NovelToon NovelToon

Suami Tampanku.

Hari Wisuda dan kembalinya Sarfaras Wisatara.

Di sebuah Universitas Ternama di kota Surabaya terlihat ramai mahasiswa yang baru saja mendapatkan gelarnya sebagai Sarjana ilmu kedokteran, dan Zaliva dan Zilova termasuk dua diantaranya. Kedua gadis cantik tersebut baru saja mendapat gelar dokter muda.

"Inara mana sih, kenapa belum muncul juga." Za nampak gelisah menunggu kedatangan sahabat baiknya itu.

"Apa Inara lupa ya kak, kalau hari ini kita wisuda."

"Kalian tenang saja, sebentar lagi Inara pasti datang. lagian mana mungkin sahabat kalian itu sampai melupakan hari istimewa kalian." papa Rasya yang sejak tadi sudah gemas melihat raut gelisah kedua putri kembarnya terdengar berkomentar. "Lagi pula kemarin Inara sudah minta izin sama papa hari ini tidak masuk kerja demi menghadiri hari istimewa kalian." sambung papa Rasya. Ya, sejak menyelesaikan kuliahnya setahun yang lalu, Inara bekerja sebagai sekretaris papa Rasya di kantor. Selain karena rekomendasi dari putri kembarnya yang menjadi pertimbangan pria paruh baya tersebut hingga memberikan posisi sekretaris bagi Inara, tapi juga karena gadis berusia dua puluh lima tahun tersebut memang memiliki kemampuan dibidang itu.

Tak lama berselang, akhirnya yang dinanti pun tiba. Dengan wajah secerah mentari pagi, Za dan Zi menyambut kedatangan Inara.

"Congratulation...."

"Thank you...beb."

"Thank you...Nara ku sayang."

Dengan wajah tersenyum Inara memeluk Zaliva dan Zilova secara bergantian. Lalu kemudian di lanjutkan gadis itu dengan menyalami papa Rasya dan mama Thalia.

Sesi Foto bersama yang tadinya sempat tertunda akibat menunggu kedatangan Inara akhirnya akan segera dilakukan. namun, kegiatan tersebut kembali tertunda ketika terdengar suara bariton yang begitu familiar di telinga mereka semua.

"Apa kalian tidak ingin mengajak Abang untuk berfoto bersama?."

Sontak saja Za, Zi dan juga kedua orang tuanya, serta Inara menolehkan pandangan ke sumber suara.

"Bang Faras...." Za sampai mengucek matanya untuk memastikan jika ia tidak sedang bermimpi saat ini, begitu pun dengan Zi.

"Ini beneran bang Faras kan." tanya Za setelah Faras berdiri tepat dihadapan kakak laki-lakinya itu.

Senyuman manis sang kakak akhirnya menyadarkan Zi jika saat ini ia tidak sedang bermimpi, pria itu benar-benar abangnya. Gadis itu pun segera memeluk kakak laki-lakinya tersebut, melepas kerinduan yang sudah enam tahun terpendam di hati. Ya, sibuk dengan kegiatan kuliah terpaksa si kembar tak bisa mengunjungi sang kakak di negeri tempatnya menimba ilmu.

"Mah...pah...." setelah puas meluapkan kerinduan pada kedua adik kembarnya, kini giliran kepada kedua orang tuanya, Faras melepas kerinduan. Meskipun hampir setiap tahun mama Thalia dan papa Rasya mengunjungi Faras, tetap saja pemuda itu begitu merindukan kedua orang tuanya.

"Abang kok tidak memberi kabar kalau hari ini akan kembali ke tanah air?." Tanya Za.

"Kalau memberitahu bukan surprise dong namanya." sahut Faras yang sengaja kembali hari ini, bertepatan dengan hari istimewa kedua adik kembarnya.

Di saat keluarga itu melepas kerinduan, Inara justru terlihat kikuk di samping Za, bahkan gadis cantik yang kini telah berubah menjadi wanita dewasa nan cantik tersebut terkesan sedikit menjauh. Melihat wajah Faras kembali mengingatkan tindakan memalukan yang pernah dilakukannya enam tahun lalu.

"Aku suka sama kak Faras, mau nggak kak Faras jadi pacar Aku??."

"Daripada kamu sibuk dengan ungkapan rasa kamu itu, akan lebih baik kamu menyibukkan diri memikirkan ujian sekolah!."

Inara meringis dalam hati mengingat tindakan memalukan serta penolakan yang pernah dilakukan Faras enam tahun lalu.

"Memalukan sekali..." batin Inara seraya memejamkan mata singkat.

"Oh iya Ra, kamu nggak mau ngucapin selamat datang kembali gitu buat bang Faras?!." Perkataan Za sekaligus menarik kesadaran Inara. Suasana semakin terasa kikuk bagi Inara, terlebih saat ini semua mata tertuju padanya termasuk Faras.

"Selamat datang kembali, kak Faras." dengan sekuat jiwa raga, Inara mengukir senyum diwajahnya.

Faras hanya meresponnya dengan anggukan sekilas.

"Argh ...kalau tahu hari ini kak Faras tiba dari luar negeri, mending memberi selamat pada Za dan Zi nanti lain waktu saja." dalam hati Inara. Pengakuan cintanya di waktu remaja membuat gadis itu merasa malu sekaligus kikuk dihadapan Faras.

Sesi foto yang sempat tertunda akhirnya terlaksana. Dimulai dari sesi berfoto bersama kedua orang tuanya dan dilanjutkan dengan foto sekeluarga. hingga akhirnya Inara pun di minta bergabung bersama, dengan posisi Za dan Zi di tengah dan kedua orangtuanya di samping kanan mereka, serta Inara dan Faras di samping kiri. siapapun yang akan melihat hasil foto tersebut pasti akan mengira jika Faras dan Inara adalah pasangan kekasih, pasalnya keduanya terlihat sangat serasi. Faras yang menggunakan setelan jas berwarna navi, dan Inara yang menggunakan dress dengan warna senada.

Setelah semua sesi acara hari itu usai keluarga Cemara itu pun segera kembali ke rumah, mengingat di rumah mama Thalia sudah meminta bibi untuk menyiapkan makan siang spesialis untuk merayakan hari bersejarah bagi anak kembarnya tersebut. Inara yang awalnya terus mencari alasan guna menolak ajakan keluarga tersebut pada akhirnya menyerah ketika Za tak henti merayunya dengan wajah memelas.

Di kediaman papa Rasya.

"Ayo masuk Ra, anggap seperti rumah sendiri!." ujar Za dengan wajah tersenyum.

Inara pun mengangguk seraya menyusul langkah Za.

"Oh iya Ra, apa kamu sudah memberikan jawaban buat kak Davin?." tanya Za disela langkah mereka menuju ruang keluarga.Ya, baru beberapa hari yang lalu Davin menceritakan padanya tentang pengakuan cintanya pada Inara, hanya saja gadis itu belum memberi jawaban. sejak penolakan Faras enam tahun lalu, Za berpikir Inara berhak menerima kehadiran pria lain yang menginginkannya, apalagi menurut Za, abangnya sama sekali tidak tertarik pada Sahabatnya itu.

Inara menggelengkan kepalanya. "Saat ini aku masih ingin fokus dengan kerjaan aku, Za. Aku sama sekali belum tertarik dengan urusan asmara." jawab Inara yang memang masih ingin fokus dengan pekerjaan yang baru genap setahun dilakoninya. Bukan hanya masih ingin fokus dengan pekerjaannya saat ini, tetapi Inara bahkan menyesali tindakan memalukan yang pernah dilakukannya dulu, mengutarakan isi hatinya terhadap Faras yang berujung canggung setelah bertemu kembali dengan pria itu.

Sepanjang acara makan bersama dilalui Inara dengan perasaan canggung. Jika saja saat itu ia memilih menyimpan perasaannya dan tidak bertindak bodoh, mungkin saat ini ia tidak akan berada dalam situasi canggung seperti ini.

Usai makan siang bersama serta mengobrol ringan beberapa saat, Inara pun pamit pulang.

"Tidak perlu repot-repot Za, aku bisa naik taksi online." jawab Inara saat Za menawarkan diri untuk mengantarnya pulang. Selain tidak ingin merepotkan, Inara juga tidak ingin menggangu kebersamaan keluarga itu dihari spesial ini.

"Atau kalau kamu nggak keberatan, bareng bang Faras aja! kebetulan Abang mau main ke rumah Kak Davin, Iyakan bang?." kali ini Za tidak sedang mencari kesempatan untuk mendekatkan keduanya seperti enam tahun lalu, tetapi beberapa saat lalu Faras memang mengatakan ingin main ke rumah sahabatnya, Davin.

Pada akhirnya Inara hanya bisa pasrah saat papa Rasya ikut bersuara, meminta pada putra sulungnya itu memberi tumpangan padanya.

Di sepanjang perjalanan, baik Inara dan juga Faras hanya diam saja hingga mobil yang dikemudikan Faras tiba di depan rumah orang tua Inara.

"Terima kasih atas tumpangannya, Kak." ucap Inara dengan senyum sungkan.

"Hemt." jawaban yang terucap dari mulut Faras seakan meyakinkan Inara bahwa pria tampan yang sampai detik ini masih bertahta di relung hatinya itu masih orang yang sama, sama sekali tidak tertarik padanya.

Selamat datang di karya baru Thor sayang-sayangku.... selamat datang di kisah Faras dan Inara.....😘😘🥰🥰🥰

Pimpinan Baru.

Inara menghembus napas bebas di udara setelah mobil Faras tak lagi terlihat oleh pandangannya. Dengan tubuh layu Inara melangkah memasuki pagar rumahnya. "Seandainya saja enam tahun lalu kau tidak bertindak bodoh Inara, mungkin saat ini kau tidak akan terlihat memalukan di depan kak Faras." gumam Inara di sela langkahnya.

Tidak terasa hari berganti, pagi ini Inara sudah terlihat rapi dengan pakaian kerjanya. Setelah selesai sarapan bersama kedua orang tua, serta adik perempuannya yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas, Inara pun bersiap berangkat kerja.

"Inara berangkat ya pah....mah....." pamitnya.

"Iya sayang, hati-hati!."

"Ayo dek!."

Mengingat sepeda motor adiknya sedang berada di bengkel, maka pagi ini sebelum berangkat kerja Inara harus mengantar sang adik ke sekolah terlebih dahulu.

Dua puluh menit berkendara, kini mobil Inara telah sampai di depan gerbang sekolah adiknya, Nina. "Belajar yang rajin, jangan mikirin pacaran dulu!!." Inara berpesan pada sang adik. cukup dirinya yang bertindak bodoh karena cinta di masa remaja jangan sampai adik perempuannya itu mengikuti jejaknya, begitu pikir Inara.

"Siap, kak."

Setelahnya, Inara pun kembali melajukan mobilnya menuju gedung SJ group, tempatnya mencari nafkah.

"Dengar-dengar putra sulung pak Rasya telah kembali ke tanah air setelah menyelesaikan pendidikannya di Amerika."

"Dan aku dengar putra sulung pak Rasya akan menggantikan posisi ayahnya sebagai pimpinan perusahaan."

"Benarkah....???."

"Aku dengar informasi dari sumber terpercaya sih begitu. Aku jadi penasaran setampan apa pimpinan baru kita nanti, secara ayahnya saja setampan pak Rasya."

Baru saja tiba, Inara sudah disambut dengan obrolan antara tiga orang wanita cantik yang juga bekerja sebagai pegawai di perusahaan SJ group.

"Pagi... Bu Inara." salah seorang diantaranya terdengar menyapa Inara dengan ramah.

"Pagi."

Balas Inara dengan mengulas senyum ramah di wajah cantiknya.

"Selain cantik, Bu Inara juga ramah banget ya.... pantes saja tuan Davin sampai tergila-gila padanya." komentar salah seorang pegawai tadi setelah kepergian Inara menuju meja kerjanya.

"Tuan Davin??." cicit yang lainnya.

"Iya. Ketinggalan berita banget sih kamu." sahut yang lainnya. sama seperti Inara, Davin pun bekerja di perusahaan SJ group sejak menyelesaikan pendidikannya dua tahun lalu. Jujur, banyak yang bertanya-tanya Mengapa Davin lebih memilih bekerja di perusahaan milik orang lain sementara sang ayah memiliki perusahaan sendiri. meskipun perusahaan milik sang ayah tak sebesar perusahaan SJ group namun sedikit aneh bukan?.

Obrolan ketiga pegawai tersebut terhenti ketika menyadari kedatangan pimpinan serta seorang pemuda tampan bersetelan jas hitam yang saat ini berjalan bersamanya.

"Selamat pagi, pak Rasya."

"Pagi...." balas papa Rasya. "Yang di sapa siapa, yang dipandang siapa." celetuk papa Rasya dengan seulas senyum menyaksikan ketiga pegawainya yang masih menatap kagum pada putranya.

"Ma_maaf pak." ketiganya sontak menundukkan kepala, merasa malu sekaligus takut akan kemarahan pimpinan atas sikap lancang mereka. meskipun kenyataannya papa Rasya sama sekali tidak marah, bahkan pria itu sudah sering kali menghadapi situasi seperti saat ini ketika sedang berjalan bersama putra sulungnya itu.

Setelahnya, papa Rasya dan juga Faras, serta dua orang petinggi perusahaan lainnya kembali melanjutkan langkah menuju ruang pimpinan.

Setibanya di depan ruang pimpinan, Inara berdiri dari duduknya. " Selamat pagi, pak... selamat pagi Tuan.." sapa Inara dengan bahasa Formal. gadis itu membungkukkan badan sebagai penghormatan pada atasannya.

"Pagi, Inara." papa Rasya mengulas senyum pada Sekretarisnya itu. seperti biasa, saat atasannya tiba Inara akan ikut ke ruangan pimpinan untuk memastikan apakah atasannya itu membutuhkan sesuatu.

"Mungkin kamu belum tahu Inara, mulai hari ini Posisi pimpinan akan digantikan oleh Putraku, yakni Sarfaras Wisatara." ujar Papa Rasya selaku pimpinan yang sebentar lagi akan digantikan posisinya oleh sang putra.

"Baik, pak." Inara tetap berusaha bersikap professional meski kini perasaannya mulai tak tenang setelah mendengar informasi tersebut. Jika benar Faras akan menggantikan posisi papa Rasya Sebagai pimpinan, itu artinya ia akan menjadi sekretaris Faras dan pastinya mereka akan sering berinteraksi untuk ke depannya. Membayangkannya saja sudah membuat Inara kembali teringat akan tindakan memalukan dirinya dihadapan Faras enam tahun lalu. "Argh....."lagi-lagi Inara hanya bisa meringis dalam hati.

"Hanya itu yang ingin saya sampaikan, dan saya harap kamu bisa ikut ke lobby karena pagi ini saya akan segera mengumumkan berita ini kepada semua pegawai." sambung papa Rasya.

"Baik, pak."

Sesuai perintah papa Rasya, Inara ikut ke lantai dasar untuk ikut memperkenalkan sosok pimpinan perusahaan yang baru. tentu saja sosok Faras mampu menghipnotis kaum hawa yang hadir di lobby pagi ini. Tak sedikit yang berharap bisa meluluhkan hati pimpinan perusahaan yang baru tersebut, apalagi sang ayah dengan santainya mengumumkan bahwa putranya tersebut masih lajang, dan belum memiliki kekasih hati. Entah apa maksud dan tujuan dari pria paru baya yang masih terlihat gagah dan tampan diusianya yang tak muda lagi tersebut, hanya dia yang tahu.

Davin yang pagi itu ikut berkumpul di lobby menatap intens wajah Inara yang tengah berdiri di belakang tubuh Faras, yang mulai hari ini akan menjadi atasannya. "Apa kamu masih mencintai Faras, Nara?." batin Davin bertanya-tanya.

Setelah memperkenalkan diri sebagai pimpinan baru, Faras pun meninggalkan lobby hendak menuju ruang pimpinan, di mana mulai hari ini ia akan berkantor.

Inara yang ikut ke ruang pimpinan lantas memberikan beberapa berkas yang harus di pelajari Faras terlebih dahulu sebelum memulai jadwalnya pagi ini. tak dapat dipungkiri bahwa Faras adalah tipikal pria yang cerdas. Terbukti, tak butuh waktu lama bagi pria itu untuk mempelajari beberapa berkas penting serta memahami apa yang disampaikan oleh Inara selaku sekretarisnya.

"Saya akan turun langsung ke lokasi proyek." ujar Faras usai membaca berkas Tentang proyek pembangunan sebuah gedung berlantai empat yang berlokasi di tengah kota. Proyek yang sudah hampir satu bulan berjalan.

"Baik, tuan." sahut Inara.

Setelahnya, Inara pamit kembali ke meja kerjanya guna menyiapkan beberapa berkas sebelum berangkat ke lokasi proyek.

"Apa mobilnya sudah siap?." tanya Faras menghampiri meja kerja Inara.

"Maaf tuan, sepertinya ada sedikit kendala. Sopir kantor yang biasa bertugas, baru saja minta izin karena anaknya masuk rumah sakit." beritahu Inara.

"Kalau begitu kita berangkat menggunakan mobil pribadi saya saja."

"Kamu tidak keberatan, kan?." sambung Faras ketika menyaksikan Inara masih terlihat diam saja.

"Tentu saja tidak, tuan."

Bibirnya berkata tidak, namun hatinya justru sebaliknya. Inara merasa canggung jika hanya berdua saja di mobil bersama Faras.

Mengingat siang nanti Faras jadwal meeting dengan salah satu pimpinan perusahaan yang menjalin kerja sama dengan SJ group, mereka pun segera bertolak menuju lokasi proyek.

"Santai Inara.... Cukup bersikap professional, layaknya seorang sekretaris pada atasannya! Anggap saja kau tidak pernah melakukan tindakan bodoh di hadapan Faras sebelumnya!." batin Inara seolah memberi semangat pada diri sendiri saat mobil Faras tengah melaju membelah jalanan.

Menghadiri acara berdua.

Sesampainya di lokasi proyek Inara pun segera turun dari mobil begitu pun dengan Faras.

"Selamat pagi, selamat datang dilokasi proyek, tuan Sarfaras." salah seorang pegawai yang bertanggung jawab atas jalannya proyek menyabut kedatangan Faras.

"Pagi."

Pria itu lantas meminta anak buahnya membawakan APD yang ada di lapangan untuk digunakan oleh Faras dan Inara. Setelah menunjukkan denah gambar, pria itu pun mengajak Faras mengamati para pekerja yang tengah sibuk berkegiatan dilapangan.

Setelah kurang lebih satu jam berada di lokasi proyek, Faras dan Inara pun beranjak kembali ke kantor.

Mengingat kembali design gambar gedung, Faras pun penasaran dengan sosok arsitek yang berada dibaliknya. "Siapa yang merancang gambar pembangunan gedung itu?." tanya Faras yang tengah sibuk mengemudikan mobilnya.

"Pak Davin, tuan." jawab Inara apa adanya.

Faras mengangguk paham. sebagai Arsitek lulusan luar negeri, Faras mengakui kehebatan sahabatnya itu dalam merancang gambar. Meskipun hanya menyelesaikan pendidikannya di tanah air tapi kemampuan Davin tak kalah dengan lulusan luar negeri. Ya, sejak dulu ia dan Davin sama-sama bercita-cita menjadi seorang Arsitek, dan setelah enam tahun berlalu kini keduanya berhasil menjadi Hanya bedanya, Davin bisa sepenuhnya menggunakan ilmunya Sebagai arsitek dalam bekerja, sementara Faras sendiri harus membagi waktunya antara arsitek dan posisi barunya sebagai pimpinan perusahaan. Ya, Faras mengambil jurusan arsitektur dan juga MBA secara bersamaan ketika masih berada di luar negeri sehingga kemampuannya sebagai pimpinan perusahaan tak bisa dipandang sebelah mata. Bahkan dalam jurusan MBA, Faras termasuk dalam tiga mahasiswa lulusan terbaik di Harvard University.

Sekembalinya di kantor, baik Faras dan juga Inara kembali menyibukkan diri dengan pekerjaan masing-masing. dari balik dinding kaca, Faras dapat menyaksikan Inara yang sedang sibuk berkegiatan di meja kerjanya. Jujur, pria itu pun sempat terkejut mengetahui fakta jika Inara merupakan sekretaris ayahnya di kantor, dan itu artinya setelah ia menggantikan posisi sang ayah secara otomatis gadis itu akan menjadi sekretarisnya di kantor. Namun begitu, Faras tetap menampilkan ekspresi datar seperti biasa dihadapan Inara.

"Antarkan semua laporan perusahaan untuk tahun kemarin, ke ruangan saya!." Faras menghubungi Inara melalui sambungan interkom.

"Baik, tuan."

Setelah menyusun dengan rapi berkas yang diminta oleh atasannya itu, Inara pun segera ke ruangan Faras.

"Ini semua berkas yang anda minta, Tuan." Inara meletakkan berkas yang diminta Faras ke atas meja kerja milik pria itu.

"Thank you." ujar Faras kemudian memeriksa satu persatu berkas tersebut. Sedangkan Inara pamit untuk kembali ke meja kerjanya.

Meski masih merasakan kecanggungan jika berhadapan dengan Faras, namun satu fakta yang disyukuri oleh Inara, yakni di mana Faras tidak pernah menyinggung tentang kejadian enam tahun silam dihadapannya. Entah karena hal itu sama sekali tidak meninggalkan kesan bagi pria itu hingga dengan mudahnya terlupakan begitu saja atau karena pria itu memang tak ingin membahasnya. tetap saja Inara merasa sedikit lega dengan sikap atasannya itu.

Dua jam kemudian, Inara kembali ke ruang kerja Faras untuk mengingatkan sesuatu pada atasannya itu.

Setelah mengetuk pintu beberapa kali Inara pun memutar handle pintu ruangan Faras.

"Permisi tuan. Saya hanya ingin mengingatkan bahwa malam ini anda harus menghadiri acara ulang tahun tuan Wahyudi, pimpinan perusahaan Wahyudi group." beritahu Inara.

Faras yang sebenarnya tak begitu suka dengan acara seperti itu, terdengar menghembus napas mendengar penyampaian Inara.

"Apa tidak bisa diwakilkan oleh salah satu pegawai saja?."

"Pak Rasya ingin anda sendiri yang menghadiri acara tersebut tuan." beritahu Inara sesuai dengan pesan dari papa Rasya sebelum meninggalkan perusahaan pagi tadi.

"Baiklah. Malam ini kita akan ke sana." ujar Faras sebelum kembali menatap layar laptopnya.

"Kita???." cicit Inara dan itu berhasil mengalihkan kembali pandangan Faras padanya.

"Ya, saya dan kamu. bukankah ini undangan yang diperuntukkan bagi perusahaan, maka sudah seharusnya kamu menemani saya menghadiri acara itu." Faras memperjelas maksud dari ucapannya.

"Baik, tuan." Inara hanya bisa pasrah dan patuh.

*

Malam harinya.

"Cantik banget sih anak mama. Mau kemana memangnya??." tanya sang mama ketika melihat penampilan putrinya yang nampak cantik dan anggun.

"Mau menghadiri undangan kantor, mah." jawab Inara seadanya.

"Oh begitu ya, mama pikir kamu sudah punya pacar, terus sekarang mau kencan." kata sang mama dengan senyum menggoda.

"Mama ada-ada saja." mendengar kata kencan justru membuat semangat Inara kembali menyurut, namun sebisa mungkin gadis itu menampilkan senyum dihadapan sang mama. Ia selalu ingin terlihat baik-baik saja meskipun diusianya yang hampir dua puluh lima tahun belum pernah menjalin hubungan asmara dengan pria manapun.

Setelah selesai bersiap, Inara memilih menunggu kedatangan atasannya itu di teras depan. tak lama menanti, mobil Faras pun tiba. Inara segera menghampiri mobil Faras.

Faras menurunkan kaca mobilnya hingga terbuka setengahnya. "Masuklah...!."

"Baik tuan." patuh Inara.

Sama seperti sebelumnya, tak ada percakapan di mobil selama perjalanan menuju hotel, di mana acara dilangsungkan.

"Selamat Malam, tuan Sarfaras." tuan Wahyudi yang sudah mendengar berita tentang Faras yang menggantikan posisi sang ayah, nampak menyambut kedatangan Faras dengan senyum ramahnya. pria itu nampak didampingi oleh sang istri tercinta.

"Selamat malam tuan." balas Faras.

"Kalian tampak sangat serasi." puji istri dari tuan Wahyudi yang mengira Faras dan Inara merupakan pasangan kekasih.

"Maaf nyonya, saya sekretarisnya tuan Sarfaras." koreksi Inara agar kesalahpahaman wanita paruh baya tersebut tidak berlanjut. Sementara Faras, pria itu hanya diam saja. Selagi komentar seseorang tidak sampai menguras energinya, pria itu pasti akan diam saja.

"Maaf... saya pikir kalian berdua pasangan, serasi banget soalnya." ucap nyonya Wahyudi sambil tersenyum.

Tuan Wahyudi bersama sang istri mengantar Faras dan Inara menuju salah satu meja yang telah disediakan untuk tamu undangan. setelahnya, pasangan suami-isteri tersebut pamit pada Faras untuk menyapa tamu undangan yang lain.

"Enggak kebayang bagaimana wajah anak-anak mereka nanti jika ayah dan ibunya saja cakep nya begitu." Ternyata bukan hanya istri dari tuan Wahyudi yang salah paham dengan hubungan Faras dan Inara, istri dari salah satu rekan bisnis tuan Wahyudi pun ikut berpikir jika Faras dan Inara merupakan pasangan kekasih. Mengingat keduanya terlihat sangat serasi, yang satu tampan dan yang satu lagi cantik.

Inara hanya mengeratkan genggaman pada tas ditangannya saat mendengar sayup komentar tersebut, ia merasa tak enak hati pada Faras. Di saat Inara sedang dilanda perasaan tak enak hati, sikap Faras justru terlihat datar-datar saja, sedangkan Inara sendiri yakin jika Faras juga mendengar komentar tersebut.

Setelah beberapa jam berlalu akhirnya semua sesi acara selesai dan semua tamu undangan yang hadir pun berpamitan, termasuk Faras dan Inara.

"Huuuh....."Inara baru bisa bernapas lega setelah mobil Faras yang tadi mengantarkannya pulang berlalu pergi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!