NovelToon NovelToon

Putri Beracun Sang Pangeran Iblis

Membunuh Kaisar Dan Putra Mahkota

Langit malam di Negara Yangtze sangat suram, awan gelap yang menyelimuti menambah kesuramannya.

Tidak ada satu pun bintang yang terlihat, bahkan bulan saja bersembunyi di balik kabut seakan takut keindahannya ditelan kegelapan.

Di tengah-tengah kota, api membumbung tinggi dan menghanguskan ratusan rumah warga.

Mayat-mayat tergeletak di tanah.

Darah segar menggenang dan memercik di mana-mana, membuat udara malam itu dipenuhi bau amis yang menyengat.

Tangisan anak-anak sangat memilukan, jeritan menyayat hati pun menggema di telinga.

Derap langkah kaki tak beraturan terdengar dari sekumpulan pengawal istana, mereka mendekati kekacauan dan berhenti tepat di depan pria tampan yang selembut batu giok.

Dialah Pangeran Runan—Xiao Yuhan—yang masih berdiri dengan gagah, meski sekujur tubuhnya dihiasi dengan banyak luka.

Pangeran Runan tampak tinggi dan berwibawa dengan mengenakan jubah perang seputih salju berhiaskan bercak merah, membuatnya terlihat menakutkan seperti ada roh jahat yang mengelilinginya.

Namun, entah bagaimana merah darah yang menghiasi jubahnya juga seakan memberi kesan indah pada sosoknya.

Pedang panjang di genggamannya masih meneteskan darah, menjadi bukti dan saksi bisu untuk ribuan nyawa yang telah dia renggut tanpa ampun.

"Pangeran Runan, terima Dekret Kekaisaran!" Suara dan tatapan dingin Putra Mahkota menyapu Pangeran Runan yang tampak seperti tengah mengasingkan dirinya dari dunia luar.

Pangeran Runan yang setampan dewa dan mata sedingin iblis membalas tatapan Putra Mahkota, sebelum akhirnya berlutut.

Hanya saja, sikap patuhnya itu tidak ditujukan kepada Putra Mahkota yang berdiri di hadapannya, melainkan pada Dekret Kekaisaran yang mewakili kehadiran Sang Putra Langit.

Prajurit setia Pangeran Runan turut berlutut, bahkan semua warga yang berada di sana dan penjaga istana yang mengawal perjalanan Putra Mahkota juga tidak luput dari menjatuhkan lutut mereka ke tanah, kemudian bersujud.

"Atas perintah Kaisar, Pangeran Runan, Xiao Yuhan, beberapa hari lalu menenangkan kekacauan akibat pemberontakan di ibukota. Awalnya memiliki kontribusi, tetapi Pangeran Runan terlalu ambisius, serakah dan arogan. Pangeran Runan telah memimpin tentara selama beberapa hari, menduduki tanah air secara paksa, dan meremehkan hukum. Oleh karena itu, gelar milik Pangeran Runan dihapuskan dan diturunkan menjadi rakyat jelata, kekuatan militernya akan ditarik, kemudian diasingkan ke perbatasan dan dilarang memasuki ibukota seumur hidupnya."

Suara agung Pangeran Mahkota yang membacakan Dekret Kekaisaran membuat suasana di sekitar menjadi sunyi dalam sekejap, bahkan orang-orang di sana tidak ada yang mengeluarkan suara ketika bernafas.

Pangeran Runan mengangkat kepalanya untuk menatap ke arah Putra Mahkota, alisnya yang mulia dan acuh tak acuh tertutup embun beku, ada kilau dingin dan kejam di atas alisnya.

"Pangeran Runan ...." Putra Mahkota berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Bukan! Penjahat Xiao Yuhan, kenapa masih belum menerima dekrit?"

Putra Mahkota sudah menutup gulungan kain kuning keemasan di tangannya dan menatap tak senang pada Pangeran Runan yang masih saja bersikap agung, meski sudah dalam kondisi terjepit.

"Apakah kamu ingin menentang dekret? Kamu pikir, kamu yang sekarang ini bisa lolos dengan selamat dari kepungan berlapis ini?"

Jika kembali bertarung dengan prajurit yang dibawa Putra Mahkota, memang tidak memungkinkan bagi prajurit Pangeran Runan untuk memenangkan pertarungan.

Bagaimanapun, mereka semua sudah kehilangan banyak tenaga dan darah, sedangkan prajurit Putra Mahkota masih segar karena baru keluar dari sarang mereka.

Pangeran Runan jelas memahami hal itu.

Namun, bukan berarti dia akan tunduk begitu saja pada ketidakadilan.

Jika memang dibutuhkan, Pangeran Runan bersedia memimpin pasukannya untuk menyerang sampai titik darah penghabisan.

Wajah Pangeran Runan sangat gelap, dia seperti iblis yang ingin memakan orang bulat-bulat. "Apa menurutmu aku pernah berpikir untuk melarikan diri? Aku ingin bertemu ayah."

Pangeran Runan tidak percaya ayah kaisarnya akan mengeluarkan dekrit seperti itu, padahal dia telah berjasa mengusir para pemberontak.

Itu sebabnya, dia ingin bertemu dan menuntut penjelasan dari Kaisar.

Pangeran Runan tidak masalah jika jasanya tidak mendapatkan apresiasi, tetapi kenapa dirinya harus memerima hukuman sedemikian rupa?

Atas dasar apa?

"Xiao Yuhan, apa kamu ingin membuktikan kejahatan pengkhianatan ini? Kamu ingin membunuh Kaisar dan Putra Mahkota untuk merebut tahta, ya?" Putra Mahkota bertanya dengan santai, tetapi dia jelas sengaja menggiring opini publik.

"Kau jelas tahu, aku, Xiao Yuhan, tidak akan menghianati Negara Yangtze, terlebih membunuh Kaisar dan Putra Mahkota hanya demi seonggok kursi itu." Mata dingin Pangeran Runan yang dihiasi kesombongan masih tertuju lurus ke arah Putra Mahkota.

Di matanya, tahta yang diinginkan hampir oleh semua manusia di muka bumi ini, tak lebih dari seonggok kursi.

Dia tidak pernah mendambakannya!

"Jika ingin membunuhku, kau bisa memberiku arak beracun, atau memerintahkan semua pasukanmu untuk menembakkan anak panah. Kenapa harus memanfaatkan serangan dari para pemberontak?" Ketika Pangeran Runan mengangkat sebelah alisnya, sudut bibirnya juga terangkat sebelah. "Kau hanya ingin mencari cara untuk menghabisiku secara layak dan tanpa adanya keterkaitan denganmu lagi, kan?"

Dari tatapan Pangeran Runan, Putra Mahkota seperti bisa merasakan cemoohan dan hinaan yang tak tersirat. Dia mengatupkan gigi gerahamnya dengan keras hingga membuat gusinya hampir berdarah, sangat tidak senang karena isi pikirannya bisa dibaca dengan jelas oleh Pangeran Runan.

Dia memang ingin menyingkirkan Pangeran Runan yang memiliki jasa dan kontribusi besar bagi kedamaian Negara Yangtze!

Baginya, Pangeran Runan adalah bom waktu yang bisa menggoyahkan posisinya sebagai penerus tahta.

"Pangeran Runan, Xiao Yuhan, merebut kekuatan militer secara paksa dan berkolusi dengan Raja Pingnan untuk merampas tahta, serta mengambil kesempatan membunuh Kaisar. Eksekusi di tempat! Tembakkan anak panah!"

Begitu titah Putra Mahkota jatuh, prajurit di belakangnya tanpa ragu menembakkan ribuan anak panah ke arah Pangeran Runan ....

Ahhh, Siapa Kau?!

Di Istana Mige, sepasang anak manusia tengah terlelap di ranjang besar sambil berpelukan dengan mesra. Penampilan keduanya sangat berantakan, ranjang yang mereka tempati juga sungguh kacau.

Jika menyaksikan kekacauan itu, siapa pun akan tahu pertempuran asmara seperti apa yang telah terjadi di antara mereka.

"Apa yang kalian lakukan?!" Suara wanita paruh baya yang diselimuti keterkejutan dan kemarahan menggema ke penjuru ruangan, membuat sejoli di sana terhenyak dari mimpi indah mereka.

Dalam keadaan linglung, Zhao Jinyue segera duduk di atas ranjang dan menatap kaget pada Selir Agung Xue.

Ibu mertuanya yang membuat keributan tidak datang sendirian ke dalam kamarnya, melainkan membawa Zhao Yi Nan dan beberapa pelayan.

Tatapan orang-orang itu tampak malu-malu, tetapi juga menyiratkan penghinaan, bahkan beberapa dari mereka tak segan-segan bergosip di belakang Selir Agung Xue.

"Apa yang Putri Rui lakukan? Ini sangat memalukan!"

"Benar-benar memalukan, dia tidak layak menjadi seorang putri."

"Betul, bagaimana Putri Rui bisa melakukan hal menjijikkan seperti ini di saat Putra Mahkota sibuk dengan urusan pemerintahan?'

"Apa Putri Rui begitu kesepian sampai membawa pulang pria liar?"

Zhao Yi Nan diam-diam tersenyum puas mendengar bisik-bisik pelayan di belakangnya, dia pun mengeluarkan suara manis yang mengandung racun berbisa dan mematikan. "Adik, apa yang kamu lakukan dengan pria itu? Siapa dia?"

Kata-kata Yi Nan menyadarkan Jinyue, tetapi dia masih tidak sepenuhnya sadar betapa kacaunya situasi di sekitar. "Pria?"

Jinyue mengerutkan keningnya dengan heran, lalu memutar kepalanya ke samping.

Dalam hitungan detik, bola mata Jinyue membesar dan dia refleks berteriak kaget. "Ahhh, siapa kau?!"

Jinyue beringsut mundur sambil menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang sedikit terbuka, dia menatap laki-laki di depannya dengan waspada. "Siapa kau? Kenapa kau ada di kamarku?"

"Setelah mendapatkan apa yang kamu inginkan, kamu melupakan aku?" Li Chuan menatap Jinyue dengan tatapan terluka seperti seorang wanita yang baru saja dicampakkan oleh kekasihnya.

"Jangan bicara omong kosong! Aku tidak tahu siapa kau!" Jinyue berteriak marah, dia khawatir kata-kata pria tak dikenalnya itu akan membuat orang lain salah paham.

Dia sepertinya tidak sadar bahwa orang-orang sudah salah paham sejak melihatnya bersama pria asing di atas ranjang yang sama, bahkan terlelap dalam keadaan saling berpelukan.

Tidak ada di antara mereka yang hadir di ruangan itu memiliki pemikiran positif tentangnya!

"Tiga hari lalu kamu mendatangi Menara Hanqin untuk mencari pria, begitu melihatku, kamu langsung tertarik. Kamu bilang, suamimu tidak bisa memuaskanmu, itu sebabnya kamu mengajakku bertemu di kamarmu setiap malam. Kenapa kamu lupa begitu cepat? Apa karena dilihat semua orang? Kamu ingin menjatuhkan kesalahan hanya padaku?" Li Chuan yang berasal dari Menara Hanqin bersenandung dengan riang dan tanpa beban.

Dengan sandiwaranya yang tak bercela itu, Li Chuan benar-benar layak menjadi pria penghibur!

Dia bukan hanya bisa merayu, tetapi juga menipu.

"Menara Hanqin? Aku tidak pernah menjejakkan kakiku ke tempat terkutuk itu!" Sebagai seorang putri bangsawan terhormat yang diajarkan tentang berbagai etiket, Jinyue tidak mungkin pergi ke Menara Hanqin.

Terlebih, dia telah menjadi putri dari seorang pangeran.

Bagi Jinyue, Menara Hanqin adalah tempat kotor yang tidak layak dikunjungi olehnya.

Selir Agung Xue menatap nyalang pada Jinyue seolah-olah ingin menguliti sang menantu. "Putra Mahkota sedang memberantas pemberontak, kamu di sini malah bermesraan dengan pria lain?"

Di istana dalam sedang ada kekacauan, itu sebabnya Selir Agung Xue tinggal di Istana Mige untuk sementara waktu.

Tidak disangka, dia malah melihat hal memalukan yang membuat darahnya mendidih dan ubun-ubunnya berdenyut.

"Dasar ja la ng!" Selir Agung Xue menampar Jinyue dengan keras, membuat wajah wanita itu terlempar ke samping dengan bibir yang sedikit koyak dan mengeluarkan darah.

Jinyue menyentuh pipinya yang terasa panas dan nyeri, dia bahkan mengabaikan rasa manis di bibirnya demi membuat pembelaan. "Ibu Selir, aku tidak—"

Sebelum Jinyue menyelesaikan pembelaannya, suara Yi Nan yang mendayu-dayu lebih dulu menghentikannya.

"Adik, kamu tidak mungkin tidur dengan pria ini, kan?" Yi Nan menatap tak percaya pada Jinyue dan mengajukan pertanyaan dengan gamblang seakan sengaja memperjelas apa yang telah terjadi. "Ibu Selir, jangan memarahi adik ... Yi Nan yakin, pasti ada kesalahpahaman di sini."

Jinyue kehilangan kata-katanya, dia hanya bisa menatap Yi Nan yang memiliki sosok selembut sekuntum bunga.

Di permukaan, Yi Nan seperti tengah membela Jinyue seperti biasanya.

Namun, entah kenapa sekarang ini, Jinyue merasa Yi Nan justru mencoba menjerumuskannya ke dalam jurang kesalahan yang tidak pernah dia perbuat.

Jinyue ingat, dia tiba-tiba merasakan pusing yang teramat setelah selesai makan malam.

Itu sebabnya, dia langsung menuju tempat tidur tanpa meminta bantuan pelayannya untuk membersihkan diri dan berganti pakaian seperti biasa.

Tidak disangka, ketika terbangun pakaian luarnya sudah tidak lagi melekat pada tubuhnya, menyisakan pakaian dalam yang terlihat sangat berantakan.

"Saksi dan bukti sudah ada di depan mata, kesalahpahaman apa yang bisa terjadi?" Selir Agung Xue melotot pada Yi Nan, lalu menggeleng tanpa daya. "Kamu terlalu baik hati dan polos, pantas saja mudah ditipu. Kamu diam saja, biarkan Ibu yang mengurus masalah ini."

Yi Nan menundukkan kepalanya hanya untuk menyembunyikan senyuman licik, sebelum akhirnya dia mengangkat kepalanya dan berkata, "Tapi Ibu Selir ...."

Yi Nan ingin mengucapkan kata-kata baik yang mengandung racun untuk membela Jinyue, tetapi dia langsung bungkam begitu mendapatkan tatapan penuh peringatan dari Selir Agung Xue.

"Pelayan, seret pria pez*na ini dan pukul sampai mati!"

Tanpa menunggu titah yang kedua kalinya, para pelayan langsung menyeret Li Chuan secara paksa.

"Hentikan! Jangan sakiti aku! Putri, tolong aku ... kamu tidak bisa membiarkanku mati!"

"Selir Agung, ampuni hamba ... hamba bersalah, tapi Putri Rui yang merayu hamba terlebih dulu."

"Arghhh ...."

Tidak peduli bagaimana Li Chuan meronta atau pun menjerit, dia tetap dipukuli di bawah kayu berduri hingga suaranya perlahan-lahan menghilang.

"Apa begini sikap yang seharusnya dimiliki oleh Putri Rui, calon Putri Mahkota? Sungguh memalukan!" Selir Agung Xue kembali menatap Jinyue dengan tatapan menghina. "Untungnya A-Heng tidak gegabah."

Di dalam hati, Selir Agung Xue sangat bersyukur karena sang putra belum mengadakan upacara resmi untuk menaikkan gelar Jinyue dari Putri Pangeran Rui menjadi Putri Mahkota.

Jika tidak, wajah kerabat kerajaan dan seluruh Negara Yangtze pasti akan tercoreng begitu skandal Putri Mahkota tersebar keluar.

"Jangan biarkan Putri keluar dari kamarnya walau setengah langkah saja!" Selir Agung Xue menatap dingin pada dua penjaga yang berada tak jauh darinya. "Jika Putri melarikan diri, kepala kalian jadi taruhannya"

Detik berikutnya, Selir Agung Xue mengibaskan lengan bajunya, lalu berjalan keluar bersama para pengikutnya.

"Yi Nan, ayo, pergi!" Begitu menyadari Yi Nan masih berdiri di tempatnya sambil menatap iba pada Jinyue, Selir Agung Xue berhenti dan mengeluarkan suara dinginnya. "Biarkan Putra Mahkota yang mengambil keputusan untuknya."

Kalian Menghancurkan Hidupku!

"Buka pintunya." Suara dingin Putra Mahkota dari luar kamar terdengar oleh Zhao Jinyue yang duduk bersimpuh di tepi ranjang.

Seperti didatangi oleh Dewa Penyelamat, Jinyue segera mengangkat kepalanya hanya untuk menatap ke arah pintu yang terbuka secara perlahan.

Begitu sosok Putra Mahkota yang diselimuti cahaya menyilaukan berdiri di depan pintu, hembusan angin langsung menerpa dan memenuhi ruangan hingga membuat Jinyue merapatkan kain tipis di tubuhnya.

Ekspresi Putra Mahkota lebih dingin daripada udara malam itu saat memasuki ruangan, dia bahkan mendekati sang istri tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Mengayunkan pandangannya ke sekeliling ruangan, Putra Mahkota menyadari bahwa hanya dalam semalam kamar Jinyue yang biasanya terlihat megah berubah menjadi kumuh seperti bangunan terbengkalai yang tidak pernah tersentuh selama puluhan tahun.

"Suamiku, kamu percaya padaku, kan?" Jinyue menatap Putra Mahkota dengan penuh harap, lalu mencoba yang terbaik untuk meyakinkan sang suami. "Kamu yang paling tahu bagaimana karakterku. Aku dijebak. Aku tidak punya hubungan apa pun dengan pria itu ... aku benar-benar tidak mengenalinya."

Putra Mahkota masih tidak bersuara, dia berjongkok di hadapan Jinyue dan menatap wajah lusuh sang istri dalam diam.

"Suamiku ...." Hati Jinyue bergetar melihat tatapan Putra Mahkota, bahkan tubuhnya hampir menggigil karena merasakan aura dingin yang menguar dari tubuh sang suami. "Kamu tidak mempercayaiku?"

Jinyue tidak sedikit pun mengalihkan tatapannya dari wajah Putra Mahkota, dia dengan sabar menanti jawaban sang suami dengan perasaan was-was.

"Jangan terlalu banyak berpikir," kata Putra Mahkota datar, sebelum akhirnya melepaskan rantai yang membelenggu kaki dan tangan Jinyue.

Segaris senyuman menghiasi wajah Jinyue yang masih terlihat cantik meski penampilannya agak berantakan. "Suamiku ...."

"Nanti saja kita bicarakan lagi masalah ini, sekarang ikut aku dulu." Putra Mahkota tidak membiarkan Jinyue mengucapkan lebih banyak kata, dia membantu sang istri berdiri dan berjalan keluar dari tempat kumuh itu.

Jinyue patuh, dia tidak mengeluarkan suara lagi sampai mereka memasuki kereta kuda yang terdapat lambang Kediaman Putra Mahkota.

"Suamiku, ke mana kita akan pergi?" tanya Jinyue dengan rasa ingin tahu yang tinggi.

"Aku akan membawamu ke tempat yang lebih aman, siapa pun tidak akan bisa menemukanmu." Tatapan Putra Mahkota sangat dalam saat beradu tatap dengan Jinyue, tiap katanya juga menyiratkan makna yang dalam.

Namun, Jinyue sama sekali tidak menaruh kecurigaan karena ibukota memang dalam suasana yang kacau dan sangat berbahaya.

Itu disebabkan oleh perebutan kekuasaan antar pangeran!

"Minum dulu, kemudian istirahatlah ... aku akan membangunkanmu begitu kita sampai nanti." Putra Mahkota menyerahkan sebotol air kepada Jinyue yang menerima dan meminumnya tanpa keraguan.

Dia pikir, Putra Mahkota benar-benar mencoba melindunginya.

Tanpa banyak berpikir, Jinyue menyenderkan kepalanya di bahu Putra Mahkota sambil merangkul lengan sang suami hingga kesadarannya perlahan melayang dari raganya ....

***

Entah sudah berapa lama tertidur, Jinyue akhirnya membuka matanya kembali. Akan tetapi, dia merasa ada yang salah dengan tubuhnya saat ini.

Pasalnya, dia tidak bisa bergerak dengan leluasa.

Melihat ke bawah, Jinyue baru menyadari bahwa ternyata kedua tangan dan kakinya terikat. Bahkan, dia juga baru menyadari saat ini tengah duduk bersandar di sebuah lubang.

Dengan perasaan berkecamuk, Jinyue melihat sekeliling dan langsung disuguhi pemandangan alam terbuka yang agak gelap dengan banyak pohon besar menutupi cahaya rembulan.

Detik selanjutnya, netra Jinyue menangkap keberadaan Putra Mahkota yang tengah memegang sekop sambil menimbunkan tanah ke arahnya.

"Suamiku, ka—kamu ... kamu ingin menguburku hidup-hidup?" Jinyue menyuarakan isi pikirannya sambil melayangkan tatapan terluka ke arah Putra Mahkota. "Jadi, inilah tempat aman yang dia maksud?"

Jika mati di sana, memang tidak akan ada yang bisa menemukan jasad Jinyue!

Mskipun menghentikan kegiatannya, Putra Mahkota tidak mengeluarkan sepatah kata pun dan hanya menatap Jinyure dalam diam.

"Kenapa? Kamu tahu aku tidak akan pernah mengkhianatimu, tapi kenapa kamu ingin membunuhku?" tanya Jinyue lagi, kekecewaan jelas menghiasi netranya yang terpaku pada sosok Putra Mahkota.

"Adik, jika kamu tidak mati, bagaimana aku bisa menggantikanmu?" Suara lembut Yi Nan yang mengandung racun berbisa tiba-tiba terdengar, dia berjalan dari belakang pohon hanya untuk berdiri di samping Putra Mahkota. "Hanya jika kamu mati, barulah aku bisa menjadi Putri Mahkota."

"Kakak ... Suamiku?" Mata Jinyue yang membelalak beralih dari Yi Nan ke Putra Mahkota, dari tatapannya menyiratkan ketidakpercayaan dan keterkejutan yang nyata. "Jadi ini semua perbuatan kalian berdua? Kalian menjebakku, merusak nama baikku dan menguburku hidup-hidup hanya demi posisi Putri Mahkota?"

"Bukan hanya itu, aku juga menginginkan hidupmu dan seluruh keluargamu!" seru Putra Mahkota dengan ekspresi jahat yang menghiasi wajah tampannya.

Terlahir dari seorang selir dan tidak begitu dihargai oleh para pejabat istana, Pangeran Mahkota merasa keberadaan Jinyue seperti duri di hatinya.

Itu karena, status Jinyue sebagai Putri Keempat dari Bangsawan Jing lebih mulia daripada dirinya.

Para pejabat istana baru melihat keberadaannya setelah Putra Mahkota menikahi Jinyue dan mendapatkan sokongan penuh dari Kediaman Bangsawan Jing.

Air mata membanjiri kedua pipi Jinyue, sosoknya tampak sangat menyedihkan. "Yang Mulia, aku memang mencintaimu, tapi bukan berarti aku cinta mati padamu. Jika kamu tidak mencintaiku, berikan saja aku surat cerai ... aku akan pergi. Kenapa harus bersikap kejam begini?"

Jinyue tahu Putra Mahkota merasa rendah diri, tetapi dia tidak pernah merendahkan sang suami.

Sebaliknya, Jinyue justru banyak membantu Putra Mahkota untuk memperkuat posisinya hingga jadi penerus.

Namun, tidak disangka akhir tragis seperti ini yang dia dapatkan sebagai balasan setelah lima tahun memberikan hatinya dengan tulus pada Putra Mahkota.

"Apa kau pikir Kediaman Bangsawan Jing akan membiarkanku menduduki tahta jika aku menceraikanmu?" Putra Mahkota menaikkan sebelah alisnya dengan sinis, kekejaman tergambar jelas di wajahnya.

Tidak, Kediaman Bangsawan Jing tidak akan diam saja karena Jinyue seperti biji mata bagi Zhao Linghe—Tuan Bangsawan Jing.

"Dengan menguburku hidup-hidup, apa kau pikir ayahku tidak akan membalaskan dendam untukku? Jangan lupa, siapa yang membuatmu berada di posisi tinggi hari ini! Dengan prestise ayahku, jika dia bisa membuatmu bangkit ... maka dia juga bisa membuatmu jatuh!" Jinyue mengangkat pandangannya yang dipenuhi kesedihan, tetapi nada bicaranya sangat kejam dan diselimuti dendam. "Kau ingin wanita itu menjadi Putri Mahkotamu, kan? Bermimpilah!"

Putra Mahkota mencemooh kekejaman Jinyue, senyum dingin dan jahat terbit di bibir tipisnya. "Itu tergantung apakah Kediaman Bangsawan Jing mampu membuatku jatuh dan membalaskan dendam untukmu!"

"Apa maksudmu?" Perasaan buruk mulai menghantui Jinyue, dia bergantian menatap Putra Mahkota dan Yi Nan. "Apa yang kalian lakukan pada keluargaku?"

"Kediaman Bangsawan Jing berkolusi dengan Pangeran Runan, mengirim pasukan ke ibu kota dan berniat memberontak. Aku menjatuhkan hukuman penggal untuk mereka semua!" Putra Mahkota kembali mengeluarkan suara dinginnya yang berselimut aura jahat, setiap kata seperti bola api yang terbungkus es.

Jinyue mundur selangkah tanpa sadar, tiba-tiba dia merasa kedinginan hingga sekujur tubuhnya hampir membeku.

Detik selanjutnya, kemarahan dan rasa membara perlahan keluar dari dadanya.

"Xiao Heng, kamu biadap! Kamu bukan manusia!" Jinyue berteriak histeris sambil melayangkan tatapan penuh kebencian, sementara rasa sakit mulai menggerogoti Jinyue seolah-olah ada ribuan panah yang menghujam jantung hatinya.

Jika bisa, Jinyue tidak hanya ingin memaki dan mengutuk Putra Mahkota, tetapi juga membunuhnya dengan tangannya sendiri.

Sayang sekali, dia masih dalam keadaan terikat.

Melihat kehancuran dan ketidakberdayaan Jinyue, Yi Nan tersenyum puas. Dia berjongkok dan mencubit dagu Jinyue sambil berkata dengan lembut. "Adik, biar kuberitahu kamu satu rahasia besar lagi."

Tatapan Jinyue yang memancarkan rasa ingin tahu terpaku pada wajah Yi Nan, tetapi dia tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

Yi Nan tersenyum manis, sebelum akhirnya mengucapkan kata demi kata yang mewakili kebenciannya pada Jinyue. "Adik, sebenarnya Putra Mahkota tidak menginginkan anak darimu. Itu sebabnya, setiap pagi dia memintaku mengantarkan ramuan pencegah kehamilan untukmu."

Setelah mengatakan itu, Yi Nan menghempaskan wajah Jinyue dan kembali berdiri di samping Putra Mahkota.

Jinyue tidak merasakan sakit di wajahnya akibat kekerasan Yi Nan, dia justru merasakan sakit tak terkata di hatinya seolah-olah ada palu gada yang memukulnya dengan kejam.

'Tidak heran aku tidak bisa hamil, bahkan kesehatanku semakin memburuk dari hari ke hari.'

'Ternyata ....'

Jinyue menertawakan nasib malangnya sambil bergumam pada dirinya sendiri. "Bodohnya, aku malah merasa bersalah karena tidak bisa memberikan penerus."

"Menjadi ayam yang tidak bisa bertelur, bagaimana rasanya?"

"Xiao Heng, Yi Nan ... kalian menghancurkan hidupku!""

"Aku mengutukmu. Aku mengutuk kalian berdua tidak akan pernah berbahagia seumur hidup dan mati dalam penderitaan! Kalian akan mendapatkan balasannya!"

"Pembalasanku?" Putra Mahkota kembali memegang sekopnya dengan erat sambil melayangkan tatapan membunuh ke arah Jinyue. "Pembalasanku adalah menduduki tahta Kaisar!"

Detik selanjutnya, Putra Mahkota dengan kejam memukul kepala Jinyue hingga wanita itu tersungkur di dalam lubang.

"Arghhh ...."

Diambang kesadarannya, Jinyue menatap Putra Mahkota dan Yi Nan dengan amarah dan dendam yang berkobar di bola matanya.

"Jika kehidupan selanjutnya benar-benar ada, aku, Zhao Jin Yue tidak akan mengulangi kesalahan ini ...." Jinyue bergumam lemah, tetapi penuh tekad. "Aku akan bangkit lagi dan mengirimkan kalian ke neraka!"

Duarrrr!!!

Duarrr!!!

Gelombang kebencian di hati Jinyue seakan melonjak sampai ke langit, membuat guruh menggelegar dan saling bersahutan.

Suaranya seperti melodi penghantar kepergian Jinyue, bahkan kilauan putih yang membelah langit juga tampaknya ingin menghiasi kepergiannya ....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!