NovelToon NovelToon

Gadis Buta Milik Sang Emir

Nandara Blair

"Oh shiiiittttt!!!!"

Nandara terpaksa harus banting setir saat berada di pinggiran kota Dubai akibat seekor kuda berlari. Mobil Porsche nya pun membelok ke arah kanan dimana ada seorang gadis sedang berjalan di depan toko tembikar. Nandara yang terkejut, berusaha memanuver lagi dengan menginjak rem serta menarik handbreak namun tabrakan tidak bisa ia hindari.

Mobil Porsche klasik miliknya pun berhenti setelah menabrak tembok toko dan airbag pun keluar dari setirnya, membuat Nandara sedikit pusing. Meski demikian, pria itu berusaha sadar karena tahu dia menabrak seorang gadis.

Susah payah Nandara keluar dari mobil dan dibantu pengawalnya yang mengikuti dirinya dari belakang.

"Anda tidak apa-apa, Emir Blair?" tanya Farouq sambil membuka pintu mobil Nandara. Pengawal itu mengambil tas Prada Nandara yang berisikan ponsel dan dompetnya.

"Aku tidak apa-apa ... Gadis itu!" Nandara bergegas menghampiri gadis yang tergeletak pingsan yang sedang diperiksa Mail, pengawalnya yang lain. Pria itu terkejut ada darah saat Nandara mengangkat kepalanya.

"Kita bawa ke rumah sakit!" seru Nandara. "Panggil Paman Hamid untuk mengurus semuanya!"

Nandara langsung menggendong gadis itu ala bridal style, mengacuhkan darah menempel di baju mahalnya lalu masuk ke dalam mobil Range Rover dimana Mail langsung menyetir kencang ke rumah sakit.

"Farouq, cek isi tasnya!" perintah Nandara sambil menepuk opelan wajah gadis itu. Sepertinya dia blasteran.

Farouq mengambil tas gadis itu dan menemukan paspor Republik Indonesia. Pengawal berwajah dingin itu membuka paspornya dan tahu nama korban.

"Wening Harmanto. Usia 25 tahun." Farouq lalu melihat lagi apa isi dompet gadis itu. "Tuanku Emir, Wening Harmanto adalah putri Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi."

Nandara melongo. "Apa?"

***

Mobil Range Rover itu pun tiba di rumah sakit dan Nandara langsung membawa ke IGD tanpa memperdulikan situasinya. Pria itu tampak panik dan meminta yang terbaik dan semua orang di rumah sakit itu tahu siapa Nandara. Selain pembalap MotoGP, Nandara juga cucu Nura Jaziri Blair, mantan dokter obgyn di rumah sakit ini. Nura sudah pensiun setelah Alaric mulai tekena gejala awal diabetes.

Sebenarnya Nura merasa sayang pensiun tapi Alaric adalah pria yang bandel dikasih tahu jadi dia harus ketat mengawasi suaminya yang memang manja dari jaman pacaran.

"Emir Blair. Bisa kita bicara?"

Nandara menoleh dan melihat dua anggota kepolisian Dubai berdiri disana.

"Bisa. Mail, tolong awasi nona Wening. Farouq, temani aku," perintah Nandara.

"Baik tuanku."

Nandara pun mengikuti polisi itu ke kantor pusat sementara Mail menghubungi Radhi Blair dan Adeeva Aamir Zidane, pengacara yang juga istri Aslan Zidane, sepupu Nandara yang sedang berada di Dubai.

***

Kantor Polisi Dubai

Nandara dicecar pertanyaan oleh kepolisian Dubai yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan. Adeeva yang mendampingi iparnya itu melihat dari rekaman satelit bahwa sebenarnya, Nandara sudah berusaha menghindari Wening.

"Pak Kapten, kita lihat kalau Nanda sudah berusaha menghindari nona Wening Harmanto. Lihat ini!" ucap Adeeva sambil memperlihatkan rekaman satelit yang didapatnya dari suaminya.

Nandara tidak heran kalau Aslan bisa mendapatkan dengan cepat karena istrinya yang sedang hamil anak kedua berada di Dubai dan harus segera pulang ke New York.

"Apakah anda akan bertanggungjawab atas kejadian yang menimpa nona Wening? Dia putri duta besar Republik Indonesia, Emir Blair."

Nandara mengeraskan rahangnya. "Saya akan bertanggungjawab penuh atas nona Wening Harmanto."

***

"Bagaimana toko yang aku tabrak?" tanya Nandara saat mereka keluar dari kantor polisi.

"Minta ganti rugi lah. Oh, Porsche kamu rusak cukup parah," ucap Adeeva sambil masuk ke dalam mobil untuk pergi ke rumah sakit bersama iparnya guna mengetahui kondisi Wening.

"Ganti rugi, done."

"Porsche anda sudah diderek," lapor Farouq yang sedang menyetir.

"Aku harus kembali ke New York malam ini, Nanda. Tahu sendiri kan Singa Jelek ayah yang payah kalau bersama putranya. Kadang aku bingung, mana yang suami dan mana yang anak. Soalnya baik Aslan dan Alfareezel, sama saja!" ucap Adeeva dengan nada gemas kepada suami dan putranya yang berusia dua tahun.

"Anakmu ini cewek pula ...." kekeh Nandara.

"Doaku, jangan bar-bar macam Tantenya dan Omanya saja."

Nandara terbahak. "Sepertinya tidak mungkin deh."

Adeeva hanya menatap memelas ke adik iparnya.

***

Istana Al Azzam Blair di Dubai

"Bagaimana Nanda menabrak cewek? Dia kan selalu hati-hati!" seru Alaric heboh karena tidak menduga cucunya ken musibah.

"Aslan sudah memberikan video satelit saat kecelakaan dan memang itu bukan kesalahan Nanda, Daddy. Kita tinggal memikirkan kondisi gadis yang ditabrak Nanda. Dia masih di IGD dan putri Duta Besar Republik Indonesia. Aku sudah menghubungi dia tapi belum ada jawaban." Radhi menatap ayahnya yang dikenal dramatis dan tukang Gedhe ambeg.

"Ya ampun Nanda ... Kenapa harus nabrak anak duta besar sih!" gumam Alaric sambil memegang pelipisnya.

"Namanya juga musibah, mas. Charlotte sudah tahu, Radhie?" tanya Nura ke putranya. Menantunya, Charlotte McGregor Blair sedang berada di Italia untuk mengikuti Milan Fashion Week.

"Sudah. Tadinya mau pulang tapi aku bilang sudah bisa kita handle." Radhi tersenyum menenangkan ke ibunya. Istri Radhi, adalah salah satu pemimpin butik Morr di Timur Tengah.

"Radhi, jangan sampai kita angkat tangan soal kecelakaan ini! Memang Nanda tidak bermaksud menabrak tapi ini benar-benar musibah!" ucap Alaric.

"Iya pak Alaric," jawab Radhi.

***

Di Rumah Sakit

Nandara merasa lemas saat mendengar bahwa akibat kecelakaan itu, kepala Wening membentur trotoar cukup keras dan membuat kondisinya gegar otak.

"Apakah dia akan amnesia?" tanya Nandara ke dokter yang mengoperasi Wening. Nandara menolak untuk pergi meninggalkan gadis itu sebagai bentuk pertanggungjawaban dirinya sudah membuat Wening celaka.

"Kami belum tahu Emir Blair. Kita harus menunggu malam ini karena masa kritisnya," jawab dokter itu.

Nandara mengangguk. "Mbak Deeva, kalau mau pulang ke New York, Monggo."

"Kamu akan menunggu disini?" tanya Adeeva.

"Iya. Aku akan menunggui Wening." Nandara menoleh saat Mail datang dengan membawa duffle bag miliknya.

"Kamu berhati-hati ya. Jika ayahnya datang atau Wening sadar, lalu mereka marah-marah, diterima saja. Karena itu memang salah kamu. Oke?" Adeeva memeluk Nandara. "Yang sabar, nanti jika butuh pengacara lagi, ada Zahra yang sudah aku berikan semua berkas kamu."

"Thanks mbak Deeva. Aku sangat beruntung dibantu olehmu."

Mail mengantarkan Adeeva ke bandara untuk kembali ke New York setelah semua urusannya di Dubai selesai.

Nandara lalu masuk ke dalam kamar rawat inap Wening dimana gadis itu masih terlelap usai mendapatkan perawatan plus operasi pada kepalanya. Nandara akhirnya tahu jika Wening itu blasteran Jawa dari sang ayah dan Arab-Inggris dari sang ibu setelah mencari datanya.

Nandara menata sofa sebagai tempat tidurnya malam ini karena dia tidak mau jauh dari Wening guna memantau kondisinya. Pria itu bahkan sudah menghubungi manajernya untuk menunda jadwal latihan hingga seminggu yang membuat tim MotoGP nya jadi ikut kebakaran jenggot karena situasi pembalap andalannya.

Disaat Nandara sedang membuat kopi, terdengar suara Wening yang mulai sadar. Pria itu pun segera mendekati Wening setelah meletakkan mug kopinya.

"Halo nona Wening ..."

"Si ... Apa kamu?" tanya Wening sambil perlahan membuka matanya dan Nandara bisa melihat mata coklat gadis itu menatap kosong.

"Aku Nandara Blair... Maaf, aku tadi yang menabrak kamu ...."

"Oh ... Kamu yang menghindari kuda lari tadi ...."

"Iya. Kamu ingat?" Alhamdulillah, dia tidak amnesia - batin Nandara.

"Ingat ... Maaf ... Aku dimana?"

"Kamu di rumah sakit."

"Nandara ...."

"Ya?"

"Kenapa lampunya padam?"

Nandara terkejut. Jangan bilang ....

***

Yuhuuuu up malam Yaaaaa

Settlement gen ketujuh terakhir

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️

Wening Harmanto Buta

"Gelap? Mati lampu?" tanya Nandara.

"Iya. Apakah ... Memang padam?" Wening berusaha mengangkat tangannya.

"Eh, jangan dulu. Biar aku panggil dokter. Tangan kamu di gips!" Nandara lalu memencet bel dan tak lama dokter serta perawat pun datang.

Nandara memilih menjauh guna memberikan kesempatan pada dokter memeriksa kondisi Wening. Jantungnya berdegup kencang karena tahu, Wening mengalami kebutaan. Seperti Tante Gemininya dulu. Nandara mengacak-acak rambutnya dan tidak menduga akan seperti ini hasilnya. Aku bersyukur Wening tidak amnesia tapi aku tidak meminta dia buta juga, Ya Allah!

"Sa ... Saya buta?" tanya Wening dengan nada bergetar. "Dok ! Dokter tidak bercanda kan?"

"Nona Wening, anda mengalami benturan keras di kepala, terutama pada bagian belakang, bisa menyebabkan kebutaan. Ini terjadi karena benturan tersebut dapat merusak saraf penglihatan yang terletak di belakang bola mata, di dalam rongga kepala. Selain itu, benturan keras pada mata juga dapat menyebabkan kerusakan intraokuler, seperti pada sklera atau kornea, yang dapat menyebabkan penurunan penglihatan bahkan kebutaan," terang Dokter itu.

Nandara menyandarkan punggungnya di dinding kamar dan tanpa sadar matanya basah karena dia sudah menyebabkan seorang gadis mengalami kebutaan.

"Tapi ... Apakah ... Saya bisa melihat lagi?" Mata coklat Wening tampak basah. "Dok, saya perajin tembikar dan enam bulan lagi saya hendak mengadakan pameran di Mekkah ... Bagaimana saya bisa melakukannya? Saya tidak bisa melihat Dok! SAYA BUTA!"

Dokter itu menggenggam tangan Wening. "Saya masih observasi kondisi anda, Nona Wening. Anda harus menunggu hasil observasi kami dulu."

"Dimana Nandara? Dia yang membuat aku begini! Jangan bilang dia kabur begitu saja!" teriak Wening.

"Aku tidak akan pernah kabur dan aku akan bertanggungjawab, Wening."

"Bagaimana? Apakah kamu akan memberikan matamu ke aku?" bentak Wening dengan wajah penuh kebencian.

"Jika kamu mau."

Tiba-tiba suasana hening terasa di ruangan itu.

"Emir Blair ... Anda masih harus balapan MotoGP disini ... Bagaimana anda berkata seperti itu?" protes Dokter yang merawat Wening. Dia tidak mau jika Alaric, Nura dan Radhi main datang lalu marah-marah karena keputusan terburu-buru Emir Blair itu.

"Tidak apa-apa. Jika memang itu yang diminta ... Toh aku juga tinggal tiga musim lagi pensiun dari MotoGP, sesuai dengan target aku, hanya sampai usia 31 tahun. Baru aku fokus sebagai Emir. Aku pensiun dini juga tidak apa-apa yang penting kan nona Wening bisa melihat lagi. Tante aku juga mengalami hal yang sama dengan anda, nona Wening ... Jadi aku tahu. Dok, anda bisa memeriksa kondisi aku ... Jika cocok, donor kan saja mataku untuk nona Wening," jawab Nandara.

Wening mendengar nada serius dari Nandara dan dia tahu, Nandara adalah pembalap andalan dari tim Ducati!

"Apa kamu ... Serius Nandara?" tanya Wening.

"Serius. Aku seorang Blair dan aku tidak pernah main-main dengan ucapan aku," jawab Nandara tegas.

"Emir Blair, saya rasa ... Kita semua harus beristirahat dulu karena anda berdua baru saja mengalami kejadian yang dramatis dan membuat shock. Sebaiknya anda berdua menenangkan diri dulu dan besok sudah memiliki pemikiran yang lebih jernih. Oke?" ucap Dokter itu sambil menata bergantian antara Wening dan Nandara.

Nandara menatap Wening tanpa berkedip sementara gadis itu masih menangis karena dirinya buta.

"Kami tinggal dulu, Emir Blair, nona Wening." Dokter dan para perawat pun pergi meninggalkan Nandara dan Wening berduaan. Pria paruh baya itu tahu, mereka butuh waktu.

"Emir Blair, saya minta anda jangan impulsif. Pikirkan ke depannya," pinta Dokter tersebut dengan bahasa Arab.

"Tidak apa-apa. Aku bisa mencari donor mata tapi nona Wening, lebih membutuhkan penglihatan daripada aku. Lagipula, apa gunanya punya kakak perempuan dokter jagal?" senyum Nandara membuat Dokter itu melongo.

"Emir Blair ...."

Nandara memegang bahu Dokter itu. "It's okay. Aku yang membuatnya menjadi buta dan itu konsekwensinya."

Dokter itu hanya mengangguk. "Biar saya observasi dulu, Emir Blair. Jika ada satu hal kecil sedikit pun yang bisa membuat nona Wening bisa melihat, kami akan sampaikan pada anda. Jika tidak bisa, terpaksa harus mencari donor mata."

Nandara mengangguk. "Aku benar serius soal menjadi pendonor."

"Akan saya usahakan anda tidak perlu menjadi pendonor, Emir Blair. Saya permisi."

Nandara menutup pintu ruang rawat inap Wening dan menghampiri gadis itu. Pembalap MotoGP tersebut mengambil tissue dan mengelap air mata Wening di pipinya.

"Tidak usah sok baik sama aku, Nandara !" hardik Wening.

"Tidak sok baik tapi memang sudah kebiasaan aku jika saudara kembar aku menangis, aku yang bagian menghapus air matanya. Jadi ini reflek," jawab Nandara sambil duduk di pinggir tempat tidur Wening. "Apa kamu tidak pusing? Mau aku setting tempat tidurnya?"

"Aku lebih panik karena aku buta. Melupakan pusingku."

Nandara lalu turun dan mensetting tempat tidur Wening jadi lebih nyaman.

"Much better?" tanya Nandara.

Wening hanya mengangguk dan dirinya baru merasakan pusing yang membuatnya harus bersandar di tempat tidur.

"Kamu pusing ya? Aku bantu." Nandara memeluk bahu Wening lembut.

Meskipun Wening ingin menolak, tapi rasa pusingnya membuat dirinya pasrah dengan sikap lembut Nandara.

"Maafkan aku. Sungguh, aku sudah berusaha menghindari kamu," ucap Nandara dengan nada penuh sesal. "Aku tidak menduga ada kuda berlari padahal aku tidak ngebut."

Wening memejamkan matanya. "Berapa kecepatan kamu?"

"50-60km/jam. Aku sedang menikmati jalan bersama Porsche aku."

"Bagaimana dengan mobilmu?"

"Rusak parah tapi aku lebih menyesal membuat kamu terluka." Nandara mengambilkan segelas air putih. "Kamu sudah kentut belum?"

Wening melongo. "Nandara! Bagaimana kamu bisa bertanya hal yang ... Tidak sopan seperti itu!"

"Lho, kamu itu habis operasi jadi aku bertanya. Setelah operasi, kentut merupakan tanda penting bahwa usus kembali berfungsi normal dan sistem pencernaan pulih. Ini juga menunjukkan bahwa tidak terjadi komplikasi seperti ileus paralitik (gangguan pergerakan usus setelah operasi). Omaku dokter obgyn, jadi aku tahu sedikit banyak," jawab Nandara cuek.

Pipi Wening merona karena baru kali ini ada pria lempeng tapi bertanggung jawab.

"Sudah ... Sedikit tadi," jawabnya pelan.

"Alhamdulillah ... Ayo, minum dulu. Aku bantu. Aku tahu habis operasi itu pasti haus soalnya aku pernah mengalaminya waktu harus operasi patah tulang tangan akibat kecelakaan sepuluh tahun lalu saat masih rookie di MotoGP." Nandara membantu Wening bangun dan gadis itu baru menyadari jika dia bersandar di dada bidang Nandara.

"Pelan-pelan Wening ... Gelasnya sebelah ... Ya benar tanganmu yang itu." Nandara membantu Wening minum air putih dari gelasnya.

"Terima kasih, Nandara," ucap Wening pelan.

"Kalau kamu butuh sesuatu," Nandara meletakkan gelas itu diatas nakas sebelah tempat tidur Wening, "Panggil saja aku."

Pria bertinggi 187 cm itu pun turun dari pinggir tempat tidur Wening dan membantu gadis cantik tersebut tiduran kembali.

"Kamu tidak pergi?" tanya Wening sedikit panik karena dengan kondisi tidak bisa melihat dan dia berada di negara asing sendirian, mau tidak mau dia tergantung pada Nandara.

"Nope. Aku akan selalu menjaga kamu."

***

Yuhuuuu up malam Yaaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️🙂❤️

Keluarga Blair ke Rumah Sakit

Pagi harinya, Nandara terbangun seperti biasanya dan menuju kamar mandi untuk melaksanakan ibadah subuh. Wening mendengar suara Nandara, tampak berpikir.

"Kamu mau sholat subuh?" tanya Nandara yang sudah keluar dari kamar mandi.

"Aku ...."

"Aku sholat subuh dulu, baru nanti aku minta suster membantu kamu. Kan aku tidak bisa membantu kamu." Nandara pun melaksanakan ibadah subuhnya dan Wening bisa mendengar pria itu mengaji dengan suara pelan.

Namanya juga Emir Dubai, tidak bisa mengaji, keterlaluan - batin Wening.

Suara ponselnya berbunyi, membuat Wening dan Nandara terkejut. Wening tahu bahwa itu adalah ayahnya. Nandara pun berdiri dan menerima telepon itu.

"Assalamualaikum Duta Besar Harmanto, saya Nandara Blair ...."

Wening bisa mendengar suara ayahnya.

"Iya. Semua salah saya, Duta Besar ... Saya bersedia bertanggung jawab atas kondisi nona Wening ... Anda bisa datang kemari dan kita bicarakan tentang kondisi nona Wening," ucap Nandara dengan bahasa Indonesia fasih.

Wening terkejut pria itu bisa berbahasa Indonesia karena sebelumnya Nandara berbahasa Inggris kepadanya dan bahasa Arab pada dokternya. Berapa bahasa yang kamu bisa, wahai Emir Blair?

"Nona Wening, ayah anda," ucap Nandara sambil memberikan ponselnya ke tangan Wening.

"Halo Bapak .... " Tangis Wening pecah saat mendengar suara ayahnya dan dengan terbata-bata, gadis itu menceritakan kronologisnya. "Iya Pak ... Aku mengalami kebutaan akibat benturan keras ...."

"Ya Allah Wening ...." Duta Besar Harmanto ikut terisak karena putri satu-satunya yang sedang liburan ke Dubai, malah mengalami musibah itu disana. "Bapak berangkat hari ini ke Dubai. Bapak kemarin sedang mengurus Haji dan ada inspeksi dari Mentri Agama. Bapak sampai kaget ditelepon oleh Emir Radhi Blair ... Kamu yang sabar ya. Tunggu bapak dan ibu datang ya."

"Iya pak. Wening tunggu ... Wa'alaikumsalam." Wening menghapus air matanya. "Nandara, kamu tidak akan pergi kan?"

"Tidak Wening. Aku kan sudah janji padamu."

Wening mengangguk dan Nandara memanggil suster wanita untuk membantu gadis itu melaksanakan ibadah subuh. Nandara memilih keluar dan tersenyum ke Farouq yang datang dengan membawakan baju-baju dari lemari Nefa yang masih baru untuk Wening.

"Terima kasih Farouq," senyum Nandara.

"Ibu Suri Nura yang membantu mengambilnya. Tuan putri Charlotte kan masih di Milan."

Nandara mengangguk. Duh, nyokap bisa heboh ini.

"Sudah Emir Blair. Nona Wening sudah melaksanakan ibadah subuh," lapor suster itu.

"Terima kasih. Oh, bisakah aku minta tolong dibantu memandikan? Ini ada baju baru yang bisa dipakai nona Wening," pinta Nandara.

"Tentu saja." Suster itu pun masuk sambil membawa tas berisikan baju baru untuk Wening.

"Bagaimana kondisinya?" tanya Farouq.

"Parah, Farouq. Nona Wening mengalami kebutaan," jawab Nandara.

"Innalilahi ... Permanen?"

"Belum tahu." Nandara melihat ayahnya datang bersama dengan Opa dan Omanya.

Radhi langsung memeluk Nandara. "Kamu baik-baik saja?"

Nandara mengangguk. Alaric dan Nura bergantian memeluk cucunya yang sedang galau.

"Bagaimana Wening?" tanya Nura.

"Buta, Oma."

Semua anggota keluarga Blair terkejut.

"Ya Allah ... Terus gimana? Apa permanen?" tanya Alaric.

"Kalau Wening butuh donor, aku bersedia memberikan mataku untuknya. Opa, aku yang sudah mengambil penglihatannya ... Wening mau pameran tembikar enam bulan lagi di Mekkah ... Aku tidak apa-apa mundur dari MotoGP."

"Tunggu, anak lanang!" potong Radhi berusaha menghilangkan rasa terkejutnya. "Bagaimana bisa kamu bersedia memberikan matamu ke Wening? Bagaimana dengan kamu sendiri?"

"Kan ada dokter jagal ...."

"Tidak gitu juga Nanda! Kamu jangan terburu-buru mengambil keputusan! Kamu masih ada lima balapan lagi di MotoGP! Daddy tahu kamu mau pensiun tiga musim lagi tapi jangan seperti ini Nanda!" Radhi benar-benar marah dengan keputusan Nandara, putra bungsunya karena lahir lima menit setelah Nefa.

"Dad ...."

"Tunggu sampai Mommy kamu dan Nefa datang! Ini tidak benar Nanda! Daddy menentang kamu memberikan mata kamu ke Wening!"

Nandara hanya bisa diam.

"Biar Oma melihat Wening dulu," ucap Nura karena tahu tiga pria tiga generasi ini sedang emosi tinggi.

***

Wening merasa mendengar pintu terbuka dan harum parfum lembut tercium di hidungnya. Dia memang kurang 24 jam menjadi buta tapi sebagai seniman, Wening terbiasa mengerahkan semua inderanya dan sekarang, penglihatannya hilang, indera yang lain menjadi lebih tajam.

"Apakah ada seseorang disini?" tanya Wening.

"Dokter Nura Blair," sapa suster itu.

"Siapa sus?" tanya Wening. Apakah ibunya Nandara.

"Bukan. Aku Omanya Nandara. Salam kenal, Wening," ucap Nura lembut.

Oh, ini Omanya yang dibilang dokter oleh Nandara.

"Salam kenal Oma. Maaf kita bertemu di situasi tidak nyaman seperti ini," ucap Wening pelan.

"Bagaimana prognosis nya, Sus ?" tanya Nura.

"Masih belum bisa dipastikan buta permanen atau tidak, Dokter Nura," jawab Suster tersebut.

"Wening ... Yang sabar ya," ucap Nura sambil memegang tangan Wening. "Bajunya Nefa cukup juga di kamu."

"Nefa?"

"Saudara kembar Nandara. Dia dalam perjalanan dari New York kemari bersama suami dan dua anaknya."

Oh ya ampun.

**"

Yuhuuuu up malam Yaaaaa gaeeesss

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️🙂❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!