NovelToon NovelToon

Merubah Hati

BAB 1

Sophia Hadinata, putri dari pengusaha yang bernama Rasyid Hadinata. Saat ini ia menjabat sebagai wakil CEO di perusahaan ayah nya, Sophia bukan anak tunggal ia mempunyai adik perempuan yang sedang menempuh pendidikan nya di luar negeri, sedangkan mamanya sudah berpulang pada yang Maha Kuasa, beberapa tahun yang lalu akibat penyakit kronis yang di derita.

Pagi ini, Sophia sedang memimpin jalannya rapat direksi. Ada beberapa kendala kecil yang harus di selesaikan segera, ayahnya Rasyid terlihat puas dengan kemampuan putri sulung nya itu.

"Jadi saya ingin masalah ini cepat selesai, tolong kerjasama nya" ucap Shopia mengakhiri rapat pagi ini, yang tampak anggun namun tegas secara bersamaan.

"Baik, kami mengerti"

Setelah rapat selesai, satu persatu jajaran direksi mulai meninggalkan ruangan. Shopia dan ayah nya masih duduk di ruangan rapat.

"Papa ingin melihat kamu menikah Sophia, papa sudah semakin tua apalagi di tambah penyakit papa, setidaknya ada yang menjaga kamu dan membantu perusahaan" ucap Rasyid memecah keheningan.

"Papa masih sehat dan kuat" Sophia tersenyum lembut.

"Selalu jawaban mu begitu" decak Rasyid.

"Aku keluar dulu ya, pa" Sophia tidak ingin percakapan dengan ayahnya berubah menjadi pertengkaran kecil.

Shopia termenung di ruangan nya, ia ingin sekali menikah namun sampai saat ini jodoh nya entah dimana. Ia belum pernah berpacaran di usia nya yang sudah menginjak 27 tahun ini, suatu ketika adiknya Selena pernah mengenal kan seorang pria padanya namun papa nya tidak setuju karena pria tersebut bukan seseorang yang berkecimpung di dunia perusahaan.

Pria yang Selena kenalkan adalah seorang dosen di universitas di Osaka, tempat adiknya menempuh pendidikan nya.

"Adhyaksa, bagaimana keadaan mu?"

Shopia segera Mengenyahkan pikiran nya, Adhyaksa hanyalah masa lalu yang tidak bisa ia raih, dirinya harus mengorbankan banyak hal jika memaksa bersatu dengan pria itu.

*****

Seorang pria dengan wajah dingin nan tegas tengah melajukan mobilnya, ia memasuki pekarangan sebuah rumah mewah berwarna putih.

"Levi!" teriak pria tersebut.

"Hei yang sopan pada kakak mu ini"

"Cih" Leo mendudukkan dirinya di sofa.

"Sekarang mau apa kau memanggilku, aku tidak punya uang untuk membayar hutang-hutang mu yang membengkak itu"

"Aku akan menjual perusahaan" Levi mendudukkan dirinya di hadapan Leo.

"Sialan, itu perusahaan peninggalan mama dan papa beserta rumah ini awas saja kalau kau jual, aku akan menghajar mu"

"Entahlah, aku akan memikirkan cara lain"

"Kakak ipar dimana?" tanya Leo yang melihat keadaan rumah yang sepi.

"Pulang ke rumah orang tua nya"

"Hentikan hobi judi mu itu, rumah tangga mu juga ikut hancur"

"Aku pusing, dana perusahaan kosong"

"Bajingan" Leo memukul kakaknya "Terus sekarang bagaimana perusahaan orang tua kita?"

"Aku akan mencari pinjaman" Levi mengusap sudut bibirnya yang berdarah.

"Aku coba bicara pada atasan ku" ucap Leo dengan nada dingin.

"Edric?"

Leo mengangguk.

"Cih, aku tidak sudi. Dia sombong dan arogan, harga diriku pasti di tertawakan oleh nya"

"Dalam keadaan seperti ini kenapa harus memikirkan harga diri?"

"Biar aku yang mencari solusi nya, jangan coba ikut campur" Levi berlalu pergi meninggalkan Leo, ia kemudian keluar dari rumah.

Leo masih duduk disana, wajah dinginnya nampak gusar. Ia ingin membantu, namun kakaknya itu sudah melarang.

Leo menghembuskan nafas kasarnya, kemudian melangkah kan kaki menuju kamarnya yang sudah lama tidak ia tempati karena saat ini Leo tinggal di apartemen milik nya.

Pintu kamar ia buka perlahan, semuanya masih tetap sama Leo merebahkan tubuhnya di atas ranjang untuk beristirahat sejenak sebelum besok bergelut kembali dengan pekerjaannya di perusahaan Wijaya.

Leo memilih bekerja di perusahaan lain, ia ingin mencari pengalaman terlebih dahulu sebelum ikut berkecimpung mengurus perusahaan peninggalan orang tua nya.

BAB 2

Levi terlihat masuk ke sebuah perusahaan dengan membawa dokumen di tangannya. Ia merogoh ponsel di saku jas nya, kemudian melakukan panggilan.

"Kau dimana?" tanya Levi.

"Aku di jalan"

"Cepatlah aku tunggu di lobi"

"Kenapa mengajak ku, sialan"

 Leo menutup panggilan nya, kemudian mempercepat laju mobilnya.

Akhirnya sekian lama di perjalanan, Leo tiba di sebuah perusahaan yang di beri tahu oleh kakak nya

"Ck kenapa lama sekali?" Levi langsung menodong adiknya dengan pertanyaan.

"Macet, sendiri kan bisa?" Leo terlihat kesal.

"Nanti bantu aku meyakinkan pak Rasyid agar memberikan pinjaman pada perusahaan kita" ucap Levi.

Leo melengos pergi "Di lantai berapa ruangan nya?"

Levi segera menyusul adiknya untuk masuk ke dalam lift.

Ting.

Lift terbuka, segera Levi dan Leo menuju ke ruangan CEO setelah sebelumnya mengonfirmasikan kedatangan mereka.

"Silakan pak Levi, bapak sudah menunggu" seorang pria baya yang menjadi asisten CEO, mempersilahkan mereka untuk masuk.

"Selamat pagi, pak Rasyid" Levi membungkuk hormat dan tersenyum ramah.

Leo masih tetap berdiri dengan wajah datarnya.

"Penjilat" gumam Leo.

Levi yang mendengar ucapan Leo, langsung menyikut lengan adiknya itu.

"Silakan duduk" Rasyid mengajak kedua tamunya untuk duduk di sofa.

"Terimakasih" Levi duduk di ikuti oleh Leo.

"Saya kesini ingin mengajukan pinjaman sesuai yang kita bicarakan waktu itu, ini dokumen nya" Levi menyerahkan berkas tersebut kepada Rasyid.

Rasyid membuka dokumen tersebut dan membaca halaman nya satu persatu.

"Semuanya lengkap, tetapi pinjaman ini cukup besar" Rasyid menghembuskan nafasnya.

"Saya pasti akan membayar nya, saya sudah menjaminkan perusahaan saya"

Leo langsung menatap tajam kakaknya itu.

"Tenang saja, aku akan membayar nya" gumam Levi.

"Saya butuh jaminan yang lebih mengikat, bagaimana kalau menikah dengan putri saya?"

"Maaf Pak saya sudah menikah, saya takut di gorok oleh istri saya" ucap Levi meringis.

"Ah sayang sekali, kalau begitu maaf saya tidak bisa memberi pinjaman ini" Rasyid mengembalikan dokumen tersebut kepada Levi.

Levi terlihat panik "Bagaimana kalau dengan adik saya?" tunjuk Levi pada Leo.

Rasyid melirik pada Leo yang mempunyai aura yang dominan.

"Single?" tanya Rasyid.

"Bukan single lagi tapi perjaka ting-ting, pak" ucap Levi yang langsung di pelototi oleh Leo.

"Baiklah, deal?" Rasyid mengajak Levi bersalaman.

"Deal" Levi menyambut uluran tangan dari Rasyid.

"Dasar kakak sialan, selain menjamin kan perusahaan kau juga menjual ku"

Bugh. Levi mendapat bogeman mentah dari Leo, terlihat sudut bibirnya yang belum sembuh kembali mengeluarkan darah. Leo sudah tidak peduli lagi, ia langsung keluar meninggalkan kantor tersebut.

"Anda baik Pak Levi?" tanya Rasyid membantu Levi berdiri.

"Saya tidak apa-apa, terimakasih"

"Sepertinya adik anda tidak mau"

"Nanti saya bujuk, tolong jangan di batalkan saya sangat membutuhkan pinjaman ini" ucap Levi memohon.

"Baiklah"

Levi berpamitan kepada Rasyid, ia langsung bergegas meninggalkan ruangan.

"Pah ada apa? Shopia dengar suara ribut-ribut dari ruangan papa" ucap Shopia khawatir.

"Tidak ada hanya insiden kecil, kemari lah ada yang ingin papa bicarakan"

Sophia masuk ke ruangan ayahnya, kemudian duduk di atas sofa.

"Silakan pa"

"Begini, papa ingin kamu menikah dengan adik dari rekan bisnis papa"

"Kok tiba-tiba gini, papa belum minum obat"

"Shopia, papa tidak bercanda"

"Ya bagaimana ceritanya pa, aku menikah dengan orang yang tidak aku kenal"

"Kalian akan mengenal setelah kalian menikah"

"Tetapi.. "

"Keputusan papa sudah bulat, dia orang baik" Rasyid membuang pandangannya, ia tidak tega melihat wajah memelas putri nya itu.

BAB 3

Levi memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah milik mertua nya, hari ini ia ingin menjemput istrinya untuk kembali pulang.

Levi menekan bel rumah, tak lama seorang asisten rumah tangga membukakan pintu.

"Tuan Levi"

"Istri saya ada?"

"Nona Citra ada, tuan"

"Siapa mbak?" seorang wanita cantik muncul dari dalam rumah.

"Ini nona, tuan Levi"

"Sayang" panggil Levi.

"Ayo duduk" Citra terlebih dahulu mendudukkan dirinya di atas sofa.

"Kita pulang ya, aku sudah menyelesaikan semua nya. Tidak ada lagi yang akan mengancam mu gara-gara aku tidak membayar hutang"

"Bener sudah beres?" tanya Citra dengan ketus.

"Bener sayang, kita pulang ya" Levi menggenggam tangan istrinya.

Melihat wajah menyedihkan suaminya, akhirnya Citra luluh untuk pulang ke rumah suaminya.

"Baiklah, tunggu aku akan mengambil barang-barang ku dulu" Citra naik ke lantai atas dimana kamarnya itu berada.

"Levi?" panggil Lita, ibu mertua nya " sudah lama"

"Baru saja ma, saya kesini ingin menjemput Citra" Levi menoleh ke arah ibu mertuanya.

"Bagaimana urusan mu beres?"

"Alhamdulillah beres, ma"

"Maaf mama dan papa tidak bisa membantu, malah kalian yang membantu pengobatan papa" ucap Lita dengan raut sendu.

"Tidak apa-apa ma, do'a kan saja perusahaan ku lancar"

"Amiinn" Lita mengaminkan ucapan menantunya itu

Terlihat Citra menuruni tangga dengan menyeret koper milik nya, kemudian tersenyum tipis ke arah Levi dan mama nya.

"Ma, Citra pamit pulang dulu"

"Kalian hati-hati ya, dan juga kalau ada masalah apapun usahakan bicarakan dengan baik-baik"

"Iya ma" Citra dan Levi bergantian mencium punggung tangan Lita.

*****

Hari ini adalah weekend dimana semua pekerja libur, untuk beristirahat atau sekedar jalan-jalan mengisi kembali energi yang sudah habis dipakai selama seminggu untuk bekerja, saat ini Levi sedang menuju apartemen milik Leo, sengaja ia mengunjungi adiknya itu di hari libur karena di hari biasa Leo sibuk bekerja di perusahaan Wijaya.

Sebenarnya ia sudah menawari untuk bersama-sama mengurus perusahaan, namun adiknya itu menolak dengan dalih ingin mencari pengalaman.

Levi menekan kode apartemen yang sudah ia hapal di luar kepalanya. Saat membuka pintu, aroma makanan langsung menyeruak menusuk hidung.

"Jangan terlalu banyak makan mie, tidak baik untuk kesehatan" ucap Levi menghampiri adiknya itu.

Leo hanya terdiam, ia dengan tenang memakan makanan yang telah ia buat.

Levi mendengus kasar merasa di abaikan.

"Memang lebih baik kamu menikah, supaya ada yang mengurus mu"

"Aku belum ingin menikah"

"Kamu harus menikah, karena aku sudah menyepakati perjanjian dengan pak Rasyid"

Tak.

Leo membanting sumpit milik nya.

Plak.

Levi pun tak ingin kalah, ia menampar wajah Leo.

"Kemarin-kemarin aku terlalu toleran pada mu hingga kau begitu kurang ajar terhadap kakak mu sendiri, ingat kau bisa sukses seperti ini karena aku yang membiayai, karena perusahaan orang tua kita, apa salah nya jika sekarang aku meminta sedikit saja bakti mu untuk membantu perusahaan" sentak Levi.

"Aku sudah punya kekasih" ucap Leo dengan nada dingin.

"Baru kekasih kan bisa putus kapan saja"

"Tidak semudah itu"

"Keputusan ku sudah final, kau harus menikah dengan anak pak Rasyid" Levi membanting pintu apartemen, hingga Leo sampai memejamkan matanya.

"Arrrggghhh" Leo memegang kepalanya.

"Dasar kakak sialan"

Leo melangkah kan kaki nya menuju kamar, kemudian ia membungkus tubuh nya rapat-rapat dengan selimut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!