Martin menyenggol bahu Kay ketika menyadari Siren yang melamun sejak tadi.
"Siren.."
Tidak ada jawaban dari Siren, gadis itu benar-benar sedang melamun. Apa yang sedang dia pikirkan sebenarnya?
"Ren.."
Kay menyenggol bahu Siren, barulah Siren menoleh sadar.
"Kenapa?"
"Lo ngelamun ditempat serame ini?"
"Enggak kok"
"Halah dari tadi dipanggil nggak nyaut sama sekali, lo ada masalah?"
Siren menggeleng lemah, Kay mendekat begitu juga dengan Martin, mereka masing-masing disebelah kanan dan kiri Siren.
"Cerita aja Ren, lo kenapa?" tanya Martin
"Gue mau putus aja sama Samuel kayaknya"
"Kenapa? Kok tiba-tiba mau putus?" tanya Kay
"Sia-sia gue pertahanin selama ini Kay, dia tetep gak bisa prioritasin gue"
Kay jadi pandang-pandangan dengan Martin dan menghela nafas setelahnya.
"Masih tetep tentang Dinar?"
Siren mengangguk.
"Udahlah emang paling bener lo putus aja sama cowok kayak gitu, gue ngerti mereka sahabat dari lama cuma kalo udah ada cewek harusnya bisa dong jaga perasaan ceweknya"
"Iya Ren, udahlah enjoy aja sedih pasti tapi jangan sampek lama ya, dia gak pantes lo tangisi"
Siren menatap Kay dan Martin secara bergantian sambil tersenyum tipis.
"Makasih ya, mau tetep support gue padahal dulu gue yang gak dengerin nasehat kalian"
"Gapapa, orang emang harus coba dulu biar tau akibatnya"
Siren tertawa kecil, dia tetap tidak siap sebenarnya untuk memutuskan hubungan tapi dia juga tidak bisa terus-menerus menahan sakit hati yang tak kunjung usai.
Samuel sudah jadi bagian dari hidupnya sejak 4 tahun lalu, dan selama itu juga Samuel tidak memperlakukan Siren dengan baik malah terkesan semena-mena dan menggampangkan setiap urusannya dengan Siren.
Tapi dulu Siren berfikir bahwa dia bisa mengubah sikap Samuel seiring berjalannya waktu, ternyata zonk.
"Mau minum nggak?"
"Nggak ah takut mabuk"
"Gapapa sekali-kali kan ada kita"
Siren menggeleng, dia baru kali ini ikut Kay dan Martin ke club malam dan dia harus tetap berhati-hati karena dia tidak tau takdir apa yang menunggu didepan sana.
"Btw...tour kita Minggu depan jadinya hari apa sih?" tanya Martin
"Sabtu lah kan kita ujian selesai hari Sabtu" jawab Siren
"Gak yakin bakal dapet nilai bagus nih, soalnya keburu kepikiran berangkat tour iya nggak sih?" ucap Martin lagi
"Ya bisa jadi sih tapi gapapa yang penting kita bisa liburan" Kay menimpali
"Naik apa kita nanti?" tanya Martin
"Naik gajah, ya bis lah Tin masa motor" jawab Kay
"Anjay...ya maksudnya naik bis, mobil, atau pesawat kah"
"Gak mungkin lah naik pesawat, secara muridnya banyak trus kita bayarnya juga nggak banyak"
"Kalo boleh sih dulu gue mau request biar naik pesawat aja, kan cepet"
"Iya elo, lah yang lain belum tentu mampu njir.."
"Iya juga sih"
"Udah ah, mending anterin gue ke kamar mandi gue kebelet bak ini" sahut Siren
"Belum tau dimana tempatnya?"
"Ya belum lah, makanya anterin"
"Anterin Kay, gue masih mau menikmati minuman seger"
Kay hanya mencebik, lalu berdiri mengajak Siren pergi. Kerlap kerlip lampu disko membuat kepala Siren pening dari tadi tapi tentu dia tahan.
"Kay lo pernah booking cewek disini?"
"Nggak lah ngapain, gue cuma minum doang kalo disini"
"Ya siapa tau, secara dalam pandangan semua orang club itu kan tempat nggak bener plus banyak cewek seksinya"
"Ya tapi gak wajib booking Ren, gue masih sayang sama diri gue sendiri"
Siren mengangguk-angguk paham, syukur lah kalau begitu dia tidak salah pilih teman.
Disepanjang jalan menuju kamar mandi ternyata banyak sekali yang berbuat mesum, entah hanya sekedar ciuman atau bahkan saling pelukan Siren sampai memegang tangan Kay karena terlalu miris dan juga takut.
Pasangan sebanyak itu tentu tidak semuanya sudah menikah atau bahkan pasangan legal kan.
"Udah sana masuk, gue tunggu disini"
"Oke"
Siren pun masuk ke dalam kamar mandi.
*
"Ren bangun Ren, udah nyampek rumah lo" Martin membangunkan Siren yang duduk di kursi belakang, sementara dirinya dan Kay duduk didepan.
"Hmm?" Siren mengucek kedua matanya.
"Udah nyampek rumah lo, masuk sana tidur dikamar biar enak" lanjut Kay
"Ohh udah nyampek, makasih ya kalo gitu gue masuk dulu"
"Iya.."
Siren turun dari mobil, lalu masuk kedalam rumah yang sepi itu, pasti dirumah hanya ada Arjuna, kakak angkatnya karena orang tuanya sedang berada diluar kota untuk kepentingan bisnis.
"Dari mana?" suara berat nya mengagetkan Siren, karena tadi lampunya tidak dinyalakan jadi Siren tidak tau kalau ada Arjuna diruang tamu.
"Ikut Kay sama Martin ke club"
"Pergaulan kamu udah makin bebas ya sekarang?"
Arjuna menyalakan lampu, dan terlihatlah dirinya yang tengah bertelanjang dada dan hanya memakai celana pendek selutut.
"Nggak, kan disana aku nggak ngapa-ngapain juga"
"Ya mana tau, mami nyuruh aku ngawasin kamu ternyata ini alasannya ya, sejak kapan kamu berani main ke tempat kotor seperti itu?"
"Kak udahlah jangan di besar-besarin, aku juga nggak minum disana"
"Yakin? Temen-temen mu nggak ngebujuk buat minum?"
"Enggak kok"
"Hebat banget kalau gitu, jangan sampek nanti kamu dilarang mami buat temenan sama dua orang itu ya"
"Kenapa harus nglarang? Mereka baik sama aku kok"
"Iya sekarang, nanti kalo ada kesempatan kamu pikir mereka bakal tetep baik? Kakak mu ini udah banyak pengalaman di banding kamu Ren, jadi jangan coba-coba dateng ke tempat kayak gitu lagi atau kamu aku aduin ke mami"
Siren menggeleng kecewa.
"Oke!"
Siren naik ke tangga dengan langkah penuh emosi, maklum lah dia tersinggung karena kenyataannya dia tidak melakukan apapun ditempat itu.
"Siren!!"
Siren tidak menghiraukan panggilan Arjuna, dia terus berjalan sampai masuk kedalam kamarnya sendiri.
Pikiran yang kalut, hati yang sakit, mana mau ujian lagi ahh Siren benar-benar pusing, dia hanya ingin tidur sekarang juga karena jam juga sudah menunjukkan pukul 11 malam.
Entah kenapa Arjuna tadi juga belum tidur, apa dia juga baru pulang? Tapi sepertinya tidak mungkin. Selembur- lemburnya Arjuna dengan pekerjaan kantornya paling lambat pulang pukul 7 malam.
"Siren!"
Siren menoleh, melihat Arjuna membuka pintu kamarnya.
"Apa lagi?"
"Kamu marah?"
"Ya kakak jangan kayak gitu, aku udah bilang disana nggak ngapa-ngapain, aku juga gak akan kesana lagi nanti"
"Ya maaf, niatku baik ngingetin kamu biar kamu nggak salah jalan"
Arjuna masuk, mendekat kepada Siren.
"Minggu depan jadi tour kan di sekolah?"
"Jadi"
"Besok ikut aku ke mall ya"
"Ngapain?"
"Katanya minta koper yang bisa dinaikin itu"
"Kakak mau beliin?"
"Iya, biar nggak capek nanti misal jalan-jalan "
"Ya kan nggak mungkin dibawa kemana-mana juga"
"Haha...ya pokoknya besok aku beliin itu"
"Makasih ya kak"
Siren menghambur ke pelukan Arjuna, Arjuna pun membalas pelukan Siren dengan erat sambil mengelus kepala Siren.
Di jam istirahat Siren memutuskan untuk menemui Samuel yang entah dia dimana, sejak kemarin laki-laki yang masih menjadi pacarnya itu tidak mengabarinya sama sekali, jadi niatnya ingin putus bukankah lebih baik daripada setiap hari makan hati.
"Mana Samuel?" tanya Siren saat tiba di kelas Samuel, dia tidak melihat adanya orang itu disini.
"Ke kantin kali, tadi soalnya sama Dinar" jawab Mia salah satu teman kelas Samuel.
Siren pun memutuskan untuk mencari Samuel di kantin, dia sudah tidak kaget lagi kalau Samuel kemana-mana bersama Dinar, dari dulu dia juga begitu tapi karena dulu Siren masih bisa berfikir positif jadi dia tidak mempermasalahkannya sama sekali.
Disana, Samuel sedang menyuapi Dinar dengan telaten. Bohong kalau Siren baik-baik saja, hatinya teramat sakit melihat pemandangan itu bahkan tangannya sampai gemetar.
"Tunggu mereka selesai makan"
Siren menoleh dan mendapati Daniel sedang berdiri disebelahnya, entah sejak kapan.
"Pasti mau marah karna Samuel kelihatan mesra sama Dinar kan?"
"Sok tau"
Daniel tertawa kecil.
"Kenapa nggak coba lo bales aja? Kita bisa makan bareng dikursi sana biar lo bisa lihat kira-kira dia cemburu nggak sama lo"
"Gue udah nggak butuh kecemburuannya kok, ngapain repot-repot nglakuin itu?"
"Emang udah putus?"
Siren menggeleng.
"Yaudah kalo gitu kenapa nggak mau?"
"Karna hari ini gue mau putusin dia"
Daniel tertawa lagi dan Siren bingung apa sebenarnya yang tengah ditertawakan Daniel ini?
"Saran gue jangan dulu putus, lo bisa balas dendam saat lo masih ada hubungan sama dia justru itu lebih baik"
"Maksud lo apa?"
"Buat dia cinta mati sama lo kalo udah berhasil baru lo tinggalin dia"
Siren mengerutkan dahi, kenapa saran Daniel terasa masuk di logika? Siren melihat kearah Samuel yang masih tidak menyadari ada Siren disini.
"Lo nggak mau dia lebih bahagia andai lo putusin dia kan? Bales semua kesakitan lo selama menjalin hubungan sama dia"
"Caranya?"
"Ikutin permainannya, dia bisa mesra sama orang lain jadi lo juga harus bisa"
"Lo yakin ujung-ujungnya dia nggak akan minta putus duluan?"
"Yakin aja, kalo dia minta putus duluan yaudah itu bukan masalah, buat dia tetep nyesel"
Siren menatap Daniel, tidak yakin dengan yang diucapkannya tapi disisi lain dia juga penasaran apakah cara itu akan berhasil.
"Percaya sama gue!"
Siren kembali melihat kearah Samuel tapi kali ini Samuel juga sedang melihat kearahnya, dan dia tidak bereaksi apa-apa karena Siren merasa marah akibat cemburu jadi dia memutuskan untuk menarik tangan Daniel dan pergi menjauh dari sana.
"Lo mau bantu gue?" tanya Siren saat mereka duduk dikursi taman.
"Boleh, tapi gue dapet apa kira-kira"
Siren memutar bola mata, dia lupa bahwa yang dihadapinya saat ini adalah orang yang paling berpengaruh di sekolah karena kecerdasannya.
"Lo mau apa?"
"Nggak ribet kok, gue cuma mau lo kirim foto ke gue sehari sekali aja"
"Buat apa? Lo mau nyantet gue?"
Daniel tertawa kecil.
"Gue bukan dukun, lakuin aja gue bantuin semaksimal mungkin sampek Samuel nyesel"
Siren tampak diam berfikir, permintaan Daniel sebenarnya cukup sepele tapi itu aneh sekali baginya.
"Fotonya foto biasa kan?"
"Iya kalo mau yang luar biasa juga boleh"
Siren membuang muka sambil berdecak sebal, padahal dia serius sekali.
"Iya biasa, waktunya juga terserah yang penting jangan lupa sehari sekali"
"Oke deal!"
Siren mengulurkan tangannya, Daniel membalas uluran tangan itu dengan erat.
"Gue bikinin kertas perjanjiannya besok"
"Kenapa harus ada kertas perjanjian segala?"
"Biar resmi, trus kalo lo nggak tepati janji gue bisa tuntut lo ke pengadilan"
"Kok gitu?" Siren langsung menarik tangannya.
Daniel tertawa kecil.
"Bercanda, pokoknya besok dateng aja ke apartemen gue! Besok Minggu kan?"
"Iya"
"Yaudah, sekarang masukin nomor lo ke handphone gue"
Daniel memberikan handphonenya pada Siren, meski ragu Siren tetap mengetik nomornya sendiri disana.
Setelah selesai, dia memberikannya lagi ke Daniel.
"Siap-siap buat bikin Samuel nyesel"
Daniel berdiri, lalu pergi meninggalkan Siren yang masih duduk diam sambil menatapnya.
*
Siren ikut gabung bersama Martin, Kay, dan Luna yang sedang duduk bersama di kelas, jam kosong memang menjadi bagian terfavorit sejak dahulu kala.
"Dari mana lo Sir?" tanya Luna
"Dari luar, lagi ngomongin apa sih kok kayak asik gitu"
"Eh..lo kemarin ngikut ini berdua ke tempat haram?"
Siren mengangguk sambil mengambil ciki yang sedang dipegang Martin, Martin melongo.
"Ya ampun gue juga mau kalo gitu, ada cowok ganteng nggak?"
"Ehmmm...." Kay berdehem seolah mengkode bahwa dirinya juga cowok ganteng.
"Seret Kay? Minum tuh!" sahut Martin.
"Haha...banyak Lun..mau milih yang mateng apa mateng banget semua ada" jawab Siren.
"Wahh mantab kalo gitu, kalian kapan kesana lagi? Gue ikut dong"
"Gak...gak ada, gak kesana lagi ya kan Mar"
"Hahaha...libur dulu Lun mau ujian bisa-bisa anjlok nilai kita"
"Tapi...kok kalian bisa masuk? Bukannya club itu buat yang udah punya KTP aja?" tanya Luna lagi
"Bisa lah, kita kan udah punya KTP"
"Elo belum kan Sir kok bisa masuk?"
"Gak tau itu Martin sama Kay, soalnya semalem gue terima beres"
Luna menatap Martin dan Kay secara bergantian, seolah menagih jawaban.
"Disogok lah.."
"Hah?? Jadi kalian semalem nyogok?" tanya Siren yang syok
Martin dan Kay sama-sama mengangguk.
"Trus habis berapa kalo gitu?"
"Urusan itu serahkan kepada yang mulia Kaylan, uangnya kan unlimited haha" jawab Martin.
"Berapa Kay?" tanya Siren
"Gak banyak kok, udahlah nanti lagi kalo selesai tour ya buat ngilangin lelah setelah bepergian, gue yang traktir" jawab Kay
"Tuhkan, Kay kurang apa lagi Lun udah kaya baik tidak sombong lagi"
"Idih kenapa jadi gue"
"Ya masa Siren, dia kan punya Samuel"
Siren jadi tidak mood mendengar nama itu.
"Ehh..btw udah putus belum Ren?" tanya Kay
"Belum"
"Emang mau putus, kenapa?" tanya Luna yang merasa ketinggalan berita.
"Biasa lah, ketempelan"
"Anjir..si Dinar lagi?"
Siren hanya tersenyum tipis.
"Kalo gue jadi elo, gue udah putusin dari hari pertama jadian"
"Lahh kocak ini orang, kalo gitu mana tau kalo akhirnya kayak begitu orangnya" sahut Martin
"Ya..abisnya gue greget banget sama lo Sir, udah tau Samuel itu nggak bisa jauh dari Dinar yang katanya sahabatnya itu, masih aja lo mau sama dia"
Martin dan Kay mengangguk-angguk setuju, sementara Siren hanya diam membenarkan ucapan Luna, dia memang bodoh karena dibutakan oleh cinta.
"Dahlah gak perlu sedih kan masih ada kita, biarin aja itu si brengsek biar jadian sekalian sama Dinar" lanjut Luna
"Sedih boleh, cuma jangan larut-larut ya Ren mau ujian ini nanti pas tour ke Bali kita harus happy" ucap Martin
Siren mengangguk, dia mengembalikan ciki Martin yang isinya sudah tandas itu.
"Habis dibalikin"
Siren sudah rapi dengan dress selutut nya, dan luarnya dia memakai cardigan karena dress-nya yukensi.
Dia dapat pesan dari Daniel yang mengiriminya alamat apartemen Daniel. Padahal sudah mau berangkat tapi kenapa dia tetap ragu.
"Kamu mau kemana Ren?" tanya Arjuna yang sedang memainkan laptop diruang tamu.
"Ke rumah temen, ada yang perlu dibahas kan besok mau ujian"
"Bahas apaan, bukannya harunya kamu belajar?"
"Iya, temenku itu kan paling pinter di satu angkatan jadi kita mau belajar bareng sama dia, siapa tau nanti bisa dapet nilai yang bagus juga"
"Cewek apa cowok?"
"Cowok"
"Sama siapa aja?"
"Sama Luna, Martin, dan Kay"
"Itu mulu temenmu"
"Ya gimana kan tiap hari emang sama mereka, masa kakak gak pernah ngalamin dulu waktu sekolah"
"Yaudah sana, pulangnya jangan kesorean"
Siren mengangguk, lalu segera keluar dari rumah, kadang-kadang sikap khawatir Arjuna melebihi orang tuanya sendiri jadi Siren merasa risih jika tiap akan pergi selalu ditanya dari akar hingga pucuknya.
Ditengah perjalanan, handphone Siren bergetar dia langsung melihatnya.
Pesan dari Samuel, masih ingat dia kalau punya pacar.
Samuel : Kamu dirumah nggak?
Siren ingin sekali mengabaikannya tapi mengingat dirumah hanya ada Arjuna jadi dia memutuskan untuk membalasnya, jangan sampai laki-laki itu benar-benar datang kerumah.
Siren : Enggak
Samuel : Lagi dimana?
Siren : Keluar sebentar
Samuel : Yaudah kabarin kalo udah pulang
Siren membuang muka, keyakinannya tentang rencana Daniel semakin memudar, bahkan setelah dua hari tidak saling mengirimi pesan sikap Samuel tetap seperti itu.
Dia benar-benar ingin marah, tapi tidak tau harus melampiaskan ke siapa.
Handphonenya bergetar lagi, awalnya Siren pikir itu Samuel lagi jadi dia cepat-cepat melihat tapi ternyata pesan dari Luna yang sepertinya mengiriminya sebuah foto.
Foto Samuel dan Dinar yang sedang saling rangkul dan wajah mereka tersenyum sumringah kearah kamera.
Luna : Dapet dari story nya Dinar, Mia yang kirimin ke gue.. Please ya putusin segera Sir gue nggak tahan lagi lihat lo sakit hati.
Air mata Serin jatuh begitu saja tanpa aba-aba, kalau begitu kenapa tadi Samuel sibuk basa-basi bertanya, laki-laki itu tidak akan datang kerumahnya, tenang saja.
Siren : Makasih Lun..
Taxi online itu tiba di halaman apartemen alamat Daniel, setelah membayar barulah Siren turun.
Langkahnya makin tidak bersemangat, apalagi saat melihat Daniel yang menunggu di lobi apartemen, pakaiannya santai tapi kenapa justru Siren melihatnya lain? Ganteng banget.
"Nggak sulit kan nemuin alamat ini?"
"Gak tau, kan gue ngasih alamatnya ke pak supir taxi tadi"
"Yaudah ayo ikut gue"
Daniel berjalan lebih dulu memasuki lift, Siren mengikuti dari belakang. Berarti Daniel kaya tapi kenapa dia menyewa apartemen apa rumah nya tidak berada dikota ini?
"Rumah lo dimana? Kok tinggalnya di apartemen?"
"Ada di Bali"
"Di Bali? Bisa pulang kampung dong liburan Minggu depan "
"Ya tergantung, dimana aja wisata yang didatengin"
"Emang rumah lo didaerah mana?"
"Denpasar"
"Oh di Ibu kota ya"
Daniel mengangguk, dia membuka pintu apartemen yang menggunakan sandi itu, Siren pun masuk juga setelah dipersilahkan masuk.
Bau harum semerbak yang menyeruak ketika Siren masuk menjadi hal yang menenangkan, apalagi didalamnya sangat bersih sekali.
Siren langsung duduk disofa yang depannya ada tv dengan layar yang sangat lebar, sepertinya matanya akan sakit jika menonton tv dengan layar selebar itu.
"Minum dulu"
Daniel menyodorkan sekaleng minuman soda.
"Masih pagi udah minum soda?"
"Gak ada yang lain, gue males bikin jus"
Siren mencebik, Daniel lalu masuk kedalam ruangan yang kemungkinan itu kamar karena terlihat dari tempat Siren didalam sana ada ranjangnya.
Siren memutuskan untuk meminum soda ini, meski dia agak kurang sesuai, mau bagaimana lagi tenggorokannya kering.
Daniel duduk tepat disebelah Siren.
"Ini yang gue bilang kemarin"
Daniel menyodorkan sebuah kertas yang didalamnya terdapat tulisan yang lumayan sedikit.
Tapi diatas nama Daniel dan nama Siren ada materai nya yang berarti ucapan Daniel kemarin serius.
"Lo serius sama yang kemarin Dan?"
"Udahlah, mau dibantu nggak? Gue lihat-lihat Samuel makin berani mesra sama Dinar"
Siren membaca terlebih dahulu isi perjanjian itu, dan ya hanya dua point.
Point 1. Daniel membantu Siren membalas dendam kepada Samuel.
Point 2. Siren bersedia mengirim fotonya setiap sehari sekali kepada Daniel.
Sekali lagi meski ragu, Siren akhirnya menanda tangani perjanjian itu. Setelah itu barulah Daniel juga bertanda tangan.
"Oke, berarti mulai hari ini lo bisa mulai kirim foto lo ke gue"
"Gue tetep nggak ngerti deh kenapa lo bisa minta foto gue, buat apa?"
"Nanti lo juga tau kok, lakuin aja dulu kan udah tanda tangan"
"Yaudah...nanti kalo gitu yang penting hari ini kan"
Daniel mengangguk.
"Lo punya nomor Samuel?" tanya Siren kemudian
"Ada"
"Kalo gitu kita bisa foto berdua sekarang nggak? Tadi Luna ngirimin gue foto dari story nya Dinar, mereka foto bareng"
"Coba lihat dulu"
"Kenapa?"
"Biar bisa lihat pose mereka, kalo lo mau balas dendam buat yang lebih mesra dari mereka"
Masuk akal juga, jadi Siren mengeluarkan handphonenya dan menunjukkan foto yang tadi dikirim Luna.
"Oalah cuma gitu doang, gampang lah"
Daniel mengambil handphonenya yang dari tadi tergeletak diatas meja.
"Agak deketan sini"
"Pakek handphone lo?"
"Iyakan lo nyuruh gue buat bikin story juga kan kaya Dinar biar dilihat Samuel?"
Siren mengangguk.
"Yaudah kenapa make handphone lo kalo gitu ntar ujung-ujungnya lo kirim juga ke gue"
"Iya ya, yaudah"
Siren pun menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Daniel, Daniel merangkul pundak Siren, awalnya Siren agak gimana gitu tapi ketika dia mencium bau harum dari tubuh Daniel, pikirannya langsung tenang dan dia menurut.
Handphone dipegang Daniel, dan pada foto pertama Daniel menempelkan pipinya ke pipi Siren, lalu foto kedua dia mencium puncak kepala Siren, dan pada saat itu Siren agak syok.
"Bentar.."
Siren menjauh.
"Lo cium gue?"
"Iya"
"Kenapa harus begitu?"
"Gapapa, biar Samuel makin panas"
Siren tidak yakin bahwa Samuel akan cemburu, jadi dia melihat dulu hasil fotonya.
"Yang ini aja kali ya Niel?"
"Boleh..terserah yang mana aja gue ngikut"
"Yaudah ini aja"
Daniel pun langsung membuka aplikasi WhatsApp nya dan membuat story dengan foto yang dimaksud Siren.
dengan caption...
You look like a beautiful angel today.
Berhasil dibuat, Siren melotot menatap Daniel. Berlebihan nggak sih?
"Kenapa pakek caption gitu segala?"
"Gapapa, kita lihat hasilnya nanti siapa tau Samuel langsung nelpon lo atau nelpon gue, kalo enggak ya berarti dia emang bodoh"
Siren menggigit bibirnya, tampak sedikit takut dengan hal itu, masalahnya dia baru kepikiran siapa saja yang punya nomor Daniel, jangan-jangan gara-gara foto ini besok jadi heboh disekolah.
Karena Daniel banyak peminatnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!