Semua kepala tampak menunduk seolah sangat berusaha untuk menyembunyikan wajah mereka. Terlebih, tangan yang sudah mengepal dan menjadikan pakaian mereka kusut karena tidak tau berapa lama ini akan berlangsung.
Tadinya semua tampak baik-baik saja, tapi entah apa yang terjadi di dalam sana, sehingga sosok yang seperti singa betina dan ular itu mengamuk.
"Kalian semua masuk dan segera bereskan ini!" Suara menakutkan itu membuat mereka bergegas masuk sebelum hal buruk lain terjadi.
"Aku harus membersihkan diriku setelah terkena d@rah dari pria miskin ini!"
Caroline, nama yang indah seperti wajahnya. Tapi tidak dengan kehidupannya, lebih tepatnya... Pekerjaan nya yang merupakan seorang lintah darat. Siapapun yang tidak bisa membayar uang nya, maka harus siap dengan konsekuensinya.
"Sudah miskin banyak gaya. Banyak anak lagi! Aku benci anak-anak! Terlebih bayi, tapi orang miskin itu melahirkan anak seolah ingin diberi makan angin saja." Karena kehidupan dulu dari orang tuanya membuat Caroline tidak ingin menikah, apalagi memiliki seorang anak. Diusianya yang hampir 32 tahun, Caroline hidup dengan pelayan saja dan harta nya yang bergelimang.
" Apa makan malam hari ini?" Tanya Caroline, seorang wanita berusia hampir 70 tahun itu senantiasa menemani Caroline di rumah besar ini.
"Seafood Nona. Seperti kesukaan nona." Ucapnya.
"Bagus, aku suka sekali."
"Kau juga bisa ikut makan bibi."
"Terimakasih nona. Nona, usia saya sudah senja, bisa tiada kapan saja. Apa nona tidak ingin menikah? Atau mencari sosok yang mendampingi nona?" Ucapan itu menghentikan sendok yang siap dinikmati oleh Caroline.
"Kalau kau tiada, aku akan cari yang lain." Jawab Caroline dengan datar.
"Tapi sampai kapan nona. Saya tau Nona sebenarnya......"
"Aku tidak suka pembicaraan ini! Dan ini menganggu n@fsu makan ku!" Caroline beranjak dari sana meninggalkan wanita tua itu dengan helaan napas panjang nya.
"Suami, anak-anak! Pers3tan dengan itu! Itu hanya menyusahkan ku! Jika aku ingin, aku hanya perlu meny3wa gigolo. Aku tidak butuh perlindungan, aku bisa melindungi diri ku sendiri dengan menggunakan banyak senjata! Aku bukan wanita lemah! Tidak ada pria yang tulus di dunia ini! Nyatanya mereka menginginkan sesuatu!" Caroline merebahkan tubuhnya, dia ingin malam ini segera pergi dan digantikan dengan pagi hari. Karena esok hari, adalah hari pembayaran bagi yang sudah jatuh tempo.
"Besok pagi adalah hari baik bagiku. Uang ku akan kembali, kalau tidak, siap-siap saja dengan resikonya." Senyum jahat itu terbentuk dan sepasang mata itu mulai terpejam, tapi kembali terbuka.
"Aku tau kau disana. Aku tidak ingin ada gangguan. Jadi jangan ganggu aku sampai besok pagi." Ucapnya, wanita tua itu menatap nya dengan penuh harapan.
"Semoga Nona segera menyadari bahwa apa yang ia pikirkan adalah salah."
Wajah itu tampak mengerut seiring dengan suara yang di dengar nya. Dirinya yang terganggu, akhirnya membuka matanya.
"Si@l! Suara tangisan siapa itu!" Gerutu nya, dia menyibakkan selimutnya, tapi dia merasakan ada sesuatu yang mengalir di wajahnya.
"Keringat? Apa ini! Kenapa panas sekali!"
"Bibi! Kenapa pendinginnya mati! Ada apa dengan pagi ini, dan aaaghhhh! Tangisan siapa itu! Akan aku tembak orang tua nya!" Tapi baru saja beberapa langkah, wanita cantik itu terpaku dengan apa yang ada dihadapannya. Kamarnya yang kokoh dan penuh hiasan mahal, rak-rak skincare dan juga lemarinya yang penuh dengan pakaian indah menghilang. Digantikan dengan lemari kayu yang sudah lapuk dan berjamur.
"Apa ini! Apa-apaan ini! Tempat apa ini, dan hah!" Caroline melihat tangan nya yang mulus serta putih berganti dengan kulit yang kusam.
"Ada apa dengan tangan ku! Hah! Wajahku!" Teriaknya setelah melihat cermin berukuran kecil yang hanya memperlihatkan wajahnya saja.
"Wajah siapa ini!" Dia kembali berteriak, ketika matanya melirik pantulan cermin itu. Sebuah ingatan seolah menghantam kepalanya.
"Ibu!"
"Gracia! Bayar hutang mu! Anak mu ini sudah berulang kali mengambil kue tanpa bayar!"
"Suami anda kecelakaan dan itu membuat kakinya menjadi lumpuh!" Kepingan-kepingan kejadian itu semakin jelas dan membuat nya terpaku.
"Ti-tidak! Aku jadi orang miskin?" Ucapnya dengan tidak percaya.
Dia menampar pipinya berharap ini mimpi buruk, tapi itu nyata. Ketika seorang anak laki-laki mendekati nya dengan baju yang lusuh dan wajah yang basah karena menangis. "Ibu, adik terjatuh."
Bersambung......
Halo semuanya, author kembali dengan cerita baru, mohon dukungannya ya. Dengan like komen dan favorit serta hadiah nya ya terimakasih banyak 🥰 🙏 🥰
Mata Caroline membulat ketika melihat anak laki-laki yang mendekat padanya. Dengan wajah tirus dan baju lusuh serta kotor membuat penglihatan serta penciumannya menjadi bereaksi.
Dia segera mundur, melihat anak laki-laki ini saja membuat nya mual dan tidak tahan. "Ibu, adik terjatuh." Ucap anak itu kembali.
Caroline yang ingin mundur kembali, terhenti ketika melihat tangan kecil dengan luka itu memegang baju nya yang ikutan lusuh. Maniknya kembali melihat wajah anak laki-laki itu yang begitu menghiba dan sudah basah karena air mata. Entah mengapa, sebuah perasaan menyelusup di hatinya.
Sebuah perasaan tidak tega, tapi dia mencoba menepis nya. 'Tidak! Dia bukan anakku! Aku bukan ibunya!'
"Ibu!" Panggil anak itu kembali bertepatan dengan Caroline yang keluar dari kamar. Suara tangisan bayi semakin terdengar jelas.
Sepanjang langkah, Caroline melihat setiap sudut lantai ataupun bangunan yang mengurung nya. 'Ini kandang hewan! Bahkan lebih buruk! Aku harus segera pergi dari sini dan.....'
"Grace, bisa tolong ambilkan kotak obat, mungkin ada plester disana atau sesuatu. Ella terluka." Suara pria melewati pendengarannya. Sontak membuat nya langsung menoleh, seorang pria dengan penampilan lusuh dan duduk di kursi roda yang terlihat sangat tidak layak. Tangannya menggendong seorang bayi perempuan yang terus-menerus menangis dengan cairan merah di kening nya.
Bak sebuah magnet, Caroline mendekati bayi itu dan menggendong nya. Wajah bayi itu sudah memerah karena terus menangis dan tubuhnya bergetar. "Ssshh, sayang." Tangan Caroline mengelus lembut rambut bayi perempuan itu dan mengayunkan nya.
"D@rah!" Kepanikan langsung mengisi relung hati nya dan ia bergegas berlari sembari menggendong bayinya.
"Grace!" Panggil pria dengan kursi roda itu.
"Tidak ada apapun disini! Tidak ada!" Satu tangannya sedang mengacak-acak ruangan yang entah bisa disebut ruangan atau tidak.
Mata coklatnya melihat ke arah cahaya, dan dia langsung berlari kesana. Matanya melihat pemukiman dengan rumah yang bagus di depannya. Dia bergegas kesana, tapi sebuah pagar tinggi menghalangi jalannya. Caroline melihat ke kanannya, tapi hanya ada bangunan rusak, matanya melihat ke kiri, ada beberapa rumah tapi itu cukup jauh.
"Itu dia!"
Tangisan bayi kembali terdengar. "Tenanglah sayang, lukamu akan segera diobati. Matanya menjadi berbinar setelah melihat tanaman hijau yang merambat itu langsung diambil oleh Caroline cukup dengan satu tangan nya.
Dia segera mengoleskan daun sirih itu pada kening putrinya. Caroline mengambil daun sirih itu beberapa untuk kebutuhannya. Tapi ditengah itu, seseorang mendekat.
"Hei! Apa yang kau lakukan! Kau mencuri ya!" Ucapnya menatap ke arah Caroline dengan bayinya.
Pria itu mendekat "Beraninya kau mencuri tanaman ini! Aku akan adukan kau pada majikan ku!" Ucapnya.
"Adukan saja! Aku juga akan adukan kau karena membawa wanita ke rumah yang bukan rumahmu! Kita lihat siapapun yang akan diproses!" Tantang Caroline.
"Kau pikir siapa yang akan percaya dengan wanita miskin seperti mu!" Ujarnya remeh.
"Kebakaran! Kebakaran!" Teriak Caroline yang sontak membuat seorang wanita yang hanya mengunakan selimut keluar, dan begitu juga dengan orang-orang sekitar.
"Kebakaran? Dimana?"
"Kau! Wanita si@lan!" Ujar pria itu tidak terima.
"Apa! Kau ingin membalas ku, lebih baik kau urus wanita mu itu, dasar b@jingan!" Caroline menendang kaleng di dekatnya dan tepat mengenai pria itu yang tengah berlari menyelamatkan rahasianya.
Setelah dirasa cukup, Caroline segera pergi dengan daun sirih yang ia tampung di kain gendongan bayinya.
"Grace,kau darimana?" Tanyanya khawatir.
"Dan Ella....."
"Lukanya sudah ku obati. Aku akan meracik daun sirih ini dulu." Tapi baru saja masuk, tidak ada wadah yang tepat untuk merebus nya.
"Apa ini? Tidak ada alat, bahkan kompor nya pun....."
"Ibu, apa ibu akan memasak? Aku sangat lapar Bu...." Anak laki-laki itu mendekat dengan memegangi perutnya yang lapar. Bahkan Caroline bisa mendengar nya.
'Perasaaan apa ini? Apa karena aku menjadi wanita bernama Grace ini sekarang? Sehingga aku merasakan kesedihan yang dialami oleh anaknya.'
Bersambung.......
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiah nya ya terimakasih banyak.
Wajah sendu dan meringis memperlihatkan rasa lapar yang begitu jelas melekat di wajahnya. Caroline mengalihkan pandangannya dan melihat apa yang ada di dapur.
Dia bahkan tidak tau kompor apa ini, atau alat masak ini. Dia terbiasa dengan kemewahan dan juga dilayani, tapi tiba-tiba dia harus memasak.
"Tunggu sebentar ya." Hanya itu yang bisa diucapkan nya, berharap anak laki-laki itu mengerti.
Dan ya, terlihat anggukan kepala. Anak itu tidak beranjak dari sana, seolah menunggu apa yang akan dimasak oleh ibunya. "Ibu mau masak apa? Apa pemilik warung nya mengizinkan kita berhutang lagi?" Ucapnya.
"Apa kita dapat satu telur atau sebungkus mie Bu?" Caroline mengigit bibir nya, lidahnya terasa kelu untuk menjawab.
'Tidak! Tidak! Aku tidak bisa hidup seperti ini. Bahkan untuk makan pun tidak ada.'
"Kau tunggu disini, i-ibu.... Akan segera kembali."
"Grace, kau mau ke warung?" Tanya lelaki itu mendorong kursi rodanya dengan kesusahan.
"Ini, sisa uang. Mungkin bisa untuk membeli makanan." Ucapnya sembari menyerahkan uang pada Grace.
Grace menerimanya, tapi kepalanya berpikir panjang. Uang selembar ini dengan nominal yang begitu sedikit, bagaimana bisa membeli kebutuhan.
"Kau bisa jaga mereka. Aku akan keluar." Lelaki itu mengangguk.
"Iya. Hati-hati!" Ucapnya dengan tersenyum kecil, wajahnya ditumbuhi bulu-bulu halus yang banyak.
***************************
Dengan sandal jepit yang berbeda warna dan tali itu, Caroline menelusuri jalanan yang berdebu. Sekali kendaraan melintas. "Astaga! Apa yang bisa dibeli dengan uang ini! Bahkan uang ini tidak pernah menempati dompetku!" Gerutu nya. Tapi tak lama sesuatu menggerogoti nya.
"Lapar sekali.... Entah berapa lama pemilik tubuh ini tidak makan, melihat keadaan rumahnya saja tidak layak.
Caroline melihat warung, dengan kumpulan ibu-ibu yang sedang berbelanja ataupun sekedar bergosip. Dia mendekat kesana, dan baru saja dia datang. Tatapan sinis dan ucapan merendahkan langsung didapat nya.
"Eh, si Grace! Masih berani kesini?"
"Iya, bukannya utang nya udah numpuk ya. Jangan harap utang lagi! Masih untung tidak dipolisikan." Ucap pemilik warung.
"Aduh, bukannya apa-apa ya Grace. Namamu cantik, kaya orang bule. Tapi.... Hidup mu kayak gelandangan." Caroline sedang menahan dirinya saat ini, jika dia mengamuk atau melakukan sesuatu itu hanya memperburuk keadaan.
'Sabar, sabar....' Caroline memaksakan senyum nya.
"Saya kesini mau beli telur Bu." Ucap Caroline.
"Uang nya! Kalau tidak ada lebih baik pergi! Masih mending tidak diusir." Jawab ketus pemilik warung.
Caroline menyerahkan uang yang ada di tangannya. "Nih! Satu!" Caroline ingin pergi, tapi ibu-ibu itu tampak bergosip ketika kendaraan lewat dan berhenti di depan mereka.
"Eh, itu pak yano."
'Pak yano?' Caroline tampak berpikir sejenak, menggunakan ingatan Grace.
"Ehh, udah balik dari liburan ya pak!" Celetuk salah satu ibu-ibu.
"Iya buk. Baru selesai, saya lupa beli beras, istri saya baru mengingatkan. Jadi sebelum tiba ke rumah, mau beli dulu."
"Oh, bapak Yano tenang saja. Rumah aman dan bersih! Karena anak saya mengurus nya dengan baik!"
Caroline ingat sesuatu. 'Benar, dia adalah ibunya pria b@jingan tadi. Aku punya ide.'
"Kalau begitu saya pulang dulu, mau kabari anak saya. Kalau pak yano sudah pulang."
"Iya Buk." Wanita itu bergegas pergi, dan tak lama diikuti oleh pak yano.
"Hei Grace! Tunggu apalagi, segera pergi!" Ucap pemilik warung.
Tapi Grace tidak menyahut, dia mempercepat langkahnya mengejar mobil itu. "Terlalu kencang, kalau begini rencana ku bisa gagal! Jangan panggil aku Caroline kalau tidak kena!" Caroline segera mengambil batu yang cukup besar dan melemparkannya membuat supir pak yano terkejut dan mobilnya berhenti.
"Ada apa? Kenapa?"
"Sepertinya ada sesuatu pak, saya lihat sebentar."
"Biar saya saja!" Caroline tersenyum melihat targetnya keluar.
"Ada apa pak? Kok berhenti?" Ujar Caroline.
"Mobilnya kempes ya?"
"Bukan, tapi ada sesuatu tadi."
"Bapak yang rumahnya ada daun sirih bukan?"
"Iya."
'Sombong sekali.' batin Caroline, karena pria itu tidak melihat ke arahnya.
"Pak! Sebaiknya setelah masuk rumah nanti, Langsung bersihkan sprei ataupun selimut nya."
"Maksudnya?"
"Begini pak, pekerja di rumah bapak itu memang menjaga rumah bapak, tapi.... Dia membuat kotor rumah bapak dengan cairannya...." Mata pria itu melotot.
"Maksud kamu apa!"
"Kalau bapak tidak percaya, lihat saja sendiri."
"Apa buktinya." Caroline mengulum senyum.
"Kalau saya kasih tau, saya dapat apa.... Pastinya saya ingin imbalan atas informasi ini loh pak. Yang lainnya tidak tau."
"Berapa banyak?"
"Nggak banyak pak. Saya mau......"
********************
Caroline tersenyum senang dengan uang yang didapatnya, menuju jalan ke rumah, dia akan mendapatkan pertunjukkan atas keberhasilan rencana nya.
"Pertunjukan nya malam nanti atau sore nanti. Aku bisa membeli makanan dulu, bukan di warung itu!"
"Wah! Ibu beli banyak makanan!" Anak lelaki itu begitu senang melihat makanan yang tercium dan terlihat olehnya.
Raut bingung tercetak di wajah pria dengan kursi roda itu. "Grace.... Kau dapat uang dari mana?" Tanyanya, tapi sebelum dijawab. Apa yang dinanti oleh Caroline langsung terjadi.
Kehebohan terdengar, terutama di rumah besar itu. "Oo, jadi begini kerjaan mu! Beraninya kau b3rcinta di kamar ku! Kau pikir kau siapa!"
"Maaf pak, ampun! Ini salah paham!"
"Salah paham kepalamu! Pergi kau! Kau ku pecat!"
"Jangan pak....."
"Kau juga! Ibu dan anak sama saja! Pergi kalian!"
"Ihh, nggak nyangka ya."
"Iya, berani betul dia."
"Lihat! Wanitanya masih t3lanjang gitu. Ih! Amit-amit!"
"Ayo bapak ibu kita arah keliling! Dasar pezin@! Dia mengotori lingkungan kita! Ayo arak!"
"Jangan! Jangan bawa putraku!" wajah sedih itu menjadi kebahagiaan bagi Caroline, wajah wanita yang menghina nya.
"Ini belum seberapa, aku akan balas kalian satu persatu siapapun yang berani menganggu ku!" Caroline mengintip dari jauh dan tersenyum lebar.
Bersambung.......
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiah nya ya terimakasih banyak 🥰 🙏 🥰
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!