NovelToon NovelToon

Merebut Hati Sekretarisku

1. Saya Hamil!

"Tuan. Sa-saya hamil," Ujar Zeline lirih setelah mengalihkan pandangannya dari atasannya itu.

Masih terngiang betapa kelamnya malam itu saat ia dipaksa tidur dengan sang bos.

Bahkan bibir itu tampak bergetar saat mengatakannya tadi. Zeline Permata sendiri tak percaya akan ini. Ia juga begitu takut jika hal ini terjadi padanya, namun kenyataanya ia sudah telat 2 bulan setelah kejadian waktu itu bersama bosnya. Alat itupun menyatakan bahwa ia memang positif hamil kemarin.

"Apa???" Aldigar terkejut. Sorot matanya pun menyipit. Ia tak percaya akan apa yang dikatakan sekretarisnya ini. Ia memang menidurinya waktu itu, itupun karena terpaksa.

"Kau jangan mengada-ngada. Aku tidak suka dibohongi!" Bantah Aldigar tak terima,seolah-olah ini adalah petaka baginya. Bagaimana ini semua tidak petaka baginya? Karena Aldigar sendiri sudah memiliki kekasih.

"Saya bawa tespek ini untuk Anda Tuan. Apa Anda masih tidak percaya?"

Aldigar menerima benda itu, namun sungguh ia masih tak percaya akan ini semua walau ia sudah melihat garis merah 2 itu didepan mata.

"Tidak mungkin!" Aldigar sudah memegang keningnya. Bahkan memijat keningnya tak terima dengan kenyataan ini. Apa ia pikir Zeline menerima ini semua? Ini juga petaka yang amat sangat menakutkan bagi Zeline Aldigar.

"Bukankah aku sudah memberikanmu uang waktu itu. Kenapa kamu bisa hamil? Kau yakin itu anakku???" Malah menjawab seenaknya Aldigar. Aldigar Harley Hans benar-benar tak percaya akan apa yang dikatakan sekretarisnya ini kalau ia beneran hamil anaknya.

"Apa??? Apa Anda bilang!" Sengit Zeline setelah melihat responnya.

"Anda yang memperkosa saya waktu itu dan Sekarang Anda mempertanyakan anak ini Tuan? Ini jelas-jelas anak Anda!" Zeline tak habis pikir jika lelaki yang sudah merenggut keperawanannya ini akan berkata seperti itu. Berbuat seperti itu pun baru pertama kalinya ia lakukan dengan bosnya ini, selebihnya tidak pernah, karena kejadian ini juga terjadi bukan kemauannya.

"Aku tidak yakin. Dunia ini bukankah penuh dengan tipu daya? Bisa jadi kau melakukannya lagi dengan orang lain dan membuatmu hamil begini kan?"

Plakkkk!

"Apa Anda gila!" Saking emosinya mendengar itu Zeline langsung menampar Aldigar dengan penuh amarah. Ia tidak peduli jika ia adalah bos besarnya sekalipun.

"Anda pikir aku tidak punya harga diri! Bahkan Andalah yang telah merenggut kesucian saya! Seharusnya saya penjarakan Anda saja waktu itu!"

"Bisa pelankan suaramu? Semua orang bisa mendengar ini nanti! Kau yakin berani memenjarakanku? Bukankah kau juga tahu aku tak bisa menahannya karena obat!"

"Mana aku tahu itu pengaruh obat! Bukankah Anda yang merasakannya! Bisa jadi ini memang siasat Anda untuk merenggut keperawananku? Anda ini memang gila seks kan!"

"Jaga bicaramu Zeline! Melakukan hal itu juga baru pertama kalinya aku denganmu. Menurutku ini murni kecelakaan."

"Kecelakaan???"

"Iya ini kecelakaan! Bukankah kau juga tahu sendiri aku ini sudah memiliki kekasih? Aku juga sudah membayarmu! Seharusnya kamu bisa mencegah kehamilan ini!" Aldigar sungguh merasa ini adalah kesalahan Zeline sendiri yang ceroboh dan tak bisa menghindari kehamilan itu.

Thok... Thok...Thok!

Ketukan pintu merusak keseriusan mereka yang sedang bersitatap, keduanya pun langsung menjauh dan duduk di kursi kerja masing-masing.

Kursi kerja mereka cukup jauh jaraknya kerena tersekat dinding kaca ditengah ruangan itu . Mata Zeline sebenarnya sudah berkaca-kaca menahan tangis, namun ia harus menarik nafas panjang untuk mengatur suasana kembali agar ia juga terlihat tenang dimata karyawan lain.

"Sayanggg...aku datang!" Tuturnya bernada nyaring dan mendayung, siapa lagi jika bukan calon istri Aldigar yang datang ke ruangan itu dengan penuh rasa senang. Zeline kira itu rekan kantornya dan ternyata malah kekasih bajingan itu yang datang.

"Ka-kamu kemari? Ke-kenapa tidak bilang?" Ucap Aldigar terbata saat melihat kekasihnya itu datang. Ia sudah mendekat sekarang. Sejujurnya hatinya masih bergemuruh mendengar kabar kehamilan dari sekretarisnya itu.

"Kamu melarangku kemari sayang?" Jawab Jeny kecewa mendengar pertanyaan Aldigar yang seolah-olah tak senang dengan kedatangannya itu. Pasalnya Aldigar juga belom tersenyum setelah melihat kehadirannya ini. Lebih terkesan ia terkejut dengan kehadirannya.

"Ma-maksudku biar aku jemput sayang." Timpal Aldigar kembali, untung dia cemerlang untuk cepat mencari alasan.

"Ohh gitu.., makasih sayang. Aku tahu kamu sibuk. Jadi aku datang sendiri saja kesini." Jeny langsung merangkul Aldigar manja. Ia tidak peduli dengan kehadiran sekretarisnya diruang sebelah. Bahkan ia sendiri juga tak menganggap akan kehadirannya di ruangan ini, lebih tepatnya ia tidak peduli.

"Sayang, bagaimana kalau kita makan siang di luar hari ini." Lanjutnya lagi. Jeny masih penuh dengan ekspresi kemanjaannya dan terus merangkul Aldigar.

"Makan diluar? Em--maaf sayang, siang ini aku ada meeting penting. Jadi kalau kita diner saja nanti malam gimana?" Aldigar mulai mencari alasan lagi, karena ia ingin melanjutkan pembicaraanya dengan Zeline yang amat sangat serius.

"Yahhh! Iya sudah deh boleh. Padahal aku pengin banget makan siang bareng kamu hari ini,"

"Maaf ya sayang, aku sibuk banget. Kamu harus mengerti."

"Iya sudah tidak papa sayang. Aku hanya ingin main sebentar kok disini."

Bagaimana caranya agar menyuruh Jeny pergi dari sini sekarang. Aku harus berbicara dengan Zeline, beraninya dia akan memenjarakanku!Kenapa juga dia harus hamil!

"Sayang. Bukankah disini membosankan? Kau tidak ingin berbelanja?" Apapun akan Aldigar lakukan demi menyuruh kekasihnya ini pergi secepatnya. Karena di hatinya saat ini ada hal yang bergejolak dan bahkan sedari tadi ia terus mencoba menatap Zeline yang sepertinya sangat marah padanya.

"Belanja?" Mendengar itu membuat Jeny langsung tertarik,tetapi ia tidak boleh terlihat terlalu serakah dihadapan kekasihnya ini. Walaupun sejujurnya ia sangat senang dan belanja adalah hobinya, namun ia harus tetap bersikap baik didepan Aldigar.

"Kemaren bukankah kita sudah berbelanja sayang. Jika berbelanja lagi aku tidak enak dengamu," Pintar sekali Jeny mengelak, padahal hatinya sedang berbunga-bunga seribu rupa jika disuruh berbelanja seperti ini.

"Kalau begitu berbelanjalah lagi sayang. Kamu pakai kartu ini. Berbelanjalah sepuasmu. Ya, aku harus segera meeting."

"Aahh..benarkah sayang?"

"Iya sayang tentu saja. Aku tidak mungkin meninggalkanmu meeting sendirian disini, nanti kamu bosan. Jika kamu senang, shopping dan jalan-jalan akupun jadi tenang juga meetingnya. Soalnya aku buru-buru."

Ihhh senangnya aku!

Senangnya suasana hati Jeny sekarang, tidak seperti hati kedua mahluk itu yang sedang bersitegang.

"Ya sudah. Apa aku boleh pergi belanja sekarang sayang?"

"Yahhh. Tentu saja boleh dong sayang. Nanti kamu kabarin aku saja ya. Hati-hati saat berbelanja."

"Iya sayang,terimakasih." Jeny langsung memeluk Aldigar hangat.

"Dahhh sayang..." Begitu senangnya Jeny, ia bahkan buru-buru pergi untuk berbelanja.

Syukurlah Jeny mau pergi juga.

Aldigar pun merasa lega, namun waktu makan siang tiba bersamaan dengan kepergian Jeny. Zeline sudah berdiri dari duduknya, ia juga ingin segera pergi keluar dari ruangan itu. Sendari tadi ia juga menahan muak dan membuatnya tidak bisa berkonsentrasi saat bekerja.

"Kau mau kemana? Aku belom menyuruhmu keluar!" Aldigar sudah mendekati Zeline yang akan pergi juga dari ruangan itu.

"Ini sudah jam istirahat. Anda tidak berhak melarangku pergi!" Pekik Zeline dengan nada marahnya. Sungguh ia begitu kecewa dengan sikap Aldigar tadi.

"Iya, tapi kita belom selesai bicara." Bahkan sekarang Aldigar memilih untuk menahan pintu itu.

"Bicara? Bicara apalagi? Bukankah Anda tak percaya akan ini!"

"Itu beneran anakku?"

Lelaki ini benar-benar!

Pertanyaan yang sungguh membuat Zeline semakin melotot.

Ia bahkan sudah bergerak mengangkat tangannya ingin menamparnya lagi, namun sudah berhasil dicegat kuat oleh Aldigar.

"Aku hanya ingin memastikannya saja! Jika benar iya, aku pun tidak bisa berbuat lebih. Karena sebentar lagi aku juga akan menikah. Kamu juga tahu itu, keluargaku pun tidak mungkin akan menerima ini. Aku sendiri juga tidak sepenuhnya percaya padamu. Jangan merusak reputasiku dan keluargaku Zeline! Jika kau butuh uang lagi katakanlah. Akan ku berikan seberapapun uang yang kau mau. Asalkan urusanku denganmu ini selesai. Terserah anak ini mau kau apakan. Aku benar-benar tidak tahu!"

Air mata sudah menganak begitu cepat di ujung mata Zeline, bahkan sudah berderai begitu saja mendengar semua perkataan Aldigar sekarang. Ya, bagaimana tidak? Ia begitu tega mengatakan hal ini pada Zeline hingga membuatnya begitu sakit setelah diperkosanya.

"Aku harus membayarmu berapa lagi? 1miliar? 2 miliar? Atau 5 miliar? Sebutkan! Sebutkan berapa saja yang kamu mau Zeline? Asalkan urusanku denganmu selesai!"

"Anda pikir aku ini gila uang! Apakah semua uang Anda bisa menggantikan kembali keperawanan ku? Bagaimana jika ibuku tahu!Aku hanya butuh tanggungjawab Anda! Aku sama sekali tidak membutuhkan uang! Dan mulai sekarang aku resign!"

Zeline langsung mengambil tasnya ingin pulang. Ia sangat muak melihat lelaki bajingan ini terus menerus. Dilain sisi ia memang membutuhkan pekerjaan ini untuk membahagiakan sang ibu.

"Aku pastikan Anda dipenjara!" Sengit Zeline kembali. Sungguh ia ingin sekali menangis sekencang-kencangnya.

Mendengar itupun membuat Aldigar semakin kesal dan semakin menahan kepergiannya.

"Kau jangan berani macam-macam! Kau juga sudah menerima uang dariku, ini melewati kesepakatan! Mana mungkin kau bisa memenjarakanku? Jika keluargaku sampai tahu hal ini maka bukan hanya hidupmu yang terancam, tetapi hidup keluargamu juga Zeline. Karena mereka pasti lebih memilih menghancurkanmu dari pada merusak reputasiku di kelurga ini."

"Apa Anda bilang! Anda bilang apa tadi? Anda yang memperkosaku dan sekarang Anda juga mengancam ku???" Zeline semakin tak habis pikir dengannya.

Ia mulai terpuruk lemas mengingat keluarga Aldigar adalah keluarga yang paling berpengaruh dikota ini. Ia tidak menyangka jika hidupnya akan sehina ini. Bahkan anak buahnya pun tak terhitung jumlahnya. Iya benar, mereka bisa melakukan apa saja dengan uangnya, termasuk menghancurkan keluarganya hanya dengan 1 sentilan.

Ternyata benar adanya, didunia tidak ada keadilan bagi orang miskin sepertiku. Uang adalah rajanya dan karena uang mereka bisa melakukan segalanya. Termasuk memperkosa dan memperlakukan ku seperti ini!

"Kau yakin akan melanjutkan dan melahirkan anak ini???" Tanya Aldigar kembali untuk menyakinkan sekretarisnya itu. Tentu saja ini membuat Zeline semakin sakit menatap Aldigar.

Apa maksudnya? Apa dia menginginkanku tuk menggugurkannya?

2. Flashback 1 (Menghadiri pesta)

"Anda pikir aku akan menggugurkannya? Dosaku akan semakin banyak jika aku melakukan hal ini! Satu hal yang aku tahu dari diri Anda sekarang! Kau hanya senang berbuat! Tapi Anda adalah seorang lelaki yang tak bertanggungjawab! Dan Anda juga lelaki yang tak pernah tahu apa itu arti dosa!" Maki Zeline padanya, ini adalah bentuk rasa sakitnya yang teramat sangat mendalam.

"Oke! Aku akan bertanggungjawab! Jaga perkataanmu itu. Aku benci mendengarnya!

Kau juga tidak boleh resign. Kau harus terus dalam pengawasan ku. Sampai anak ini lahir kita lakukan tes DNA. Karena aku juga tidak sepenuhnya percaya padamu. Bisa jadi kau melakukan ini karena ingin uang lagi kan?"

Jadi hanya karena uang itu dia mengira aku ini gila uang!

"Akanku berikan lelaki juga yang akan menjagamu nanti dan mengakuinya sebagai ayah anak ini di hadapan publik. Ini demi kebaikanmu juga."

"Demi kebaikanku? Bukankah ini hanya demi kebaikan Anda semata! Demi reputasi Anda dan reputasi keluarga Anda, Ya kan?!" Zeline hanya mampu menggeleng. Lelaki ini adalah lelaki bajingan yang pernah ia temui didunia ini.

"Jangan membuatku marah Zeline! Jaga ucapanmu. Cukup ikuti perintah ku jika kau ingin melahirkan anak ini dan hidupmu baik-baik saja."

Dia benar-benar tak punya hati! Bahkan dialah yang telah membuatku hamil seperti ini. Tapi dia juga yang mengancam ku.

*

*

Zeline sudah pergi dari kantor kelam itu sekarang. Hari ini ia benar-benar tidak merasakan rasa semangat dalam dirinya. Ia tidak tahu jika suatu saat nanti keluarganya akan mengetahui hal ini. Sungguh tidak ada niatan dirinya untuk menggugurkannya, karena ia tidak sejahat itu. Ia juga tidak tega. Andai saja waktu itu ia tak ikut keluar kota bersama Aldigar pasti hal ini tidak akan terjadi padanya. Lantas bagaimana jika keluarganya tahu kalau dia hamil sekarang? Setahu mereka Zeline juga anak baik-baik,tapi sekarang dia hamil. Sedangkan ia belom menikah. Aldigar pun tidak mau tanggung jawab, Ini yang terus ia pikirkan sendari tadi.

Padahal didalam lubuk hati yang paling dalam wanita mana si yang tidak menyukai Aldigar? Dia tampan, rupawan, kaya, mapan, tinggi dan pokoknya nyaris sempurna Zeline pun menyadari itu, tapi diperkosa seperti ini bukanlah impiannya sekalipun dia sendiri begitu mengaguminya.

"Lelaki brengsek! Kau hanya memikirkan dirimu sendiri! Lalu bagaimana denganku sekarang?? Seharusnya aku penjarakan saja dirimu waktu itu!"

Tapi apalah dayaku Tuhan, mungkin sebelum aku memenjarakannya aku sudah dibunuh duluan oleh keluarganya.

Hanya derai air mata yang mampu menjelaskan rasa sakitnya, terlebih mengingat kejadian waktu itu yang membuatnya semakin sakit dan tak berdaya.

Ini semua gara-gara malam itu!

**Flashback**!

Zeline begitu ingat malam itu saat dirinya menemani Aldigar di pertemuan dan pesta dihotel ternama;

"Catat poin penting yang aku bicarakan dengan Tuan Aron. Setelah ini kau boleh menikmati pestanya. Jika kau ingin istirahat atau kembali ke kamar hotelmu juga boleh. Besok kita harus pulang lebih awal dari yang lain. Karena aku ada meeting besok pagi dikantor." Jelas Aldigar pada sekertarisnya itu.

"Baik Tuan Muda." Zeline pun begitu mendengarkan apa yang dibicarakan Tuan mudanya itu bersama kliennya. Ia akan berusaha menjalankan tugasnya dengan baik di pekerjaan barunya ini. Yaitu pekerjaan menjadi sekertaris.

Setelah menyelesaikan tugasnya Zeline pun ingin menikmati pestanya sebentar. Jujur saja ia baru menghadiri acara pesta seperti ini, jadi sedikit canggung untuk bergabung dan merayakannya bersama mereka.

Tawa riang dan kebahagiaan penuh senyuman ada dimana-mana. Termasuk tawa bahagia Aldigar Harley Hans saat ini. Ia juga terlihat begitu tampan dengan pakaian formal yang melekat ditubuhnya. Bahkan caranya memegang gelas minuman terlihat begitu berkelas sudah seperti aktor-aktor keren di Tv-Tv. Siapa yang tidak menyukainya? Semua mata wanita pun tertuju padanya. Ia terlihat begitu tampan dan sempurna. Bahkan terlihat berwibawa dan bersinar walau sedang memegang gelas sekalipun.

Namun Aldigar tidak minum minuman itu, ia hanya menghormati rekan kerjanya saja dan hanya ikut bersulang.

Saat malam sudah mulai larut Zeline memilih masuk ke kamar hotelnya dengan lesu. Ia sangat kecapean hari ini setelah menghadiri pesta besar. Ternyata pesta orang kaya seperti ini, pikirnya.

Minuman beralkohol ada dimana-mana, wanita cantik dan seksi juga ada disetiap sudutnya. Ia juga mengenakan pakaian yang cukup feminim hari ini, pakaian dress pesta tentunya. Belahan dress yang menampakkan putih mulus pahanya juga membuatnya risih saat ditatap banyak orang. Namun karena tuntutan kerja dan perintah atasannya ia harus mengenakan pakaian seperti itu demi menjadi image sang bos. Ia juga tidak ingin terlihat kampungan ataupun memalukan dihadapan yang lain, makanya ia memakai pakaian itu yang diberikan oleh Aldigar.

"Aduhh perih sekali!"

Sebenarnya Zeline tidak terbiasa juga memakai sepatu hak tinggi seperti ini, sekarang kakinya lecet dan terasa perih, makannya ia memilih meninggalkan pestanya saja tadi.

3. Flashback 2 (Merasa Aneh)

Sementara saat ini Aldigar masih menikmati pestanya. Biasanya ia selalu diikuti tangan kanannya Finn, namun dia sedang memiliki urusan diluar kota. Bahkan kabarnya ia sedang sakit, jadi ia tidak bisa menghadiri acara itu. Makannya Aldigar memilih membawa sekertarisnya untuk menggantikan Finn agar berjaga-jaga untuk mencatat poin penting di beberapa pertemuannya dengan klien.

"Aldigar. Nikmatilah pesta ini. Kamu juga harus minum. Aku memesannya dari orang belakangan. Ini hanya minuman biasa, 0 % alkohol. Setidaknya kita pura-pura minum seperti mereka." Ujar Jordan mengulurkan 1 gelas dari 2 gelas yang ada ditangannya. Ia sangat tahu kepribadian Aldigar. Jadi ia tidak memberikan minuman beralkohol padanya agar tidak memabukkan. Jordan adalah saudara dekatnya Aldigar, jadi sudah sepantasnya ia sangat tahu kalau Aldigar tidak suka minum.

Bahkan setelah minum minuman dari Jordan yang hanya sirup anggur biasa, Aldigar pun langsung menggelengkan kepala dan langsung meminum air putih setelah melihat pelayan mendekat membawa air putih dinampannya, karena ia sungguh tidak menyukai minuman seperti itu walupun hanya sirup.

Pesta ini berjalan dengan lancar. Aldigar menikmati semua itu dengan penuh senyuman. Namun sekitar 15 menit berlalu ia merasa sedikit pusing kepala dan ada rasa yang bergejolak di tubuhnya.

"Jordan. Aku tinggal sebentar. Kamu nikmatilah pesta ini. Kamu memesankan kamarku dinomor berapa?"

"Nomor 206 Al. Kamu mau naik ke atas? Bukankah pestanya belom usai?"

"Aku hanya ingin istirahat."

Ada apa dengan tubuhku?

"Ya sudah. Sebentar lagi aku akan menyusulmu."

"Yah. Nikmatilah pestanya..."

Aldigar segera naik ke lantai atas untuk menunju ke kamarnya sambil menahan hasrat. Entah darimana datangnya hasrat itu, ia juga belum mengerti. Menurutnya sekertarisnya Zeline juga sudah ke lantai atas sejak tadi, jadi ia tidak ingin mengganggunya, karena memang waktu kerjanya telah habis.

Sedangkan Zeline memang sudah naik sendari tadi, ia merasa begitu capek dan lelah. Ia sedang berada dikamar hotelnya sekarang.

Kehidupan orang kaya memang terlihat membahagiakan ya? Mereka terlihat begitu menikmati pestanya, sedangkan aku? Jangankan menikmati pestanya sambil berjoget! Baru memakai sepatu heels sebentar saja kakiku sudah pegel dan lecet begini.

"Awww. Perih sekali!" Pekik Zeline sambil menaikan 1 kakinya untuk mengusap lembut tumitnya yang tergores itu. Hingga terpampang jelas kedua pahanya yang seksi terekspos dipinggir ranjang itu, karena dressnya yang modis dan model berbelah di pahanya membuatnya terlihat cantik dan seksi juga karena penampilannya.

Bahkan sedikit terbuka kedua paha itu dengan penampakan yang begitu menggoda sesuai lekukan garis gaun yang melekat pas ditubuhnya.

Dia saksi sekali.

Rasanya aku ingin...

Astaga, apa yang aku lihat! Ada apa denganku?

Lumayan juga dia berdandan seperti itu? Tapi kenapa juga aku tiba-tiba merasa begini---

"Ya ampun Tuan! Apa yang Anda lakukan disini?" Setelah menyadari ada kehadiran seseorang Zeline langsung terkejut melihat sang bos yang sedang memperhatikannya hingga bergegas menurunkan kakinya.

"Kenapa kamu disini? Seharusnya aku yang bertanya?" Tanya Aldigar balik dengan nada rendahnya, bahkan pikirannya masih terbayang kaki Zeline yang terangkat tadi.

"Di-disini? Bukankah ini kamar saya Tuan? Katanya kamarku di nomor 206. Kenapa Anda kesini?"

"Ini kamarku!"

"Benarkah???" Zeline pun merasa ragu dan terkejut. Pasalnya Pak Jordan memberitahu kamar ini adalah kamar inapnya. Lalu kenapa sekarang menjadi kamar bosnya.

"Kamu mau kemana?" Tahan Aldigar yang melihatnya akan pergi. Entah kenapa matanya tertarik untuk memperhatikan tubuhnya dari ujung rambut sampai ujung kakinya yang begitu menggodanya sekarang.

"Maaf Tuan. Mungkin aku salah kamar. Aku akan pindah ke sebelah."

"Tidak usah."

"Maksudnya Tuan?"

Kenapa aku malah melarangnya pergi. Aku pasti sudah gila!

"Iya sudah pergilah cepatan!!"

Apaan sih nihh orang! Kenapa tiba-tiba jadi galak begitu? Perasaan aku tidak salah kamar. Ini benar kamarku kan? Coba aku tanya Pak Jordan lagi. Ada-ada saja pak Jordan. Kan aku jadi malu begini!

"Baik Tuan maaf."

Zeline segera pergi menuju pintu untuk meninggalkan Aldigar. Bahkan saat Zeline membelakanginya dan membuka pintu itu untuk pergi, Aldigar tidak bisa mengontrol matanya untuk tidak memperhatikan lekuk tubuhnya yang seksi, molek dan putih mulus itu dari belakang.

Aku pasti sudah gila! Kenapa tiba-tiba aku merasa ingin menyentuhnya. Kenapa tiba-tiba aku merasa ingin menerkam Zeline. Aahhhh!

"Aku pasti sudah gila!"

"Tidak-tidak! Aku harus cuci muka sekarang. Ada apa denganku?" Aldigar memilih untuk mencuci mukanya di toilet untuk menyadarkan diri.

Sekujur tubuhnya merasa aneh sekarang, bahkan terasa gerah dan panas sekali. Lebih parahnya lagi otak dan pikiran Aldigar membayangkan Zeline yang sedang mengangkat satu kakinya di pinggir ranjang tadi. Kedua paha itu? Aahh! dia benar-benar ingin menerkamnya, batinnya.

Tidak-tidak! Apa yang kau pikirkan Aldigar? Kau pasti sudah gila! Ada apa denganku?

Pekiknya didepan cermin dengan penuh kekesalan, bahkan wajahnya dipenuhi dengan butiran air berharap menyadarkan dirinya sendiri.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!