"HELENA...!!! ".
Theo, pria tampan yang merupakan salah satu main visual dan vokalis boy group ternama di Mithnite, Nemesis, meneriaki manajernya hanya karena manajernya itu tidak membawa minuman favoritnya pagi ini. Teriakan itu membuat semua orang yang ada di ruang make up itu segera menolehkan kepala mereka kepada Helena yang sedang asik bercengkerama dengan member lain di grup itu.
"Ma-maaf Theo, aku lupa. Sebentar aku jemput ke cafe sebelah ya." balas Helena seraya berlari mendekat kepada Theo.
"Udah... Ngga usah. Udah ngga mood."
"Ma-maaf ya ... Beneran aku kelupaan."
"Sana kamu... Tunggu aja di mobil."
"Disini aja, siapa tahu kamu butuh sesuatu. " Tawar Helena sekali lagi berharap wajah tampan itu tidak terlalu kusut.
"Ngga, aku bilang sana ya sana, balik. Tunggu di mobil, cek jadwal aku selanjutnya, ngga usah disini, cepet sana pergi...! ", ucapnya lagi dengan nada tinggi.
"Iya, aku tunggu di mobil. Sekali lagi maaf ya."
Setelah berkata begitu Helena langsung pergi dari sana, meninggalkan semua tatapan iba staff yang mengarah padanya. Helena sudah cukup sering menjadi sasaran kemarahan Theo, entah karena kesalahan se kecil apapun Helena pasti jadi sasaran empuk kemarahan Theo, selalu seperti itu.
Orang-orang yang menjadi staf para artis Nemesis itu sering kali membujuk Helena agar mengusulkan berhenti menjadi manager Theo, ia bisa mengusulkan mengganti artis lain untuk ia manage, karena setiap tahun akan ada perpanjangan kontrak, dan kebijakan Huge Ent adalah para manajer yang sudah menjabat lebih dari setahun bisa mengajukan artis mana yang mereka inginkan, untuk menciptakan kerja sama yang nyaman dan kondusif, juga jangka panjang, tapi herannya sudah dua tahun belakangan ini Helena tidak mengganti artisnya sama sekali, ia tetap memperpanjang kontraknya dengan Theo, dari tahun ke tahun ia akan selalu mendampingi Theodore Nemesis, atau lebih akrab disapa Theo. Inilah tahun ke tiganya.
Tidak lama berselang Theo sudah selesai di make over untuk acara konser terakhir Nemesis malam ini di Seleste Ville. Baru dua detik Theo menutup pintu ruang make up itu, para staf yang tadi bersamanya langsung bergunjing ria.
"Kalo gua jadi si Helena udah gua gampar tuh anak, resign resign deh, dari pada gua gila. Ngga penting banget perkara minum doang, padahal udah ditawarin langsung dibeliin, tapi uhhh... "
"Gua disini mba, mau gua aduin hehehe... ", seru Jay, member termuda di grup itu.
"Halah... Lu juga kesel kan sama kelakuan abang lu, ngga mungkin lu aduin kita." Timpal mba staf.
"Mba Helen itu manajer paling mahal nya Huge Ent, CEO langsung loh yang netapin dia jadi manajernya Theo di awal, lama kelamaan ternyata cuma dia yang sanggup ngadepin mood swing nya Theo, jadi ya begitulah."
Akhirnya para staf pun berhenti menggunjing kan Theo. Ternyata masalahnya adalah uang.
"Tapi begitu-gitu, Helena kayaknya selalu hidup pas-pasan deh."
"Dia kan ngga punya orang tua, dia biayain siapa kok segitunya? Ahhh gibah lagi kita."
"Dia punya seorang tante yang hidupnya semau dia, menurut gua yang ngeliat langsung, waktu itu Helena itu semacam di peras, kasarnya begitu. Ahhh heran gua."
"Kasian ya, padahal anaknya happy banget loh. Kenapa sih ngga di cut off aja keluarga yang begitu-gitu."
"Tuh anak kelewat baik, padahal tantenya cuma ngurusin pas bayi sampe primary, masuk secondary school dia nyari duit sendiri, lu jangan ngomong keluar ya, kasian bener tuh anak. Makanya dari tahun ke tahun gua hasut dia buat jangan perpanjang kontrak sama Theo, tapi kalo bayarannya ternyata melebihi ekspektasi gua, mungkin itu meringankan bebannya itu."
"Tapi dia tinggal sendiri kan?".
"Hmm syukurnya sih gitu, tapi setiap bulan dia harus tranfer ke tantenya."
"Ada ya keluarga toxic modelan begitu."
"Jangan bocor lu Jay, kasian anak orang. Gua ngomongin ini supaya kalian tahu, dia udah jadi korban keluarganya, di kerjaan juga dapet artis spek ganteng ngga ngotak tapi kaga punya otak juga, supaya kalian baik-baikin dia. Kasian"
"Gua ngga pernah jahat kali sama mba Helen. Gua mah flirting everyday, siapa tahu dia kecantol terus mau gua pacarin, gua jamin hidupnya aman, damai, sejahtera, gua bakal jauh kan dia langsung dari tantenya yang breng*syek itu."
"Dih, pede amat lu bontot, dia mana mau sama bocil. Begitu-gitu si Helen speknya kayak Shooga katanya, yang mateng, husband material, mapan."
"Heh, gua mapan ya. " Kesal Jay membela diri.
"Iya mapan, tapi lu kayak bayi, badan doang gede kayak hulk, tapi dikasih mainan masak-masakan lu malah anteng, apa namanya kalau bukan bayi. Cepetan kelarin make up lu, ntar manager lu yang tantrum."
Si bontot Jay masih misuh-misuh membela dirinya, ia tidak terima dikatai bayi, padahal terkadang kelakuannya dibalik panggung memang seperti itu. Hingga tak ada yang menyadari seseorang di pojokan sana, yang sedari tadi diam dan mendengarkan semua pembicaraan mereka.
Dia adalah main rapper nya Nemesis, orang paling dingin, paling tidak bersahabat wajahnya, paling irit bicara, paling diam, paling tidak merepotkan pokoknya. Yogie Nemesis, member tertua di grup itu, orang yang selalu diperebutkan jika ada rotasi manajer, karena dia satu-satunya artis di Nemesis yang paling tidak banyak tingkah, tidak banyak mau, tidak banyak tanya. Ia mengikuti semuanya sesuai alur yang sudah dibuatkan managernya. Ketika managernya meminta pendapat untuk menerima kritikan, ia segera menyetujuinya. Ia tidak pernah protes apapun.
🍁🍁
Bugghh... Satu pukulan keras di punggung lebar pria tampan yang baru saja masuk ke mobil itu oleh seorang wanita yang sedari tadi duduk di kursi pengemudi.
"Akh... Sakit sayang... "
"Hati gua juga sakit dibentak-bentak begitu, malu banget tahu... "
"M-maaf, kamu juga ngapain cekikikan begitu sama Jay, aku kan ilfeel."
"Itu adek lu Theo, astaga... "
"Tapi tetep aja, aku ngga suka, kamu deket-deket sama cowo lain, selain aku. Aohhh... Pokonya ngga suka sayang, dia flirting tiap hari, aku kesel. Kamu kalo udah marah ngomongnya lu, gua, lu, gua... ", rengek Theo.
"Aku kan malu sama staf lain, aku jadi terkenal jadi manajer paling ngenes gara-gara sering dimarahin kamu didepan mereka tahu ngga."
"Saya cemburu anda paham...!!!".
"Yaaa menurut ngana saya gimana pas ngana bikin MV, sampe pelukan, sampe ciyuman didepan mata saya... Lu kira gua ngga cemburu Theodore, tahu konsep profesionalitas ngga? Disitu konteksnya saya manajer anda ya pak Theo Nemesis, dan sekarang aohhh... ".
"Heheh... Ayo sayang jalan, member yang lain udah berangkat." Seru Theo melihat Jay sudah masuk ke mobil lain bersama managernya.
"Iya, kamu pindah gih ke belakang."
"Ngga boleh disini aja? Biar bisa pegang tangan? Heheh... ".
"Ngga, bahaya. Ntar aku nyetirnya ngga konsen sama banyak banget paparazzi. "
Yaps, Theo dan Helena, mereka pacaran, sudah hampir dua tahun lamanya.
Cup cup cup... Kecupan yang dibubuhkan Theo ke pelipis gadis kesayangannya itu sembari pindah ke kursi belakang. Helena hanya tersenyum dan menghidupkan mesin mobil agar segera berangkat.
Tok tok tok...
Ketukan di kaca jendela mobil itu mengagetkan keduanya, ternyata Yogie yang mengetuk. Helena segera menurunkan kaca jendelanya.
"Kak Yogie... Ada apa?".
"Buka pintunya aku mau ikut."
"Ah, i-iya kak."
Meski bingung dan ia juga sudah melihat ekspresi tidak terima prianya dari center mirror ia tetap membukakan pintu itu.
"Kenapa kak? Mobilnya kenapa?", kepo Helena.
"Manager aku sakit, aku ikut kalian. Kamu bisa handle aku juga kan?".
"Apaaan sih lu kak, ngga ngga, gua ngga mau konsep gua berantakan nanti gara-gara manajer gua ngurusin lu juga."
"Nanti aku coba ya kak, pertama kita harus sampai ke lokasi dulu, karena aku juga harus ikut cek panggung sama manager lainnya."
"Ok."
Itulah kalimat terakhir yang diucapkan Yogie lalu ia diam, mungkin juga ia sudah ketiduran. Sementara Helena sudah senyum-senyum melihat wajah kesal kekasihnya dibelakang sana, ia kelihatan marah sekali hampir menangis saking kesalnya menatap Yogie disamping Helena.
Bagaimana cemburu akut yang diderita Theo terkadang membuat Helena merasa agak narsis, apakah ia memang se menarik itu untuk di cemburui oleh seorang Theodore Nemesis?
Lalu ia menyodorkan sebelah tangannya ke belakang yang berisi susu kotak rasa stroberi. Theo menerimanya dengan bibir yang di manyunkan, pertanda ia masih kesal.
"Helen... ", seru Yogie tiba-tiba menoleh, matanya agak merah sepertinya memang pria putih pucat itu benar-benar tertidur.
"Iya kak, kenapa?".
"Ada yang bisa di makan ngga? Aku laper tadi belum sempet sarapan."
"Itu ada sandwich di laci dashboard, oh ini juga." Sambil mengeluarkan susu stroberi dari kantong sweaternya tanpa memperhatikan lawan bicaranya karena ia fokus pada jalan. Yogie menerimanya.
"Dia senyum?".
.
.
.
Annyeong readers, welcome back to the Timio Universe dan segala kegalauan didalamnya. Tidak bosan otor ingatkan kita hanya akan menggunakan nama, tempat, lokasi, atau institusi apapun dalam bentuk fiksi ya, seperti Mithnite, Orion, Seleste Ville, Adelard Town, Pandora Town, Timio Medical Centre, Emery Hospital, Huge Ent, Nemesis dan sebagainya.
Demi menambah lancar jaya nya halu readers yang otor sayangnya B ajah ini, kita spill visualnya cekidot... 💜
.
Yogie Nemesis
.
Theodore Nemesis
.
Helena Cady
.
Jay Nemesis
.
Jimmy Nemesis
.
Hose Nemesis
jangan lupa like ya, kalo lupa gua sumpahin p4nt4t lu kelap kelip 🙏
.
.
.
TBC... 🌵
Ps : Huge Ent adalah Agensi, Nemesis adalah Boy Group, dan Villain adalah Fandomnya Nemesis.
Pov Theo :
Hampir 8 tahun Nemesis debut, gua sebagai main visual, gua cakep men, satu dunia ngaku, lu tanya aja Villain pasti mereka serentak bilang 'IYA', tapi member tertua di grup ini Yogie, yang terkenal dengan sebutan kulkasnya Nemesis, pagi ini kayaknya si kulkas itu lupa di colok. Gua sampe ngucek - ngucek mata, mastiin gua ngga salah liat.
Dia senyum, senyum tipis ketika cewe gua yang aduhai ini ngasih dia susu kotak. GUA KESEL. Gua paling ngga bisa liat Helena ngomong sama cowo lain, entah emang gua kelainan atau memang terlalu cinta gua juga bingung. Pokonya ngga boleh, cewe gua ngga boleh ngomong atau deket siapapun selain GUA.
🍁🍁
Terbentuk lengkungan indah di bibir pria putih pucat yang sudah di beri lipstik itu. Theo langsung overthinking karena bisa di hitung jari berapa kali ia melihat Yogie tersenyum selama mereka bersama sudah 9 tahun ini. Kali pertama ia melihat Yogie tersenyum ketika Nemesis meraih penghargaan pertama mereka sebagai boy group rookie terbaik setelah 2 tahun sebut, lalu kemudian setahun sekali setelahnya karena mereka menang perhargaan setiap tahunnya, hanya itu.
Makanya ia cukup tersita perhatiannya melihat Helena, kekasihnya menjadi salah satu alasan Yogie tersenyum, sepele sekali senyuman mahal itu hanya untuk se kotak susu stroberi. Yogie memang tidak memandang Helena berlama-lama, tapi tetap saja Theo tidak suka. Helena hanya miliknya kan?
Lalu setelah 15 menit berkendara mereka tiba di lokasi konser nanti malam, mereka melewati jalur khusus agar tidak dikerubungi fans. Kemudian Helena melakukan semuanya seperti biasanya, cek panggung, cek logistik artisnya dan lain sebagainya. Ia menyelesaikan bagian Theo secepat yang ia bisa karena harus memperhatikan Yogie juga.
Image kasar Theo kepada manajernya sudah tersebar di seluruh staff, ia terkenal ramah kepada semua orang kecuali manajernya. Hal itu sepertinya memang mereka sepakati bersama agar kedok pacaran itu tertutup dengan rapat, tanpa mengundang curiga siapapun, dan ternyata cara itu ampuh sekali, buktinya mereka sudah hampir dua tahun berjalan. Meski terkadang Helena terkejut atau ilfeel karena teriakan Theo terlalu keras, sepertinya itu masih bisa ia maklumi toh kesepakatan mereka begitu kan? Meski bicaranya kedengaran selalu nyelekit diluar, aslinya Theo adalah pria soft spoken dan setia pada kekasihnya. Itu yang membuat Helena nyaman dengan pacaran diam-diam ini.
Tapi satu yang selalu ia sayangkan, Theo agak posesif. Kesalahan yang sangat fatal jika Helena berbicara dengan pria lain terlalu lama, apa lagi sampai skin ship misalnya saking semangatnya bercanda sampai menimpuk bahu lawan bicaranya, misalnya seperti itu. Ketika Helena sadar dari tawa seru nya, ia akan mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan disana lah ia menemukan mata tajam macannya Nemesis sedang tertuju lurus ke arahnya, lalu ia langsung terdiam, karena setelah itu akan ada omelan panjang yang harus ia dengarkan.
Sama seperti hari ini, ia sadar Theo akan sangat kesal jika ia berlama-lama dengan Yogie, apa boleh buat kesuksesan konser malam ini lebih penting ketimbang omelan Theo. Jika konser malam ini kurang baik, maka bukan hanya dirinya yang kena dampak, tapi seluruh Huge Ent.
🍁🍁
Para member sedang mempersiapkan diri mereka di backstage dengan staf masing-masing termasuk manajer mereka. Lima tahun belakangan Huge Ent membuat kebijakan baru untuk semua member Nemesis, satu artis satu manajer, jadi ada empat lagi yang seperti Helena.
Berhubung manajernya Yogie benar-benar sakit dan sampai di rawat dirumah sakit, ia meminta tolong Helena untuk mengurus dirinya juga.
Jangan tanya bagaimana wajah tampan Theo itu kini seperti hendak menerkam sesuatu. Tidak tanggung-tanggung, tidak hanya bicara lama dengan pria lain, Helena bahkan mengurus Yogie sama seperti Helena mengurus dirinya. Seperti sekarang, karena keluhan Yogie yang katanya lapar, tidak cukup dengan sandwich yang tadinya ia makan di mobil, Helena menyuruh seorang staff untuk membelikan makanan lengkap.
"Ayo kak... Buka mulutnya."
Deg
"Hah?", Yogie bingung, jantungnya berdebar, tapi setelan wajahnya tetap datar.
"Ayo aku suapin. Kalo kamu makan sendiri ngga akan keburu, kamu di make up, di hair do, kepala kamu gerak-gerak nanti bikin lama. Ayo buka mulutnya."
Yogie pun akhirnya membuka mulutnya dan begitulah ia diperlakukan Helena, se totalitas itu. Tidak ada yang heran, tidak ada yang merasa itu adegan yang wah, karena selama ini Helena juga begitu kepada Theo, menyuapinya makan ketika di persiapkan untuk naik ke panggung sudah hal biasa ia lakukan, apalagi ini Yogie yang tidak susah di atur. Tapi wajah kesal pria tampan lainnya di sudut sana benar-benar tidak bisa ditutupi lagi. Sejenak Yogie seperti sengaja meliriknya ketika disuapi Helena, cemburu dan kesalnya meninggi.
"HELENA...!!!". teriak Theo.
Seluruh staf saling lirik satu sama lain, seolah sudah paham bahwa tuan muda Theodore kumat lagi.
"Iya, sebentar." Jawab Helena santai, mengelap bibir Yogie dengan tisu yang baru selesai makan.
"HELENA.....!!!". lagi.
"Udah kan kak? Ada lagi? Nanti panggil aku ya, kalau butuh sesuatu, aku mau urus anak monyet itu dulu." serunya setengah berbisik.
Detik itu juga Yogie tertawa lirih, tapi menunjukkan gummy smilenya yang indah.
Deg
"Dia bisa ketawa ternyata, cakep bener." batin Helena yang membalas tawa itu dengan senyuman tipis.
Bukan hanya Helena yang terkagum, staf yang didekatnya yang melihat adegan itu sama speechlessnya. Baru kali ini, Yogie Nemesis terlihat seperti manusia, bukan patung lagi. Juga Theo yang sampai mangap.
Yogie ketawa?
.
.
"Aku kesana dulu ya, Kak." Ucap Helena ditanggapi anggukan dan senyuman oleh Yogie lalu ia pergi.
"Prengat-prengutnya ntar aja ya sayang, konser terakhir ini harus sukses, aku siap denger semua omelan kamu malam ini, I'll come to your bed to night." serunya sangat lirih dengan kedok membetulkan pakaian Theo sambil ditepuknya pelan.
Wajah yang tadinya sudah kusut bak tumpukan pakaian yang belum setrika seminggu, tiba-tiba terlihat tenang dan biasa saja.
"Nah... gitu dong, kan langsung pengen gua kokop sekarang juga...h.. ".
"Akh... ", pekik Theo karena Helena mencubit bokongnya berikut pipinya pun ikut memerah.
🌵
Sekarang stadion terbesar di Seleste Ville, Seleste Bowl sudah di penuhi Villain, orang-orang yang menyebut diri mereka penggemar Nemesis. Stadion besar yang mampu menampung lebih dari 80.000 orang itu sudah riuh dengan teriakan-teriakan para Villain yang excited akan bertemu dengan idola mereka.
Hijau neon adalah warna kesepakatan antara Nemesis dan Villain, bias cahaya itu sudah memenuhi seluruh stadion karena hampir semua Villain mempunyai lightstick Nemesis. Helena sudah duduk di kursi khusus yang berdekatan dengan kameramen. Ia tidak ikut bersorak-sorai seperti Villain dibelakang sana, ia tetap duduk tenang dan siaga memperhatikan dua artis yang menjadi tanggung jawabnya hari ini.
Theo dan Yogie.
Seperti biasa penampilan Nemesis tidak pernah tidak membuat riuh stadion manapun yang mereka datangi. Meski tidak terlalu muda lagi seperti boy group lainnya, tapi Nemesis tetap populer bahkan posisinya selalu berada di atas boy group lainnya. Bagaimana tidak wujud mereka yang seperti dewa Yunani itu, suara merdu, fans service yang totalitas, juga koreo mereka yang mumpuni, membuatnya selalu di elu-elukan dimana pun. That's Nemesis.
"Ahh.. Cowo gua cakep nya ngga ngotak, bisa-bisanya dia ngejar-ngejar gua yang spek kentang mekdi ini." Batin Helena tersenyum lebar melihat kekasihnya melayangkan flying kiss ke arahnya.
Ahh Theodore...
Setelah sumringah sendiri dibawah sana, pandangannya teralih pada sosok lain yang ia jaga hari ini, Yogie. Pria yang sedikit lebih pendek dari Theo itu terlihat lebih putih dari biasanya dan geraknya pun lambat, koreo mereka yang seharusnya energik terlihat ogah-ogahan dibuatnya, melihat hal itu Helena semakin mendekati panggung dan mengikuti kemana pun gerak Yogie, lalu penerangan di atas panggung redup total, itulah kesempatan bagi Helena untuk mendatangi dan memeriksa artisnya yang kini sudah melangkah ke backstage.
"Kak... Kenapa?". Helena mendatangi Yogie disaat tidak ada seorang pun yang memperhatikan keadaannya.
Yogie hanya terdiam menatap wajah cantik yang selalu dibalut make up super tipis itu. Wajahnya kuatir dan serius sekali, keningnya sampai berkerut.
"Kak, pusing ya? Hah? Gimana? Ada yang sakit?", panik Helena karena Yogie hanya diam seperti orang linglung sambil menempelkan punggung tangannya ke kening Yogie yang berkeringat itu untuk memeriksa apakah suhunya normal atau tidak.
"Kak Yogie... ".
"Haa? Ahh... Aku lemes banget Hel, ada yang manis manis ngga?".
"Manis? Ah bentar-bentar... ", Helena berlari ke loker di pojok ruangan tempat ia menyimpan barangnya dan barang milik Theo, ia mengambil sebatang coklat dari pouchnya dan langsung berlari kepada Yogie lagi tanpa memperhatikan ada tatapan membunuh dari pojok sana.
Helena yang bahkan tidak mengingat lagi mana artisnya terus memperhatikan Yogie, selain ia takut artisnya sakit, ia takut konser terakhir ini tidak memuaskan karena tanpa hadirnya Yogie pertunjukan di atas panggung tidak akan sempurna, karena dia adalah rapper satu-satunya di Nemesis.
Syutt... Seorang staf menyikut pelan lengan Helena, agar memberikan perhatian ke sudut ruangan.
"Astaga... Aohhh.. Aku lupa ternyata anakku ada dua hari ini." Keluh Helena.
"Iya, satunya anak monyet." Balas Yogie pelan tapi masih sanggup terdengar Helena dan staff yang berada disampingnya.
"Pppfttt... Kak... ", ringis Helena menahan tawa.
Pandangan tajam itu terus menusuk Helena yang melangkah mendekat, tinggal beberapa langkah lagi untuk sampai, Theo langsung beranjak dari tempat duduknya dan melangkah keluar ruangan.
Hal itu langsung mendapat perhatian dari seluruh penghuni ruangan, baik dari seluruh member Nemesis maupun manajer-manajernya.
"Itu anak kayak cewe mens aja tiap hari ya, heran gua... ", celetuk Jimmy.
"Sabar-sabar ya, Hel... Kita do'ain aja semoga beliau segera dipanggil." timpal Hose yang memang kadang mulutnya tidak punya saringan.
"Heh... Kamu berdosa banget kak. Hahaha... Aku udah biasa, ntar juga baik sendiri. Bentar ya aku samperin dulu, maklum toddler." Balas Helena lalu keluar ruangan.
"Gebrakan apa lagi sekali ini?", batin Helena mengikuti Theo yang masih kelihatan punggungnya masuk ke sebuah ruangan di pojok lorong.
Klek...
"Theo... ", serunya pelan membuka pintu sedikit dan memasukkan kepalanya saja untuk mengintip.
Terdengar suara grasak grusuk didalam sana, dengan yakin ia masuk ke dalam sana. Itu pasti Theo karena dengan jelas ia melihat Theo masuk.
"The..."
.
.
.
TBC ... 🌵
"Theo... ", serunya pelan membuka pintu sedikit dan memasukkan kepalanya saja untuk mengintip.
Terdengar suara grasak grusuk didalam sana, dengan yakin ia masuk ke dalam sana. Itu pasti Theo karena dengan jelas ia melihat Theo masuk.
"The... "
Greppp... Sebuah tarikan kuat membuat Helena limbung, dan berakhir di pelukan hangat si prengat-prengut kesayangannya.
"Aku ngga suka... ", lirihnya menghidu di ceruk leher Helena.
"Hari ini aja, hari ini aja aku harus bareng yang lain sayang, hari ini aja. Konser terakhir, beberapa jam lagi juga selesai. Jangan marah-marah bisa kan? Jangan prengat-prengut gitu."
Theo menutupi sikap bucin kronisnya ini dengan sikap datar, dan dingin di luar sana. Sehingga tidak ada seorang pun yang menduga bahwa ada hubungan khusus antara manajer dan artis ini. Theo tipe yang clingy jika hanya ada Helena, tapi tiba-tiba jadi tuan muda yang angkuh jika ada yang bertambah, makanya Helena menjadi Manajer Ngenes of The Year setiap tahunnya, karena selalu kelihatan di perlakukan semena-mena oleh Theo.
"Kamu suapin dia, kamu sentuh keningnya dia, kamu bukain dia coklat, aku sampe kamu cuekin." Keluh Theo.
"Aku perlakuin artis ku sama, udah berapa kali kita ngomongin ini, Sayang. Diatas semua itu aku manajer kamu, bukan pacar kamu kalau kita lagi di luar atau di panggung. Theo, cuma hari ini. Ayo sayang aku ngga mau di pecat ya."
"Biarin, di pecat langsung aku nikahin." enteng Theo.
"Udah ayo, aku benerin make up kamu. Tapi sebelum itu... ".
"Apa?". gugup Theo.
Helena menempelkan b!birnya ke bib!r Theo yang mendekapnya sedari tadi. Tampilan luar gadis ini cukup polos dan kelihatan innocent, tapi dalam hal int!m seperti ini, ia cukup ganas kata Theo. Helena tidak perduli lagi pewarna bibir Theo hilang sepenuhnya, pria dengan senyum kotak itu selalu menjadi candunya sudah dua tahun ini. Pria nya.
Theo adalah yang pertama bagi Helena, orang yang sudah mengambil mahkotanya. Jangan pertanyakan ke per4wan4n di Timio Universe ini, hanya beberapa orang kuno peninggalan kerajaan jaman dulu yang masih mempetahankannya, bukan tidak ada, tapi hanya ada beberapa, sementara Helena yang kelihatan polos itu tidak termasuk salah satunya.
Tidak ada yang menghentikan permainan menyenangkan itu, baik Theo maupun Helena keduanya masih sibuk ber adu dengan mata yang masih terpejam, bahkan kepala mereka bergerak bergantian kiri dan kanan.
"Theommmpph... "
"Kenapa sayang...?", jawab Theo agak kecewa karena ia masih asik tapi di hentikan begitu saja.
"Ayo balik ke panggung."
"Dua menit lagi."
"Tapi sayampph... "
Bahkan Theo tidak membiarkan kesayangannya itu menuntaskan kalimatnya, karena mulutnya kembali ia lahap. Dua menit apanya, bahkan sudah hampir 10 menit keduanya masih belum selesai, bahkan tangan lancang Theo sudah mulai bergerak ke mana-mana.
Tok tok tok tok... Klek klek klek.. Knop pintu itu bergerak naik turun.
"Syaland...", umpat Theo lirih.
"Mas Theo.. Ada didalam ngga?". seruan dari luar.
Detik itu juga Theo dan Helena memperbaiki penampilan masing-masing, keduanya sudah agak berantakan, apalagi bagian bibir mereka agak bengkak. Mereka saling membantu merapikan diri.
"Kamu teriak, marahin aku." Bisik Helena.
Klek, Helena membuka kunci pintu dan mengedipkan satu matanya sebagai kode untuk Theo.
"MAU KAMU ITU KAYAK APA HELENA? KENAPA BISA LUPA SEMUA? MINUMAN AKU PAGI INI NGGA DIBAWAIN? MAKAN SIANG AKU JUGA NGGA? SEBENERNYA FUNGSI KAMU ITU APA??!!! ASTAGA.... ".
"I-iyaaa ma-maaf."
"M-mas ayo udah waktunya balik ke panggung. " Seru staf yang gelagapan melihat Theo tantrum.
"HAH... TERSERAH LAH...", gumamnya dengan ketus nya melangkah keluar membiarkan Helena yang masih menunduk takut sementara orang yang memanggil mereka menatap Helena dengan sedih.
.
.
"Sabar ya mba Hel... ". serunya prihatin.
Helena hanya tersenyum tipis, wajahnya benar-benar terlihat pasrah tapi hatinya sedang terbahak-bahak.
"Itu anak apa gua usulin ikut casting aja ya, bagus bener aktingnya." Batinnya.
"HELENAA....!!! ", teriak Theo lagi dari kejauhan.
"Iya iya aku nyusul." serunya sembari berlari kecil.
🌵
Hari yang melelahkan itu pun selesai. Konser Nemesis kali ini pun sama memuaskannya dengan sebelum-sebelumnya. Tiket konser terjual habis, begitu pun merchandise mereka. Seperti kebiasaan Huge Ent setelah konser besar berakhir, mereka akan menyewa sebuah restoran selama seharian penuh. Disana mereka akan minum dan makan sepuasnya, bernyanyi, berjoget, tidak ada perbedaan antara artis dan staf, semuanya sama.
Pada bagian ini Helena akan merasa lebih lengang, lebih lega karena tidak harus berada disana, atau mendampingi Theo. Ia bisa memilih untuk beristirahat di hotel atau ikut party di restoran itu. Theo bahkan akan lebih senang jika Helena berdiam diri saja di hotel. Karena ia tidak akan melihat Helena di dekati atau di sapa pria mana pun, se lebay itu Theodore berpacaran dengan manajernya ini.
.
.
.
.
Sungguh Helena senang sekali membuat kekasih ya itu kesusahan, ia terbahak - bahak membaca balasan putus asa Theo. Lalu ia melanjutkan tidurnya.
🍁🍁
Di lokasi party semua member Nemesis berkumpul, dan asik minum dengan para staf. Dari lima orang member ada satu yang paling heboh, yaitu Hose. Ia yang paling ekstrovert, paling ceria, banyak bicara, ia memimpin pesta itu, jika ia sudah bertingkah maka riuh tawa dari semua orang disekitarnya bukanlah hal yang aneh.
Theo juga ikut bernyanyi untuk memeriahkan suasana di corner stage, hanya empat member yang heboh, kecuali satu, Yogie yang kelihatannya lebih pucat dan diam. Meski begitu dingin dan iritnya bicara tapi jika sudah acara penutupan konser seperti itu, ia akan heboh juga, ia akan minum alkohol yang disediakan sepuasnya dan langsung berubah menjadi badutnya Nemesis untuk malam itu, malam ini sepertinya berbeda.
Tanpa seorang pun menyadari ia kembali sendirian ke hotel yang jaraknya hanya lima menit berjalan kaki dari restoran tempat mereka berpesta. Yogie melangkah tertatih lengkap dengan atribut penyamarannya, berusaha keras mempertahankan kesadaran sembari menyentuh layar ponselnya dengan jari yang gemetar.
.
.
"Kenapa nih orang? Typingnya kok kayak orang mabok, pasti mabok nih, orang cuma gua yang ngga party." Serunya sembari kembali naik ke tempat tidur.
Ding dong... Bel kamarnya dipencet.
"Aohhh... Baru aja mau rebahan. Cowo gua?", girangnya melompat dari tempat tidur.
Klek
"Helenh.... ".
Brugh, Yogie tumbang ke pelukan Helena yang jauh lebih pendek darinya. Mau panik juga tidak sempat lagi, bergerak pun ia kesusahan karena tubuh itu tidak bertenaga sama sekali.
"Kak... Kak Yogie... Kakak sakit?".
"Hel... ", desahan lirih dari badan yang susah Helena rasakan suhu panasnya itu, panas menyengat.
"Kak... Kita ke rumah sakit ya? Aku telepon ke resepsionis dulu ya?."
"Ja-jangan, staf lagi party... Ng-ngga akan ada yg ngurusin aku, nanti ki-kita ketangkap paparazzih...", seru Yogie berusaha menuntaskan kalimatnya sedangkan Helena berusaha memapahnya.
"Ayo kak, baring dulu. Pelan kak... Pelan aja, aku pegangin kamu...".
Dengan mengeluarkan seluruh tenaganya, Helena berhasil membaringkan Yogie di kasurnya. Pria putih itu semakin putih saja, berikut keringat dingin yang membanjiri tubuhnya.
"Kak Yogie yakin kita ngga perlu ke rumah sakit?".
"Ngghhh iya. Kamu bisa rawat aku?". Tanya Yogie menggigil.
"Bisa, semoga aja cuma demam biasa ya kak. Udah minum obat?". Tanya Helena, Yogie menggeleng.
Tidak banyak tanya lagi, Helena bergerak sebisanya. Selama menjadi manajer hal yang paling utama yang selalu dibawanya adalah obat-obatan penyakit ringan seperti demam, batuk, pilek, alergi, ia menyediakan semua itu demi kenyamanan dirinya dan artisnya Theo. Hal itu ternyata benar-benar membantu contohnya seperti sekarang ini. Ia membawa sebotol air mineral dan obat penurun demam. Yogie memang artis idaman para manajer, tidak banyak protes, pasrah saja bagaimana pun Helena merawatnya. Berbeda 180° dengan Theo. Ia menempelkan plester demam di kening mulus itu, dan menyelimutinya.
"Tidur ya kak."
"Kamu tidur dimana? Aku pindah ke sofa aja." Tawar Yogie hendak bangkit.
"Heh... Ngga... Nurut aja sama aku. Sampai hari ini habis kamu masih artis ku ya, udah kakak tidur aja. Aku aman, aku bisa minta ekstra bed. Kakak tidur aja, syukur kakak sakitnya setelah semua clear, aku jadi bingung mau seneng atau gimana. Pokonya kakak sembuh dulu ya. Tidur."
"Makasih, Helena."
Pov Yogie :
Gua kenal dia udah lebih dari tujuh tahun, gua sering liat dia kocar kacir di gedung Huge sejak tahun kedua Nemesis debut dan belum se besar sekarang. Anak magang yang selalu happy, selalu keliatan cerah, kayak ngga ada beban sama sekali. Lalu di tahun kelima, gua makin sering liat dia wara wiri disekitar Nemesis, ternyata dia ditunjuk secara eksklusif sama CEO untuk jadi manajernya si curut Theo. Dan sejak saat itu, gua suka perhatiin dia dari jauh. Gua suka diam berjam-jam di pojokan hanya untuk liat dia ketiduran nemenin Theo latihan.
Gua ngga berani mendekat, karena setelah gua sadarin perasaan gua sendiri, Nemesis udah jadi raksasa dan terkenal di seluruh Timio Universe. Gua takut dia kenapa-kenapa karena dekat sama gua, gua takut dia celaka karena banyak fans fanatik yang kadang ngelakuin hal ngga ngotak, karena itu gua cukup mengagumi dia dari jauh.
Dan akhir-akhir ini gua kelewat biru hatinya, entah ini normal gua rasa engga juga. Gua galau, tapi gua ngga tahu apa yang gua galauin, disaat gua dan dia bukan siapa-siapa. Dia bukan pacar gua, tapi gua kangen. Gua uring-uringan tapi semua harus gua tahan.
Ngga ada yang tahu perasaan gua ini selain gua sendiri. Sakit banget, tapi gua ngga tahu apa hak gua merasa sakit, disaat dia dengan dunianya dan gua dengan hidup gua sendiri, yang monoton dan hening. Apalagi sejak dia jadi manajernya Theo, aduh... Belum lagi itu anak setan selalu marah-marahin dia ngga kenal tempat, dia yang dibentak gua yang menyumpah.
Ditambah lagi anak-anak bilang dia diperas keluarganya, keinginan gua untuk ngelindungi dia makin gede, tapi caranya gimana?
Mama papa gua udah nuntut nikah, nuntut cucu, sedangkan calon menantunya aja ngga tahu kalo gua udah naksir dari lima tahun lalu, seandainya dia ngga perpanjang kontrak sama Theo, udah gua rebut mati-matian ini, tapi doa gua itu ngga pernah terkabul. Perempuan se apik dan se tanggap ini dimarahin tiap hari sama si Theo curut itu, padahal kerjanya bagus, totalitas, loyal, ngutamain orang lain, dapet dimana coba manajer se tulus ini. Manajer mana yang nyuapin artisnya makan biar ngga mengganggu dan efisien waktu, cuma dua kata dari gua HELENA CADY.
.
Manajer idamannya mas Yogie gess 🙏
.
.
.
TBC... 🌵
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!