NovelToon NovelToon

Balas Dendam Seorang Narapidana

1. bara sang pemeran utama

"Yes...! Akhirnya kita lulus...!!"

Suara sorak gembira, terdengar menggema di dalam perkarangan sekolah SMA elit yang ada di kota Jakarta. Para siswa dan siswi kelas 12, hari ini sudah dinyatakan lulus dan beberapa hari lagi, akan segera meninggalkan sekolah mewah tersebut.

Para siswa laki-laki tampak bertos ria bersama teman temannya yang lain.

Mereka adalah anak anak dari keluarga kaya, yang akan segera merencanakan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Tapi tidak dengan seorang pria tampan berwajah lugu, yang hanya tersenyum menatap pengumuman mading yang bentengger di hadapannya itu.

Dan pemuda lugu itu, bernama Bara Aditama. Seorang pemuda berusia 18 tahun, yang hanya berasal dari

keluarga kelas bawah.

Bara, merasa sangat bersyukur, karena dirinya dinyatakan lulus dengan nilai yang paling baik. Bara memang merupakan pemuda yang sangat genius. Bahkan, dia bisa masuk ke sekolah elit ini, berkat prestasinya yang mendapatkan Beasiswa ketika lulus SMP dulu.

Kedua mata Bara tampak berbinar cerah, saat menatap ke arah pengumuman tersebut, tapi ketika dia menoleh kearah teman teman sekelasnya, yang seangkatan dengannya sedang berbincang bincang, merencanakan fakultas mana yang akan mereka tuju! Wajah Bara pun langsung berubah redup dan tampak

sangat menyedihkan.

"Huh! Sabar Bara! Kau tidak boleh merasa iri terhadap mereka.

Bersyukurlah, karena kau bisa lulus dari sekolah elit ini."

Di dalam hati, Bara berusaha menyemangati dirinya sendiri. Jujur saja, sebagai seorang anak yang berasal dari keluarga kalangan kebawah, tentu bisa sekolah di sekolah elit seperti ini tidaklah mudah.

Selama 3 tahun lamanya, Bara selalu mendapatkan Bully dan juga hinaan dari para teman temannya.

Tapi, Bara tidak pernah mengambil pusing perihal tersebut, karena Bara sangat tidak suka bertengkar ataupun membuat masalah.

Dan setelah puas melihat pengumuman Mading, Bara pun berencana hendak pergi melangkah masuk ke dalam kelasnya. Namun! Setibanya di bawah tangga, Tiba-tiba saja Bara dikejutkan dengan panggilan dari seorang gadis cantik yang merupakan adik kelasnya.

"Kak Bara! Tunggu!" teriak gadis berwajah imut nan bermata sipit itu.

Mendengar namanya di panggil, Bara terpaksa menghentikan langkah kakinya yang hendak naik keatas tangga. Sungguh! Dia benar-benar malas untuk bertemu dengan gadis tersebut.

Bukan karena tidak suka, tapi Bara sangat sadar diri, jika dia dan gadis itu bagaikan bumi dan langit yang saling berjauhan.

"Ada apa?" tanya Bara dengan nada

ketus.

"Kak! Aku..!"

Gadis bermata sipit nan berambut panjang itu, langsung menundukkan wajahnya saat mendengar suara ketus yang Bara lontarkan. Sungguh! Dia benar-benar sangat menyukai kakak kelasnya itu, tapi sayang! Karena Bara telah menolaknya dengan cara yang halus dan juga kasar.

"Maaf! Kalau nada bicara ku telah membuatmu takut! Tapi, aku tidak ingin membuat masalah dengan kelompok geng Leon" ucap Bara menjelaskan dengan wajah yang lebih ramah.

"Iya, aku mengerti kak. Sebenarnya, aku hanya ingin mengucapkan kata selamat! Selamat karena kakak telah lulus dan mendapatkan nilai paling tinggi. Aku benar-benar bangga sama kakak."

Gadis cantik itu yang bernama Alisa Herlambang, memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya seraya tersenyum kearah Bara.

Sungguh! Saat melihat senyuman manis tersebut, membuat jantung Bara menjadi berdetak kencang. Bohong! Kalau Bara tidak mempunyai perasaan kepada gadis itu. Tapi! Lagi lagi, Bara mencoba menyadarkan dirinya, agar tidak masuk ke dalam lubang masalah.

"Terimakasih atas ucapannya. Kalau begitu aku pamit dulu." jawab Bara berusaha cuek.

"Tunggu kak! Aku belum selesai bicara."

Dengan berani Alisa memegang tangan Bara agar langkah kaki pria itu tidak naik ke atas tangga, dan tentu saja, saat tangan lembut Alisa menyentuh tangan Bara, membuat Bara replek langsung melepaskannya.

"Maaf! Katakan apa yang ingin kamu katakan?" tanya Bara kembali seraya membuang wajahnya kearah samping.

"Ini! Ambillah. Ini merupakan hadiah sebagai tanda maaf dariku. Maaf, karena selama ini aku selalu mengganggu kakak. Karena aku, kakak sering mendapatkan masalah dari geng milik Leon. Aku benar-benar minta maaf kak. Dan semoga, di masa depan kita dapat bertemu kembali. Aku doakan agar kakak sukses mencapai cita-cita yang kakak inginkan." Alisa mengucapkan perkataan yang Dengan berani Alisa memegang tangan Bara agar langkah kaki pria itu tidak naik ke atas tangga, dan tentu saja, saat tangan lembut Alisa menyentuh tangan Bara, membuat Bara replek langsung melepaskannya.

"Maaf! Katakan apa yang ingin kamu katakan?" tanya Bara kembali seraya membuang wajahnya kearah samping.

"Ini! Ambillah. Ini merupakan hadiah sebagai tanda maaf dariku. Maaf, karena selama ini aku selalu mengganggu kakak. Karena aku, kakak sering mendapatkan masalah dari geng milik Leon. Aku benar-benar minta maaf kak. Dan semoga, di masa depan kita dapat bertemu kembali. Aku doakan agar kakak sukses mencapai cita-cita yang kakak inginkan." Alisa mengucapkan perkataan yang membuat hati Bara menjadi terenyuh.

Sungguh, sebagai seorang pemuda remaja, Bara dapat merasakan bagaimana rasanya menyukai seorang gadis. Tapi, dia tidak berani untuk menuruti perasaan itu, sebab Bara sangat sadar! Kalau dia bukanlah pemuda yang mampu membahagiakan gadis kaya raya seperti Alisa.

"Terimakasih atas hadiahnya dan juga doanya. Semoga kamu juga sukses di masa depan." jawab Bara sambil menerima hadiah yang diberikan oleh Alisa.

Setelah memberikan hadiah tersebut, Alisa pun segera pamit undur diri. Sungguh, dadanya terasa sesak, sedangkan kedua matanya sudah berkaca kaca hendak segera mengeluarkan air mata yang begitu

banyak.

"Hiks.... Hiks...! Cinta pertamaku harus terhenti sampai di sini." ucap Alisa sambil memukul dadanya sendiri.

Lalu gadis cantik itu masuk ke dalam Toilet wanita. Sedangkan Bara hanya bisa termenung sambil menatap bungkusan kotak berwarna merah pemberian dari Alisa.

"Maaf! Aku tidak bisa membalas perasaan mu Alisa. Aku sadar, jika aku hanyalah pemuda miskin. Sedangkan kau! Merupakan anak dari pemilik sekolah ini. Lagian, kehidupan kita masih sangat panjang. Aku yakin! Perasaan mu padaku, hanyalah cinta monyet semata. Dan untuk selanjutnya kau akan menemukan pemuda yang lain."

Setelah itu bara hendak kembali melanjutkan perjalanannya, namun belum juga langkah kakinya melangkah ke atas tangga! Tiba-tiba ada seorang siswa sebayanya yang memanggilnya dengan suara keras.

"Bara! Tunggu Bara...! " teriak pria itu membuat Bara menoleh menatap ke asal suara.

"Radit! Ada apa?" tanya Bara penasaran.

Radit adalah teman sekelasnya yang sangat baik. Dia berasal dari keluarga berada, ayahnya merupakan seorang polisi, sedangkan ibunya adalah pegawai negeri. Tapi, Radit tidak pernah sombong dan merendahkan Bara. Dia malah sangat suka berteman dengan Bara.

"Bara! Ayo kita ke kantor kepala sekolah. Aku mempunyai berita bagus untukmu."

"Berita! Berita apa? Lalu, untuk apa kita ke kantor kepala sekolah?" tanya Bara menatap bingung.

"Sudah ayo ikut saja. Kau pasti sangat senang Bara."

Sebelum pergi, Bara menyimpan kotak kecil yang diberikan oleh Alisa ke dalam saku celananya. Lalu, dia segera berlari mengikuti langkah kaki Radit.

Hingga tak lama kemudian, kini Bara sudah duduk di depan meja sang kepala sekolah. Sedangkan kepala sekolah yang melihat kehadiran Bara tampak tersenyum senang.

Dia benar-benar merasa bangga melihat prestasi yang didapatkan oleh pemuda tersebut. Dan pihak pemilik sekolah telah memutuskan untuk memberikan Beasiswa kepada pemuda tersebut untuk melanjutkan pendidikannya ke Universitas elit yang ada di kota Jakarta.

"Bara Aditama. Apakah kamu tahu kenapa kamu dipanggil kemari?" tanya kepala sekolah tersebut, membuat Bara menggelengkan kepalanya.

"Maaf pak. Saya benar-benar tidak tahu. Apakah saya telah melakukan kesalahan pak! Sehingga bapak memanggil saya?" tanya Bara gantian.

"Tidak Bara. Kamu tidak melakukan kesalahan apapun. Saya sengaja memanggil kamu, karena saya ingin memberikan kabar gembira untukmu."

Pak kepala sekolah langsung menyodorkan amplop berwarna putih ke hadapan Bara. Membuat Bara semakin merasa bingung dengan maksud dari bapak tersebut.

"Maaf pak! Kalau boleh saya tahu, ini amplop apa pak? "

"Buka saja Bara. Dan lihat apa isi di dalamnya".

Mendengar perintah tersebut, dengan perlahan Bara pun memegang amplop itu. Lalu, dia melirik kearah Radit yang berdiri di sampingnya.

"Cepat buka Bara. Aku juga penasaran mau melihatnya." bisin Radit tersenyum.

Sebenarnya Radit sudah mendengar soal Beasiswa tersebut, karena papa nya ikut andil dalam pelaksanaan Beasiswa yang diberikan oleh Pihak Kepolisian Negara, sebagai tanda kepedulian mereka terhadap pemuda berprestasi yang tidak mampu..

kebahagiaan sebelum bencana

Gluduk.... Gluduk...

Suara gemuruh terdengar jelas mengiringi hari yang semakin sore. Bara yang tengah duduk di kursi bambu depan rumah, langsung mendongak menatap kearah langit yang sudah berubah menjadi mendung.

Sungguh! Di dalam hati Bara, dia merasa khawatir, sebab sudah pukul 5 sore, tapi kakaknya Nadia belum juga kembali pulang ke rumah.

"Ya Tuhan! Sebentar lagi akan turun hujan! Tapi kenapa kak Nadia belum juga tiba di rumah!"

Bara tampak mondar mandir ke sana kemari, sambil memegang amplop berwarna putih, berisikan surat penerimaan Beasiswa. Rasanya, Bara sudah tidak sabar, ingin memberitahukan kabar bahagia itu kepada kakaknya.

Bara dan Nadia, merupakan adik kakak yang sangat dekat dan akur, mereka memiliki perbedaan usia 4 tahun. Yang artinya, saat ini usia Nadia sudah menginjak 22 tahun. Gadis cantik nan putih itu, hanya tamat sekolah SMA, dan Nadia tidak melanjutkan kuliah sebab dia tahu kemampuan keuangan dari kedua orang tuanya.

Baru beberapa bulan ini, Nadia bekerja di kantin yang ada di Universitas Samudra, sedangkan sebelumnya, Nadia hanya bekerja jaga anak tetangga kaya yang ada di wilayah RT tersebut. Namun! Semenjak Nadia mendapatkan perlakuan buruk dari majikannya, Nadia memutuskan untuk keluar dari pekerjaan itu.

Kedua orang tua Nadia, tidak mengetahui akan hal tersebut, hanya Bara lah yang mengetahuinya. Nadia! Sangat tidak ingin membuat kedua orang tuanya khawatir, sebab kedua orang tua mereka, sudah terlalu lelah bekerja menjadi Penambal ban sepeda dan tukang cuci di londry terdekat.

"Kak Nadia! Akhirnya kamu pulang juga kak! "

Senyum semrungiah terukir indah di bibir Bara, saat melihat kakak perempuannya yang begitu dia khawatirkan telah tiba di rumah. Hujan mulai turun rintik rintik, membuat rambut Nadia menjadi sedikit basah akibat terkena air hujan.

"Bara! Apakah sejak tadi kamu sudah menunggu kakak?" Nadia bertanya kepada adiknya, sambil berusaha menyembunyikan wajahnya yang tampak tengah bersedih. Sedangkan kedua kaki Nadia, memarkirkan sepeda mini yang dia naiki.

"Iya kak. Aku takut kakak kehujanan. Bahkan aku berencana ingin menjemput kakak."

"Iya, tadi kakak sedikit telat. Soalnya jalanan macet. Oya, di mana ibu dan bapak?" tanya Nadia seraya membuang wajahnya dari tatapan Bara.

"Ibu dan ayah sedang pergi ke rumah tetangga. Kebetulan ada acara tahlilan nanti malam. Kak! Kenapa kakak terlihat sangat sedih? Apakah kakak sedang ada masalah?" tanya Bara membuat Nadia sedikit terkejut.

"Tidak. Aku hanya sedang kelelahan saja. Oya, apa yang kamu pegang Bara! "

"Ini, ini adalah surat dari kepala sekolah. Dia memberikan surat ini kepada ku, sebagai bukti kalau aku akan segera mendapatkan Beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Samudra kak."

"Apa...! Universitas Samudra! " seruan Nadia membulatkan kedua matanya.

"Iya kak, di Universitas tempat kakak jualan di kantin. Aku benar-benar sangat senang kak, apakah kakak juga senang mendengar berita ini? tanya Bara dengan sangat antusias.

"Tentu kakak juga senang Bara. Akhirnya kau akan menjadi calon Sarjana adikku."

Nadia memeluk erat tubuh Bara. Di dalam hatinya, dia benar-benar merasa takut! Takut akan sekelompok orang yang selalu mengganggu dirinya.

"Tidak! Kau tidak boleh berpikir negatif. Bara pasti baik baik saja. Dia adalah pemuda yang baik, lagian. Bukankah tahun ini mereka akan lulus! Syukurlah, kalau begitu aku bisa tenang sekarang." gumam Nadia di dalam hatinya.

Entah apa yang tengah wanita itu sembunyikan, tapi yang jelas! Nadia tidak ingin kalau kedua orang tuanya dan juga adiknya sampai mengetahui apa yang sedang dia alami di kampus mewah tersebut.

Hingga tepat malam hari, keluarga kecil mereka tampak sedang melakukan makan malam bersama,

Tawa bahagia bersinar cerah di bibir ibu Mirna dan pak Mahmud.

"Nak! Besok adik kamu akan mengunjungi kampus. Kamu jangan lupa jemput dia di pagar samping ya." titah pak Mahmud mengingatkan putrinya.

"Baik Pak. Aku pasti akan menjemput Bara" jawab Nadia dengan singkat.

"Untung saja, ada kakak mu yang jualan di kantin Universitas Samudra.

Jadi kamu tidak kebingungan saat akan masuk ke dalam kampus besar dan mewah itu nak." timpal ibu Mirna tampak tersenyum senang.

"Iya bu. Untung ada kakak. Oya, besok aku pakai baju apa bu? "

"Pakai saja baju kemeja putih milik bapakmu dan celana kain berwarna hitam. Itu baju sudah lama ibu simpan, tepatnya saat dulu bapak masih muda dan mau melamar pekerjaan di sebuah perusahaan. Tapi sayang! Bapakmu ditolak nak."

"Hahahha....! Benar apa yang ibumu katakan. Tapi, kali ini kau akan sukses jika memakai baju tersebut nak. Bapak yakin itu! " ucap pak Mahmud seraya menepuk pundak putranya dengan bangga.

Nadia yang melihat kebahagiaan terpancar jelas dari bibir keluarganya, menjadi sangat tenang. Namun! Entah mengapa, bayang bayang ancaman yang diberikan oleh beberapa pemuda yang ada di kampus tersebut, kembali membuat Nadia menjadi sangat ketakutan.

"Ya Tuhan! Tidak mungkin apa yang pria itu katakan benar-benar serius. Dia pasti hanya bercanda saja. Tidak mungkin pemuda kaya seperti dia, sampai mau melakukan hal menjijikkan seperti itu." gumam Nadia di dalam hatinya.

Nadia segera menenggak habis minuman yang ada di dalam gelas miliknya. Sedangkan wajahnya, terlihat begitu panik dan juga ketakutan. Bara yang menyadari hal itu, hanya bisa diam sambil memperhatikan gerak gerik dari kakaknya. Tapi! Bara juga tidak bisa memaksa kalau kakaknya tidak mau berterus terang padanya.

"Sebenarnya ada apa dengan kak Nadia? Apakah dia tengah memiliki masalah?" tanya Bara di dalam hati.

Dan setelah selesai menyantap hidangan makan malam, Bara segera masuk ke dalam kamar. Begitu pula dengan Nadia. Di dalam kamar, Nadia tampak menangis terisak. Saat dia baru saja mendapatkan pesan WA dari seseorang yang tidak dia kenal.

"Nadia sayang! Bersiaplah. Besok kau akan tahu apa yang akan kami lakukan! " tulis pria itu di dalam pesan tersebut.

Nadia, benar-benar sangat takut! Tapi dia berusaha untuk tidak mempercayai ancaman tersebut.

"Jangan takut Nadia! Dia tidak mungkin berani melakukanya." gumam Nadia di dalam hati.

Setelah itu, Nadia langsung naik ke atas tempat tidur kecil miliknya, guna untuk merenggangkan tubuhnya yang terasa sangat lelah. Begitu pula dengan Bara, yang tertidur setelah menyiapkan barang barang yang besok akan dia bawa ke Universitas Samudra.

Pagi hari telah datang menyapa, membangunkan Bara yang tertidur dengan sangat lelap. Bara yang baru bangun segera merenggangkan otot ototnya. Pagi ini dia akan segera membersihkan diri untuk pergi menuju ke Universitas Samudra.

"Ayo semangat Bara. Tepat pukul 10 kau harus sudah tiba di sana." ucap Bara tersenyum semangat.

Lalu Bara melangkahkan kaki keluar kamar, setelah selesai membereskan tempat tidur miliknya sendiri. Dan setibanya di ruang tamu, Bara menatap bapak dan ibunya yang sudah bersiap hendak pergi bekerja.

"Bapak, ibu! Apakah kalian akan pergi bekerja pagi pagi begini?" tanya Bara menatap heran.

Saat ini, waktu masih menunjukkan pukul 7, tapi kedua orang tuanya sudah siap mau berangkat kerja meninggalkan rumah.

"Iya nak. Kebetulan ibu mempunyai banyak cucian di Loundry, jadi harus pergi pagi pagi sekali. Sedangkan bapakmu, mendapatkan tawaran untuk membantu temannya bekerja di proyek bangunan."

"Oh, jadi begitu. Lalu bagaimana dengan kak Nadia? Apakah dia sudah pergi juga?" tanya Bara penasaran.

"Sudah. Kakakmu pergi pagi pagi sekali, kebetulan di kampus sedang mengadakan acara untuk mahasiswa semester akhir, dan kantin miliknya mendapatkan pesanan nasi yang begitu banyak. Maka dari itu, dia sudah berangkat pagi pagi sekali." jawab Ibu Mirna seraya melangkah keluar dari rumah.

Setelah itu, Bara pun mencium kedua tangan kedua orang tuanya, yang sudah memakai sendal dan akan segera pergi bekerja. Sebelum melangkahkan kakinya, Ibu Mirna dan pak Mahmud, memeluk tubuh putranya terlebih dahulu.

Entah mengapa, pagi ini perasaan mereka berdua benar-benar tidak enak. Tapi! Mereka tidak ingin memberitahukannya kepada sang putra.

kejadian tak terduga

"Nak! Kalau pergi hati hati. Jangan ngebut saat mengayuh sepeda." ucap pak Mahmud mengingatkan.

"Baik Pak. Aku akan mengingat pesan dari bapak." jawab Bara tersenyum.

Lalu ibu Mirna juga memeluk tubuh putranya, rasanya dia benar-benar sedih saat ini. Tapi! Ibu Mirna tidak tahu, apa yang sebenarnya dia rasakan.

"Nak! Ibu pergi dulu ya. Jangan lupa kenakan baju yang sudah ibu berikan padamu. Maaf, karena kami tidak bisa melihat mu mengenakan baju itu."

"Tidak apa bu. Nanti ketika pulang dari kampus, ibu bisa melihatnya. Hati hati di jalan bu, pak."

Bara menatap kepergian kedua orang tuanya, setelah itu Bara segera membersihkan diri dan sarapan pagi. Jarak menuju ke Universitas Samudera, memakan waktu satu jam lamanya jika menaiki sepeda. Jadi Bara harus cepat berangkat, agar dia tidak terlambat tiba di kampus.

Dan tepat pukul 9, barulah Bara selesai dengan pakaian putih hitam yang dia kenakan. Sungguh! Saat melihat penampilannya di depan cermin, membuat Bara tersenyum sendiri, karena dirinya terlihat sangat tampan.

"Ternyata aku sangat tampan.

Pantas saja Alisa begitu menyukaiku."

puji Bara tersenyum tipis.

Setelah itu, Bara bergegas pergi keluar dari rumah. Tak lupa dia membawa tas ransel miliknya yang dia letakkan di punggung belakangnya. Di dalam tas tersebut, berisi beberapa buku dan juga surat dari sekolahnya.

Lalu, Bara mengayuh sepeda dengan sangat semangat. Dia berjanji, akan berusaha keras untuk menjadi mahasiswa yang terbaik, agar dia memiliki masa depan yang cerah.

Panasnya matahari, tidak menyurutkan semangat bara, sekali kali Bara menyeka keningnya yang mengeluarkan keringat. Hingga satu jam mengayuh sepeda, akhirnya Bara pun tiba di Universitas Samudera. Dan Bara lebih memilih masuk dari gerbang yang ada di samping kampus.

"Hei! Nak Bara! Kamu ngapain di sini?" tanya seorang satpam yang memang mengenal siapa Bara.

"Pak! Kebetulan saya mendapatkan Beasiswa di kampus ini pak. Dan saya diperintahkan kepada para sekolah untuk mendaftarkan diri di kampus hari ini." jawab Bara dengan nada sopan.

"Wah, hebat sekali kamu ya. Benar benar pintar dan membanggakan kedua orang tuamu. Kalau begitu, masuklah. Dan kau bisa memarkirkan sepeda mu di sini."

"Terimakasih banyak pak. Тарі, saya mau menemui kakak saya terlebih dahulu."

"Iya boleh, dia ada di kantin seperti biasa."

Setelah meminta izin, Bara pun melangkah masuk ke dalam gerbang. Tujuan Bara saat ini, kearah Kantin yang ada di bagian belakang gedung tinggi tersebut.

Bara sudah dua kali menjemput kakaknya yang bekerja di kantin kampus, jadi tentu saja dia mengenal satpam yang berjaga di gerbang. Begitu pula dengan bagian wilayah belakang kampus. Bara sangat hafal tempat tersebut.

Tapi, tidak dengan bagian depan, karena Bara belum pernah sekalipun menyusuri kampus mewah itu. Kedua mata Bara menelisik tempat yang dia lewati, hari ini benar-benar sangat sepi, karena di aula kampus tengah mengadakan acara perpisahan untuk anak-anak semester akhir S2..

"Pantas sangat sepi. Hari ini kan ada acara di aula, untuk merayakan perpisahan anak semester akhir. Ya, aku ingat kalau kakak sempat memberitahuku kemarin." gumam Bara sambil terus berjalan menuju ke kanti.

Hingga tak lama kemudian, dia pun sudah tiba di deretan kantin dan langsung masuk ke dalam kantin milik ibu Dina.

Ibu Dina yang melihat kedatangan Bara, tampak tersenyum hangat, lalu dia pun segera mendekati Bara yang sudah duduk di salah satu kursi yang ada di dalam kantin nya.

"Bara! Kamu pasti mau bertemu dengan kakakmu ya! " tebak ibu Dina membuat Bara tersenyum.

"Iya benar buk. Apakah kakak saya masih sibuk saat ini buk?"

"Iya benar, kakakmu sedang pergi mengantarkan pesanan untuk anak anak semester akhir. Sepertinya sebentar lagi akan segera kembali. Kamu tunggu di sini dulu ya."

"Iya buk. Saya akan menunggu kakak di sini."

Setelah itu, ibu Kantin menghidangkan Bara dengan menu nasi goreng dan juga teh dingin yang terlihat begitu menggugah selera. Bara yang merasa kelelahan pun, segera menyantap hidangan yang berada di hadapannya itu.

"Terimakasih buk atas hidangannya."

"Sama sama. Ayo dihabiskan Bara.

Sambil menunggu kedatangan kakakmu." titah ibu Dina tersenyum ramah.

Bara menyantap makanan dengan begitu lahap. Tanpa dia tahu, kalau saat ini kakaknya Nadia, tengah berada dalam keadaan bahaya.

"Lepaskan! Lepaskan aku! Aku mohon! "

Suara lirih dan tangisan dari Nadia terdengar menggema di sebuah ruangan. Namun! Setelah hampir setengah jam berusaha memberontak, tetap saja Nadia tidak bisa keluar dan lepas dari keempat pria bajingan yang tengah menyekap dirinya.

"Hahhahaa....! Akhirnya kita berhasil menjebak gadis sombong ini.

Sekarang saatnya untuk melakukan rencana yang selanjutnya." ucap seorang pemuda tampan yang tertawa terbahak bak iblis yang sangat mengerikan.

Lalu pria itu naik ke atas ranjang, dan merangkak di atas tubuh Nadia.

Dia mendekatkan wajahnya ke wajah Nadia, hingga membuat Nadia merasa sangat ketakutan.

"Tidak.....!!!!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!