Dia terus mengeluarkan suara memalukan, meski dia sedikit sadar jika apa yang dia lakukan adalah salah. Tapi, pengaruh alkohol telah membuat daya pikirnya melambat. Nalurinya mengatakan untuk dia mendorong pria yang berstatus pacarnya itu. Tapi, nyatanya tubuh terlalu lemah hingga dia tidak bisa melakukan apapun.
Ketika tubuh polos itu saling memeluk sekarang, dan Alea benar-benar sudah kehilangan kesadaran. Pengaruh alkohol benar-benar mengusai dirinya sampai dia tidak sadar apa yang telah dirinya lakukan.
"Athan, kamu akan menikahiku 'kan?" Suara lemah terdengar sebelum akhirnya dia terlelap.
*
Jika saja bisa memilih, mungkin dia tidak akan menyetujui untuk datang ke acara kelulusan bersama kekasihnya. Dan sekarang Alea berada di rumah mewah ini, terduduk dengan kepala menunduk dan tangan saling bertaut bergetar.
Memberanikan diri untuk datang ke rumah mewah ini, hanya karena satu kesalahan yang sudah dia perbuat. Tangannya sudah bergetar sebelum dia berani mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi.
"Jadi, kamu adalah Alea? Kekasih Athan? Bahkan kami tidak tahu jika Athan mempunyai kekasih selama ini" ucap Ibu Athan yang terdengar lembut.
Alea semakin erat meremas rok yang dipakainya, mempersiapkan diri untuk mengatakan tujuannya datang kesini. Ada sebuah tatapan dingin yang sejak tadi membuatnya sangat tidak nyaman. Alea takut sekali.
"Nyo-nyonya, Alea datang kesini ha-hanya untuk meminta pertanggungjawaban Athan" Suaranya bahkan terdengar bergetar, tangannya semakin meremas rok yang dia pakai, kepalanya semakin menunduk dalam.
Deg... Ibu Yulita dan Papa Chris langsung saling menatap, ucapan gadis di depan mereka benar-benar membuat terkejut. Sebenarnya mereka sudah merasa aneh ketika ada seorang gadis yang mencari anak bungsunya itu.
"Maaf, maksudnya apa ya?" tanya Papa Chris dengan nada sedikit tajam.
Alea semakin menunduk takut, keluarga ini benar-benar bukan keluarga biasa. Seharusnya Alea menyerah sejak dia tahu jika Athan berasal dari keluarga Demitri. Tapi, Alea tetap bersikeras menjalin hubungan dengan pria itu.
"Alea hamil anaknya Athan, Tuan, Nyonya"
Ibu Yulita menatapnya dengan terkejut, dia sampai memegang dadanya sendiri yang tiba-tiba terasa sesak. Papa Chris langsung menenangkan istrinya.
"Tenang dulu Bu"
"Kau ini apa-apaan? Tiba-tiba datang dan mengatakan hamil anaknya Athan. Kau pikir kami akan percaya?" teriak pria muda yang sejak tadi duduk dengan menatapnya begitu dingin.
Alea semakin ketakutan, air mata sudah mengalir di pipinya. "Tidak Tuan, Alea tidak berbohong. Ini adalah anaknya Athan, malam itu kami mabuk dan tidak sengaja melakukannya di kamar hotel... hiks.."
"Sebaiknya kau keluar dari rumah ini, jangan menghancurkan keluargaku!" tekan Rean, Kakak laki-laki dari Athan.
"Rean, cukup Nak" ucap Ibu Yulita, dia mengangkat tangannya untuk menenangkan anak sulungnya ini. "Sebaiknya kita bicarakan baik-baik, kita harus mengambil keputusan"
Alea sedikit lebih tenang, setidaknya ada Ibu Yulita yang lebih mengerti keadaan ini. Sekarang dia tidak tahu dimana Athan, karena sejak malam itu Athan pergi dan sulit untuk di hubungi.
"Alea tidak bisa menghubungi Athan selama beberapa minggu ini, jadi memutuskan untuk datang kesini"
Papa Chris sudah berdiri dengan emosi, Ibu Yulita tahu bagaimana sikap suaminya yang saat ini. Sekarang hanya dia yang harus bersikap tenang menghadapi masalah ini.
"Begini saja, Alea ya? Namamu Alea?"
"I-iya"
"Kamu beri kamu waktu untuk menyelesaikan masalah ini. Karena sekarang Athan juga sudah pergi ke Luar Negara untuk mengurus proyek disana. Tapi kamu tenang saja, kami akan berusaha menghubunginya"
Alea mengangguk meski masih merasa takut. Pantas saja dia tidak bisa menghubungi Athan, pasti karena pria itu yang sudah pergi ke Luar Negara dan mungkin disana kesulitan sinyal. Alea masih mencoba untuk berpikir tenang dan positif.
"Sekarang kamu pulang dulu diantar oleh sopir ya. Nanti Ibu akan hubungi kamu lagi. Ibu minta saja nomor ponsel kamu"
Alea hanya mengangguk saja, dia memberikan nomor ponselnya pada Ibu Yulita. Setelah itu dia diantar pulang oleh sopir.
*
Alea kembali ke rumah kos nya yang sederhana. Duduk di atas tempat tidur dan terdiam dengan tatapan kosong. Masih tidak menyangka hal ini akan terjadi padanya.
Alea menatap layar ponselnya yang menunjukan foto dirinya dan Athan. Mereka berpacaran sudah 2 tahun lamanya, dan Alea baru tahu jika Athan adalah anak dari keluarga Demitri setelah malam itu terjadi.
Setelah Alea kehilangan Athan dan mencari tahu pada teman-temannya yang dia tahu. Nyatanya selama ini Athan banyak berbohong padanya, dia sengaja menyembunyikan identitasnya entah untuk apa. Dan sekarang semuanya sudah terlanjur, Alea harus menerima kenyataan jika dia harus terlibat dengan keluarga berkuasa itu.
"Seandainya sejak awal kamu mengatakan tentang semuanya, aku tidak akan pernah mau menerima kamu, Athan"
Alea menangis terisak di dalam kamar kosnya ini. Dunianya seolah hancur setelah dia mengetahui jika dirinya tengah mengandung. Alea bingung harus bagaimana, tapi dia tidak pernah berpikir untuk menggugurkan kandungannya ini. Bayinya tidak berdosa, dan dialah yang berdosa sebenarnya.
Alea hanya menangis sesenggukan di dalam kamar kosnya. Rasanya begitu menyakitkan ketika dia harus menghadapi semua ini seorang diri.
Suara ketukan yang lebih gedoran di pintu membuat Alea menghentikan tangisnya. Dia mengusap sisa air mata di pipi, dan segera berjalan ke arah pintu.
"Tuan?"
Alea terdiam dengan takut saat melihat pria yang berdiri di depannya sekarang. Pria dengan tubuh tegap, mata biru yang tajam, yang menatapnya dingin sekarang. Sebuah tato kalajengking di lehernya terlihat semakin menakutkan.
"Kau ingin apa dari keluargaku? Uang? Iya hah? Aku akan berikan berapapun yng kau mau, asal kau pergi dari kehidupan kami" tekan Rean dengan berjalan masuk dan membuat Alea perlahan mundur dengan ketakutan.
Kaki Alea berada di batas tempat tidur dan membuatnya jatuh terduduk di atas tempat tidur. Sementara pria itu terus berjalan dengan tatapan yang tajam, kedua tangannya bertumpu pada sisi tempat tidur, mengukung tubuh Alea.
"Aku akan berikan uang atau apapun yang kau mau, tapi pergi dari keluarga kami dan gugurkan anak itu!" tekan Rean.
Alea memberanikan diri untuk menatap mata elang pria di depannya ini. Dia menggeleng dengan tegas. "Tidak! Aku tidak akan mengorbankan bayiku yang tidak berdosa, hanya untuk mengikuti permintaan Tuan"
Rean mencengkram dagu Alea, tatapannya benar-benar tajam. "Kau benar-benar wanita mura*han yang ingin masuk ke dalam keluarga Demitri dengan cara kotor seperti ini? Sungguh miris sekali kau!"
Air mata Alea menetes begitu saja, tanpa bisa dia tahan. Nyatanya dia sudah begitu rendah di hadapan keluarga ini. Namun, dia akan tetap berusaha untuk mendapatkan keadilan untuk anaknya. Bayinya harus lahir dengan adanya seorang Ayah.
"Athan sudah ikut andil dalam masalah ini, dan aku hanya ingin dia bertanggung jawab!"
"Itu tidak akan pernah terjadi!"
Rean berjalan keluar dari ruangan sempit itu dengan wajah memerah menahan amarah.
Bersambung
Silahkan berkomentar tentang kekesalan kalian pada Athan.. wkwk..
"Aku tidak siap menikah, Pa!"
Bagai tidak punya rada bersalah, Athan berkata seperti itu tanpa mengingat kesalahan yang sudah dia lakukan. Membuat seorang gadis mengandung, tapi dia pergi tanpa rasa tanggung jawab.
"Kau sudah menodai anak orang, dan kau bilang tidak siap menikah? Pengecut sekali kau, Athan Gian Demitri!" Papa Crhis sudah di ujung batas kesabaran. Anaknya bahkan memilih menjadi seorang pengecut.
"Pa, aku baru lulus kuliah, dan sekarang sedang melanjutkan S2. Aku juga mulai mengerjakan proyek Perusahaan Kakek. Aku tidak bisa Pa"
"Apapun alasannya, kau harus pulang dan menerima pernikahan ini!"
"Aku tidak bisa Pa"
"Kau datang atau Papa tidak akan anggap kau sebagai anak lagi!"
Dia melempar ponsel dengan kesal ke atas tempat tidur. Mengusap wajahnya dengan frustasi.
Menunggu sampai dua hari, Athan benar-benar tidak kembali. Papa Chris mulai tidak tenang. Seorang gadis harus menanggung malu seorang diri. Chris tidak sejahat itu untuk membiarkan anak orang lain menanggung l malu seorang diri.
"Pa, kita tidak mungkin membiarkan Alea menanggung malunya seorang diri, sementara itu adalah perbuatan dari anak kita" ucap Ibu Yulita, dia juga tidak habis pikir dengan sikap Athan.
"Sebentar Sayang, aku juga bingung harus bagaimana sekarang" ucap Papa Chris sambil memijat pelipisnya yang terasa pening.
Ibu Yulita menghampiri suaminya, dia memegang tangan suaminya. "Bagaimana jika kita gantikan dengan Rean"
Papa Chris langsung menoleh pada istrinya dengan terkejut. "Sayang, apa maksud kamu?"
"Begini Pa, selama ini Rean masih berhubungan dengan mantan pacarnya yang dulu menyakitinya dan sekarang tiba-tiba kembali setelah tahu jika Rean adalah anak kita. Aku yakin jika perempuan itu hanya mengincar harta dari anak kita. Sekarang, kita jadikan Rean suami pengganti untuk Alea. Maka dia akan berakhir dengan perempuan itu"
Papa Chris sedikit berpikir atas ucapan istrinya ini. Tapi dia merasa ini adalah benar adanya. "Baiklah, kamu telepon Rean dan suruh dia kembali. Dia dimana?"
"Mungkin di Apartemennya, aku akan telepon sekarang"
Dan disini sekarang keluarga ini berkumpul, Rean tentu menolak. Dia tidak mungkin langsung setuju dengan permintaan orang tuanya ini.
"Tidak mau, Pa, Bu. Aku sudah punya pasanganku sendiri, dan aku tidak mau menikahi perempuan itu. Lagian kenapa tidak kita berikan dia uang saja, pasti dia hanya butuh uang keluarga kita"
"Rean, dengarkan Ibu" Yulita mendekati anaknya, duduk disampingnya. "Jika Alea ingin memeras keluarga kita dengan kehamilannya, dia tidak mungkin datang kesini dan terlihat sangat ketakutan saat ingin mengatakan tujuan dia datang kesini"
"Tapi Bu, aku tidak bisa. Aku mencintai Riska"
"Pokoknya tidak ada penolakan apapun. Karena kita tidak mungkin membiarkan anak orang menanggung malu seorang diri atas ulah keluarga kita. Rean, kali ini Papa benar-benar memohon kamu untuk berkorban!"
"Pa!"
"Arthur Rean Demitri! Tidak ada bantahan apapun!" tegas Papa Chris yang langsung berlalu dari sana.
Rean mengepalkan tangannya kuat, tidak bisa melakukan apapun dan dia kesal pada Ayahnya yang mengambil keputusan sepihak seperti ini.
"Rean, tolong untuk kali ini saja dengarkan Ibu dan Papa ya. Ibu tahu kamu belum siap, tapi ini demi keluarga kita. Apalagi anak yang di kandung oleh Alea adalah cucu Ibu dan Papa. Tolong ya, Rean"
*
Prank.. Prank...
Rean menghancurkan semua barang yang ada di kamar Apartemennya. Bahkan dia memukul kaca hingga pecah berantakan, dan tangannya terluka.
"Sialan, perempuan itu telah menghancurkan segala tujuan dalam hidupku!" teriak Rean.
Dia benar-benar frustasi dengan keputusan orang tuanya yang terlalu menekannya. Sekarang dia tidak bisa melakukan apapun dan tidak bisa menolak juga.
"Riska baru kembali, dan seharusnya aku menikah dengannya. Tapi, kenapa dia malah datang dalam kehidupan keluargaku, dasar perempuan sialan!"
Saat kuliah, dia menjalin hubungan dengan Riska. Dan Rean benar-benar mencintainya, Riska adalah cinta pertamanya. Namun, tiba-tiba gadis itu menghilang tanpa kabar, dan kembali datang beberapa bulan yang lalu. Dan dia menjelaskan jika dia pergi karena di usaha keluarganya mengalami masalah dan terpaksa harus pindah.
Dering ponsel di atas meja, membuat Rean semakin merasa frustasi, nama Riska dengan emotikon love tertera di layar ponsel. Rean mengambil ponselnya dengan kasar, menerima panggilan telepon itu.
"Hallo Rean, kamu dimana? Aku menuju ke Apartemen kamu"
"Ya, aku berada disini. Kau datang saja"
Beberapa saat kemudian Riska benar-benar datang, dia tertegun melihat keadaan Rean yang sedikit kacau. Tangannya dibalut perban dengan berantakan, karena melakukannya sendiri.
"Rean, kamu kenapa?" tanya Riska.
"Tidak papa, aku hanya ingin bicara denganmu"
"Bicara apa?"
"Aku harus menikahi perempuan yang di hamili adikku. Dan itu sudah menjadi keputusan Papa dan Ibu, aku tidak bisa menolak"
"What?!" Riska berteriak dengan terkejut, tentunya. "Kamu jangan bercanda Rean, kita baru saja kembali bersama. Kenapa sekarang kamu tiba-tiba harus menikah"
"Sayang, aku benar-benar bingung dan tidak bisa menjelaskan semuanya. Papa dan Ibu sudah mengambil keputusan, dan aku benar-benar tidak bisa menolaknya"
Riska melepaskan tangan Rean yang memegangnya. Hal itu membuat Rean semakin frustasi. "Aku tidak bisa kalau kamu memang harus menikahi perempuan lain. Sebaiknya kita berakhir saja, Rean"
"Riska dengarkan aku dulu, aku akan menikahinya karena aku juga tidak bisa menolak keputusan Papa dan Ibu. Atau bagaimana jika kita kabur saja, kita membangun pernikahan kita sendiri? Aku bisa mencari pekerjaan lain di Luar Kota atau Luar Negara sekalipun"
Riska menoleh dengan terkejut, dia menggeleng cepat. "Tidak mungkin Rean. Kita mau kabur kemana memangnya? Begini saja, kalau memang kamu terpaksa menikahinya, tapi kamu tidak mencintainya 'kan?"
"Tidak mungkin aku mencintai perempuan murah*an seperti dia"
"Baiklah, kamu menikah saja dengannya tapi dengan syarat harus bercerai setelah anaknya lahir"
Rean terdiam, dia sama sekali tidak berpikir tentang ini. Yang dia pikirkan adalah pergi melarikan diri dengan Riska dan menjalani pernikahan mereka sendiri.
"Ah, aku mengerti"
*
Seperti mendapatkan sambaran petir, Alea hanya diam membeku ditempatnya. Pria yang dua hari lalu datang ke tempatnya dan marah-marah, mengatainya wanita mura*han, dan sekarang Ibu Yulita mengatakan jika pria itu yang akan menjadi suaminya.
Bagaimana bisa? Yang membuatnya hamil adalah Athan, tapi kenapa Rean yang harus menikahinya? Alea benar-benar merasa pikirannya tiba-tiba kosong.
"Alea, Ibu tahu ini mengejutkan. Tapi tolong maafkan Athan yang terlalu pengecut dan lari dari tanggung jawab. Tapi, kami tidak akan membiarkan kamu menanggung malu sendirian. Jadi, biarkan Rean menjadi suami pengganti untuk kamu ya, Alea"
Tangan Alea bergetar, dadanya bergemuruh. Pria dengan tatapan menakutkan itu, harus menjadi suaminya? Bagaimana Alea akan menjalani kehidupan kedepannya?
"Alea, Ibu mohon untuk menerima Rean menjadi suami pengganti untuk kamu ya. Biarkan bayi ini lahir dengan seorang Ayah" ucap Ibu Yulita sambil mengelus perut Alea yang masih rata.
Masih merasa bingung, tapi Alea teringat akan bayinya. Tidak mungkin dia egois dan membiarkan anaknya lahir tanpa seorang Ayah. Alea sudah merasakan sakitnya hidup sebatang kara sejak orang tuanya meninggal. Maka, dia tidak ingin anaknya merasakan hal yang sama.
"Tapi Nyo-nyonya, saya tidak bis-"
"Kau pikir aku mau menikahimu! Tentu tidak!" tekan Rean, tatapannya begitu tajam, membuat Alea semakin ketakutan.
"Rean" tekan Ibu Yulita untuk menghentikan anaknya. "Jangan terlalu kasar pada Alea!"
"Bu, aku tidak mau menikahinya. kenapa kalian memaksa sekali!"
"Rean, ini demi keluarga kita. Kamu harus berkorban untuk saat ini, Ibu mohon Nak" lirih Ibu Yulita, tatapannya penuh memohon.
Rean menghembuskan napas kasar, karena tatapan memohon dari Ibunya adalah kelemahan baginya.
"Alea, tolong kamu terima Rean sebagai suami kamu ya. Jangan sampai anak kamu melahirkan tanpa hadirnya seorang Ayah" ucap Ibu Yulita untuk membujuk Alea.
Dan pada akhirnya Alea tidak mempunyai pilihan lain. Dia sudah terpojok dengan keadaan. Dan akhirnya dia hanya menganggukan kepalanya. "Ba-baik Nyo-nyonya saya terima"
Kehidupannya akan dimulai disini.
Bersambung
Tatapan mata yang begitu tajam menusuk, tangan kekar yang mengukung tubuhnya. Menatap gadis mungil yang terlihat ketakutan, namun dia tidak peduli.
"Dengan mudah kau menerima aku sebagai suami pengganti untukmu. Dasar perempuan mura*han!"
Kalimat itu memang terasa menyakitkan bagi Alea, tapi dia menerimanya saja. Karena dengan dia melakukan malam itu dengan Athan, maka dia sudah terlihat tidak punya harga diri.
Alea menyesal? Tentu saja, dia sangat menyesali malam yang telah terjadi. Namun, untuk apa ada kata 'seandainya' karena itu tidak akan merubah apapun dalam hidupnya. Sekarang, yang Alea pikirkan adalah tentang anaknya. Yang salah adalah dia dan Athan, bukan bayi dalam kandungannya. Alea tidak ingin dia menjadi korban kesalahan dari orang tuanya.
"Aku hanya ingin anakku lahir dengan seorang Ayah, Tuan"
"Tapi aku tidak pernah mau menikahimu!"
Alea menunduk, air mata sudah menggenang. Tangannya saling meremat. "Tapi ini permintaan Nyonya"
"Seharusnya kau menolak! Kenapa kau menerima begitu saja!"
"Aku tidak tahu harus bagaimana, Tuan"
"Kau memang ingin masuk ke keluargaku! Bayi ini kau jadikan alat untuk masuk ke keluarga ini!"
Alea menggeleng, dia mendongak dan menatap Rean dengan lekat. "Aku tidak pernah berniat melakukan itu. Bahkan jika boleh meminta, aku tidak pernah ingin hal ini terjadi padaku"
Rean tersenyum sinis, tatapannya semakin tajam pada Alea. Sama sekali tidak peduli dengan tubuh gadis itu yang sudah bergetar. Bola matanya bergerak gelisah, menunjukan ketakutan, tangannya memegang perutnya sendiri, seolah dia sedang melindungi bayi dalam perutnya.
"Aku akan menikahimu, karena sudah tidak bisa mengubah keputusan Papa. Tapi hanya sampai bayi itu lahir. Setelah itu, kau harus pergi dari kehidupanku! Karena aku punya wanita yang ingin aku nikahi"
Tatapan Alea mulai mengabur, entah apa yang harus dia lakukan sekarang. Nyatanya hal seperti ini terjadi dalam hidupnya, padahal Alea tidak pernah berpikir akan mengandung anak Athan. Dan lebih kecewa, karena Athan yang tidak mau bertanggung jawab.
"I-iya, aku akan pergi meninggalkan Tuan setelah bayi ini lahir"
Pada akhirnya Alea tidak bisa menolak apapun.
"Baguslah, kontrak perjanjiannya akan aku serahkan padamu. Karena selama jadi istriku, banyak hal yang tidak boleh kau lakukan. Jangan sampai melanggar aturan!"
Tidak ada yang bisa Alea lakukan selain mengangguk saja. Rean mau menikahinya saja, sudah cukup baginya. Setidaknya dia tidak akan melahirkan tanpa seorang suami, karena yang dia pikirkan adalah anaknya. Jangan sampai anaknya lahir tanpa seorang Ayah.
*
Akhirnya hari ini, pernikahan terlaksana. Meski hanya di dalam ruangan rumah orang tua Rean, yang hadir pun hanya anggota keluarga saja. Tidak ada perwakilan dari pihak Aela. Dia tidak punya keluarga lain setelah orang tuanya meninggal. Lebih tepatnya, keluarganya memilih tidak peduli padanya.
"Rean, Papa tahu jika kamu masih merasa ini pernikahan paksa. Tapi percayalah, jika ini yang terbaik untuk kalian berdua. Cinta bisa datang dengan terbiasa" ucap Papa Chris sambil menepuk bahu anaknya.
Rean tidak menjawab, tatapan matanya masih begitu tajam. Menatap perempuan yang baru saja dia nikahi. Seharusnya bukan dia yang menerima janji suci pernikahan darinya, seharusnya Riska, perempuan yang dia cintai.
Alea yang sadar di tatap begitu tajam oleh suaminya, dia memilih menunduk. Kedua tangannya saling bertaut, sedikit bergetar.
Seorang gadis yang berjalan ke arahnya, Alea tidak tahu siapa dia. Tapi memang sejak tadi gadis itu berada disini, sejak acara pernikahan dimulai.
"Hai, Alea" Dia menyapa dan duduk disamping Alea. Mengulurkan tangan padanya. "Aku Arina, sepupunya Kak Rean"
Alea mengangguk sedikit canggung, gadis disampingnya begitu cantik, dan terlihat penampilannya juga begitu elegan. Ini memang bukan keluarga biasa, sejak dulu keluarga Demitri sudah terkenal sebagai keluarga terpandang dan kaya di Kota ini. Maka Alea cukup terkejut saat mengetahui jika Athan bersalah dari keluarga ini.
"I-iya, aku Alea Nona"
Arina terlihat tertawa kecil, merasa lucu dengan ucapan Alea yang terdengar gugup. Tangannya bahkan terasa begitu dingin saat menjabat tangannya.
"Tidak perlu terlalu formal, kita seumuran sepertinya. Panggil aku Arin saja. Oh ya, yang berdiri disana, itu saudara kembarku, Arian" ucap Arina sambil menunjuk seorang pria tampan yang berdiri bersama yang lainnya.
Alea mengangguk, merasa takjub dengan keluarga ini. Mereka mempunyai keturunan yang cantik dan tampan. Pria dengan rambut coklat dan tatapan begitu tajam itu, sekilas ada kemiripan dengan Rean.
"Wah, kalian saudara kembar ya"
Arina mengangguk sambil tersenyum tipis. "Ya, kami adalah kembar. Orang tua kami sudah meninggal, jadi aku tinggal dengan Kakek dan Nenek"
Alea langsung menoleh, merasa tidak percaya dengan itu. Ternyata ada orang yang sama dengannya. "Ah, aku turun berduka ya. Aku juga sama, orang tuaku meninggal karena kecelakaan"
Arina mengangguk, ada hembusan napas pelan yang jelas mengandung kesedihan yang mendalam. "Ibuku meninggal setelah melahirkan kami, dan Ayah meninggal 4 tahun yang lalu"
Entah kenapa, tapi Alea merasa kasihan padanya. Padahal dirinya juga perlu dikasihani. Alea mengelus punggung gadis disebelahnya tanpa sadar.
"Semua sudah takdir Tuhan, kita hanya perlu melanjutkan hidup" ucap Alea.
Arina menoleh, dia tersenyum meski jelas terlihat matanya mulai berkaca-kaca. Kehilangan orang tua adalah hal yang cukup menyakitkan bagi semua anak.
"Alea, mulai sekarang ayo berteman. Aku tidak punya banyak teman, jadi aku ingin menjadikanmu temanku. Bagaimana?"
Alea mengangguk sambil tersenyum. "Tentu, mari berteman"
*
Alea tidak tahu kemana mobil ini akan membawanya. Tapi, dia hanya diam saja tanpa bertanya. Hari sudah malam, dan Rean membawanya pergi menggunakan mobil ini. Alea hanya diam dengan menatap keluar jendela. Pria disampingnya juga hanya diam dengan sebuah ponsel di tangannya.
Mobil terpakir di depan sebuah rumah mewah, namun tidak sebesar rumah orang tua Rean tadi. Alea turun, menatap suaminya yang berjalan meninggalkannya. Memang tidak peduli padanya. Alea hanya menghela napas saja.
"Ayo Nona, ini barang-barangnya biar saya bantu bawa ke dalam" ucap Pak Sopir yang mengantarkan kami.
Alea tersenyum, dia mengambil tas dari tangan Pak Sopir. "Tidak perlu Pak, saya bawa sendiri saja. Bapak sebaiknya istirahat sudah malam juga"
"Ah baik Nona, terima kasih"
Alea berjalan dengan membawa dua tas besar di tangannya. Tidak banyak barang yang dia bawa, karena memang dia tidak punya banyak barang.
Langkah kakinya masuk ke dalam rumah ini. Pertama kali yang dia lihat adalah ruang tamu yang cukup luas, di dekat saja ada sebuah tempat untuk menonton dengan layar besar. Alea menatap sekitar dan mencari keberadaan suaminya. Ketika suara langkah kaki terdengar, membuat dai menoleh dan melihat Rean yang berjalan menuruni anak tangga.
Rean melempar sebuah map coklat ke arahnya, tepat mengenai wajah Alea. "Baca dan pahami apa yang boleh dan tidak boleh kau lakukan selama disini!"
Alean mengambil map coklat yang jatuh ke atas lantai karena dia terkejut dan tidak sigap untuk menangkapnya. Menatap Rean yang berjalan ke arah sofa. Duduk disana.
"Yang terpenting, jangan pernah mencampuri urusan pribadiku. Apapun itu!" tekan Rean.
Alea membuka map coklat itu dengan tangan bergetar, menaruh dua tasnya di atas lantai.
Ini seperti perjanjian kontrak dalam seri drama. Dan aku berada disini dan menjadi tokoh utama.
Yang dapat di ambil dari isi dari surat perjanjian itu, adalah Rean tidak ingin Alea bersikap seperti istrinya di depan orang lain. Mereka akan tetap menjadi orang asing diluaran, dan di rumah pun Alea tidak boleh banyak mengganggu Rean, apalagi mencampuri urusan pribadinya.
Dan yang terakhir, setelah Alea melahirkan dia yang harus mengajukan perceraian dan membuat seolah memang dirinya yang ingin mengakhiri pernikahan ini, bukan Rean.
Alea mengerti kenapa Rean melakukan ini, dia mau menjadi suami pengganti untuk Alea saja sudah cukup. Dan Alea tidak akan pernah banyak menuntut.
Bersambung
Arina ini, sifatnya persis Ibunya ya.. Gak tahu kalo Arian kembarannya.. Ah, jadi kangen Airin, tapi udah ditanam ya dia🤧
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!