuk pintu ruang kerja ayahnya.

"Masuk!"

Gadis itu segera membuka pintu begitu terdengar sahutan Alexius dari dalam.

"Dad aku ada ide, untuk hasilkan uang tanpa aku harus menikah dengan laki-laki tua pilihan mu", ucap Sidney percaya diri.

Alexius menghentikan aktivitasnya, duduk bersandar menatap putrinya. "Katakan!"

"Bagaimana kalau kastil ini kita sewakan saja. Bangunan ini terlalu besar untuk kita. Kita cukup menempati sisi selatan saja, sementara sisi timur, barat, utara kita sewakan saja. Harganya pasti tinggi dan bisa menambah pemasukan kita. Uangnya bisa untuk mengobati sakit mommy".

Mendengar penuturan putrinya itu membuat Alexius membuang nafasnya.

"Masalahnya daddy terlilit hutang agar rumah kita tidak di sita. Dalam jumlah yang sangat besar", lirih Alexius sambil memijat keningnya.

Pengakuan laki-laki itu mendadak membuat Sidney geram pada ayahnya. "Lantas kenapa harus aku yang berkorban atas kesalahan yang daddy lakukan. Ini tidak adil untuk ku", seru Sidney sambil berjalan hilir-mudik mengigit ujung kukunya.

"Tidak...Tidak. Aku tidak akan menuruti keinginan mu menikahi laki-laki tua itu. Kau tahu laki-laki itu sudah memiliki istri dan cucu. Aku tidak mau!!!", teriak Sidney berlari keluar ruang kerja ayahnya setelah membanting pintu dengan keras.

Gadis itu berlari keluar rumah menuju lapangan sambil menggerutu dan mengumpat.

Kemudian ia berteriak sekencang-kencangnya. "Aku membenci mu Alexius. Sangat membenci mu", teriak Sidney sambil mengacak-acak rambutnya sendiri.

Gadis itu memungut beberapa batu kerikil dan melemparnya ke sembarang arah seraya berteriak kencang.

"Akhh...Aww".

Samar-samar terdengar suara berteriak kesakitan. Sidney menghentikan perbuatannya. Dari kejauhan netranya melihat mobil yang terbuka bagian atas berhenti di depan rumah. Terlihat seorang pria yang sedang memegangi kepalanya di tuntun masuk ke dalam rumah.

Bersamaan juga nampak Lily menghampiri Sidney dengan nafas tersengal. "Nona Sidney, anda di minta masuk. Tuan Alexius menunggu anda di dalam".

"Shitttt. Kenapa sial sekali hidup ku.."

...***...

To be continue

Tinggalkan komentar dan like ya sesudah membaca🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!