➳༻❀✿❀༺➳ ➳༻❀✿❀༺➳
Bismillah dulu sebelum membaca. Jangan lupa bantu like, komen, hadiah dan Vote ya temen - temen.
Selamat membaca semoga suka❤❤.
*******
Saat malam hari bertabur bintang ada sepasang kekasih yang sedang duduk berdua di teras rumah.
"Mau jalan?" Tanya nya.
"Gak bisa Daf besok pagi saya harus kerja." Jawab Vania.
Daffa hanya bisa menarik nafas berat dan mengeluarkan nya secara perlahan, saat sang kekasih menolak untuk dia ajak jalan di malam hari.
Saat mereka sedang berdua ponsel Daffa berdenting, Notif pesan masuk dan dia langsung melihat nya.
"Siapa?" Tanya Vania.
"Mama, saya harus pulang." jawab Daffa datar.
"Kenapa buru - buru." Tanya Viona.
"Mama minta saya untuk nganter dia kerumah sakit. Saya lupa jika sudah janji sama mama, mau nemenin mama untuk kontrol." jawab Daffa.
"Saya boleh ikut nemenin mama kamu kontrol? sekalian kenalan sama mama kamu."pinta Vania.
Mendengar Jika Vania ingin ikut menemani dirinya mengantar mama nya untuk kontrol, membuat Daffa menatap tajam kearah Vania dan mencari alasan agar Vania tak memaksanya untuk ikut bertemu dengan ibunya.
"Maaf Van, saya belum siap untuk ngenalin kamu ke mama saya. saya pulang dulu." pamit Dafa.
Vania hanya bisa diam menatap saja Daffa yang masuk kedalam mobil. Hingga mobil nya menghilang dari halaman rumah sederhana milik nya.
Sang ayah yang mendengar sedikit pembicaraan putri nya dengan teman laki - lakinya. Menatap sedih saat melihat raut wajah sedih putrinya.
"Kenapa nak? Mana Daffa?" tanya sang ayah.
"Daffa sudah pulang ayah." ucap Vania dengan tersenyum kearah ayah nya.
"Jangan sedih jika dia belum siap memperkenalkan kamu dengan kedua orang tua tidak apa - apa jalani saja dulu. Jika jodoh tak akan kemana. Asal kamu bisa jaga kehormatan diri kamu." ucap sang ayah.
"Iya ayah Vania akan selalu ingat semua yang ayah katakan."
"Sudah malam masuk dan tidur lah." perintah sang ayah.
"Iya ayah Vani masuk dulu ya Yah." jawab Vania.
Dia masuk kedalam rumah dengan hati yang sedih. Sedih karena selama hampir 4 tahun menjalani hubungan dengan Daffa. Daffa tak pernah mengenalkan dia dengan kedua orang tuanya ataupun mengajak Vania main kerumahnya.
Hermansyah menatap sedih putri nya yang sekarang berusia 19 tahun. Viona harus bekerja sambil kuliah, Karena dia hanya seorang buruh bangunan dengan gaji yang tak seberapa.
"Maafin ayah nak, ayah belum bisa membuat kamu bahagia." batin nya.
Vania Clarissa gadis cantik manis hidup dalam kesederhanaan, sejak usaha sang ayah bangkrut mereka tinggal berdua. Ibu Vania pergi bersama laki - laki lain sejak usia Vania 5 tahun. Vania sendiri sudah melupakan wajah ibu nya, Walau foto sang ibu ada dia tak pernah melihat nya. Sejak dia tau ibu nya pergi bersama pria yang lebih kaya dari ayah nya setelah sang ayah bangkrut.
Saat pagi menjelang Vania sudah siap untuk pergi bekerja paruh waktu di sebuah toko roti. Pagi - pagi dia harus sudah membuka toko, karena siang nya dia harus kuliah.
"Ayah tunggu Vania ikut." ucap Vania saat mendengar suara motor revo sang ayah ingin pergi.
"Kamu kuliah jam berapa nak?" tanya Herman.
"Jam 1 masuk ayah. Pulang nya jemput Vania ya Yah." pinta Vania.
"Emang kamu gak malu di jemput ayah dengan motor butut dan penampilan ayah yang kotor saat pulang kerja." tanya sang ayah saat mereka berdua sudah berada di jalan raya menuju ketempat di mana Vania akan bekerja.
"Kenapa harus malu kan Vania minta jemput ayah. Bukan minta jemput sugar daddy." jawab Vania.
Herman hanya tersenyum sambil dia menggeleng kepala saat mendengar ucapan putrinya. Saat sampai Vania langsung turun dengan mencium tangan ayah nya yang sudah bekerja keras membesarkan dia dan menyekolahkan nya.
Setelah membuka toko Vania langsung menyapu, mengepel dan mengelap semua kaca yang ada di toko tersebut, termasuk etalase tempat untuk menaruh kue kering dan kue basah.
"Van ibu pulang dulu ya. Azizah belum datang?" Tanya pemilik toko kue.
"Belum bu."
"Ya sudah ibu pulang dulu ya jaga toko dengan baik. kamu setengah hari kan?"
"Iya bu mau kuliah." jawab Vania.
"Kuliah yang benar biar bisa kerja di tempat yang lebih baik lagi." ucap pemilik toko.
Vania hanya tersenyum saat mendengar ucapan pemilik toko, harapan hanya ingin membahagiakan ayah nya yang sudah menyayangi selama ini.
Tak lama teman kerja Vania sampai dan melihat Vania sudah selesai mengepel lantai.
"Maaf Van saya telat ya! Kamu jadi ngerjain semau sendiri."
"Iya gak papa." jawab Vania.
Mereka berdua melayani pembeli yang datang ke toko berbagai macam jenis kue yang di jual di toko tersebut.
"Mbak jual makaroni yang sudah di bumbui?" Tanya pembeli.
"Ada bu mau rasa apa. Ada rasa balado ada rada jagung?" ucap Vania.
Azizah yang melihat teman nya ingin pergi kuliah menggantikan Vania melayani pembeli.
"Pergi lah nanti kamu telat." ucap Azizah.
"Makasih ya Zah."
Vania melihat ponsel nya dan tak ada balasan dari Daffa tentang dia minta di jemput. Vania tanpa menunggu lagi Vania langsung menaiki angkot yang kebetulan berhenti. Dia langsung menuju ke kampus yang ada di pinggir jalan. hingga memudahkan dia untuk naik angkot karena kampus nya strategis.
Saat sampai di kampus Vania langsung mencari Daffa di kelas nya. Tapi dia tak menemui Daffa di kelas nya.
"Liat Daffa?" Tanya Vania.
"Oh tadi di kantin." jawab teman Daffa.
Vania langsung berjalan menuju ke kantin dan melihat dafa dengan ponsel di tangannya. Daffa yang melihat Vania melambaikan tangan kearah dirinya langsung dengan cepat memutuskan sambungan telpon nya.
"Kamu sedang apa Daf?" tanya Vania.
"Mama telpon nanya jam berapa pulang dari kampus. Kamu baru datang?" tanya Daffa.
"Iya. Saya minta jemput kenapa gak di jemput?
"Saya sibuk Van. maaf ya! janji pulang dari kampus saya jemput. sekarang saya pulang dulu mama sudah nunggu." ucap Dafa.
Vania hanya bisa menatap nanar kepergian kekasih nya, dia merasa heran melihat perubahan sang kekasih tapi dia masih berpikir positif.
Saat pulang Vania sudah mengirim pesan ke sang ayah jika dia pulang bersama dengan Daffa.
"Van mau bareng gak?" tanya teman satu kampus Vania.
"Gak Clau makasih saya di jemput Daffa."
"Oh ya sudah kita duluan ya." pamit Claudia teman Vania.
Vania hanya mengangguk dan melambaikan tangan, dia memilih menunggu Daffa di halte bus agar dia bisa duduk. Satu jam hingga dua jam Vania menunggu sampai hampir magrib dia masih menunggu berharap sang kekasih datang menjemput nya walau sangat terlambat. Hingga akhirnya anak - anak yang ikut latihan basket keluar dan sepupu Daffa melihat Vania ada di halte bus menghentikan laju motornya.
"Belum pulang Van? ini sudah hampir magrib lho."
"Iya saya lagi nunggu Daffa."
Mendengar nama Daffa membuat sepupu Daffa merasa kasihan, dia menatap iba kearah Vania.
"Naik lah! Saya akan antar kamu." ucap nya.
Vania hanya menatap saja kearah motor Arvin. Hingga Arvin mengulangi ucapan nya.
"Ayo naik ini hampir magrib Vania." ucap Arvin.
"Terima kasih Ar! Tapi saya akan menunggu Daffa saja, saya yakin dia pasti akan datang walau sangat terlambat." ucap Vania.
Arvin menarik nafas nya dan menutup kaca helm nya, Dia langsung melaju kearah jalan pulang saat Vania menolak untuk di antar pulang oleh dirinya.
Hingga suara azan magrib terdengar Vania masih setia menunggu. Berulang kali dia mengirim pesan hingga telpon, tapi tak satu pun pesan atau pun telpon nya di jawab dan di balas oleh Daffa. Hingga akhirnya dia memilih pulang naik bus saat hari sudah mulai gelap.
Vania hanya bisa menatap jalanan berharap dia melihat Daffa datang menjemput nya. Saat sampai di depan lorong nya dia bejalan menuju ke perumahan sederhana yang di beli oleh sang ayah.
Di rumah Herman sang ayah dengan cemas menunggu kepulangan putri nya di teras rumah saat dia selesai sholat magrib. Dia duduk dengan mata menatap kearah jalan menunggu putri semata wayang nya pulang. Herman mengerutkan dahi saat melihat putri nya pulang seorang diri.
"Assalamu'alaikum ayah." ucap Vania.
"Waalaikumsalam! Kenapa malam nak pulang nya, kamu bilang di antar Daffa kenapa jalan kaki?"
"Vania ada kelas tambahan ayah, Daffa hanya bisa ngantar sampai depan karena dia ada urusan." bohong Vania agar ayah nya tak merasa cemas.
"Ya sudah masuk dan mandi lah jangan lupa sholat baru kita makan malam bersama." ajak sang ayah.
"Ayah belum makan?" tanya Vania dengan lembut.
"Belum ayah sengaja nunggu kamu karena ayah tadi beli makanan kesukaan kamu sate kambing."
"Wah pasti enak sudah lama Vania gak makan sate Nia mandi dulu ya Yah tungguin jangan di habiskan." ucap Vania dengan tersenyum kearah sang ayah.
Selesai mandi dan sholat Isyak Vania langsung keluar kamar dan melihat ayah sudah menyiapkan makan malam untuk mereka berdua. Mereka berdua makan dengan duduk di lantai karena memang mereka tak memiliki meja makan.
"Bagaimana enak?
"Enak banget Yah. Sudah lama kita gak makan ini." ucap Vania.
"Kalau begitu habiskan ini untuk kamu ayah sudah kenyang."
Selesai makan Vania memilih masuk kedalam kamar dia melihat ponsel nya tak ada satu pun panggilan atau pesan dari orang yang dia cintai hingga Vania tertidur. Saat pagi seperti biasa dia ikut dengan ayah nya.
"Vania kuliah pagi ayah nanti malam jemput Vania ya Yah jam 9 tutup toko." pinta Vania.
"Iya sebelum jam 9 ayah akan jemput kamu."
Motor terus melaju hingga sampai di depan kampus putrinya dan Vania pamit dia pun yang melihat Daffa berjalan menuju kelas nya langsung berlari mengejar Daffa.
"Daffa tunggu." panggil Vania.
Daffa putra seorang pengusaha terkenal di kotanya. Pria tampan itu idaman semua gadis yang ada di kampus nya. Vania beruntung bisa menjadi kekasih Daffa itu menurut semua orang.
Daffa yang nama nya di panggil berbalik dan menatap kearah Vania dengan malas. Vania tersenyum manis saat melihat Daffa berhenti dan berjalan sedikit berlari menuju kearah Daffa.
"Ada apa?" Tanya Daffa saat Vania sudah ada di dekatnya.
Daffa menatap kearah Vania dia tau pasti Vania akan mempertanyakan kenapa dia tak menjemput nya kemarin.
"Saya tau kamu pasti mau nanya kenapa saya gak jemput kan? tebak Daffa.
"Iya! Saya sampai malam nunggu kamu Daf. Karena saya masih yakin walau terlambat kamu pasti datang." ucap Vania.
"Maaf Van semalam saya sibuk adik saya sakit dan saya harus berada di sisinya." ucap Daffa.
"Adik kamu sakit! Sakit apa Daf? Saya boleh lihat?" tanya Vania dengan sedikit kerutan di dahinya.
"Gak bisa hanya kluarga yang bisa lihat dia. Sudah ya saya ke kelas dulu." pamit Daffa.
Vania yang mendengar alasan Daffa percaya karena melihat wajah sedih Daffa. Vania memang tak pernah tau jika Daffa mempunyai adik atau tidak. Dia pun menuju ke kelasnya dan bertemu dengan teman.
"Hai Ra. Kenapa melamun?" Tanya Vania.
"Gak ada apa - apa. Kita ke kantin yuk. Saya belum sarapan." ajak Aurora.
"Tapi bentar lagi masuk Ra." ucap Vania.
"Bentar saja temani saya beli roti." ajak Aurora.
Mereka berdua melewati ruang kelas Daffa, Vania tersenyum saat melihat Daffa menatap diri nya dan tersenyum. Begitu juga dengan Aurora tersenyum melihat Daffa tersenyum.
Saat jam pelajaran selesai Vania sengaja menunggu di depan kelas Daffa, dia ingin pulang bereng pria yang sudah hampir 4 tahun bersama dengan dirinya.
"Vania kamu sedang apa?" Tanya Daffa saat dia keluar dari kelas nya.
"Mau pulang bareng kamu? jawab Vania dengan tersenyum kearah Daffa.
Daffa langsung mengirim pesan ke seseorang saat Vania berkata ingin pulang bersama dengan dirinya. Daffa yang 2 bulan lagi akan wisuda hanya bisa menatap kearah Vania entah apa yang dia pikirkan
"Ya sudah ayo." ajak Daffa
"Antar saya ke toko kue saja ya, saya harus kerja." pinta Vania.
Ini yang Daffa tak suka Vania selalu mementingkan pekerjaan dari pada diri nya.
"Apa kamu gak bisa Van sekali saja gak kerja. Apa kamu gak bisa menghargai hubungan kita? Sudah saya katakan biar saya yang membiayai kuliah kamu Van asal kamu berhenti bekerja. Saya ingin kita seperti dulu jalan bareng kamu selalu ada waktu untuk. saya." protes Daffa.
"Maaf Daf saya gak mau menerima pemberian kamu. Saya takut jika kita gak jodoh kamu pasti akan minta kembalikan apa yang kamu berikan. Dari mana saya punya uang untuk mengembalikan semua yang kamu kasih kesaya." jawab Vania.
"Terserah kamu! Kamu pergi saja sendiri saya malas nganter kamu." kesal Daffa.
Daffa berlalu dari hadapan Vania begitu saja. Membuat Vania terdiam dengan menatap punggung Daffa yang berjalan semakin jauh.
Sedangkan Daffa saat dia sampai di parkiran dia melajukan mobil menuju kerumah sakit. Saat sampai di rumah sakit dia langsung menuju keruangan di mana seseorang terbaring di tempat tidur.
Ceklek.
"Hai bagaimana keadaan kamu?" Tanya Daffa.
"Lama banget sih mas datang nya?" Tanya seorang gadis cantik berwajah putih dengan rambut sedikit bergelombang.
"Biasa tadi di kampus ada halangan! Sudah makan?" Tanya Daffa.
"Sudah, besok juga sudah bisa pulang. makasih ya mas sudah nemenin Clarissa di rumah sakit." ucap Clarissa.
"Iya sama - sama sayang. Cepat sembuh ya." ucap Daffa dengan mengelus kepala wanita yang ada di hadapan nya.
"lho nak Daffa kapan datang." Tanya wanita berusia sekitar 45 tahun tapi masih terlihat awet muda.
"Barusan tante."
"Ini ngomong - ngomong kapan kalian akan bertunangan?" Tanya nya.
"Tunggu Clarissa sembuh tante. Mama dan papa akan melamar Clarissa nanti." jawab Daffa.
"Bagus lah tante senang dengar nya. Jika kamu dan Clarissa akan bertunangan." ucap Yunita ibu Clarissa.
Setiap hari Daffa selalu menemani calon tunangan yang sedang sakit. Tanpa dia sadari jika ada satu hati yang sangat mencintai nya akan terluka.
Di rumah sakit ibu Daffa muncul dan langsung berbicara mengenai hubungan anak - anak mereka.
"Gini jeng lebih baik biar Daffa fokus kuliah nya dulu, dua bulan lagi dia akan lulus setelah itu kita bicarakan tentang pertunangan. bagaimana?" tanya ibu Daffa, Elmira.
"Iya sih jeng itu lebih baik, biar mereka sama- sama fokus kuliah Clarissa juga sebentar lagi tamat. Adik nya juga satu tahun lagi selesai kuliah. Atur jeng Mira saja saya ikut saja asal anak - anak. bahagia." jawab Yunita ibu Clarissa.
"Ya sudah bearti sepakat ya selesai kuliah mereka baru bertunangan." jawab Elmira.
Daffa dan Clarissa tersenyum saat mendengar ucapan orang tua mereka. Daffa sudah menjalin hubungan dengan Clarissa sejak dua tahun belakangan ini tanpa di ketahui oleh Vania yang sudah menjalin hubungan dengan Daffa saat Vania kelas 11.
Setiap hari Daffa selalu berusaha mengantar Vania ke tempat kerja nya, seperti hari ini dia rela mengantarkan Vania walau Vania tak meminta.
"Ayo saya antar." ajak Daffa.
"Tumben biasa nya kamu gak mau ngantar saya." ucap Vania heran.
"Dua minggu lagi saya sudah gak kuliah di sini lagi jadi pasti jarang ketemu sama kamu. Saya harus kerja mengurus perusahaan milik papa." ucap Daffa.
"Apa kita akan putus?" tanya Vania saat dia sudah masuk kedalam mobil milik Daffa.
"Tidak mana mungkin saya mutusin kamu malah saya berencana ingin mengajak kamu bertunangan saat saya sudah tamat." ucap Daffa hanya sekedar hiburan untuk menyenangkan hati Vania.
Vania yang mendengar ucapan Daffa tersenyum dia merasa bahagia saat mendengar apa yang di katakan oleh Daffa.
"Yang benar Daf! Kamu gak sedang bercanda kan?" tanya Vania dengan tersenyum kearah Daffa.
"Ya gak lah sayang masa Saya bercanda saya serius. saya kan cinta nya hanya sama kamu. Walau kita nanti jarang bertemu saya pasti akan buat kamu bahagia di hari pertunangan kita." ucap Daffa.
Vania tersenyum manis, senyum itu yang membuat Daffa mencintai Vania. Vania cantik manis dan imut hingga Daffa belum rela melepaskan nya.
"Sudah sampai turun lah saya harus pulang. pulang nya saya gak bisa jemput ya. Ada kerjaan di kantor papa." ucap Daffa.
"Iya makasih ya." ucap Vania.
Daffa melajukan mobil nya menuju kerumah Clarissa untuk persiapan pertunangan dia dan Clarissa.
Saat dia masuk ke dalam toko dia melihat sahabat nya yang selalu bersama dengan dirinya kemana saja mereka selalu berdua saat di kampus.
"Ra sedang apa?" tanya Vania saat dia melihat Aurora
"Eh Van kamu ngapain di sini?" tanya aurora yang tak tahu jika itu tempat toko kue Vania bekerja.
"Saya kan pernah bilang saya kerja di toko kue, kamu mau beli apa biar saya yang layani?" tanya Vania.
"Jadi ini toko yang kamu maksud? Saya mau pesan kue untuk acara pertunangan." jawab Aurora.
"Kamu mau tunangan?" tanya Vania.
"Bukan kakak saya."
Aurora menunjuk kue 9 tingkat dengan di atas nya berbentuk istana dan dekor yang mewah yang harga nya hampir 10 juta.
"Wah pestanya pasti mewah ya Ra saya di undang gak?" tanya Vania.
"Liat nanti ya Van. Ini kan acara pertunangan kakak saya bukan saya. Jadi hak dia mau ngundang siapa aja." Jawab Aurora dengan gugup dan menelan ludah nya.
"Iya juga ya! Ini mau di tulis nama siapa?" tanya Vania.
Di tanya nama siapa di atas kue tersebut membuat Aurora bingung dan memutuskan untuk di kasih ruang kosong saja agar bisa membuat sendri nama nya.
"Gak usah di kasih nama sisain saja tempat nya untuk bikin nama, nanti biar kakak saya yang tulis nama dia dan calon tunangan nya sekalian minta krim nya ya." ucap Aurora.
"Oke."
Vania memberikan nota pembelian kearah Aurora dan akan di ambil sekitar 3 minggu lagi.
*******
Setelah dua minggu akhirnya tiba lah di mana Daffa dan sepupu nya tamat kuliah. Vania yang melihat Daffa bersama dengan keluarga nya ingin mendekat untuk mengucapkan selamat atas kelulusan Daffa. Dia juga ingin sekalian berkenalan dengan kedua orang tua Daffa.
Arvin sepupu Daffa yang melihat Vania berjalan mendekat kearah kluarga nya langsung memberi kode kearah Daffa agar melihat Vania.
Daffa yang melihat kode mata dari Arvin sepupu nya melirik sedikit kearah yang di maksud Arvin. Daffa langsung pamit saat tau Vania berjalan mendekat. Sedangkan Arvin langsung mengajak om dan tante nya berfoto agar mereka tak melihat Daffa bertemu dengan Vania.
"Van kamu datang?" tanya Daffa.
"Iya saya mau ngucapin selamat buat kamu. itu mama dan papa kamu ya Daf?" tanya Vania dengan polos.
"Bukan itu orang tua Arvin. mama sama papa saya baru saja pulang." bohong Daffa.
"Oh kirain orang tua kamu. Oh iya Daf ayah nanya kapan kamu mau melamar saya?" tanya Vania.
"Besok saya akan datang ke rumah tapi sendiri mama papa keluar kota." lagi - lagi Daffa berbohong demi bisa bersama dengan Vania.
Selama menjalin hubungan dengan Daffa, Vania selalu percaya dengan apa yang di katakan oleh Daffa tanpa ada rasa curiga sedikit pun dengan sikap dan perkataan Daffa.
"Habis ini kamu mau kemana?" tanya Daffa.
"Ke toko kue bantu Azizah bikin kue ada pesanan kue buat pertunangan. Jangan lupa nanti malam ayah tunggu." ucap Vania.
"Iya ayo saya antar." ucap Daffa.
Arvin hanya bisa menatap sedih kearah Vania. Dia merasa kasihan terhadap gadis polos itu yang terlalu percaya dengan semua yang di katakan oleh Daffa.
"Arvin di mana Daffa! Ini sudah siang kita pulang yuk. Kan sudah gak ada acara lagi." ucap Ibu Daffa.
"Iya tante Daffa ada kerjaan sama teman - temen nya." ucap Arvin.
Arvin selalu melindungi Daffa karena dia berhutang budi dengan kedua orang tua Daffa yang sudah membesarkan nya. Semenjak kedua orang tua nya meninggal karena sakit.
"Anak itu ayo nak kita pulang." ajak ayah Daffa.
Arvin pun mengikuti keinginan kedua orang tua Daffa untuk pulang. Sedangkan Daffa dia mengantar Vania ke toko tempat biasa dia bekerja.
"Makasih ya Daf sampai jumpai nanti malam." ucap Vania.
"Iya." Jawab Daffa.
Daffa melaju kan mobil nya menuju ketempat Clarissa. Saat sampai dia melihat wajah cemberut sang kekasih merasa heran.
"Hai sayang sudah lama nunggu nya?" tanya Daffa.
"Jawab dengan jujur Daf kamu belum mutusin Vania? Kita sebentar lagi bertunangan Daffa saya gak mau kamu masih berhubungan dengan wanita itu." ucap Clarissa.
"Dengar sayang rencana malam ini saya akan mutusin dia kamu jangan cemberut seperti itu. Percaya malam ini saya akan mutusin dia." ucap Daffa.
"Beneran ya. kalau tidak pertunangan kita batal." ancam Clarissa.
Daffa hanya menarik nafas melihat sikap calon tunangan nya yang ingin dia mengakhiri hubungan dengan kekasih yang sudah lama dia kenal.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!