NovelToon NovelToon

Pesona Di Balik Cadar

Bab 1. SAH!

Suasana di gedung hotel bintang lima begitu sangat sakral sekali, menyambut dua insan yang baru akan mengikrarkan janji suci pernikahan. Namun, tidak sesakral hati pria berahang tegas yang kini sudah duduk bersila di bangsal ijab qobul.

"Maafkan aku Celline Karlina Agatha, Tuhanmu dan Tuhanku berbeda. Tujuh tahun memang bukan waktu yang singkat untuk kita dalam menjalani hubungan yang tak direstui oleh kedua orang tuaku. Andai kamu seorang muslim tentunya hari ini kamu yang akan aku nikahi!" batin Keenandra dengan hati yang begitu perih.

Keenandra menahan airmatanya agar tidak tumpah. Tiga tahun menjalani hubungan LDR dengan Celline yang saat ini masih berada di negara Amerika membuat pria bewokan itu merasa bersalah karena menikah tanpa sepengetahuan sang kekasih hati.

"Nak, tidak ada waktu untuk merenungi masa lalu yang silam. Mama telah menjodohkanmu dengan bidadari sholihah. Akhlak dan agamanya begitu sangat bagus, dan terpenting dia seiman dengan keluarga kita," bisik Mama Anya sembari mengusap bahu sang putra.

"Aku melakukan hal ini hanya karena mama. Bukan karena wanita itu!" sahut Keenandra dengan perasaan tertekan memenuhi seluruh rongga dadanya.

Boleh dikatakan semenjak perjodohan satu bulan yang lalu, Keenandra sama sekali belum melihat wajah sang calon istri. Baginya wajah dibalik cadar itu sangat buruk rupa. Sama sekali tidak menyentuh hati dan perasaan Keenandra.

Suasana di ruang ijab qobul itu semakin terasa panas saat papanya Keenandra menyerahkan proses ijab qobul tersebut pada pak penghulu.

"Wahai Ananda Keenandra Nareswara Kalandra bin Devano Narendra Kalandra saya nikahkan dan kawinkan Engkau dengan saudari Jasmine Qurattul Ain binti Hanan Maher Qureshi dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan cincin berlian senilai seratus delapan puluh lima gram serta uang sebesar dua ribu dua puluh lima dollar dibayar tunai!"

Pak penghulu mengucapkan kata-kata tersebut dengan lantang tanpa jeda sedikitpun. Nyaris Keenandra ingin menjawab ijab tersebut dengan nama kekasih hatinya Celline Karlina Agatha. Namun, cepat-cepat ia mengenyahkan pikiran buruk tersebut.

"Saya terima nikahnya dengan yang tersebut!" jawab Keenandra tanpa ragu. Dia tidak ingin sampai mengecewakan ibunya yang memiliki riwayat penyakit jantung.

"Sah!" ucap para saksi dengan penuh antusias.

"Alhamdulillah, Nak. Akhirnya kamu memiliki istri yang sholihah,'' ungkap mama Anya dengan memeluk bahu sang putra.

Papa Devano pun turut bahagia karena akhirnya bisa berbesan dengan sahabat baiknya Hanan Maher Qureshi.

 "Alhamdulillah, siratuhrahmi kita sejak zaman putih merah dahulu kini bisa terjalin kembali Kyai Hanan," ungkap papa Devano dengan rasa bahagia.

"Alhamdulillah, pak Devano sudah puluhan tahun kita tidak bersua karena pendidikan dan tujuan hidup yang berbeda, akhirnya siratuhrahmi kita kembali terjaga melalui anak-anak kita," ungkap Abba Hanan dengan perasaan bahagia.

Kedua orang tua itu tidak menyadari jika putra putri mereka belum bisa menerima pernikahan tersebut satu sama lain. Jasmine melakukan hal itu karena baktinya terhadap kedua orang tua begitu pun dengan Keenandra.

"Maafkan aku mas Cairo Noval Khair, janji kita untuk seiring bersama di pelaminan harus berakhir seperti ini. Aku harus menerima pinangan dari pria yang telah dijodohkan oleh Abba terhadapku," batin Jasmine sembari mengusap bulir air matanya yang jatuh berderai.

"Astaghfirullah, apa yang terjadi, Kak?" tanya Qafiya Nurul Jannah adiknya Jasmine saat melihat sang kakak bersedih.

"Tidak ada, Dek. Kakak hanya terharu," bohong Jasmine. Padahal, hatinya sedang memikirkan Cairo yang kini berada di ranah Mesir menempuh jenjang pendidikan S2-nya.

Qafiya memang sejak tadi menemani sang kakak di dalam kamar pengantin saat ijab qobul masih berlangsung. Sekarang, waktunya ia dan dua tim MUA membawa Jasmine keluar menuju bangsal ijab qobul untuk bertemu langsung dengan mempelai pria.

"Bismillah ayo, Kak!" Qafiya menggandeng lengan Jasmine menuruni anak tangga yang ada di kamar hotel tersebut.

Jasmine pun melangkah bak bidadari yang baru turun dari langit ketujuh. Kecantikan alaminya terpancar indah di balik gaun pengantin syar'i dan cadar putihnya.

"Maa syaa Allah!"

 Seketika semua yang hadir di dalam gedung hotel yang sudah di dekorasi indah tersebut menatap kagum ke arah Jasmine yang kini sudah berbalut gaun pengantin putih. Sedangkan Keenandra Nareswara sama sekali tidak menatap ke arah wanita yang telah sah menjadi istrinya.

Pria berwajah dingin tersebut merasakan lehernya seakan tercekik saat merasakan kehadiran Jasmine semakin mendekati bangsal ijab qobul.

"Sandiwara segera dimulai! Aku pastikan kau tak akan pernah bahagia hidup bersamaku," ancam Keenandra di dalam hati.

Pria berahang tegas itu pun menunjukkan ekspresi wajah dingin. Rasanya ia ingin lari ke planet tujuh rupa saat melihat kehadiran Jasmine di sisinya.

"Nak Keenan, menantu mama sudah hadir. Silakan sambut kedatangan istrimu!'' ucap mama Anya dengan tersenyum bahagia.

Keenandra pun terpaksa mengecup kening Jasmine saat sang istri mencium punggung tangannya dengan takzim. Rasanya hati pria yang sedang dirundung kekecewaan itu tak sudi di sentuh oleh Jasmine.

"Tak ku sangka wanita yang menjadi istriku adalah wanita yang kolot dan tertutup serta buruk rupa!"

 Kenandra mengoceh di dalam hati. Rasanya ia ingin sekali berteriak keras saat merasakan apa yang dia impikan tak sesuai dengan harapan.

"Celline, maafkan aku!" batin Keenandra dengan hati pedih. Ia masih tetap mengingat sang kekasih hati yang kini masih menempuh pendidikan di Amerika tersebut.

"Pernikahan macam apa ini? kenapa pria yang menjadi suamiku sama sekali tidak mengerti bagaimana memperlakukan seorang istri?" gumam Jasmine di dalam hati.

Pasalnya, Keenandra sama sekali tidak mendo'akan kebaikan untuk dirinya. Yang Jasmine ketahui jika pria mengerti agama tentu ia akan meletakkan telapak tangannya di atas ubun-ubun sang istri mendo'akan kebaikan untuk pernikahan mereka.

"Jauh api dari pada panggang!" bisikan hati Jasmine. Gadis bercadar putih itu mulai bisa menebak pernikahan seperti apa yang akan ia jalani bersama sang suami saat ini.

"Astaghfirullah, andai dia adalah mas Cairo tentu aku tidak akan sesakit ini!" bisik hati Jasmine yang mulai campur aduk.

"Maa syaa Allah anak menantu mama, tidak boleh malu-malu! Ayo Keenan silakan sematkan cincin pernikahan kalian di jemari istrimu!" titah mama Anya penuh semangat.

"Iya, Ma."

Kenandra tersenyum hambar. Ia pun terpaksa menyematkan cincin berlian tersebut di jemari Jasmine. Tak ada rasa cinta di sana yang ada hanya kehampaan di hati keduanya.

"Alhamdulillah, maa syaa Allah, barakallah, Nak!" umma Hanin, ibunya Jasmine memeluk erat tubuh putrinya. Do'a-do'a kebaikan ia panjatkan untuk kebahagiaan putri sulung mereka.

Abba Hanan pun mendo'akan hal yang sama untuk putrinya. Jasmine terisak dalam dekapan cinta pertamanya.

Barakallahu laka wa baraka 'alaika wa jama'a bainakuma fii khair (Semoga Allah memberkahimu, baik dalam suka maupun duka, dan selalu menyatukan kalian berdua dalam kebaikan)

"Abba!" Jasmine tak dapat membendung air mata saat menyadari jika saat ini dia sudah sah menjadi istri orang.

"Iya, Nak. Setelah ini patuhlah terhadap suamimu! Karena setelah ini dia memiliki hak penuh atas dirimu," ucap Abba Hanan sembari mengecup kening putrinya.

"Dasar cengeng!"

Bab 2. Istri Sholeha vs Suami Arogan

Keenandra mengumpat dalam hati. Sumpah demi apapun dia begitu sangat membenci Jasmine. Air mata sang istri seakan tak menyentuh perasaannya sama sekali.

Jasmine pun melerai pelukannya dari sang abba. Dia berusaha menampilkan senyuman termanis demi orang-orang terkasih walau pada kenyataannya ia harus tersakiti karena menikah dengan pria yang sama sekali tidak ia cintai.

Jasmine bukanlah wanita bodoh. Dia dapat merasakan aura dingin dari raut wajah Keenandra. Tetapi, wanita berbalut gaun pengantin putih itu berusaha menetralkan perasaannya. Ia tidak ingin merusak kebahagiaan para orang tua yang mengira ikatan mereka baik-baik saja.

"Astaghfirullah, tatapannya memang benar-benar sangat tajam. Tak ku sangka jika jodohku adalah pria arogan," batin Jasmine dengan menundukkan pandangan saat menyadari tatapan Keenandra yang menghunus tajam padanya.

"Keenan, ayo bawa menantu mama bersanding di pelaminan! Masa istrinya dianggurin saja," kekeh mama Anya.

Naluri seorang ibu dapat merasakan hawa dingin dari raut wajah sang putra. Anya sangat menyadari jika Kenandra menikahi Jasmine karena terpaksa.

Anya tak punya pilihan lain demi menyelamatkan putranya dari jerat cinta wanita yang sama sekali tidak ia ridhoi menjadi kekasih sang putra.

Keenandra mengangguk dengan senyuman yang dipaksakan. Dia pun menggandeng lengan Jasmine tanpa peduli rupa yang bersembunyi di balik cadar itu. Ia hanya mengikuti naluri dengan berjalan lurus ke depan.

"Maafkan putra kami Abba, Umma. Mungkin karena mereka menikah karena perjodohan jadi masih malu-malu," ungkap mama Anya pada kedua besannya.

Wanita paruh baya itu sedikit merasa tak nyaman melihat sikap dingin putranya. Tetapi, Abba Hanan dan Umma Hanin hanya menanggapi dengan senyuman. Tak ada kecurigaan di sana. Mereka yakin putrinya akan bahagia.

Keenandra berjalan beriringan menggandeng Jasmine menuju kursi pelaminan. Beruntung di sana ada Qafiya adiknya Jasmine dan asisten MUA membantu sang pengantin wanita mengangkat gaun pengantin yang umumnya berat puluhan kilo tersebut.

"Kak selamat menikmati menjadi raja dan ratu sehari!" bisik Qafiya setelah mengantarkan sang kakak duduk bersanding di pelaminan.

Gadis berusia tujuh belas tahun itu tersenyum ramah. Ia pun menundukkan pandangannya pada Keenandra yang telah resmi menjadi kakak iparnya. Qafiya sama sekali tidak menyadari wajah dingin pria tersebut pada Jasmine. Ia pikir pasangan pengantin tersebut saling menyesuaikan diri satu sama lain lantaran pernikahan tersebut terjadi karena perjodohan.

"Iya, Dek. Syukron ya!" ucap Jasmine sembari tersenyum di balik cadarnya.

"Afwan, Kak." Qafiya pun turun dari pelaminan saat melihat sang kakak sudah merasa nyaman bersanding dengan Keenandra.

Kini dua insan yang sudah sah menjadi suami-istri itu duduk bersanding layaknya pasangan pengantin pada umumnya. Tetapi, sayang sekali hati keduanya saling bertolak belakang.

Para tamu undangan pun mulai berdatangan. Tabuhan rebana dan senandung lagu islami dibawakan langsung oleh tim nasyid demi untuk mensukseskan acara sakral tersebut. Namun, keindahan music realigi itu tak mampu mencairkan hati Keenandra yang beku.

Beruntung yang diundang pada acara sakral tersebut hanyalah keluarga inti dan beberapa rekan bisnis dari Keenandra dan juga para ulama, ustadz atau ustadzah serta jama'ah cahaya illahi dari Kyai Hanan.

Semua hal tersebut adalah atas permintaan Keenandra sendiri. Dia beralasan jika istrinya tidak boleh dilihat oleh orang banyak. Padahal, dia illfil memiliki istri bercadar. Lebih tepatnya ia malu terhadap publik jika CEO tampan sepertinya memiliki istri yang menurut kolot dan tertutup.

"Sekarang kamu bisa menikmati indahnya pesta. Tetapi, setelah ini kau akan merasakan bagaimana neraka bersamaku!" bisik Keenandra sembari mencengkram pinggang Jasmine dengan keras.

"Subhanallah, astaghfirullah, laa haulla walla quwwata illa billah ...."

Jasmine merintih di dalam hati saat mendengar ancaman suami arogannya. Kalau bukan memikirkan kebahagiaan orang-orang terkasihnya tentu saat ini juga Jasmine akan memberikan ultimatum pada pria yang baru menjadi suaminya tersebut.

"Kamu tu-li ya? atau memang pura-pura tak mendengar ucapanku?" gertak Keenandra dengan tangan mengepal erat.

"Mas, itu adalah sanak family dan sahabat-sahabat satu jama'ah dengan abba Hanan. Kita sambut mereka dengan baik ya," ucap Jasmine lembut.

Wanita bercadar putih itu sengaja berkilah. Dia tidak ingin menghancurkan suasana walimahan mereka yang sedang berlangsung dengan khidmat.

Jlebbb.

Keenandra merasa tertampar dengan keadaan. Dia setengah mati berlaku kasar pada Jasmine. Tetapi, wanita itu justru menghadapinya dengan sikap yang sangat lembut.

"Kau pikir aku akan tergoda dengan ucapanmu, tidakkk! Selembut apa pun perkataanmu takkan mampu untuk menyihirku," tegas Keenandra pura-pura berbisik ke arah Jasmine.

Pria berahang tegas itu bergerak aktif seraya mencengkram jemari tangan Jasmine. Seolah-olah mereka adalah pasangan yang serasi. Padahal, Keenandra hanya ingin menyakiti Jasmine. Namun, tiba-tiba jantungnya berdegup kencang. Niat ingin menyakiti sang istri, justru ia sendiri kena batunya.

"Si*l! mengapa aku mendadak gugup! Semenarik apa wajah di balik cadarnya sehingga sampai membuat hatiku bergetar? Tidak, hatiku hanya tergetar pada Celline-ku!" batin Keenandra seraya melepaskan genggaman tangannya dari Jasmine.

"Aku pikir kau tergoda padaku, Keenandra Nareswara Kalandra!" bisik Jasmine di tengah keramaian pesta.

Tak dapat dipungkiri pesona Jasmine mampu menghipnotis setiap kaum Adam yang melihatnya. Para ustadz muda anak muridnya abba Hanan pada berdatangan menghadiri acara walimahan tersebut. Mereka begitu mengagumi kepribadian Jasmine dari sejak dulu. Namun, sayangnya mereka kalah satu langkah dari sang CEO arogan.

Keenandra terlihat ketar ketir. Entah karena cemburu atau apa tetapi dia merasa kesal sendiri melihat wajah-wajah yang hadir nampak bercahaya dan berwibawa dengan sorban yang yang melilit di atas kepala.

"Kau pikir dirimu cantik? sehingga berani tebar pesona dengan pria lain! Tak kusangka wanita sepertimu pun gila kepopuleran," sindir Keenandra di dekat daun telinga Jasmine.

"Aku tidak sempat untuk meladeni pemikiranmu yang sangat primitif itu!" kecam Jasmine.

Wanita sholiha itu merasa jengah dengan tudingan Keenandra. Walaupun pada kenyataannya para ustadz muda tersebut memang patah hati saat Jasmine bersanding dengan pengusaha sukses yang bukan dari kalangan religius. Pikir mereka berapa beruntungnya pria yang mendapatkan bidadari sholihah seperti Jasmine Qurattul Ain.

"Kau! lihatlah apa yang akan aku lakukan padamu setelah ini!" kecam Keenandra dengan perasaan kesal karena diabaikan Jasmine. Dia yang mencari perkara namun ia sendiri yang merasa sakit hati.

Kedua insan tersebut benar-benar saling bertolak belakang. Istri sholeha vs suami arogan cocok disematkan untuk dua insan yang tidak saling cinta tersebut. Namun memilih tetap mengikrarkan ijab qobul. Sungguh aneh tapi nyata itulah yang terjadi.

"Aku tidak takut dengan ancamanmu suamiku! Mari nikmati acara pesta ini dengan baik dan tenang. Jangan bawa-bawa masalah rumah tangga dalam ranah publik," bisik Jasmine sembari merapatkan diri pada Keenandra.

Pria arogan itu pun mengikuti permainan Jasmine. Sehingga nampaklah mereka seperti pasangan serasi saat menyambut para tamu undangan yang datang silih berganti.

"Maa syaa Allah Ustadzah cantik sekali!" seru sekumpulan anak-anak TK dan TPA Qurattul Ain yang baru datang berkelompok menghadiri acara walimahan Jasmine dan Keenandra.

"Ustadzah? Maksud mereka apa?" tanya Keenandra di dalam hati.

Pria arogan itu nampak terkejut saat anak-anak berusia lima tahun sampai delapan tahun ke atas itu menghampiri Jasmine di pelaminan.

"Mereka adalah anak didikku, Mas." Jasmine tersenyum sembari menyambut uluran tangan-tangan mungil itu didampingi oleh ustadz dan ustadzah yang juga menghadiri pernikahan dua insan yang saling berbeda karakter tersebut.

"Owh ...."

Keenandra merasa speechless sendiri. Dia tidak menyangka jika ternyata sang istri adalah seorang ustadzah.

"Mimpi apa aku semalam? Hari ini aku harus berhadapan dengan anak kecil dan sosok istri misterius. Mama tidak bercerita jika wanita yang akan menjadi istriku adalah wanita kolot dan fanatik," kecam Keenandra di dalam hati.

Sumpah demi apapun Keenandra tidak begitu menyukai dunia anak-anak. Tetapi, ia terpaksa bermain peran demi untuk mensukseskan acara mereka hari ini.

"Menyakitkan pandang mata saja!" ketus pria berahang tegas itu di dalam hati sembari terpaksa ikut menyambut uluran tangan-tangan mungil yang menjadi tamu spesial Jasmine.

"Kamu jual aku beli!"

Bab 3. Bara Api Pernikahan

Jasmine tersenyum tipis di balik cadar. Dia memang akan bersikap lembut terhadap siapapun. Namun, ia bukan tipekal wanita yang lemah untuk ditindas.

 Wanita berbalut gaun pengantin putih itu akan menentang keras siapapun yang berniat merendahkan harga dirinya. Meskipun itu adalah suaminya sendiri.

"Ternyata dia bukan wanita kaleng-kalengan! Aku harus bisa membuatnya bertekuk lutut padaku," gumam Keenandra sembari mengepalkan tinjunya.

"Aku tak akan membiarkan dia berbuat semena-mena denganku. Kita lihat saja aku atau kamu yang akan bertekuk lutut duluan!" batin Jasmine. Dia seolah-olah bisa menebak apa yang dipikirkan sang suami.

Jasmine tetap menyambut kedatangan tamu undangan dengan penuh suka cita. Senyum tulus senantiasa terukir di balik cadarnya. Berbeda sekali dengan Keenandra, dia seperti cacing kepanasan. Kalau bukan menjaga nama baik keluarga, pria berahang tegas itu sudah kabur dari pelaminan.

"Menyebalkan sekali!" ketus Keenandra di dalam hati.

Pria berwajah dingin tersebut mulai tak betah mengikuti serangkaian acara berlangsung. Dia sudah gerah menyambut tamu undangan yang datang silih berganti. Sumpah demi apapun Keenandra ingin cepat-cepat mengakhiri pesta pernikahan yang sama sekali tak diinginkannya.

"Sebentar lagi waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Setidaknya aku bisa istirahat sejenak dari keramaian," harap Keenandra dengan kesabaran setipis tisu dibagi sepuluh.

Benar saja, kumandang adzan Dzuhur pun menggema di seluruh pusat kota. Keenandra sedikit merasa lega karena acara pesta dan tabuhan rebana yâng dibawakan oleh Tim Nasyid Cahaya illahi pun berhenti sejenak. Dia merasa sedikit nyaman dengan itu semua.

"Akhirnya aku bisa bernafas lega. Telingaku hampir pecah mendengar tabuhan rebana dan nyanyian kuno tersebut. Sungguh sangat fanatik sekali!" omel Keenandra di dalam hati.

Keenandra yang terbiasa dengan dunia gemerlap sontak merasa berat sekali mendengar music realigi yang menganggu indera pendengarannya. Berbeda dengan Jasmine, gadis itu begitu sangat menyukai hal-hal yang berbau religi.

Pasangan pengantin itu pun diminta oleh penata rias untuk menggantikan pakaian pengantin mereka. Keenandra pun merasa senang, pikirnya ia bisa beristirahat sejenak di dalam kamar setelah hampir tiga jam duduk berdiri di pelaminan menyambut para tamu undangan yang datang silih berganti.

Kini, Jasmine dan Keenandra sudah memasuki kamar pengantin mereka. Pria berahang tegas itu pun mendaratkan bokongnya di sofa sembari melihat sang istri yang sedang dirias oleh tim MUA.

"Apa menariknya wajah di balik cadar itu? Bikin mood hancur saja." Keenandra pun sejenak memejamkan mata. Dia sama sekali tidak ingin melihat wajah di balik cadar Jasmine. Hatinya tetap mengatakan jika perempuan itu sangat buruk rupa.

"Mas, jika kamu ingin shalat Dzuhur dulu tidak apa-apa! Laki-laki kan tidak ada udzur-nya seperti perempuan. Aku insya Allah nanti akan menjamak shalatku di waktu Ashar," ungkap Jasmine setelah Tim MUA selesai menanandani dan menggantikan gaunnya dengan warna hitam.

Keenandra hanya tersenyum sinis sembari membuka kelopak matanya yang terpejam. Tim MUA pun segera keluar setelah selesai merias wajah dan gaun Jasmine. Mereka pun sudah selesai merias Keenandra dengan jas hitam senada dengan gaun pengantin Jasmine.

Aura dingin Keenandra membuat bulu kuduk orang yang melihatnya merasa merinding. Bahkan, Tim MUA tersebut dapat merasakan bagaimana arogannya sang pengantin pria.

"Aku lihat pengantin prianya benar-benar tidak cocok dengan nona Jasminee. Auranya itu dingin dan mematikan. Ini mah definisi pasangan yang saling bertolak belakang," bisik salah satu tim MUA pada rekan kerjanya.

"Husss, jangan keras-keras! Tugas kita adalah merias klien yang telah membooking wo kita. Jangan sampai desas-desus ini sampai kepada tuan rumah atau mempelai pria dan wanita. Kita bisa berabe," sahut salah satu tim MUA lagi.

"Kita disewa bukan untuk bergosip. Ayo ambil makan siang kalian! Setelahnya kalian boleh melakukan ibadah sholat Dzuhur di Mushola dekat hotel," bisik ketua tim MUA tersebut dengan mengkoordinir rekan kerjanya.

"Baik, Mbak." Dia orang tim MUA itu pun tunduk patuh atas titah majikannya. Tinggallah Keenandra dan Jasmine yang saling berseteru di dalam kamar.

"Jangan bilang jika kamu sama sekali tidak mengenal Tuhan-mu!" rudung Jasmine saat melihat Keenandra malah menyandarkan kepalanya di sofa.

Pria yang telah menjadi suami Jasmine tersebut seolah-olah tuli dengan ocehan sang istri. Dia malah memejamkan mata karena rasa lelah menyambut para tamu undangan.

"Jika aku memang tidak mengenal Tuhan-ku, lalu apa urusannya denganmu!" cecar Keenandra sembari membuka mata dan menatap tajam ke arah Jasmine.

"Tentu saja itu menjadi urusanku, karena kamu telah sah menjadi suamiku!" sahut Jasmine dengan balik menatap wajah Keenandra yang sedingin kutub Utara.

Wajah di balik cadar itu merasa tak tenang saat mendengar jawaban sang suami yang tak sesuai ekspektasinya. Jasmine merasa dia harus lebih ekstra menghadapi kelakuan Keenandra yang di luar nulur.

"Pernikahan kita hanya karena perjodohan! Aku sama sekali tidak tertarik untuk mendengarkan setiap ocehanmu. Bagiku agamaku dan bagimu agamamu. Jika kamu ingin menunaikan ibadah sholat silakan saja! Tetapi, jangan memaksaku untuk ikut bersujud denganmu!" sombong Keenandra dengan lisan pedasnya tanpa perasaan.

"Astaghfirullah, kamu benar-benar buta agama dan sama sekali tidak ingin melaksanakan kewajiban umat muslim!" cetus Jasmine yang mulai memberikan ultimatum pada sang suami.

"Aku tidak ingin membuang-buang waktuku hanya untuk beribadah menyungkurkan kepala di atas sajadah. Hari-hariku hanya kusibukkan untuk urusan bisnis. Jadi, jangan pernah untuk merubah hidupku! Bagiku time is money! Aku tidak sempat melakukan ibadah sholat seperti yang kau minta!" tandas Keenandra dengan bangkit dari duduknya.

Hati pria tampan itu benar-benar keras, sekeras batu karang di lautan. Dia justru membenci Jasmine, saat sang istri mengomelinya untuk sholat.

"Subhanallah, astaghfirullah. Apa salah Dan dosaku ya Rabb sampai berjodoh dengan pria yang sama sekali tidak ingin menyembah-Mu?"

Wajah di balik cadar itu terlihat sangat sedih. Dia tidak menyangka jika pria yang menjadi suaminya sama sekali tidak memahami ilmu syari'at. Jasmine merasakan dia berada dalam bara api pernikahan yang siap menenggelamkannya dalam kenestapaan.

"Ya Allah, jika memang dia adalah insan yang baik untuk menjadi pasangan dunia dan akhirat hamba. Tolong hamba untuk bisa mengarahkan pria yang menjadi suami hamba dalam kebaikan." Jasmine berdo'a penuh ketegaran.

Sementara, Keenandra acuh tak acuh. Dia lebih memilih meninggalkan Jasmine yang sedang termangu di depan meja rias.

"Kamu belum sholat, Mas! Mau kemana?" seru Jasmine yang tak terima sang suami pergi begitu saja dari hadapannya.

"Aku peringatkan padamu, jangan pernah untuk menghalangi langkahku! Satu lagi jangan mengadukan pada kedua orang tuamu ataupun orang tuaku perihal ini! Kalau sampai itu terjadi kau akan tahu akibatnya," ancam Keenandra sembari menarik paksa ujung hijab pengantin Jasmine dan mencium ujung hijab panjang tersebut dengan tatapan yang mengintimidasi.

"Ka-kamu!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!