Malam itu, waktu menunjukkan pukul 20.00 WIB. Yogantara duduk di ruang tamu, meminum kopi dan mengisap sebatang rokok. Ia sedang menikmati kesunyian malam, setelah seharian sibuk dengan pekerjaannya sebagai fotografer.
Tiba-tiba, Putri masuk ke ruang tamu dengan wajah marah. Matanya merah, dan napasnya terengah-engah.
"Kamu melakukan apa siang tadi?" Putri bertanya dengan nada tinggi.
Yogantara terkejut dengan pertanyaan Putri. Ia tidak mengerti apa yang terjadi.
"Apa maksudmu?" Yogantara bertanya dengan tenang.
"Jangan berbohong! Aku tahu kamu bermain api dengan pelangganmu siang tadi!" Putri menuduh dengan marah.
Yogantara merasa terhina dengan tuduhan Putri. Ia tidak pernah bermain api dengan siapa pun, apalagi dengan pelanggan.
"Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan," Yogantara menjawab dengan tenang. "Aku hanya melakukan pekerjaanku sebagai fotografer."
Putri tidak percaya dengan jawaban Yogantara. Ia merasa bahwa Yogantara sedang berbohong.
"Jangan berbohong! Aku tahu kamu tidak setia!" Putri semakin marah.
Yogantara merasa sedih dengan reaksi Putri. Ia tidak mengerti apa yang terjadi, dan mengapa Putri menuduhnya dengan hal yang tidak benar.
"maksut kamu apa sih sayang, ada apa sebenarnya? Dari mana aku tak setia,? Mungkin aku tampak jahat?," Yogantara menjawab dengan tegas. "Tapi aku tahu bahwa aku tidak pernah berbohong padamu."
Putri tidak menjawab. Ia hanya menangis dengan marah, " Bohong.!!!! Dasar kamu laki-laki pendusta. Kamu sekarang berani main Serong dengan wanita lain, kurang apa aku ini, kita berjuang bersama dari nol,setelah kita sedikit dapat menikmati hasil,kamu sudah serong, kalau kamu cuma minum minuman keras,judi dan lain lain aku tak mengapa, karna itu sudah dari dulu kamu seperti itu, tetapi kalau sudah menyangkut penghianatan aku tak teriman" teriak Putri terus ngomel di depan Yogantara.
Yogantara merasa sedih dan bingung. Ia tidak mengerti apa yang terjadi, dan mengapa Putri menuduhnya dengan hal yang tidak benar. "Aku semakin bingung dengan tuduhan tak mendasar mu itu, apa buktinya jika aku melakukan hal sekeji itu.apa? " Yogantara mulai emosi
Melihat Yogantara bereaksi Putri pun juga tak kalah garangnya menantang Suaminya.
"Kamu tak tahu atau pura pura tolol.sekarang aku tanya,? Kemana hasil proyek mu kemarin hari minggu?. Jangan kira saya tidak tahu. Saya tahu semua" jawab Putri yang terus mengomel di hadapan suaminya. Darah sudah mengalir ke dalam otaknya.
"Kan sudah ku bilang, hasil kemarin kan belum di bayar,!. Aku juga dari tadi nunggu kabar dari sana,kenapa kok belum di transfer" jawab yoga yang agak pelan sambil menunjukan chat WA di ponselnya.
"Dasar Pembohong Ulung, Kalau memang begitu kenapa itu si Edi sama Brayan sudah kebayar lunas, dan itu keluar dari dompet mu mas!" protes putri yang masih nada tinggi.
"Itu yang ku kasih ke mereka uang DP. Dan hasil akhirnya biar aku yang nanggung, yang penting anak buah dapet dulu, aku mah gampang itu " Jawab yoga pelan
"Gak mungkin, kamu pasti bermain Api, karna aku tau karna pelanggan mu itu seorang LC di kota. Kamu pasti keg*l*n denganya,sampai rela tak di bayar karna mau menjamah tubuhnya, semua orang sudah pada tahu, kamu jangan mengada ada. Semua sudah kamu rencanakan kan ini.? Kalau kamu ingin pisah dengan aku, okeee...! Tidak masalah, aku tak punya lelaki juga bisa hidup bahagia, dari pada hidup kayak gini, setiap hari makan ati. " Jawab putri lagi semakin melebar.
" Maksut kamu apa sih dek, kok jadi begini,? Kok malah melebar kemana-mana. Aku tak pernah melakukan Hal sekeji itu, sudah berulang kali aku katakan." Yogantara malah semakin bingung.
Putri pun tak berhenti di situ, Nada terus meninggi seiring memang watak putri yang sangat keras Kepala,sudah di campur dengan doktrin orang lain yang mencoba menghancurkanya. Dan watak asli putri memang tak mau kalah dan susah untuk dibatur, hanya pendiriannya sendiri yang jadi Patokan hidupnya.
"hahahahhhhah. Kamu ini mas mas" putri mulai kesetanan " Sebenarnya ini semua hanya permainan mu kan mas. Permainan keluarga mu. Kluarga mu juga menginginkan kita berpisah. Terutama ibu mu. Sejak kita pengantin baru memang ibu mu gak suka sama aku, aku tahu itu.tapi aku masih berusaha patuh sama orang tua mu. Tetapi semenjak Pak Kadin kamar dagang datang memberi tahu aku, kalau ternyata ibu mu mau mengincar supermarket kita, aku tahu sekarang memang ibu mu sebejat itu. " Putri terus nerocos.
"Deeeekkkk...Sudah diaaaammm!" Yoga Berteriak dan membentak sambil melotot di hadapan muka putri.
"Hahahahaah, Apa,? Kenapa,? Kebusakan mu dan keluarga mu kecium, kaget kamu mas?" tanya putri sambil menatap tajam dan sinis Ke Yoga.
" Kluarga ku tak seperti itu. Itu fitnah. Aku tahu keluarga ku.jaga mulutmu baik baik" Bentak yoga yang dari tadi masih menatap tajam ke arah putri.
"Plok..plok.plok" Suara tepuk tangan putri lalu menyilangkan tangan ke Dadanya sambil mendekatkan Wajahnya ke wajah yoga Sambil berkata.
" Luar Biasa...!. Mentah Sekali, ternyata hanya segitu otak mu untuk mengkadali ku, aku ini sudah muak dengan semua ini, ternyata dugaan ku memang benar." Putri berbisik di hadapan muka yoga .
"Lantas Mau kamu apa Sekarang? Tanya Yoga tegas.
" Hahahahaha.. Sekarang semua sudah kebuka, kamu ngaku aja to, semua ini. Dari awal kamu selingkuh saya tau, orang tua mu tak suka dengan ku juga aku tahu. Jangan kira aku ini orang bodoh ya mas. Aku punya pilihan aku ingin pisah dengan kamu dan semua harta ini jadi miliku dan kamu silahkan pulang ke orang tuamu dengan tangan kosong. Apa kau masih mau mempertahankan hidup berumah tangga dengan ku, tetapi jauhi keluarga mu. Karna jujur saja aku tak suka dengan keluarga mu. Terutama ibumu. Keluarga mu terlalu ikut campur tentang masalah kita. " Kata Putri dengan nada semakin meninggi.
" Oh itu.Ow begitu.. Oke...okelah kalau begitu.itu yang kau mau. Saya terima kamu menghujani peluru fitnah yang sangat menyakitkan ke dalam dada ku. Tapi perlu di ingat, walaupun kata mu ibu ku mau mengambil alih Supermarket kita, tapi aku yakin tidak begitu. Ibu ku hanya menuntut hak selayaknya anggota Kadin. Mau punya toko lagi dan bukan berarti mau merebut usaha kita. Ibu ku sangat bahagia melihat anaknya bisnisnya sukses, tak seperti itu...! Tetapi kalau itu mau mu ya okelah aku terima" Jawab Yoga dengan penuh penekanan
"Sekarang Kamu pilih Mana,? Pilih ibumu atau Pilih aku? Sekarang kalau kamu begitu berarti kaku lebih memilih orang tua mu. Sesuai permintaan ku, sekarang juga kamu pergi, pulang ke orang tua mu tanpa bekal apa-apa, karna kamu dulu nikah dengan ku juga tak membawa apa-apa.Sekarang juga kita deal. " Putri pun semakin marah dan menuntut..
"Hahahaha" Yoga pun gantian tertawa terbahak-bahak." Seharusnya yang pergi dari Sini itu kamu bukan aku. Karna tempat ini peninggalan Simbah saya. Lha kalau mau pergi silahkan jangan usir aku,karna tempat ini bukan punya kamu dan bukan pula punya saya. Ini punya simbah di kasih ke ibu ku, lalu ibu ku yang kasih ke kita, kalau kamu yang tak suka dengan orang tua ku, ya kamu saja yang angkat kaki dari sini, jangan saya...!!" jawab yoga dengan Penuh kemenangan.
"Oke...oke...." Jawab Putri singkat Sambil membalikan wajahnya lalu berlari menuju kamarnya lalu menguncinya dengan rapat
Yoga pun hanya bisa pasrah dan sesekali menggarukan kepalanya
Ia hanya bisa duduk di ruang tamu, meminum kopi yang sudah dingin, dan mengisap rokok yang sudah habis.
Malam itu, Yogantara tidak bisa tidur. Ia hanya bisa memikirkan apa yang terjadi, dan mengapa Putri menuduhnya dengan hal yang tidak benar.
Ia tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari. Tapi ia tahu bahwa ia harus mencari tahu apa yang terjadi, dan mengapa Putri menuduhnya dengan hal yang tidak benar.
Sore itu, Yogantara dan Putri berjalan-jalan di gunung, menikmati suasana alam yang indah. Mereka berdua sangat bahagia, bercanda ria dan menunjukkan keintimannya kepada semua orang yang mereka temui.
"Sayang,aku sangat bahagia sekali bisa bersanding dirimu, " Rajuk Putri.
"iya,sayang aku juga sama, hehehe" jawab yogantara
"Sayang, aku selalu ingin di sandingmu seriap waktu,aku harap kau temani aku sampai ajal menjemputku " kata putri
" tentu dong sayang, semua Akan aku lakukan demi kamu, itu Saksinya Gunung gamping di depan kita, itu saksi bisu tentang perjalanan cinta kita" jawab Yogantara dengan lebut.
Sayaaangg!.. Bagaimana pendapat orang-orang tentang hubungan kita, aku malu."
"malu kenapa,? Malah justru kita bangga, hanya kita saja lah yang bisa sebahagia ini, biarkan mereka berkata apa, yang penting kita bahagia tak peduli di mata mereka itu kita norak, kampungan, setiap hari pamer kemesraan, itu gak jadi urusan, yang penting kita bisa menyalur kan hasrat. Hahaha" kata yogatara.
"ih kamu itu,... Ngeres terus...! Aku malau sayang.." putri penuh penekanan.
"udahlah yang, yang jelas kita saling cinta, gak usah peduli dengan semua ini,. Mending kita balik aja yuk, sudah sore, ntar di cari bapak mu,aku takut di tembak kepala ku heheheh" Kata yogantara .
"Ayo... " jawab Putri sambil berdiri dari pangkuan sang kekasih yogantara.
Mereka lalu berjalan meninggalkan tempat mojok itu lalu menuju ke tempat di mana mereka menaruh motor di bawah pohon Nangka yang rindang.
Mereka berdua sangat mencintai satu sama lain, dan tidak peduli dengan apa yang orang lain pikirkan tentang mereka. Mereka merasa bahwa dunia hanya milik mereka berdua.
Setelah berjalan-jalan, mereka memutuskan untuk berkendara motor. Yogantara mengemudi, sementara Putri duduk di belakangnya, memeluk pinggangnya erat-erat.
Mereka berdua berciuman mesra di atas motor, tidak peduli dengan jalan yang mereka lalui. Tapi, tiba-tiba motor tergelincir dan jatuh. Keduanya tergulung ke aspal, dan mengalami luka yang cukup parah.
Yogantara merasakan sakit yang hebat di tangannya, tapi syukur hanya luka ringan yang di dapat.
Tetapi Putri mengalami luka yang cukup parah, tapi ia lebih khawatir tentang Yogantara. Ia memeluk Yogantara erat-erat, dan menangis karena khawatir tentang keadaannya.
Yogantara yang hanya luka biasa pun segera bangun ,ia ia lebih khawatir tentang Putri. Ia memeluk Putri erat-erat, dan berusaha untuk menenangkannya.
"sayang,kamu gimana,?, Apakah kamu baik-baik saja," Yogantara berkata, sambil mencoba untuk menghampiri Putri.
Tapi, Putri tidak berselang lama langsung pingsan dibatas pangkuan Yogantara
Yogantara yang takmerasakan sakit yang hebat, ia lebih khawatir tentang Putri. Ia tahu bahwa ia harus membuat Putri selamat
, dan ia berusaha untuk melakukan itu.
Yogantara melihat Putri yang terluka parah dan merasakan sakit yang hebat. Ia tahu bahwa ia harus bertindak cepat untuk menyelamatkan Putri.
Dengan suara yang keras, Yogantara berteriak meminta tolong. "Tolong! Tolong! pacar saya terluka!"
Tak butuh waktu lama, warga sekitar berdatangan dan melihat keadaan Yogantara dan Putri. Mereka langsung membantu dan membawa keduanya ke klinik terdekat.
"Ada apa mas," tanya warga yang mulai berdatangan.
" Ini saya jatuh, tolongin saya, ini pacar saya terluka, ini pingsan..! " jawab yogantara keras.
Oke...oke,. Sekarang Abil itu mobil di depan, kita larikan Saja ke Klinik terdekat dulu supaya dapat penanganan." kata salah satu orang yang datang.
Semua pada panik,. Para warga berbondong bondong untuk melakukan sesuatu. Dan semua pun berjalan dengan baik, mobil pun datang, yogantara dan putri pun di bopong warga di masukan ke dalam mobil lalu di bawanya ke klinik meninggalkan tempat itu.
Setelah samapi ke klinik, Lalu Putri di terima oleh perawat dan langsung masuk ke UGD, karna sedari tadi Putri belum Sadarkan diri.
Di klinik, dokter langsung menangani Putri yang terluka parah. Yogantara menunggu dengan cemas, berharap bahwa Putri akan sembuh.
Dokter keluar dari ruang perawatan dan berbicara dengan Yogantara.
"Kondisi pacarnya cukup parah, tapi kami akan berusaha untuk menyelamatkannya."
"iya dok, saya mohon bantu keselamatan pacar saya" Yogantara merengek.
"Akan saya lakukan semaksimal dan semampu kami,mas berdoa saja semoga tak terjadi apa apa" jawab dokter.
"iya dok,. Tolong dok."
Dokter pun hanya menganggukan kepala sambil membalikan badan untuk masuk lagi ke ruang IGD
Yogantara merasakan lega, tapi juga khawatir tentang keadaan Putri. Ia berharap bahwa Putri akan sembuh dan kembali seperti semula.
Sementara itu, Yogantara juga memikirkan tentang kejadian yang baru saja terjadi. Ia tidak mengerti apa yang menyebabkan motor mereka tergelincir dan jatuh.
Tapi, yang lebih penting bagi Yogantara adalah keselamatan Putri. Ia akan melakukan apa saja untuk memastikan bahwa Putri sembuh dan kembali seperti semula
Tiba-tiba, pintu klinik terbuka, ternyata ituPrayogo, ayah Putri, masuk ke dalam. Ia adalah seorang mafia yang terkenal dengan kekuasaan dan kekejamannya.
Tatapan tajam Prayogo membuat semua orang di klinik merasa takut. Ia langsung menuju ke arah Yogantara dan menghentikan langkahnya di depannya.
"Bagaimana keadaan Putri?" Prayogo bertanya dengan nada yang keras dan marah.
Yogantara merasa takut, tapi ia berusaha untuk menjawab pertanyaan Prayogo dengan tenang. "Iya, Pak. Putri sedang dirawat di dalam. Dokter bilang kondisinya parah, tapi mereka akan berusaha untuk menyelamatkannya."
Prayogo mengangguk, tapi tatapannya tidak berubah. Ia masih terlihat marah dan khawatir. "Apa yang terjadi?" ia bertanya lagi.
"tadi kami baru saja jalan jalan tetapi di perjalanan tergelincir motor pun oleng lalu jatuh." jawab yogantara.
"kalau sudah telanjur begini lantas siapa yang mau bertanggung jawab, kalau anak ku kenapa napa gimana,? " tanya Prayogo marah
"Aaa..Annuuu...pak gini saya jelaskan!" yogantara mulai gugup
Yogantara berusaha untuk menjelaskan kejadian yang terjadi, tapi Prayogo tidak sabar untuk mendengarnya.
"Ah sudah... "
Ia memotong penjelasan Yogantara dan berjalan menuju ruang perawatan Putri.tetapi sebelum sampai ke tempat putri tiba-tiba, tim dokter keluar dari ruang perawatan dan menuju ke Yogantara dan Prayogo. Mereka terlihat penasaran dan cemas
"Kabar baik, Pak," dokter berkata kepada Prayogo. "Putri tidak mengalami cedera yang parah. Hanya ada sedikit pergeseran pada kaki dan tangan kirinya. Dengan perawatan yang tepat, ia akan sembuh dalam satu atau dua bulan."
Prayogo merasa lega dan terharu. Ia menghela napas dalam-dalam dan memejamkan mata, berterima kasih kepada Tuhan.
Yogantara, yang masih merasa bersalah, berusaha meminta maaf kepada Prayogo. "Pak, saya minta maaf. Saya tidak bisa menjaga Putri dengan baik."
Prayogo membuka mata dan menatap Yogantara dengan bijaksana. Walaupun tadi marah marah tetapi setelah dapat kabar baik dari dokter prayogo pun luluh
"Tidak perlu meminta maaf, Yogantara. Kecelakaan bisa terjadi pada siapa saja. Yang penting adalah Putri selamat."
"iya pak, sekali lagi mohon di maafkan pak. Ini benar benar bukan kendali saya." jawab yogantara
"iya nak, tenang saja.! " Jawab prayogo singkat.
" iya pak" jawab yogantara singkat
Yogantara merasa lega dan berterima kasih kepada Prayogo.
Setelah semua selesai, mereka berpisah dan pulang ke rumah masing-masing. Putri masih dirawat di rumah sakit untuk satu atau dua hari lagi sebelum boleh dibawa pulan
* Rumah Yogantara.
Sepulang dari Rumah sakit,hati yogantara pun mulai berkecambuk, antara rasa bersalah dan takut jika terjadi apa apa. Belum nanti kalau ayahnya marah padanya. Yogantara mengumpulkan tenaga dan enenrgi yang tersisa untuk menghadap ayahnya.
Yogantara masuk ke ruang tamu dan melihat ayahnya, Muryadi, sedang menikmati sebatang rokok keretek dan kopi pahit. Muryadi, yang mantan pendekar pencak silat, memiliki tubuh yang kekar dan pendek itu menikmati kacang rebus untuk di makan cemilan di sela sela minum kopi.
Yogantara berjalan mendekati ayahnya dan berbicara dengan nada yang pelan. "Ayah, saya mau berbicara dengan ayah tentang sesuatu."
Muryadi menatap Yogantara dengan mata yang tajam. "Apa itu?,ada apa lagi?"
Yogantara mengambil napas dalam-dalam sebelum berbicara. "Saya habis terjatuh dari motor bersama Putri. Kami berdua mengalami cedera, tapi Putri lebih parah."
Muryadi langsung bereaksi dengan marah. "Apa?! Kamu tidak bisa menjaga Putri dengan baik?! Kamu tahu siapa ayahnya Putri?! Prayogo, mafia ulung! Kamu harus bertanggung jawab atas keamanan Putri!"
"iya, aku juga mencoba bertanggung jawab pak. Saya sudah dari rumah sakit. " Jawab Yogantara pelan.
"lantas,gimana sekarang keadaan pacar mu itu.?" tanya Muryadi dengan pandangan tajam.
" Masih di Rumah sakit, mungkin satu atau dua hari lagi baru bisa pulang, " jawabnya pelan.
"terus...biaya perawatannya?." cecar muryadi.
"pakai uang ku untuk sementara, tapi gak tau kalau besok. Uang ku sudah habis kemarin buat bayar cicilan motor, itu aja malah motor jatuh." jawab Yogantara
Tiba-tiba Muryadi Menggebrak meja lalu berdiri
" Makanya sudah ku bilang berkali kali, kamu itu masih kecil jangan pacar pacaran. Kamu gak tau apa siapa lawan kamu itu. Motor lagi berapa bulan di sini hasil cicil sudah kau rusak, masih saja bikin celaka lagi, aku gak mau punya urusan dengan prayogo. "
Yogantara merasa takut dengan reaksi ayahnya. Ia tidak pernah melihat ayahnya marah seperti ini sebelumnya.
"Ayah, saya minta maaf. Saya tidak sengaja membuat kecelakaan itu terjadi," Yogantara berbicara dengan nada yang pelan.
Muryadi masih marah, tapi ia berusaha untuk mengontrol emosinya.
"Kamu harus berhati-hati, Yogantara. Jangan sampai ada sesuatu di kemudian hari yang membuat kamu berurusan dengan Prayogo. Saya tidak mau berurusan dengan mafia seperti dia." pesan Muryadi.
" Iya ayah, " Jawab Yogantara lirih.
"Besok sore ayah mau ke rumah prayogo, biar semua jadi beres, supaya tak terjadi sesuatu pada dirimu. Semoga saja tidak ada apa apa" kata Muryadi.
" Kalau pak prayogo saja sudah memaafkan aku yah, tadi ketemu di rumah sakit, pak prayogo sangat bijaksana sekali." kata Yogantara.
Muryadi sembari kembali ke tempat duduknya dan menyalakan rokoknya yang tadi mati.
" Kamu itu goblok sekali, tadi sama besok itu lain cerita, kalau kamu tidak segera bertanggung jawab, semua akan berubah, bodoh kamu " Jawab muryadi ketus.
"iya ya.Yoga mengerti"
" Nah itu ngerti, " kata Muryadi.
Muryadi lalu berdiri bergegas mengambil handuk untuk segera mandi, karna dari tadi siang bekerja di sawah,di badan terasa kaku dan penuh bau keringat. Langkah kaki tegapnya menuju kamar mandi dan tak terlihat lagi
Sedangkan Yogantara bergegas memasuki kamarnya lalu berbaring di tempat tidurnya.
berbaring di kasur sambil menikmati rasa sakit badan yang penuh nyeri di sekujur tubuh,.
Sementara di Rumah Prayogo Sudah Rame para tetangga pada mengunjungi Rumahnya.
Sanak saudara dan tetangga pada pengen lihat keadaan Putri setelah jatuh Dari motor.
Tepat Pukul 20.00 WIB motor Gede di kendarai oleh seorang perawakan tinggi besar muka sangar masuk ke halaman Rumah. Ia tak lain dan tak bukan ialah sosok Prayogo sang Mafia Ulung pulang kerumah pulang dari Rumah sakit.
baru saja motor di parkir para tetangga pun Sudah banyak yang mencecar pertanyaan. Para warga sudah tak sabar mendengar kabar tentang Putri.
" Gimana putri pak, kok gak di bawa pulang?" Tanya salah satu warga.
" iya kang, kok pulang sendiri, mana putri."tanya warga yang lain.
Watak prayogo yang dingin tak menghiraukan pertanyaan para warga yang mencegatnya. Prayogo hanya terdiam sambil berjalan masuk ke dalam rumah. Setelah masuk ke dalam rumah prayogo mendapati Istrinya menangis.
" Sudah Jangan menangis, cengeng amat, putri gak kenapa napa, hanya perlu perawatan" kata prayogo memberi kabar Istrinya.
" Lalu putri gimana, dengan siapa di Rumah sakit.? Tanya istrinya.
" Sendiri, nanti kita susul, saya mau ganti baju dulu,kamu segera siap siap ke rumah sakit dari pada nangis seperti ini " kata prayogo dengan tatapan tegas.
" baik Pak" jawab Istrinya Sambil berdiri dan berjalan menuju kamar untuk ganti baju.
"Hardiyaaaah... Hardiyaaaah!" Panggil Prayogo.
"iya Pak,.!" Jawab hardiyah sambil mendekati bosnya.
" Anak anak di kondisikan ya, aku sama ibu mau ke Rumah sakit. Dan tolong siapkan apa yang perlu di bawa ke rumah sakit " perintah Prayogo.
" Baik pak.! " Jawab hardiyaaah sembari pergi untuk menyiapkan bekal ke rumah sakit.
Setelah semua sudah Siap, lalu prayogo dan istrinya pun berangkat menuju ke rumah sakit di antar sopir pribadinya.
Muryadi berdiri di depan rumahnya, mempersiapkan diri untuk berangkat ke rumah Prayogo. Ia memanggil Rivan, seorang DC ulung yang jago berdebat dan berbicara.
Rivan datang dengan percaya diri, meskipun hanya sekelas DC jalanan. Ia memiliki pengalaman dalam berdebat dan berbicara di jalanan, dan ia yakin bahwa ia bisa beradu argumen dengan Prayogo dan anak buahnya.
"Muryadi, apa yang ingin kamu capai dengan pergi ke rumah Prayogo?" Rivan bertanya, sambil memperbaiki posisi jaketnya.
Muryadi mengambil napas dalam-dalam. "Saya ingin memastikan bahwa Prayogo tidak akan melakukan sesuatu yang tidak diinginkan kepada Yogantara. Saya juga ingin meminta maaf atas kecelakaan yang terjadi."
Rivan mengangguk. "Baik, saya siap membantu kamu. Tapi, kita harus siap untuk berdebat dan berbicara dengan Prayogo dan anak buahnya."
Muryadi mengangguk, merasa lega bahwa ia memiliki Rivan sebagai juru bicaranya. Ia yakin bahwa Rivan bisa membantunya dalam menghadapi Prayogo dan anak buahnya.
Dengan percaya diri, Muryadi dan Rivan berangkat ke rumah Prayogo, siap untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi.
Setelah mengetuk pintu rumah Prayogo, Muryadi dan Rivan menunggu dengan sabar. Tapi, lama sekali tidak ada jawaban. Rivan mulai merasa kesal dan mengumpat pelan.
"Apa sih yang bikin lama banget? Kayaknya mereka tidak mau membuka pintu deh," Rivan berkata dengan nada yang tidak sabar.
Muryadi segera menenangkan Rivan. "Sabar, Rivan. Kita tidak tahu apa yang sedang terjadi di dalam. Lagipula, kita tidak bisa sembarangan di sini. Prayogo bukan orang sembarangan."
Rivan mengangguk, memahami bahwa Muryadi benar. Ia tidak tahu seluk beluk orang sini, dan tidak ingin membuat kesalahan yang bisa berakibat fatal.
Muryadi kembali mengetuk pintu, kali ini dengan lebih sabar. Setelah beberapa saat, pintu akhirnya dibuka oleh seorang pria yang terlihat sebagai pengawal Prayogo.
"Siapa?" pengawal itu bertanya dengan nada yang keras.
Muryadi maju ke depan. "Saya Muryadi, ayahanda Yogantara. Saya ingin bertemu dengan Pak Prayogo."
Pengawal itu menatap Muryadi dengan curiga, tapi kemudian mengangguk. "Baik, saya akan memberitahu Pak Prayogo. Silakan masuk
Setelah memasuki rumah Prayogo, Muryadi dan Rivan di persilahkan duduk di lantai yang beralaskan karpet mewah. Rivan langsung mengamati sekitar, mencari tahu apakah ada bahaya yang mengancam. Ia takut bahwa Prayogo mungkin memiliki rencana jahat untuk mereka.
Tapi, Muryadi tidak terlihat khawatir. Ia duduk dengan tenang dan percaya diri, seperti tidak ada apa-apa yang bisa mengganggunya. Rivan tahu bahwa Muryadi adalah mantan pelatih bela diri, dan mungkin itu yang membuatnya begitu tenang.
Rivan sendiri tidak bisa tenang. Ia terus mengamati sekitar, mencari tahu apakah ada tanda-tanda bahaya. Ia tidak ingin terjebak dalam situasi yang tidak diinginkan.
Setelah beberapa saat, Prayogo muncul dari ruangan dalam. Ia terlihat tenang dan santai, tapi Rivan bisa melihat ada sesuatu di balik matanya yang membuatnya merasa tidak nyaman.
"Selamat datang,Pak Muryadi," Prayogo berkata dengan nada yang ramah. "Senang sekali bapak mau berkunjung kesini, mari mari silahkan duduk"
Muryadi berdiri dan membungkuk sedikit sebagai tanda hormat. "Terima kasih, Pak Prayogo. Saya datang kesini,selaku orang tua dari yogantara membicarakan tentang kecelakaan yang terjadi pada Yogantara dan Putri." kata Muryadi.
"Oh, itu.... Itu gak jadi masalah kok pak muryadi, lagian anak saya sudah bisa di bawa pulang tadi sore. Bapak tidak usah kawatir hehehehe" kelekar Prayogo .
"iya pak, tetapi alangkah pantasnya jika saya ikut bertanggung jawab, terhadap pemulihan dan pengobatannya" kata prayogo menyela.
Muryadi Berdiri Sambil Membawa Sebuah amplop untuk di berikan ke Prayogo, Prayogo pun berdiri tegak.
"Ini ada uang Sedikit untuk biaya pemulihan putri pak" Kata Muryadi.
Ah, tidak..tidak usah.. Saya gak bisa menerima ini pak " jawab muryadi tegas.
setelah lama saling menolak akhirnya capek juga mereka berdua.
Muryadi dan Prayogo duduk kembali, dan suasana menjadi lebih santai. Prayogo menawarkan Muryadi secangkir kopi, dan Muryadi menerimanya dengan berterima kasih.
"Jangan khawatir tentang biaya pengobatan Putri," Prayogo berkata dengan nada yang ramah. "Saya akan menanggung semua biaya. Yang penting adalah Putri sembuh dengan cepat."
Muryadi berterima kasih kepada Prayogo, dan suasana menjadi lebih hangat. Tapi, Prayogo tidak bisa melepaskan perhatiannya dari Rivan, yang masih terlihat waspada dan siaga.
Ada sesuatu yang janggal menurut Prayogo. Ia tidak bisa menentukan apa itu, tapi ia merasa bahwa Rivan tidak seperti orang biasa. Prayogo memperhatikan gerak-gerik Rivan, dan ia menyadari bahwa Rivan terlihat seperti orang yang terlatih untuk bertarung.
Prayogo menjadi lebih waspada, dan ia memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut tentang Rivan. Ia tidak ingin ada bahaya yang mengancam keluarganya, dan ia akan melakukan apa saja untuk melindungi mereka.
Prayogo memutuskan untuk memasang taktik untuk mengetahui apa misi Rivan. Ia tidak ingin langsung menyerang atau menuduh Rivan, karena itu bisa membuat situasi menjadi lebih buruk.
Prayogo memanggil salah satu anak buahnya, seorang pria yang terlihat ramah dan tidak mencolok. "Panggilkan saya seorang pelayan, dan minta mereka membawa minuman dan makanan ringan," Prayogo berkata dengan nada yang santai.
Anak buah Prayogo segera memanggil pelayan, dan beberapa saat kemudian, pelayan tersebut membawa minuman dan makanan ringan. Prayogo meminta Rivan untuk bergabung dengan mereka dalam menikmati minuman dan makanan tersebut.
"Sini om,. Gabung sini,. Santai aja! " sapa Prayogo ramah.
" Iya pak, saya di sini saja, gak enak saya dengan Bapak bapak." Jawab Rivan sambil memandang waspada
Sementara itu, Prayogo meminta anak buahnya untuk memantau Rivan dan melihat apakah ada tanda-tanda yang mencurigakan. Prayogo juga meminta anak buahnya untuk menyelidiki latar belakang Rivan dan mengetahui apa yang sebenarnya dibawa oleh Rivan ke rumah Prayogo.
Dengan demikian, Prayogo berharap dapat mengetahui apa misi Rivan dan apakah ada bahaya yang mengancam keluarganya.
Setelah Dapat informasi dari chat SMS, Prayogo masuk ke ruang tengah nyamperin anak buahnya.
"Maaf pak Muryadi, Saya masuk dulu Sebentar."
Muryadi pun cuma menganggukan kepala sambil dalam batin." Penuh dengan liku liku,penuh taktik, "
Setelah prayogo sampai di ruang tengah
Anak buah Prayogo kembali ke ruangan dengan wajah yang lega.
"Pak, saya sudah mengetahui latar belakang Rivan," katanya.
Prayogo menatap anak buahnya dengan penasaran. "Apa yang kamu temukan?"
Anak buah Prayogo melanjutkan,
"Anak itu namanya Rivan,Rivan adalah seorang makelar dan juga memiliki jasa penagih hutang, atau yang lebih dikenal sebagai DC. Ia tidak memiliki latar belakang yang berbahaya, Pak."
Prayogo mengangguk, merasa lega. Ia tidak perlu khawatir tentang Rivan lagi. "Baik, saya paham. Mungkin mereka hanya waspada karena berada di rumah saya, seperti seekor kucing yang berada di kandang singa."
Anak buah Prayogo tersenyum. "Benar, Pak. Mungkin itu yang membuat Rivan terlihat waspada."
Prayogo berdiri, merasa bahwa ia tidak perlu khawatir tentang Rivan lagi. "Baik, saya akan melanjutkan pembicaraan dengan Muryadi dan Rivan. Terima kasih atas informasinya."
Dengan demikian, Prayogo merasa lega dan tidak perlu khawatir tentang Rivan lagi. Ia bisa melanjutkan pembicaraan dengan Muryadi dan Rivan dengan lebih santai
Setelah semua beres, Muryadi punya inisiatif yang tidak terduga. "Pak Prayogo, saya ingin mengusulkan sesuatu," katanya dengan nada yang serius.
Prayogo menatap Muryadi dengan penasaran. "Apa itu?"
Muryadi melanjutkan, "Bagaimana kalau Yogantara dan Putri Anjarwati dijadikan sepasang? Mereka sudah remaja dan tidak sekolah lagi. Saya merasa malu jika mereka berdua sudah lengket tapi tidak ada kejelasan."
Prayogo terkejut dengan usulan Muryadi. Ia tidak menyangka bahwa Muryadi akan mengusulkan hal seperti itu.
"Tapi, Pak Muryadi," Prayogo berkata dengan nada yang hati-hati, "Putri masih memiliki kakak laki-laki yang belum menikah. Di tradisi kami, sangat pamali jika anak gadis menikah sebelum kakak lelakinya."
Muryadi mengerti kekhawatiran Prayogo. Ia tahu bahwa tradisi dan adat istiadat sangat penting bagi Prayogo dan keluarganya.
"Tapi, Pak Prayogo," Muryadi berkata dengan nada yang sopan, "Yogantara dan Putri sudah saling mencintai. Mereka berdua juga sudah dewasa dan siap untuk membangun rumah tangga. Apakah tidak ada cara untuk memecahkan tradisi tersebut?"
"coba saya tanya dulu ke Anak saya! Nanti kalau mensiasati pamali itu mah mudah.!" Jawab Prayogo lalu Prayogo memanggil Putri untuk menghadap. Putri datang dengan wajah yang sedikit khawatir, tidak tahu apa yang akan terjadi.
"Putri, Ayah ingin berbicara denganmu tentang sesuatu," Prayogo berkata dengan nada yang lembut.
Putri mengangguk, menunggu instruksi ayahnya.
"Ayah ingin tahu, apa yang kamu rasakan tentang Yogantara? Apakah kamu mencintainya?" Prayogo bertanya dengan nada yang penasaran.
Putri terkejut dengan pertanyaan ayahnya, tapi ia tidak bisa menyembunyikan perasaannya. "Ayah, saya mencintai Yogantara. Saya ingin bersama dengannya."
Prayogo mengangguk, memahami perasaan putrinya. Ia tahu bahwa Putri sudah dewasa dan siap untuk membangun rumah tangga.
"Baik, Putri. Ayah akan mencoba untuk mencari alternatif untuk mengatasi pamali ini. Tapi, kamu harus berjanji untuk selalu menghormati tradisi dan adat istiadat keluarga kita," Prayogo berkata dengan nada yang serius.
Putri mengangguk, berjanji untuk selalu menghormati tradisi dan adat istiadat keluarganya.
Mendengar kabar begitu wajah Muryadi jadi semringah, tak berkata tetapi tersirat di dalam aura wajah Muryadi.
"begini pak muryadi, tunggu sebentar aku akan panggil tetua adat di sini dulu,sudilah anda menunggu.? " tawar prayogo.
muryadi pun hanya menganggukan kepala. Lalu prayogo mengutus anak buahnya memanggil tetua adat.
Prayogo memutuskan untuk mencari alternatif untuk mengatasi pamali tersebut. Ia tidak ingin putrinya, Putri, menikah sebelum kakak lelakinya, tapi ia juga tidak ingin mengecewakan Muryadi dan Yogantara.
Prayogo memanggil seorang ahli adat dan tradisi keluarganya, seorang pria tua yang bijak dan berpengalaman. Ia meminta bantuan ahli adat tersebut untuk mencari alternatif yang tepat.
Ahli adat tersebut mendengarkan penjelasan Prayogo tentang situasi yang dihadapi. Ia kemudian memikirkan beberapa saat sebelum memberikan jawabannya.
"Ada satu cara untuk mengatasi pamali tersebut," ahli adat tersebut berkata. "Kakak lelaki Putri harus melakukan sebuah upacara adat yang disebut 'Pemberkatan Kakak'."
Prayogo penasaran. "Apa itu Pemberkatan Kakak?"
Ahli adat tersebut menjelaskan, "Pemberkatan Kakak adalah sebuah upacara adat yang dilakukan oleh kakak lelaki untuk memberkati adik perempuannya sebelum menikah. Dengan demikian, pamali tersebut dapat diatasi."
Prayogo merasa lega. Ia telah menemukan alternatif yang tepat untuk mengatasi pamali tersebut.tetapi makna yang tersirat dalam ucapan tetua adat itu prayogo tidak faham,karna itu hanya sebuah sanepan. Ia segera memutuskan untuk melaksanakan upacara adat tersebut.tetapi Di tolak oleh Muryadi mentah mentah
Muryadi menolak mentah-mentah ritual pemberkatan itu. "Saya tidak setuju dengan ritual ini," katanya dengan nada yang tegas. "Ini bukan tradisi Jawa, dan tidak ada dalam syariat Islam."
Prayogo terkejut dengan penolakan Muryadi. Ia tidak menyangka bahwa Muryadi akan menolak ritual yang telah disarankan oleh ahli adat tersebut.
"Apa yang tidak beres dengan ritual ini?" Prayogo bertanya dengan nada yang penasaran.
Muryadi menjelaskan, "Saya tidak ingin melakukan sesuatu yang tidak jelas maknanya. Apakah Anda tahu apa itu pemberkatan kakak?"
Prayogo menggelengkan kepala. "Saya tidak tahu. Saya hanya ingin mengatasi pamali ini."
Muryadi tersenyum. "saya telah kenyang akan tradisi leluhur Jawa.tapi ini apa,?.Ajaran apa? pemberkatan kakak.? Dari mana cerita dan asal usulnya, saya tidak ingin melakukan sesuatu yang tidak jelas maknanya."
Mbah bong tetua adat yang sedari tadi di situ pun mulai bereaksi mendengar ocehan muryadi.
tetua adat yang bernama mbah Bong, sangat tersinggung dengan penolakan Muryadi. Ia merasa bahwa Muryadi telah menghina pengetahuannya tentang tradisi Jawa.
"Kamu pikir kamu lebih pintar dari saya, Muryadi?"
" tentu mbah, karna aku tau itu jawaban ngawur mbah,"jawab Muryadi
mbah Bong bertanya dengan nada yang keras. "lancang kamu.! Kalau begitu Saya menantang kamu untuk adu kepintaran! Saya ingin tahu sampai mana kemampuan kamu!"
Muryadi tersenyum dan mengangguk. "Baik, mbah Bong. Saya siap untuk adu kepintaran dengan Anda."
Prayogo memandang kedua orang tersebut dengan rasa penasaran. Ia ingin tahu siapa yang akan keluar sebagai pemenang dalam adu kepintaran tersebut.
Mbah Bong memulai adu kepintaran dengan mengajukan pertanyaan tentang tradisi Jawa.
"Coba jawab apa arti dengan tembung RIRUK RIMBANG RITIL?"
Muryadi menjawab dengan mudah dan tepat.
"itu mudah mbah,. Riruk daribkata duri jeruk, rimbang itu dari kata duri kembang, ritel itu dari kata duri pentil. Yang artinya begini duri jeruk akan runcing dengan tajam apa bila duri tersebut masih kecil, filosofi kehidupannya jika masih kecil sudah bersatu untuk di kawinkan pamalinya mereka berdua akan saling egois,tak mau di atur karna rimbang ritel artinya semakin berbunga semakin runcing semakin tajam."
Mbah bong hanya manggut manggut
Mbah Bong kemudian mengajukan pertanyaan yang lebih sulit, tapi Muryadi tetap bisa menjawab dengan mudah.
"Sekarang Kalau ini, Coba tebak, kalau emang anda itu waskita Apa itu LICENG BUROK.?"
"itu sudah yang paling sulit.?" tanya Muryadi meledek.
"jangan Meledek kau, ayo coba tebak itu apa?" mbah bong pun mulai panas.
"Santai kenapa mbah,.. Itu ilmu dasar anak TK. Hehehe"
Lalu Muryadi MelanJutkan "LICENG BURUK dari kata Liceng artinya Peli ngaceng Burok itu mlebu turok, artinya hidup berumah tangga itu harus bersenggama untuk mencapai kebahagiaan hakiki,tapi perlu di ingat Liceng buruk juga berasal dari TALI KENCENG JAMBU JERUK. Artinya antar keluarga baik suami maupun istri sama sama pegang komitmen yang kuat,tak pernah goyah tak pernah hilang." jawab Muryadi dengan sempurna
mbah bong mulai terhina karna semua pertanyaan di jawab lengkap oleh Muryadi.
Mbah Bong menjadi semakin kesal dan merasa bahwa Muryadi telah menghina pengetahuannya. Ia memutuskan untuk mengajukan pertanyaan yang paling sulit dan kompleks tentang tradisi Jawa. Tetapi Muryadi pun menolaknya.
" Males mbah,. Ilmu mbah cuma cethek. Mbah bong bukan level saya " jawab Muryadi
Mbah Bong bangkit dari duduknya, mata merah dengan amarah. Ia meraih Muryadi dengan tangan yang gemetar dengan kemarahan.
"Kamu telah menghina saya, Muryadi!" mbah Bong berteriak. "Saya akan menghajarmu!"
Tapi, Muryadi tidak tinggal diam. Naluri pendekarnya keluar, dan ia siap untuk melawan mbah Bong.
Muryadi mengangkat tangan, dan ia memukul mbah Bong dengan tinju yang kuat. Mbah Bong terjatuh ke tanah, tapi ia tidak menyerah.
Mbah Bong bangkit kembali, dan ia menyerang Muryadi dengan kemarahan yang tidak terkendali. Keduanya berkelahi dengan hebat, saling memukul dan menendang.
Prayogo mencoba untuk melerai perkelahian tersebut, tapi ia tidak bisa. Keduanya terlalu sibuk berkelahi, dan tidak ada yang mau mendengarkan.
Perkelahian tersebut semakin sengit, dan tidak ada yang tahu bagaimana akhirnya.
"Kamu telah menghina saya, Muryadi!" mbah Bong berkata dengan nada yang keras. "Saya akan menghajarmu!"
Tapi, Muryadi masih semangat menjadi rival. Naluri pendekarnya keluar, dan ia siap untuk melawan mbah Bong. Perkelahian pun terjadi lagi tanpa berhenti sedikit pun. kedua orang tersebut berkelahi dengan keras.
Lagi lagi Prayogo mencoba untuk melerai perkelahian tersebut, tapi ia tidak bisa menahan kekuatan mbah Bong dan Muryadi. Ia terpaksa mundur dan membiarkan perkelahian tersebut berlanjut.
Mbah Bong menggunakan ilmu nujumnya untuk melawan Muryadi, tapi Muryadi memiliki kekuatan fisik yang kuat dan teknik bela diri yang tajam. Ia berhasil menangkis serangan mbah Bong dan membalas dengan serangan yang kuat.
"Ayo kakek tua, tunjukan pesona mu, dasar dukun palsu, dukun mesum hahahaha" Muryadi menghinanya
Perkelahian tersebut berlanjut dengan intens, dengan kedua orang tersebut berkelahi dengan tidak kenal lelah. Tapi, Muryadi mulai mendapatkan keunggulan, dan mbah Bong mulai terdesak..
" Gimana kek, Capek ya.. Hahahahh" ledek Muryadi.
Mbah bong pun setelah bangun langsung pergi meninggalkan rumah prayogo.
"Awas tunggu pembalasan ku muryadi.. Aku jamin anak anak mu tak akan bahagia, coba lihat aja.setelah 13 tahun lagi. Pasti akan ada badai menghadang bahtera rumah tangga yogantara dengan anak mu prayogo.. Kamu sekarang boleh menang, tapi ingat omongan ku. " Teriak mbah bong lalu berlari keluar rumah prayogo.
Setelah mbah Bong dikalahkan oleh Muryadi, Prayogo mendekati Muryadi dengan wajah yang penuh dengan pujian.
"Pak Muryadi, kamu benar-benar luar biasa!" Prayogo berkata dengan nada yang kagum. "Berbagai ilmu yang dikeluarkan oleh mbah Bong, tapi kamu berhasil menangkalnya dengan mudah."
Muryadi tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih, Pak Prayogo. Saya hanya menggunakan ilmu yang saya pelajari."
Prayogo semakin mantap dengan keputusannya untuk menjadikan Muryadi sebagai besan. Ia tidak lagi memperdulikan kutukan mbah Bong, yang telah mengancam bahwa rumah tangga Yogantara dan Putri akan mengalami kesulitan setelah 13 tahun.
"Pak Muryadi, saya tidak peduli dengan kutukan mbah Bong," Prayogo berkata dengan nada yang tegas. "Saya yakin bahwa yogantara dan Putri akan memiliki rumah tangga yang bahagia."
Muryadi tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih, Pak Prayogo. Saya juga yakin bahwa anak kita akan memiliki rumah tangga yang bahagia."
"sekarang kita fikirkan cara keluar dari pamali tersebut pak! " Kata prayogo.
" Itu sangat mudah, cukup carikan jodoh sementara saja untuk seremoni.. Sudah pamali hilang " jawab Muryadi.
"oh..iya....?" tanya Prayogo ke Muryadi.
Dan muryadi pun hanya menganggukan kepala sambil mengacungkan ke dua jempol tangan
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!