NovelToon NovelToon

ASMARALOKA

PERTEMUAN

"Mia"

"Miaaa"

"Miaaaaaaaaa".......

Seseorang terus memanggil nama ku, dan aku membalikan posisi arah tidur ku.

"Tunggu 5 menit lagi mah" Ucap ku yang sambil menutup wajahku dengan selimut hangat ku

Mama pun menarik selimutnya

"Sudah jam berapa, cepat bangun"

Aku pun terbangun dengan mata yang masih setengah mengantuk dan melihat mama yang berdiri di samping dengan salah satu tangannya di pinggang sambil membawa centong sayur dan mengomel dengan centong sayurnya.

"Kamu tidak mau bangun Mama pukul kamu pakai centong ini" ucap mama yang sedang mengomel kepadaku

Aku pun terkejut melihat mama dan segera beranjak langsung melarikan diri menuju kamar mandi.

******

"Betapa hari ini aku bahagia karena sudah SMA"

Aku yang sedang merapikan seragam SMA sambil bercermin dan sesekali berputar-putar karena perasaan bahagia ku.

Kemudian terdengar suara ketukan pintu dari balik pintu kamar ku, aku pun membukanya perlahan dan melihat mama yang sudah berdiri di depan ku

"Kamu sudah siap belum, Hanna sudah dari tadi menunggu tuh" Ucap mama yang berdiri di depan pintu kamar ku

"Mama ga bawa centong sayur lagi" Aku memperhatikan mama untuk memastikan bahwa mama tidak lagi membawa centong sayur untuk memukul ku

"Kamu nih beneran minta di pukul pakai centong sayur ya" Ucap mama yang sedikit marah

"Ah engga ko ma, aku kan cuma tanya" jawab ku ketakutan

"Kamu sudah SMA biasakan diri kamu untuk ga bersikap kekanak-kanakan lagi" oceh mama kembali

Aku pun membuka pintu dengan lebar dan dengan lantang mengatakan kepada mama

"Aku siap menjadi dewasa dan akan menemukan pacar"

"Apa kamu bilang" Mama terkejut mendengar perkataan ku

Aku sangat takut melihat mama marah dan segera mengambil tas dan keluar kamar

"Aku berangkat"

******

Sesampainya di sekolah Aku dan teman ku Hanna terkagum melihat sekolahan baru ku juga murid-murid yang berdatangan menggunakan seragam barunya.

"Bau-bau baru ya" Ucap ku sambil menghirup aroma udara di sekolah baru

"Yuk kita masuk" Ucap Hanna mengajak ku

Aku dan Hanna memasuki gerbang pintu masuk sekolah

"Hanna semoga kita satu kelas"

"Aku juga berharap kita tetap satu kelas" Ucap Hanna yang sambil tersenyum

"Kita cari mading dan lihat yuk" ajakku kepada Hanna

Akhirnya aku dan Hanna menyusuri koridor sekolah untuk mencari mading dan mencari nama kami berdua di mading sekolah.

"Ramai sekali Mia" Ucap Hanna

"Terobos aja" Akhirnya aku menerobos murid-murid yang sedang berkumpul di depan mading

Aku segera mencari nama ku juga nama Hanna dan akhirnya aku menemukan nama ku berada di kelas 1-3 juga bersama Hanna.

Aku bergegas keluar dari kerumunan murid-murid

"Hannaaaaaaa" Aku yang berteriak dengan semangat

"Mia aku dengar ko, jadi ga usah teriak" Ucap Hanna yang menahan malu karena ulah ku yang berteriak memanggilnya

"Akhirnya kita satu kelas" Ucap ku yang masih bersemangat

"Serius kamu Mia, akhirnya" Ucap Hanna yang ikut bahagia

Aku dan Hanna pun sangat bahagia karena aku dan Hanna masih bisa sama-sama, Aku dan Hanna adalah teman sedari SMP kami selalu berharap agar tidak terpisahkan meski berbeda kelas. Hanna adalah anak perempuan yang begitu feminim juga dengan gaya rambut pendeknya namun terkadang dia sangat mengkhawatirkan aku karena aku yang selalu bertingkah.

"Ok, kalau begitu siapa yang duluan sampai kelas dan yang terakhir teraktir aku jajan di kantin" Ucap ku menantang Hanna

"Hahhhh" Hanna terkejut

"Mulaiii...... " Aku pun berlari terlebih dahulu

"Tunggu..... " Ucap Hanna yang tertinggal oleh ku

Aku terus berlari meninggalkan Hanna, aku dan Hanna memang selalu membuat tantangan, aku pun terlalu bersemangat sampai-sampai aku menabrak seseorang hingga kami berdua terjatuh.

"Arggggghhhhhh" Aku berteriak karena rok ku sedikit membuka paha ku

"Aduhhhhh" Suara seseorang yang telah aku tabrak

"Miaaaa" Ucap Hanna yang sudah menyusul ku

Aku segera bangkit lalu menolong pria yang telah ku tabrak

"Maaf ya" Ucap ku kepada pria itu yang segera bangkit

Dan aku melihat pria itu penuh dengan aura yang sangat menakutkan ku pikir apakah dia sangat marah

"Kenapa harus berlarian di gedung SMA mengapa ga di taman kanak-kanak saja" Ucap pria itu begitu dingin

Hah apa katanya itu menusuk ku, ucapannya menusuk ku dia anggap aku anak-anak

"Mia cepat minta maaf" Ucap Hanna yang sedikit khawatir

"Kan tadi sudah minta maaf" aku sedikit mengeyel

"Buang-buang waktu untuk bermain dengan anak-anak" Pria itu segera pergi meninggalkan kami berdua

"Mia kita memang bukan lagi anak-anak, lebih baik kita jalan aja" ucap Hanna

Aku sedikit tersinggung oleh ucapannya, namun ada benarnya kami sudah SMA bukan lagi kanak-kanak yang senang berlarian tapi aku tidak bisa hanya diam saja aku memang suka sembrono tidak bisa diam terlebih lagi aku seperti cacing kepanasan suara ku yang berisik juga semangat ku yang terlalu over.

Akhirnya kami sampai di kelas dan segera mengambil posisi yang ingin di tempati hingga akhirnya aku memilih tempat duduk paling belakang dan Hanna memilih di dekat jendela, entah mengapa duduk paling belakang memang membuat ku nyaman terlebih tidak terlalu terlihat oleh guru di depan.

Namun saat itu juga aku terkejut karena pria yang ku tabrak tadi pagi sekelas dengan ku, ia pun melihat ku dengan wajahnya yang begitu datar tanpa ekspresi, tapi hanya ada kursi yang kosong tersisa yaitu di depan ku.

Pria itu segera menghampiri tempat duduknya dan melihat ke arah ku dengan aura yang sangat dingin, tiba-tiba ibu guru pun datang dengan kacamata dan juga mengenakan kemeja warna merah jambu dan rambutnya yang hanya sepundak membuatnya terkesan lebih elegan

"Semuanya sudah mendapatkan posisinya masing-masing" Ucap bu guru

"Anu, maaf bu saya tidak kebagian tempat" Ucap pria itu yang masih berdiri

Mataku terbelalak mendengar ucapan pria itu, terlihat dengan jelas kursi yang ada dihadapan ku kosong mengapa ia bilang tidak kebagian tempat apa jangan-jangan dia tidak ingin berdekatan dengan ku, dan juga ekpresi bu guru di depan yang nampak keheranan melihatnya.

"Bukankah kamu berdiri di sebelah kursi kosong, silahkan duduk" Ucap bu guru

Pria itu akhirnya duduk di depan meja ku, sungguh dia pria yang sangat aneh.

Akhirnya kami mulai memperkenalkan diri masing-masing dan pria di depan ku berdiri dan memperkenalkan namanya dan semua mata tertuju padanya.

"Nama saya Jiro Yamada" Ucap nya

"Hanya itu" Ucap ibu guru yang bernama Dewi itu dia yang akan menjadi wali kelas di kelas ku

Jiro kembali duduk tidak menanggapi pertanyaan bu Dewi

Ya pria itu ternyata bernama Jiro dengan wajahnya yang selalu datar juga sikapnya yang begitu dingin dan hanya berbicara seperlunya.

"Selanjutnya" ucap bu Dewi melihat ke arah ku

Aku segera bangkit dari kursi ku dan memperkenalkan diri

"Nama saya Mia Elisha aku suka bersenang-senang" ucap ku yang penuh semangat

Semua orang tiba-tiba bertepuk tangan membuatku sedikit tersipu malu

"Kenapa kamu suka bersenang-senang Mia" Tanya Bu Dewi

"Ahh.. Itu... Karena Mia ga suka terlalu bersedih bu guru" Ucap ku ngasal

"Hahaha" Semua menertawakan ku kecuali Jiro

"Baik selanjutnya" ucap bu guru Dewi

Aku tidak tahu bagaimana nanti kehidupan ku di sekolah baru ku, aku berharap semua orang tidak keberatan dengan ku dan mau berteman dengan ku juga Hanna.

SUATU MASA

Sudah beberapa bulan berlalu sejak aku di sekolah baru di kehidupan SMA ku, aku mulai menyadari bahwa aku cukup di kenal oleh orang-orang di dalam kelasku bahwa aku terlalu ceria juga sangat berisik.

Aku tidak tahu aku begitu mengganggu atau tidak tapi aku cukup berteman baik dengan mereka semua dan aku memperhatikan Jiro ternyata Jiro sudah mempunyai teman walau pun hanya satu yaitu Marcel bisa di lihat bahwa Marcel sedikit pendek dari Jiro dan dia sangat menyukai olahraga basket. Marcel adalah idaman para perempuan, hihihi. Ya setidaknya Jiro mempunyai teman walau itu hanya satu.

Tapi sepertinya memang Jiro tidak pandai dalam bergaul itu pun kalau bukan karena Marcel yang terlebih dahulu mengajaknya untuk berteman mungkin sampai sekarang Jiro hanya terduduk diam sambil membaca buku atau memakai headset untuk mendengarkan musik. Aku cukup penasaran musik apa yang selalu ia dengarkan, Jiro selalu terpaku dengan dunianya sendiri bahkan dia tidak ingin mengikuti kegiatan yang lainnya di sekolah seperti club basket, voli, badminton, ataupun yang lainnya.

Aku menghibur teman-teman di kelas dengan bernyanyi ya meskipun suara ku tidak terlalu merdu

"Miaaaa, sepulang sekolah kita karaokean yuk" Ajak salah satu teman kelas ku bernama Rachel

"Serius" Jawabku dengan semangat

"Ajak juga Hanna" ucap teman ku yang lain yang bernama Kaylee

"Siappppp, ah tapi aku piket kelas" ucap ku seraya sambil menghembuskan nafas

"Yah gimana dong" tutur Kaylee

"Kalian saja deh" jawab ku

"Kalau bersama Mia lebih ramai, kalau begitu kita tunggu deh" ucap Rachel

"Arrrrghhhhh kalian baik sekali, terharu aku" ucap ku dengan penuh semangat

"Berisik sekali" Ucap Jiro pelan

Aku mendengar dia bergumam

"Hei Jiro selain baca buku dan mendengarkan musik sekali-kali kamu harus bersenang-senang" Ucap ku kepada Jiro

Namun ternyata Jiro mengabaikan perkataan ku, ya memang itulah sifatnya yang selalu mengabaikan orang lain.

Namun ketika mata ku tertuju kearah Hanna, aku melihat Hanna sedang berbincang dengan Marcel dari depan kelas, lalu Marcel pergi dari kelas tidak lama kemudian Hanna pun menyusul keluar kelas. Aku pun penasaran dan mengikutinya kemana mereka akan pergi.

Dan aku menemukan mereka berdua sedang berbincang di bawah anak tangga.

"Hanna kenapa" Ucap Marcel kepada Hanna

"Apanya yang kenapa" Jawab Hanna dengan raut wajahnya yang penuh tanda tanya

"Kamu kan mengenali ku kenapa kamu ga pernah menyapa ku" ucap Marcel

"Lalu apa untungnya" tutur Hanna

Aku tidak begitu tau Hanna dan Marcel sedang membicarakan soal apa oleh karena itu aku tidak akan lagi menguping biar ku tanya saja langsung kepada Hanna

Saat aku akan kembali ke kelas aku terkejut karena Jiro sudah berada di belakang ku dengan wajahnya yang datar itu.

"Hei Jiro kamu ko kaya hantu tiba-tiba aja muncul buat ku jantungan" Nada ku yang sambil mengomel kepada Jiro

"Selain kekanak-kanakan kau juga suka menguping urusan orang lain" Jawab Jiro yang begitu ketus

"Hah, apa kamu bilang" Aku terkejut mendengar ucapan Jiro

"Kau menguping kehidupan privasi teman mu sendiri, sungguh menjijikan" jawab Jiro dengan ketus

"Hahhhhh," Aku yang masih terkejut dengan ucapannya yang menusuk hati

Akhirnya Jiro pergi meninggalkan ku tanpa berbicara kembali, namun entah mengapa aku begitu terpesona melihat Jiro. Terkadang aku memperhatikan punggung Jiro yang ada di depan ku, Dan terkadang juga aku terkejut dengan nilai-nilai dia yang begitu istimewa jauh melampaui dengan nilai ku.

*****

"Baik siapa yang bisa menjawab soal ini" Ucap bu Dewi

"Mia Elisha" Bu guru Dewi memanggilku hingga membuyarkan lamunanku

Bu Dewi memanggilku membuat ku terkejut, karena aku tidak memperhatikan penjelasannya

"Mia silahkan jawab" pinta bu guru Dewi

Ah sial aku tidak mengerti dan juga aku sangat tidak menyukai matematika.

Aku beranjak dari kursi"Anu... Bu... Itu.., izin kan saya untuk mempelajarinya jadi berikan saya waktu untuk menemukan jawabannya" ucap ku setengah malu

"Baiklah" Jawab bu Dewi

Aku pun kembali duduk di kursiku

"Bodoh" Ucap Jiro pelan

Aku mendengar ucapan Jiro hingga membuat ku kesal dan aku menendang kursi Jiro dan membuat Jiro terkejut. Saat itulah aku pun tersadar bahwa aku memang perlu belajar agar aku tidak lagi terlihat bodoh.

Pada saat jam istirahat aku menghampiri Jiro sambil membawa buku catatan ku

"Ajari aku" Ucap ku memohon kepada Jiro

"Aku ga mau mengajari anak kecil seperti mu merepotkan" celetuk Jiro

"Hei Jiro dengar ya, kamu adalah orang yang tidak menghargai orang lain yang ingin belajar sungguh-sungguh, kamu egois" omel ku padanya

"Lalu" Jawab Jiro yg begitu singkat

"Hahhhh, masih belum mengerti juga" aku menahan untuk tidak emosi

Jiro memandangiku dengan pandangan yang sangat dingin sekali membuat ku menjadi beku dan mematung.

"Ambil kursimu" ucap Jiro

Aku masih terdiam sejenak

"Kenapa cuma diam" Ucap Jiro yang menatap ku keheranan

Aku mulai tersadar dengan semangat aku segera mengambil kursi ku lalu menatanya di samping meja Jiro

"Mia yuk ke kantin" Ajak Hanna

"Ehhh, Miaaaa" Hanna terheran melihat ku

"Hanna duluan nanti aku menyusul" ucap ku yang sedang menata buku di meja Jiro

"Eh... Ok.. Duluan ya" Ucap Hanna dan bergegas ke kantin bersama teman yang lainnya.

Jiro pun akhirnya mulai mengajariku perlahan dan aku sangat memfokuskan diri ku untuk belajar

Tukkk...

Jiro tiba-tiba saja memukul kepala ku dengan pulpennya.

"Bukan begitu, kau tuh sebenarnya ngerti ga sih" Nada Jiro yang sedikit marah

"Ehhh, salah lagi ya" Aku yang mulai frustasi

"Kau hanya hidup untuk bersenang-senang sampai melupakan sesuatu yang amat penting" Jiro mengomel

Aku terdiam sejenak

"Jiro apakah kamu lapar" ucapku yang mengalihkan pembicaraan

"Ehhh"... Ucap Jiro yang terheran

"Ahhhh, tunggu aku punya roti isi"

Aku mengambil kotak bekal ku di kolong meja ku dan segera membagi nya kepada Jiro

"Ambil" Aku menyerahkan kotak bekal ku ke hadapannya

Jiro terdiam dan memandangiku

"Ko diam, belajar pun butuh tenaga jadi harus makan" ucap ku yang langsung melahap roti isi

Jiro pun akhirnya mengambil roti isi buatan mama ku dan mulai memakannya, sambil makan kami pun lanjut belajar kembali.

Ternyata selain sikap dingin Jiro pun masih memiliki sifat yang baik hati, sesekali aku memperhatikan wajah Jiro yang tanpa ekspresi itu dan sejak saat itu juga aku sudah menyadarinya bahwa aku menyukai Jiro walaupun Jiro selalu memberikan komentar pedas terhadap ku bagiku dia sangat menarik sekali.

Wajah Jiro yang memang tidak pernah berubah sejak pertama kali bertemu sangat datar tanpa ekspresi dan juga sikapnya yang sangat dingin aku hampir tidak pernah melihat dirinya tersenyum atau bahkan tertawa Jiro selalu fokus dan serius.

"Kenapa kau melihat ku terus" ucap Jiro yang tersadar saat aku mulai memperhatikannya terus menerus

Aku tersadar bahwa aku sudah terang-terangan memperhatikan dirinya.

"Kamu suka makanannya Jiro?" Tanya ku untuk mengalihkan pembicaraan

"Ini... Enak" Jawabnya

Aku pun tersenyum mendengarnya

"Mamah ku yang membuatnya" ucapku

"Pantas" tutur Jiro

"Ehh kenapa?" tanya ku penasaran

"Anak kecil mana bisa membuatnya" Celetuknya

Arrghhhhh ucapan pedas Jiro kembali terdengar, aku kesal namun aku juga bahagia.

Dan aku tersenyum melihat Jiro yang menghabiskan bekal yang ku berikan padanya.

"Jiro memangnya kamu ga bawa sesuatu untuk di makan atau pergi membelinya ke kantin?" tanya ku

Jiro memperhatikan ku sejenak

"Ya kalau memang mau ke kantin dulu silahkan" ucap ku

Tiba-tiba saja Jiro mengeluarkan kotak bekal nya dan membukanya membuatku terkejut melihatnya.

"Arrrrrghhhhhh bilang dong kalau kamu membawa bekal" ucapku

"Kenapa?" jawab Jiro

"Eh,,,wuahhh bekal mu kelihatannya enak sekali Jiro aku ingin telur gulung mu boleh" rayu ku

Jiro memberikannya kepada ku, dan saat itu juga aku langsung memakannya.

"Enakkkkkkkkkk" Aku berteriak karena respek rasa dari telur bekal Jiro

"Telur gulung Jiro enakkkkk sekaliiiiiiiii" Sekali lagi aku berbicara sampai terdengar oleh yang lainnya

Semua mata langsung tertuju melihat ke arah ku namun aku menghiraukan nya.  Aku melihat Jiro yang sedang melihat ku dengan wajahnya yang berubah menjadi sedikit galak.

"Ehhh kenapa" Tanya ku

Jiro menghiraukan ku dan langsung melahap bekal makanannya.

"Ibu mu pasti jago masak" ucap ku mencoba mencairkan suasana

"Aku sendiri yang membuatnya" jawabnya

"Apaaaaaa" Sekali lagi aku terkejut

"Kenapa kau berbicara harus sampai berisik" ucapnya terdengar sedikit kesal

"Ehhh" aku pun menutup mulutku

"Aku ga seperti kau yang masih di buatkan makanan oleh mama mu" ucapnya lagi

"Hahhhh, itu karena mama ku sayang aku" ucapku

"Itu karena kau ga pernah mau belajar hal-hal yang lebih penting dari pada kesenangan diri sendiri" celetuk Jiro

Sekali lagi aku tertusuk oleh ucapan pedas nya Jiro, memang mulut Jiro paling bisa berkomentar sesuai fakta. Namun sejak aku SD aku hanya hidup berdua dengan mama karena mama dan papa telah bercerai saat usiaku 8tahun hingga kini aku tidak tahu keberadaan papa ku sendiri yang entah ada di mana, sejak itu mama selalu bekerja untuk mencukupi ekonomi juga kehidupan ku bahkan mama tidak ingin bahwa aku kehilangan rasa kasih sayang karena perceraian mereka oleh sebab itu mama ku selalu memanjakan ku namun terkadang mama ku juga bisa sangat menakutkan di saat sedang marah.

LANGIT CERAH

Cuaca yang sangat terik,langit yang terlihat sangat biru awan pun berkumpul bagaikan bulu domba menggumpal seperti perasaan ku yang berkumpul juga menggumpal terhadap Jiro.

"Aku akan menyatakan perasaan ku terhadap Jiro". Pikir ku

Arrgghhhh membayangkan dirinya saja aku sudah tidak karuan.

"Hei kucing apa kamu pernah jatuh cinta" Aku berbicara kepada kucing yang ada di samping ku

Langit selalu cerah begitu pun dengan kehidupan jatuh cinta ku akan ku buat cerah secerah langit nan biru di atas sana.

*****

Saat itu aku mulai memfokuskan diri untuk belajar dan sesekali aku meminta tolong kepada Jiro karena aku ingin di kelas 11 nanti aku masih ingin satu kelas dengan Jiro karena pada saat kenaikan kelas terdapat peraturan dimana anak-anak degan nilai tertinggi akan di satukan dalam kelas A dan aku akan belajar dengan sungguh-sungguh dan menyatakan perasaan ku padanya.

"Miaaaaa" Teriak Hanna

Aku pun terkejut mendengar teriakan Hanna yang memanggil ku dan membuyarkan lamunan ku

"Apa, kenapa nih"

Wajah Hanna terlihat begitu sedih"Mia"

"Ya, kenapa"tanya ku khawatir

"Entah mengapa tiba-tiba Marcel mengatakan pada ku bahwa dia menyukaiku" Hanna mulai bercerita

"Hahhh" Aku terkejut

"Sebenarnya aku dan Marcel satu SD dulu," sambung Hanna

"Lalu kenapa" tanya ku dengan heran

"Waktu itu dia mengatakan pada ku kenapa aku ga pernah menyapanya padahal aku mengenalinya, ku jawab apa untungnya" Hanna mulai bercerita

"Memang kenapa kamu ga pernah nyapa Marcel" tanya ku

"Ku pikir memang apa untungnya, lalu dia mengatakan pada ku bahwa dia menyukai ku" ucap Hanna seraya sambil menutup wajahnya

"Lalu bagaimana dengan mu Hanna?" tanya ku kembali untuk memastikan

"Saat itu aku berpikir dia hanya bercanda, jadi aku hiraukan dan pergi, tapi setelahnya dia selalu mengatakan pada ku bahwa dia menyukai ku sejak kami satu kelas di SD dulu" ucap Hanna yang terlihat sedikit tersipu malu

"Sudah jatuh cinta sejak SD, menarik sekali" Jawabku

"Ya dulu saat kelas 6 aku satu kelas dengan nya"

Wah pantas saja Marcel dan Hanna sudah seperti mengenal satu sama lain, jadi rasa penasaran ku terhadap Hanna juga Marcel terjawabkan, karena sebelumnya aku selalu melihat Marcel menghampiri Hanna atau menyuruh Hanna untuk menemuinya di suatu tempat yang pasti masih di perbatasan sekolah. Ya begitulah aku selalu melihat mereka berdua sedang berduaan entah apa yang mereka bahas aku tidak begitu tahu karena aku teringat perkataan Jiro beberapa bulan yang lalu ketika aku menguping pembicaraan Hanna dan Marcel. Setidaknya Hanna dan Marcel memiliki privasi jadi tidak pernah ku tanyakan pada Hanna.

"Lalu bagaimana" Tanya ku kembali kepada Hanna

"Aku ga begitu ngerti sama perasaan ku sendiri" ucap Hanna yang terlihat malu-malu

"Lahhh" aku terheran mendengar ucapan Hanna

"Tolong aku Mia, aku dilema" ucapnya

Sementara itu aku pun tidak begitu mengerti situasinya lalu ku biarkan Hanna untuk mengambil keputusannya sendiri.

Keesokan harinya aku sedikit terlambat dan bergegas menuju sekolah aku berlari sambil memakan sarapan kentang rebus ku. Dan tentu saja mama marah-marah sambil memegang centong sayurnya karena aku yang susah bangun di pagi hari. Sesampainya di gerbang sekolah tiba-tiba saja aku melihat Jiro yang baru saja datang, aku terpukau melihat wajah Jiro yang tersorot cahaya matahari pagi juga matanya yang sangat berbinar-binar membuat ku berdebar-debar melihatnya dan ya seperti biasa wajah Jiro yang datar tanpa ekspresi.

"Berlari sambil makan, kau benar-benar bertubuh multifungsi" Ucap Jiro

"Memang kenapa" tanya ku yang sambil mengunyah makanan

Jiro menghiraukan ku dan melewati ku, aku pun segera menyusulnya.

"Jiro kamu terlambat juga" aku bertanya basi-basi padanya

"Segera habiskan makanan mu dan masuk kelas" ucap Jiro tanpa menoleh kearah ku

"Ehhhh" Aku segera menghabiskan makananku

Aku baru tahu bahwa Jiro bisa terlambat juga, saat itu kami berjalan bersama dan karena Jiro jalan terlebih dahulu aku hanya memandangi punggung Jiro, entah mengapa aku terlalu sering melihat pemandangan punggung Jiro dari pada melihat wajahnya, hanya sesekali saja aku melihat wajah Jiro dan punggung itulah yang selalu ku pandang.

*****

"Baik untuk itu mari kita mulai rotasi bangku" Ucap ketua kelas di depan dengan tegas

"Ketua kelas kami sudah nyaman dengan tempat duduk kami" Ucap salah satu murid

"Hei, gunanya rotasi bangku supaya kalian ga cuma mengakrabkan diri dengan teman yang ada di dekat kalian, baik kita mulai dengan mengambil undian secara bergiliran"

Semuanya sedikit mengeluh dan mau tidak mau kami harus mengikuti perintah ketua kelas.

Namun pada saat pertukaran tempat mungkin aku tidak lagi memandangi punggung Jiro atau mungkin Jiro akan lebih jauh lagi dari pandanganku.

Rotasi bangku pun mulai berjalan kami mengambil nomor undian yang telah di siapkan oleh ketua kelas, saat itu juga aku mendapatkan nomor urut 20.

"Di belakang lagi, yeaaaaahhhhh" Aku bahagia karena mendapatkan rotasi bangku di bagian belakang kembali di ujung dekat dengan jendela aku pun bisa melihat pemandangan dari jendela

"Ah aku hanya pindah beberapa langkah dari tempat awalku" ucapku

Saat yang bersamaan orang yang berada di sebelahku ternyata adalah Jiro, aku pun sangat senang hingga rasanya tidak bisa menyembunyikan rasa bahagiaku.

"Hei Jiro kita berdekatan yak" Ucap ku penuh dengan semangat

Jiro mengabaikan ku, ah rasanya aku seperti berbicara dengan kulkas sangat dingin

"Hei kau mau bertukar tempat" Ucap Jiro kepada seseorang di depannya

"Setelah semuanya sudah mendapatkan tempatnya masing-masing ga ada yang boleh bertukar semau kalian" Ucap ketua kelas dengan lantang

"hahhhh" Terlihat wajah Jiro yang tidak menyukai situasinya saat itu

Jiro itu menyebalkan sekali dari awal masuk ia sudah tidak ingin berdekatan dengan ku bahkan sampai rotasi bangku yang sekarang dia masih sama, tapi mengapa aku malah jatuh cinta padanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!