NovelToon NovelToon

Kembali Menjadi Kekasih Putri Mahkota Unicron

Pemuda Malang

Seorang pemuda malang bernama Qi Feng. Dia merupakan anak sah dari keluarga Qi, tapi sayangnya ibunya telah meninggal. Ayahnya menikah lagi dengan cinta pertamanya Yu Mei. Mereka mempunyai dua anak laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki bernama Qi Shi dan anak perempuan bernama Qi Wei.

Mereka bertiga, ibu dan dua anaknya selalu menyiksa Qi Feng. Di usia yang seharusnya dia mampu membangunkan akar spiritualnya untuk berkultivasi. Sayangnya dia lahir tanpa memilikinya. Saat ayahnya di rumah, ketiga orang itu berpura-pura baik padanya.

Malam bulan purnama yang indah. Semilir angin membawa keharuman bunga di malam musim semi. Ayah Qi Feng yaitu Qi Chao pulang ke rumah. Qi Chao menyayangi ketiga anaknya tanpa membedakan, tapi jauh di dalam hatinya dia masih merindukan istrinya Li Xia.

Qi Chao memasuki halaman mansionnya. Dia berjalan ke arah kamar Qi Feng dan mengetuk pintu dengan lembut.

Tok…tok…tok…

“Ini Ayah, apa kamu sudah tidur?” Ayah berkata dengan lembut.

Qi Feng yang tengah menikmati keindahan malam dengan duduk di daun jendela, segera turun menemui ayahnya.

“Tunggu sebentar Ayah! Aku datang.”

Qi Feng segera membuka pintu. Segera dia memeluk sosok ayah yang hangat itu. Seandainya ibunya tak meninggal, mungkin mereka bertiga menjadi keluarga paling harmonis.

“Ada apa?” tanya ayah.

“Tidak ada. Aku hanya merindukanmu,” kata Qi Feng berbohong.

“Baiklah, peluk saja sampai puas,” kata ayahnya sambil membalas pelukan itu dengan erat.

Pelukan itu dilepas setelah hati Qi Feng merasa jauh lebih baik. Sebenarnya dia sering tak kuat dengan perlakuan ibu tiri dan saudaranya, tapi dia tak mau ayahnya sedih jika tau.

“Apa perlu ditemani?” tanya ayah.

“Tidak perlu. Ayah pasti lelah, istirahat saja. Aku juga mau tidur.”

“Baiklah, segera tidur!” kata ayahnya sambil mengelus kepala Qi Feng.

Qi Chao pergi meninggalkan tempat anaknya. Qi Feng terus menatap punggung sang ayah sampai menghilang di belokkan. Dia kembali ke kamarnya. Jendela yang masih terbuka, membawa angin kencang ke dalam ruangan. Dia berlari dan bergegas menutup jendela.

“Anginnya kencang sekali. Untung saja kamarku tidak berantakan,” kata Qi Feng mengkhawatirkan tumpukan kertasnya.

Dia mendekati meja, di mana kertas dan bukunya berada. Selama ini dia bekerja keras mencari cara untuk berkultivasi, tapi tidak membuahkan hasil. Dia membereskan semua itu untuk diletakkan di rak. Entah ini yang ke berapa kalinya dia melakukan hal yang sama.

Buk!

Sebuah buku yang usang jatuh dari rak secara tak sengaja. Qi Feng memungutnya, dia menatap buku itu lama. Buku berjudul “Beast Tamer” itu sedikit menggugah rasa ingin tahunya. Diapun membawa buku itu ke atas tempat tidur dan membacanya sambil berbaring. Meski buku itu terlihat sangat tua, tapi tulisan di dalamnya masih jelas.

“Wah hebat sekali,” puji Qi Feng setelah membaca bagian awal buku.

Dia mengubah posisinya menjadi duduk. Buku itu makin dibaca makin menarik. Tentang seorang pengendali hewan yang tak kalah dari para kultivator. Sekarang ini pengendali hewan hampir tidak ada. Banyak orang mengira itu hanyalah mitos. Bagaimana mungkin seekor hewan bisa membantu seseorang menjadi kuat?

Dalam buku itu dijelaskan bahwa hanya hewan spiritual yang bisa dikontrak. Hal ini membuat Qi Feng mengerutkan dahi.

“Di mana aku bisa mendapatkan hewan spiritual?”

“Sepertinya aku bisa mencari informasi tentang habitat mereka dulu dan aku akan mencoba menjadi pengendali hewan,” katanya penuh semangat.

...****************...

Pagi harinya, Qi Feng menemui ayahnya untuk meminta uang.

Brak!

Pintu ruang kerja dibuka. Ayah Qi Feng sedang membaca dokumen. Dia melihat putranya di depan pintu. Qi Feng melangkah masuk dan mendekati ayahnya.

“Ada apa mencariku?” tanya ayah dingin.

“Apakah aku tak boleh menemuimu? Jahat,” kata Qi Feng sambil terus berpura-pura memijat baju ayahnya.

“Mau apa katakan saja?” tanya ayah yang sudah hafal siasat putranya.

“Aku ingin uang untuk beli buku,” kata Qi Feng.

“Baiklah, ambil ini!” kata ayah menyerahkan sebuah kantong penuh  uang.

Qi Feng menerimanya dan mengucapkan, “Terima kasih.”

Lalu, pergi meninggalkan. Qi Chao yang melihat kelakuan putranya hanya bisa menggelengkan kepala.

Tanpa diduga, ibu tiri Qi Feng melihat kejadian itu. Dia sangat iri pada bocah yang selalu dimanja oleh ayahnya.

"Qi Shi dan Qi Wei juga anaknya, tapi mereka belum pernah dimanja oleh ayahnya. Huh, dasar Pak Tua yang pilih kasih," gerutu Yu Mei.

Pintu ruang kerja Qi Chao yang masih terbuka lebar membuat Yu Mei memulai aksinya juga. Dia masuk sambil menyapa mesra suaminya.

"Sayang!" panggilnya penuh godaan.

Yu Mei duduk di alas dan berhadapan langsung dengan suaminya. Dia memegang batang tinta dan mulai menggilingnya di atas batu tinta. Qi Chao mengabaikannya, membuat Yu Mei makin agresif.

Wajah Qi Chao dipegang dengan kedua tangan Yu Mei untuk mengarahkan pada dirinya.

"Lihat aku Sayang!" kata Yu Mei sambil cemberut.

"Ah, ada apa? Bisakah kau lepaskan dulu tanganmu?"

Yu Mei segera melepaskannya. Qi Chao meletakkan dokumen yang dibacanya. Barulah ia memulai pembicaraan dengan istri keduanya.

"Kenapa kau hanya memberi Qi Feng sekantong penuh uang? Apakah kau melupakan dua anakmu yang lain? Mereka juga butuh."

Yu Mei yang masih cemberut, meski sudah mengungkapkan keinginannya. Dia melipat kedua tangan di bawah dada dan memalingkan wajah dari suaminya. Akhirnya Qi Chao harus turun tangan untuk membujuknya.

"Qi Shi dan Qi Wei juga anakku. Aku pasti memberi mereka uang juga," kata Qi Chao dengan lembut di belakang istrinya.

"Benarkah?" tanya Yu Mei bersemangat.

Qi Chao mengangguk dan mengambil dua kantong uang untuk dua anaknya yang lain. Dia menyerahkan keduanya pada istrinya.

"Ini berikan saja pada mereka. Aku masih sibuk," kata Qi Chao beralasan.

Yu Mei sangat senang menerima pemberian itu. Dia segera mengecup pipi suaminya dan berlari ke luar.

"Tutup pintunya!" pinta Qi Chao yang tak didengar.

Sebelumnya demi alasan ketenangan untuk bekerja, Qi Chao mengusir pelayan di sekitar tempat kerjanya. Jadi dengan malas dia berdiri untuk menutup pintu itu sendiri.

"Apakah anak dan istriku tak merindukan aku?"

"Aku bekerja untuk kehidupan mereka, tapi mereka hanya ingin uangku."

Qi Chao terus berbicara sendiri setelah menutup pintu.

...****************...

Qi Feng berjalan menuju toko tempat penjualan buku bekas seperti biasa.

"Pagi Bos!" sapa Qi Feng pada pemilik toko.

"Oh, Qi Feng. Ayo masuk!"

Qi Feng masuk ke dalam toko sambil mengedarkan pandangan.

"Buku apa yang mau kau cari?" tanya pemilik toko.

"Buku lama seperti biasanya Bos, tapi kalau bisa lebih lama lagi," kata Qi Feng.

"Pantas saja kau hanya berdiri di sini. Tak tau tempat untuk buku-buku lama," kata pemilik toko.

"Hehehe.... "

"Ayo ikuti aku!" ajak pemilik toko.

Pemilik toko membawa Qi Feng ke sudut ruangan. Dia tampak meraba-raba tembok dan menekan sesuatu.

Krek....

Harta Karun

Pintu tua itu terbuka dengan decitan keras. Ruangan penuh debu dan jaring laba-laba itu menambah kesan tak pernah dikunjungi apalagi dibersihkan. Qi Feng dan Bos Bao masuk sambil mengibaskan tangan di depan wajah.

"Uhuk uhuk"

Qi Feng terbatuk oleh debu yang beterbangan. Bos Bao maju ke rak-rak tua itu. Dia mengusap bagian jenis buku yang tertutup debu.

"Qi Feng kalau mau bukunya cepat bantu cari!"

Tak perlu diperintah dua kali, Qi Feng juga ikut mencari rak tentang kultivasi ataupun pengendali hewan jika masih ada. Rak demi rak telah dicek, tapi sepertinya belum ada hasil.

"Aneh, harusnya ada. Ini gudang buku-buku lama dari jaman nenek moyangku. Apalagi dia itu seorang kolektor buku. Pasti ada kok," kata bos Bao yakin.

"Iya aku percaya sama Bos Bao. Mari kita cari lagi! "

Mereka mulai membaca judul buku-buku di rak tentang kultivasi itu dekat dengan pengendali hewan yang dicari. Barangkali terselip di sana. Beruntung Qi Feng menemukannya secara tak sengaja.

Sebuah buku dilantai, terlihat usang dan dipenuhi debu yang tak sengaja diinjak olehnya. Dia memungut dan membersihkannya. Sederet kata yang menggembirakan untuknya.

"Pengendali hewan. Bos Bao aku sudah menemukannya!" teriak Qi Feng.

Bos Bao menghampiri, dia melihat buku usang yang dipegang Qi Feng.

"Buku yang sangat tua," pendapatnya.

"Tak apa yang penting masih terbaca dan sepertinya ini lebih lengkap dari yang di rumah," kata Qi Feng senang.

"Ambil saja itu uttukmu," kata Bos Bao.

"Jangan aku bakal bayar mahal untuk ini!"

Qi Feng memberikan separuh uang dari kantongnya. Bos Bao menerimanya.

"Terima kasih Qi Feng."

"Em," kata Qi Feng sambil mengangguk.

Mereka keluar dari tempat itu dan menguncinya lagi. Qi Feng masih penasaran pada ruangan itu.

"Bos Bao, kenapa ruangan itu tak pernah dibersihkan?"

"Itu hanya buku-buku lama yang tak banyak peminatnya. Makanya ditaruh sana, tak ada yang mengurus. Jadi tempat itu kotor," jelas bos Bao.

"Kalau begitu aku pulang dulu Bos. Sampai jumpa lagi," kata Qi Feng melambaikan tangan sambil berlari.

Bos Bao membalas lambaian tangan Qi Feng. Dia menatap dengan sedih pemuda malang yang tak memiliki akar spiritual itu.

...****************...

Tiba di rumah Qi Feng bergegas menuju kamarnya, tapi dihadang oleh ibu tiri dan dua saudaranya.

"Qi Feng, kamu belum makan sarapannya?" yang ibu tiri dengan lembut.

"Belum," jawab Qi Feng dingin.

"Nanti kamu sakit," katanya pura-pura khawatir.

Qi Feng hanya diam. Kedua saudara itu juga menatapnya dengan remeh. Qi Feng menguatkan pegangan pada buku yang baru diperoleh.

"Wah Kakak punya buku baru, tapi kenapa jelek sekali," ejek Qi Wei.

"Buku apa yang bisa dicarinya? Orang tanpa akar spiritual hanyalah sampah," kata Qi Shi menambahkan.

"Kalian berdua apa lupa ayah ada di rumah?" bentak ibunya.

"Maaf Bu," kata mereka bersamaan.

Qi Chao yang keluar dari ruang kerja melihat keramaian diantara istri dan anak-anaknya. Dia juga ingin bergabung.

"Kenapa ramai sekali di sini?"

Semua orang menoleh ke arah suara dan melihat ayahnya. Qi Wei langsung memeluk manja ayahnya.

"Ayah, aku ingin baju baru," rengeknya.

"Iya akan Ayah belikan untuk kalian semua," kata Qi Chao.

Qi Wei yang mendapatkan jawab tersenyum palsu. Di balik senyumnya tersimpan rasa jengkel karena ayahnya memperlakukan semua saudaranya dengan setara.

"Apa artinya aku sebagai anak gadis satu-satunya?" kata Qi Wei dalam hati.

"Maaf Ayah, aku tak bisa ikut makan bersama. Aku mau ke kamar dulu," kata Qi Feng menghindar.

Qi Chao yang melihat putranya pergi merasa sedikit kecewa karena dia ingin makan bersamanya. Yu Mei melihat suaminya terus memperhatikan Qi Feng yang pergi makin cemburu buta.

"Lepaskan Ayahmu!" pinta ibu pada Qi Wei.

Qi Wei dengan terpaksa melepas pelukan itu. Padahal dia berencana meminta hal lain yang lebih dari sekedar baju. Ibunya merusak rencananya huh.

Qi Chao yang terbebas dari putrinya malah terjerat dengan istrinya sebelum mengejar Qi Feng.

"Suamiku!" kata Yu Mei sambil bergelayut manja di lengan suaminya.

"Ah, sudahlah nanti aku akan mengunjunginya," kata Qi Chao dalam hati.

"Suamiku!" teriak Yu Mei yang merasa tak dianggap.

Qi Chao segera tersadar dan menatap Yu Mei. Tatapan tanpa ada rasa cinta yang tersisa. Sejak kepergian ibu Qi Feng dia secara alami menyayanginya lebih daripada istri keduanya itu.

"Apa?"

"Ayo kita makan cemilan bersama!" ajak istrinya.

"Tapi aku belum makan sejak pagi. Bukannya lebih bagus kalau makan berat daripada sekedar makan cemilan," tolaknya halus.

Yu Mei melepas lengan suaminya dengan kasar dan cemberut.

"Kau tak lagi mencintaiku," kata Yu Mei sambil merajuk dan berbalik badan.

Qi Chao ingin membujuknya, tapi dia malas melakukan hal itu lagi dan lagi. Dia cukup muak dengan semua tingkah Yu Mei yang terus mempermasalahkan hal-hal kecil.

"Aku akan makan bersama Qi Feng," kata Qi Chao meninggalkan mereka bertiga.

Dalam perjalanan ke tempat Qi Feng, dia meminta pelayan untuk mempersiapkan makanan di tempat Qi Feng sebanyak dua porsi.

Yu Mei dan kedua anaknya menatap Qi Chao yang terkesan pilih kasih dengan jengkel.

"Bu, lihat Qi Feng lagi yang menarik perhatian Ayah," kata Qi Wei.

"Apa bagusnya dia sampai Ayah mau makan bersamanya tapa kita?" Qi Shi mengatakannya karena iri.

"Kalian berdua ada benarnya. Kita harus merebutnya," kata Yu Mei.

...****************...

Qi Feng masuk ke kamarnya dan duduk manis. Buku lusuh itu diletakkan di meja. Dia membuka halaman itu dan membacanya dengan seksama. Baru dua halaman terbaca ayahnya datang mengetuk pintu.

Tok... tok... tok...

"Qi Feng, boleh Ayah masuk?" tanya ayahnya dari luar.

"Masuk saja tidak dikunci!"

Qi Chao masuk, dia melihat putranya membaca buku. Dia berjalan mendekatinya dan duduk di depannya. Melihat putranya bekerja keras seperti ini membuat hatinya luluh.

"Qi Feng buku apa yang kamu baca?" tanya ayah.

Qi Feng mengangkat kepala melihat ayah di depannya.

"Pengendali binatang," jawabnya.

"Pengendali binatang? Bukankah kamu selalu baca buku kultivasi sebelumnya untuk mencari cara mengatasi kondisimu."

"Iya Ayah benar dan aku menemukan pengendali hewan ini secara kebetulan. Jadi aku ingin mendapat informasi lainnya."

"Informasi apa? Apakah sangat sulit?"

"Ya, karena pengendali hewan membutuhkan hewan spiritual. Sekarang ini mana ada hewan seperti itu," keluh Qi Feng yang sebenarnya hampir putus asa.

"Pengendali hewan, hewan spiritual, lokasinya pasti tidak biasa," tebak ayahnya.

Mata Qi Feng terbelalak dengan kata-kata ayahnya. Dia menatap ayahnya dengan antusias.

"Ayah tau tentang itu?" tanya Qi Feng bersemangat.

"Tidak hanya menebak saja," katanya sambil menggelengkan kepala.

"Yah..." Qi Feng kecewa mendengar jawabannya.

"Tapi aku bisa membantumu mencari tau. Siapa tau masih ada," hibur ayahnya.

"Baiklah semoga beruntung Ayah. Buku tentang itu sudah lama jadi akan sangat susah di dapatkan. Jadi Ayah jangan terlalu memaksakan diri. Masih banyak hal yang harus diurus dan itu lebih penting daripada... "

"Eh!" Qi Feng terkejut.

Orang Penting

Ayah mengelus kepala Qi Feng yang membuat pemuda itu luluh.

"Apa yang Ayah lakukan?" katanya sambil membuang muka.

"Bagaimana?"

"Baiklah aku akan menerima bantuan dari Ayah," kata Qi Feng.

Ayahnya menarik tangannya kembali. Tak lama kemudian para pelayan datang menyajikan makanan di meja.

"Apa yang Ayah lakukan?"

"Kita makan bersama," kata ayahnya sambil tersenyum.

"Sudah cukup. Mari makan dulu!" kata ayah mengambil buku Qi Feng dan menyimpannya di rak.

"Baiklah," kata Qi Feng menurut.

Mereka berdua makan bersama. Kehangatan keluarga yang selalu dirindukan Qi Feng. Berharap ini akan terus begini selamanya. Tapi sayang sudah ada beberapa orang luar yang masuk membuat kebersamaan mereka jadi terbatas.

Sebenarnya setelah selesai makan Qi Chao masih ingin bersama putranya, tapi seorang pelayan tiba-tiba masuk dengan tergesa-gesa.

"Tuan, Nyonya tidak enak badan," kata pelayan.

Qi Chao melihat putranya. Qi Feng sepertinya tak peduli lagi.

"Baiklah aku akan ke sana," kata Qi Chao sambil beranjak berdiri.

Dia melangkah keluar dari tempat Qi Feng dan berhenti sesaat untuk memberikan kata-kata.

"Carilah aku jika butuh bantuan!" kata Qi Chao sambil berlalu.

Qi Feng yang tadinya masih menunduk membaca buku yang diambilnya kembali, sedikit mendongak melihat sosok ayahnya pergi dengan rasa tak rela.

"Sepertinya dia lebih penting daripada aku," kata Qi Feng lirih.

...****************...

Qi Feng membaca buku itu sampai sore. Hal yang di dapatkan memang lebih banyak dari buku pertama. Di dalam buku kedua ini membahas mengenai berbagai jenis hewan spiritual beserta kemampuannya dan lokasinya. Sungguh beruntung melengkapi buku pertama yang lebih ke arah pengendali hewan.

Sebelum memutus akan pergi, Qi Feng sudah menyortir hewan spiritual yang lokasinya tak jauh dari tempatnya berada. Terlalu asyik dengan kegiatannya sendiri membuat perutnya keroncongan. Dia lupa makan siang dan sekarang hampir malam.

"Lebih baik aku mandi dan makan malam," kata Qi Feng sambil membereskan catatan.

"Pelayan!" panggil Qi Feng.

Pelayan yang di dekatnya segera datang, seorang pria yang berumur 30an. Dengan serbet di pundaknya dan pakaian pelayan yang lusuh. Qi Feng memandanginya.

"Apa kau baru di sini?" tanya Qi Feng.

"Benar Tuan," jawabnya sopan.

Awalnya dia curiga ini mata-mata ibu tirinya, tapi melihat sosok pria ini yang begitu kasihan sepertinya bukan darinya.

"Hanya kau sendiri?" tanya Qi Feng lagi.

Pelayan itu hanya mengangguk. Qi Feng tak lagi memedulikan itu mata-mata ibu tirinya atau bukan.

"Baiklah.Siapkan air aku ingin mandi!"

"Baik Tuan."

Beberapa saat kemudian pelayan itu kembali dan mengatakan semuanya siap. Qi Feng melangkah mengikuti pelayan itu ke tempat mandi. Qi Feng masuk sendiri dan meminta pelayan itu menunggu di luar pintu.

Di dalam kamar mandi dengan bak besar berisi air bersih, Qi Feng menanggalkan pakaiannya. Tubuh tinggi dengan daging yang tipis yang tak layak untuk dipandang. Semua itu karena penindasan tiga orang itu.

Qi Feng masuk ke bak, dia mulai menggosok tubuhnya sendiri. Di umurnya yang hampir 17 tahun, tapi tak seperti teman seumuran. Sejak lima tahun lalu di tempat untuk mengetes jenis akar spiritualnya, dia bukan lagi generasi yang diharapkan.

Ayahnya tak peduli dengan semua itu, tapi sering kali mendapatkan cemoohan. Qi Feng ingin merubahnya. Jadi selama ini ia selalu membaca buku demi buku demi secerah harapan. Meskipun dia seorang anak dari keluarga kaya, tapi tanpa kekuatan yang cukup akan sama seperti sampah.

Qi Feng yang mandi sambil melamunkan dirinya di masa lalu tak sengaja tertidur. Dalam mimpi indahnya dia menjadi sosok yang kuat dan dikagumi banyak orang. Seorang gadis cantik yang tak begitu jelas mendekatinya. Telinga Qi Feng menangkap ucapannya yang lembut.

"Kau kembali?" kata gadis itu lembut.

"Tuan Muda! Tuan Muda kenapa belum keluar? Tuan Muda!" seruan pelayan di depan pintu membangunkan Qi Feng dari mimpinya.

"Aku baik-baik saja hanya tertidur sebentar," kata Qi Feng sambil bergegas memakai baju bersih dan keluar.

Krek...

Pintu terbuka, pelayan itu menyampaikan pesan bahwa dia dipanggil ayahnya ke halaman belakang. Qi Feng yang mendengar itu mengerutkan dahinya.

"Untuk apa Ayah mengajakku ke sana? Apa ini jebakan dari ibu tiri? Tapi ada Ayah dia tak akan berani bergerak," pikir Qi Feng.

"Baiklah aku akan ke sana nanti," jawab Qi Feng sambil berjalan ke arah kamarnya.

Di dalam kamarnya, Qi Feng mengambil sebuah belati untuk berjaga-jaga sebelum menemui orang di halaman belakang.

...****************...

Halaman belakang yang menjadi tempat bertemunya ayah dan anak. Meja batu beserta kursinya sudah siap. Menu makanan lengkap dan lezat tentunya menunggu penikmatnya datang. Pemuda yang ditunggu oleh Qi Chao akhirnya datang.

"Ternyata memang Ayah," batin Qi Feng lega ini bukan jebakan ibu tirinya.

"Qi Feng cepat kemari!" panggil ayahnya.

Qi Feng melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti tadi. Dia duduk di depan ayahnya dan menatap penuh tanya.

"Ini sudah larut, Ayah makan sebanyak ini?" tanya Qi Feng.

"Hahaha... tentu saja tidak. Ini untukmu," kata ayah.

"Untukku?"

"Iya, makanlah!"

Qi Feng memakan makanan itu karena memang lapar. Dia belum makan sudah dipanggil ke halaman. Ayahnya menatap Qi Feng menyantap makanan dengan lahap senang dan tersenyum.

"Ayah tidak ingin ikut makan?"

Ayah hanya menggeleng dan berkata, "Tidak, semuanya untukmu."

Selesai makan, pelayan membereskan piring-piring di meja. Qi Feng menatap ayahnya.

"Ayah untuk apa mengajakku ke sini? Tak mungkin hanya makan saja kan."

"Iya memang ini hari spesial," kata ayahnya.

"Tunggu sebentar lagi saja sambil mengobrol santai!" ajak ayah.

"Oke," kata Qi Feng.

"Bagaimana tentang hewan spiritual yang kau cari?"

"Sudah ada beberapa yang diketahui lokasinya. Aku akan pergi ke sana untuk memeriksa."

"Kapan berangkatnya?"

"Besok atau lusa," jawab Qi Feng.

"Dengan siapa?"

"Cukup aku sendiri," jawab Qi Feng datar.

Qi Chao menghela napas berat mendengar putranya akan pergi ke luar. Apalagi dia seorang diri. Hal yang tak pernah diketahui oleh ayahnya selalu tersembunyi. Terkadang Qi Feng menyelinap pergi ke hutan untuk berburu sekedar mengisi perut. Jadi bisa dibilang Qi Feng mampu hidup di luar.

"Apa Ayah mengkhawatirkanku?" tanya Qi Feng hati-hati.

"Tentu saja. Bagaimana bisa orang tua membiarkan anaknya berjalan sendiri di tempat asing? Bagaimana jika ada orang jahat?"

"Tenang saja Ayah, aku bisa menjaga diriku sendiri. Aku sudah belajar bela diri dengan tangan kosong," kata Qi Feng menyombongkan diri.

"Bagaimana jika mereka melatih akar spiritualnya? Bukankah kamu akan dalam bahaya?"

"Memang benar kata Ayah aku tak bisa melawannya, tapi bisa kabur dari mereka."

"Terserah padamu, aku akan memberimu uang. Kau juga bisa menyewa penjaga jika mau."

"Terima kasih Ayah," kata Qi Feng sambil tersenyum.

"Ternyata aku masih penting. Buktinya aku masih bisa membuatnya khawatir," kata Qi Feng dalam hati merasa senang.

Duar! Duar! Duar!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!