Suasana ruang tamu milik Andreas berubah mencekam layaknya kuburan setelah kedatangan sang ibunda tercinta dengan seorang wanita yang tak lain teman semasa kecilnya. Perasaan tak menentu di rasakan oleh Andreas dan istrinya tatkala sang ibu mulai berbicara.
" Andreas, menikah lah dengan Luna!"
Kata kata keramat yang tidak ingin Vanniya dengar telah keluar dari bibir sang mertua. Mertua yang selama ini tidak begitu suka padanya.
" Jangan gila ma!" Ucap Andreas menggenggam tangan istrinya. Ia tahu jika saat ini sang istri mengalami guncangan psikis. Memangnya siapa yang rela di madu? Pikir Andreas.
" Mama ingin segera memiliki cucu darinya karena hanya dia yang bisa memberikan keturunan untuk keluarga kita." Ketus nyonya Ratna, ibu dari Andreas sambil melirik wanita yang saat ini menjadi menantunya.
Vanniya, istri dari Andreas yang duduk di samping Andreas hanya bisa meremas ujung bajunya. Perintah dari ibu mertuanya benar benar membuat dunianya runtuh. Bagaimana tidak? Nyonya Ratna meminta Andreas untuk menikahi Luna, karena dirinya di anggap mandul dan tidak bisa memiliki keturunan. Apakah ini kesalahan dirinya? Ingin sekali ia berteriak kepada sang ibu mertua namun ia ingin melihat kegigihan sang suami untuk mempertahankan pernikahan ini. Jujur, ia lelah. Selama ini ibu mertuanya selalu mengungkit cucu darinya yang entah kapan bisa ia berikan untuk membuat ibu mertuanya bahagia.
" Ma, tolong jangan terlalu menekan Vanni! Kami juga sedang berusaha." Ujar Andreas.
" Pokoknya mama tidak mau tahu, mama tidak menerima penolakan darimu Andreas. Mama sudah menunggu selama ini, dan sekarang mama tidak bisa menunggu lagi. Jadilah anak yang berbakti kepada orang tua yang telah membesarkanmu selama ini. Kamu harus menikahi Luna dan segera punya anak dengannya, titik." Tekan nyonya Ratna.
Vanni hanya bisa tersenyum kecut mendengar ucapan ibu mertuanya. Hanya dengan dalih berbakti kepada orang tua, Andreas harus menuruti semua ucapannya yang akan menghancurkan kebahagiaan Andreas sendiri.
Andreas Saputra, seorang manager di perusahaan ternama di kota ini. Ia memiliki postur tubuh kekar, dan wajah yang begitu tampan membuat semua wanita ingin berlari menangkap tubuhnya. Usianya mendekati tiga puluh tahun, dan di usia pernikahannya yang ke tiga ini, ia belum di karuniai seorang anak. Hal ini menyebabkan ibunya mengganggap Vanni mandul. Padahal belum tahu siapa yang kurang sehat di sini karena mereka berdua belum pernah melakukan pemeriksaan.
" Ma, Andre akan berusaha lebih keras lagi dengan Vanni. Mungkin Tuhan belum mempercayakan anak kepada kami. Belum tentu juga Vanni yang mandul ma. Bisa jadi aku yang mandul." Tolak Andreas lagi memberi pengertian kepada ibunya. Bagaimanapun ia sangat mencintai Vanni. Usahanya untuk mendapatkan Vanni butuh waktu bertahun tahun lamanya. Ia tidak mau kehilangan Vanni begitu saja.
Vanniya Saverra, seorang wanita muda berusia dua puluh lima tahun yang sekarang memilih untuk menjadi ibu rumah tangga di banding mengurus perusahaan ayahnya demi rasa cintanya kepada sang suami. Namun siapa sebenarnya Vanni, tidak ada yang tahu termasuk suaminya sendiri. Karena sejak dulu Vanni telah menyembunyikan identitas aslinya. Yang mereka tahu, Vanni tidak punya siapa siapa di dunia ini.
" Sudah jelas dia yang mandul, kamu masih membelanya. Tidak mungkin kamu yang mandul karena keluarga kita tidak ada keturunan mandul. Kalau dari keluarga Vanni, kita kan nggak tahu asal usul keluarga Vanni gimana. Selama ini saja kita tidak pernah bertemu dengan keluarganya."
Vanni tertampar dengan ucapan menohok dari ibu mertuanya. Seandainya ia mau, ia bisa membawa keluarga suaminya menemui keluarganya sekarang juga. Tapi belum saatnya, karena Vanni tidak mau membuat Andreas merasa rendah diri dengan status yang ia miliki. Ia begitu mencintai suaminya dengan sepenuh hati.
" Pokoknya mama nggak mau tahu, kalau kamu tidak mau menikahi Luna, kamu akan melihat jasad mama terbujur kaku di depanmu esok hari. Mama lebih baik mati daripada memiliki anak durhaka seperti kamu." Ancam nyonya Ratna.
" Ma, jangan sudutkan aku dengan ancamanmu ini!" Ucap Andreas frustasi. Ia dapat melihat kesedihan di wajah sang istri.
Nyonya Ratna menghela nafasnya lalu menatap sang putra. " Mama sudah tua Andreas, mama ingin segera menimang cucu. Namun selama ini mama sudah menunggu itu darimu, tapi apa? Bahkan sampai tiga tahun kalian tidak memiliki putra." Ujar nyonya Ratna. " Luna wanita yang baik, kamu juga sudah lama mengenal dia. Dia wanita yang tepat untuk mendampingimu. Dia bisa menjadi istri sekaligus madu yang baik untuk Vanni. Bukan begitu Luna?" Nyonya Ratna menatap Luna yang duduk di sampingnya.
" Akan aku usahakan tante." Sahut Luna. " Aku akan berusaha menjadi istri dan madu yang baik untuk Vanni. Tapi itu kalau Andreas mau tante. Kalau Andreas tidak mau, tidak apa apa tante. Aku tidak mau sampai Vanni berpikir kalau aku akan merebutnya Andreas darinya." Sahut Luna.
" Tidak ada wanita baik baik yang mau menikah dengan pria yang sudah beristri." Akhirnya Vanni angkat bicara.
" Tapi ini statusnya beda Vanni. Kamu tidak bisa memberi keturunan kepada keluarga Andreas, kamu mandul. Lalu bagaimana bisa mereka terus mempertahankanmu di saat kamu tidak bisa mewujudkan keinginan mereka." Sinis Luna menatap Vanni.
" Jaga bicaramu Luna! Ini bukan salah Vanni. Kami akan melakukan pemeriksaan kesehatan reproduksi besok pagi. Dengan begitu, kita semua akan tahu siapa yang mandul di sini." Sahut Andreas membela sang istri.
" Jika sampai ketahuan kalau Vanni mandul, maka kamu harus siap menikah dengan Luna." Andreas tidak bisa menjawab ucapan ibunya. Ia terlalu takut dengan kenyataan itu.
" Sudah lah tante, sepertinya mereka tidak setuju. Vanni juga tidak akan rela kalau dirinya di madu." Ucap Luna menyentuh lengan nyonya Ratna. Ia menatap Vanni sambil tersenyum smirk.
" Lihat bagaimana aku bisa merebut Andreas darimu Vanni. Kau tidak selevel dengan keluarga Andreas yang memiliki banyak kekayaan. Kau hanya wanita sampah yang di pungut Andreas di jalanan. Akan aku tunjukkan dimana posisimu sebenarnya." Ujar Luna dalam hati.
" Tidak tidak... Jika Andreas setuju, tante yakin Vanni juga pasti setuju. semua kunci ada di Andreas, bukan pada Vanni." Sahut nyonya Ratna.
" Baiklah tante. Tapi sebaiknya kita melakukan pemeriksaan dulu tante. Aku tidak mau terburu buru karena takut akan membawa penyesalan nanti." Ujar Luna melirik Vanni.
" Tidak perlu, semua sudah jelas siapa yang tidak bisa memiliki anak di sini. Kamu tinggal mempersiapkan diri saja, karena tante yakin Andreas pasti akan setuju menikah denganmu. Tante ingin kamu menjadi menantu tante." Vanni mengepalkan erat tangannya mendengar ucapan ibu mertuanya. Bukan kah ini suatu penghinaan untuknya? Dia masih sehat, lalu kenapa ibu mertuanya lebih memilih wanita lain di banding meminta dirinya untuk melakukan pemeriksaan?
" Tidak ma. Aku sangat mencintai Vanni. Aku tidak tega mengkhianati cinta kami. Tolong buang jauh jauh pemikiran itu!" Kukuh Andreas.
" Mama tidak memintamu untuk menceraikan Vanni, Andreas. Kalian masih bisa bersama meskipun kamu menikahi Luna nanti. Vanni juga harus pengertian kepada kita, kita butuh penerus keluarga Andreas. Tolong jangan buat mama semakin emosi karena penolakanmu. Kamu tidak lupa kan mama punya riwayat penyakit jantung. Tolong jangan buat penyakit mama kambuh gara gara masalah ini. Kamu bicarakan dulu dengan Vanni, mama pergi." Nyonya Ratna beranjak dari duduknya di ikuti oleh Luna.
" Aku harap keputusanmu tidak membuat tante kecewa Ndre. Aku tunggu di altar pernikahan kita nanti." Ucap Luna mengerlingkan sebelah matanya kepada Andre.
Tanpa berpamitan dengan Vanni lebih dulu, nyonya Ratna dan Luna pergi begitu saja meninggalkan mereka berdua.
Vanni menghembuskan kasar nafasnya, lalu ia memijat pelipisnya.
" Tidak perlu kamu pikirkan sayang! Aku tidak akan pernah meninggalkanmu meskipun mama memaksaku." Andreas menarik Vanni ke dalam pelukannya.
" Apakah aku harus percaya dengan ucapanmu atau tidak mas. Aku tahu betapa kamu sangat menyayangi mama. Kau pasti akan melakukan apa saja demi mama. Tapi aku akan melihat, untuk urusan ini kau lebih sayang kepada siapa. Kepada aku atau ibumu." Batin Vanni.
Andreas melepas pelukannya, ia menatap wajah cantik sang istri.
" Apa kamu baik baik saja?" Tanya Andreas memastikan.
" Selama kamu ada di sampingku, aku pasti akan baik baik saja mas." Ucap Vanni.
" Aku mencintaimu sayang." Andreas mencium kening Vanni.
" Aku juga mencintaimu mas." Sahut Vanni.
Andreas mengulum bibir Vanni dengan lembut seolah sedang menunjukkan rasa cintanya kepada Vanni.
...****************...
Jam delapan malam Andreas mendapat kabar dari sang ayah jika ibunya masuk rumah sakit. Penyakit jantungnya tiba tiba kambuh dan harus mendapat perawatan intensif. Ia segera bergegas menuju ruang rawat VVIP nomer satu bersama dengan Vanni. Sampai di ruangan itu, Andreas pun segera membuka pintunya lalu masuk ke dalam menghampiri ibunya yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
" Mama." Andreas memeluk sang ibu tercinta.
" Andreas, kamu datang untuk memastikan kematian mama bukan?"
Andreas melerai pelukannya, ia menatap mamanya dengan heran.
" Setelah kamu menelepon dan mengatakan jika kamu tidak ingin menikahi Luna apapun yang terjadi, mama kamu syok. Penyakit jantungnya tiba tiba kambuh, dia merasa kesakitan luar biasa makanya papa bawa mama kamu ke sini. Sepertinya mama kamu tidak terima dengan penolakanmu." Ucap tuan Ardi, ayah dari Andreas.
Ya, setelah makan malam selesai Andreas menelepon ibunya dan mengatakan jika sampai kapan pun ia tidak akan menikahi Luna. Ia mencintai Vanni, dan hanya Vanni seseorang yang ada di dalam hatinya.
" Maaf pa, tapi aku memang tidak bisa. Aku tidak mungkin menduakan Vanni hanya demi seorang anak." Ucap Andreas sedih. Entah apa yang ia pikirkan saat ini.
" Jika kamu tidak mau menikahi Luna, lebih baik kamu pergi saja. Anggap saja kamu sudah tidak punya mama. Mama kamu sudah mati Andreas." Ucapan nyonya Ratna begitu pilu terdengar di telinga Andreas. Bagaimana bisa seorang ibu memutuskan hubungan darah dengan anaknya karena masalah ini.
" Ma tolong maafkan Andreas! Andreas akan berusaha mewujudkan keinginan mama, tapi bukan dengan Luna melainkan dengan Vanni." Ucap Andreas menggenggam tangan nyonya Ratna yang mulai keriput.
" Mama sudah mau mati Andreas. Kelamaan jika mama menunggu kalian melakukan program hamil atau apalah. Sepertinya memang kamu tidak sayang mama lagi. Kalau kamu mau mama memaafkanmu dan menganggapmu putraku, maka kamu harus menikah dengan Luna. Jika tidak, jangan cari aku lagi! Aku bukan mama kamu."
Lagi lagi Andreas merasa tersudutkan.
" Pikirkan lah keinginan mama kamu dari sudut pandang kami Andreas. Papa tidak memaksa atau pun meminta kamu untuk menduakan Vanni. Ini murni keinginan dari mama kamu sendiri karena dia sudah sangat ingin memiliki cucu darimu. Kamu putra Kami satu satunya, hanya kepadamu kami berharap. Tapi papa tidak akan memaksa, semua pilihan ada di tanganmu." Tuan Ardi menepuk bahu Andreas. Memang sulit bagi Andreas untuk mengambil keputusan, sampai tiba tiba nafas nyonya Ratna tersengal sengal.
" Ma.. mama." Andreas pun panik melihat mamanya seperti kesulitan bernafas. Mungkin karena jantungnya bermasalah hingga mengakibatkan kesulitan untuk bernafas.
" Ma, tolong jangan seperti ini! Tolong jangan tinggalkan Andre. Andre akan melakukan apapun untuk mama." Andreas menggenggam tangan ibunya lalu menciuminya.
Nafas nyonya Ratna semakin tersengal membuat suasana panik. Tuan Ardi segera memanggil dokter.
" Silahkan tuan tunggu di luar." Ucap salah satu suster yang datang bersama dokter.
" Biarkan aku di sini menemani mama saya sus." Ucap Andreas.
" Maaf tuan, tidak bisa. Biarkan kami menanganinya dengan maksimal."
Pada akhirnya Andreas dan yang lainnya menunggu di luar ruangan.
" Bagimana jika mama kamu tidak bisa di selamatkan Andreas?" Tanya tuan Ardi khawatir.
" Mama pasti baik baik saja." Sahut Andreas.
" Penyakit mama kamu sudah lama tidak kambuh, tapi begitu kambuh langsung membuat semua orang panik seperti ini. Papa khawatir mama kamu tidak bisa di selamatkan. Papa belum siap kehilangan mama kamu nak." Tuan Ardi benar benar khawatir akan hal ini. Namun tidak tahu saja jika ucapannya telah menyudutkan Andreas saat ini.
Andreas pun sama khawatirnya dengan san ayah. Ia bahkan sampai tidak bisa berpikir jernih. Yang ada di pikirannya saat ini adalah bagaimana caranya membuat ibunya senang. Dengan begitu, ibunya akan baik baik saja.
" Aku berjanji, jika mama baik baik saja maka aku akan menikahi Luna."
Jeduarrrrrrr....
TBC...
Hai Hai pendukung author yang setia, author kembali membawakan cerita baru buat kalian semua. Semoga suka 🥰🥰
Jeduarrrrr...
Bagai di sambar petir di siang bolong, tubuh Vanni mendadak kaku tak bisa di gerakkan. Lidahnya pun terasa kelu karena saking terkejutnya.
" Kau tidak bercanda bukan?" Tanya tuan Ardi menatap putranya.
" Aku bersungguh sungguh dengan ucapanku pa. Demi kesehatan mama, apapun akan aku lakukan." Sahut Andreas tanpa melihat perubahan wajah Vanni.
Rupanya memang benar, Andreas lebih sayang dengan ibunya ketimbang dengannya. Ungkapan cinta yang selama ini Andreas katakan rupanya hanya kepalsuan belaka.
Vanni maju di depan Andreas, ia tatap wajah pria yang telah berjanji untuk tidak akan meninggalkannya maupun menyakitinya.
" Aku minta maaf!" Ucap Andreas menatap Vanni. Tangannya terulur hendak menyentuh pipi Vanni, namun Vanni segera menghindar darinya.
" Maaf untuk apa? Apa untuk janji yang telah kau ingkari mas?" Sinis Vanni tersenyum kecut.
" Aku terpaksa melakukan ini sayang. Kali ini, cobalah mengalah dengan mama." Ujar Andreas.
" Mengalah yang bagaimana lagi mas? Apa selama ini aku kurang mengalah dari mama?" Vanni mulai terpancing emosi.
" Saat aku sakit, kau meninggalkan aku demi mama yang memintamu mengantarnya ke luar kota. Saat aku butuh biaya perawatan, kau berikan uang itu kepada mama untuk membeli kalung berlian yang aku rasa tidak ada gunanya. Lalu saat kami berdua mengalami kecelakaan, kau bahkan mengabaikan aku dan lebih memilih membawa mama ke rumah sakit. Padahal kau tahu kondisiku saat itu lebih parah dari mama." Andreas bungkam, memang benar apa yang di katakan oleh Vanni. Selama ini ia lebih memprioritaskan ibunya daripada istrinya.
" Maafkan aku sayang! Aku hanya tidak ingin membuat mama kecewa." Ucap Andreas.
" Lalu kecewa yang mana yang belum pernah aku rasakan atas sikapmu padaku mas? Selama tiga tahun, aku menemanimu dalam kesakitan. Cukup mas! aku mohon tolong jangan sakiti aku lagi." Vanni mengatupkan kedua tangan di depan dadanya. Air mata kesedihan turut membasahi pipi putihnya.
Andreas menggenggam tangan Vanni, " Sayang, tolong mengerti keadaanku saat ini. Mama menginginkan cucu dariku, dengan kondisi mama yang seperti ini, tidak mungkin bagiku untuk menolak pernikahannya. Dan jujur saja, aku juga mendambakan seorang anak selama ini."
Deg...
Jantung Vanni berdebar dengan kencang saat mendengar ucapan suaminya. Ia menatap Andreas begitupun sebaliknya.
" Umurku sudah tidak muda lagi, aku juga ingin segera memiliki momongan seperti teman temanku yang lain. Aku ingin menjadi seorang ayah sayang. Meskipun aku belum tahu siapa yang bermasalah di antara kita, namun aku juga tidak bisa menekan keinginanku. Tolong mengerti keadaanku! Jika memang terbukti aku yang bermasalah, aku akan menceraikan Luna setelah mama sembuh nanti. Setidaknya untuk saat ini, mama bahagia karena aku mau mewujudkan keinginannya dengan menikahi Luna. Aku minta ridhomu sayang, bukankah di dalam agama aku di ijinkan memiliki lebih dari satu istri? Untuk itu berikan kesempatan padaku untuk menikmatinya. Jika aku tidak bisa memiliki anak darimu, setidaknya aku bisa memiliki anak dari Luna. Kelak anak itu akan menjadi anakmu juga."
Lengkap sudah penderitaan Vanni saat ini. Hatinya hancur mendengar penuturan dari pria yang sangat ua cintai. Memang pada dasarnya pria hanya pandai membual saja. Namun pada kenyataannya ia tidak bisa menepati setiap kata yang pernah keluar dari bibirnya. Sampai di sini Vanni paham, jika Andreas sendiri lah yang menginginkan seorang anak. Dan ibunya hanya menjadi pendukungnya.
" Jika kamu menginginkan seorang anak dan ingin menikah lagi, lalu kenapa harus ada drama sepanjang ini mas? Cukup kamu katakan padaku, maka aku tidak akan menjadi penghalang jalanmu." Bohong! Bibir Vanni bisa mengatakan itu namun hatinya berkata lain. Hatinya tidak rela jika Andreas akan membagi cintanya untuk wanita lain. Namun ia tidak boleh menampakkan kelemahannya di depan Andreas.
" Itu artinya kau mengijinkan aku untuk menikahi Luna?"
Dasar pria tidak bermoral, bisa bisanya Andreas bertanya seperti itu kepada Vanni tanpa rasa bersalah sama sekali. Mendengar itu, Vanni benar benar tidak tahan menanggung rasa sakit lebih lama lagi. Ingin rasanya ia bercerai dan pergi meninggalkan pria yang tidak punya pendirian sendiri. Namun di balik rasa sakit itu, tersimpan amarah yang begitu mendalam hingga menciptakan dendam di dalam hatinya. Ia merasa ibu mertuanya lah yang harus bertanggung jawab atas apa yang ia rasakan saat ini. Ia mengusap air matanya, " Cukup sudah rasa sakit yang aku terima selama ini ma. Aku bersumpah akan mengembalikan rasa sakit ini kepadamu. Dan untukmu Andreas, akan aku hapus perasaan cinta ini dan akan aku balas seluruh perbuatanmu padaku." Sumpah Vanni dalam hati.
" Katakan sayang! Ini akan menjadi kabar bahagia untuk mama." Ucap Andreas menyentuh kedua bahu Vanni.
" Sesuai apa yang kalian inginkan mas. Aku tidak keberatan kamu menikahi Luna." Sahut Vanni menahan sesak di dalam hatinya. Wanita mana yang rela di madu saat ia begitu mencintai suaminya? Namun Vanni hanya berusaha untuk tetap tenang agar ia bisa membalikkan keadaan seperti apa yang ia inginkan.
" Terima kasih sayang, kau memang yang terbaik." Andreas membawa Vanni ke dalam pelukannya. Pelukan yang terasa begitu nyaman sebelumnya kini mendadak menjadi hambar. Bersamaan dengan itu, pintu ruang rawat nyonya Ratna terbuka.
" Bagaimana keadaan istri saya dok?" Tuan Ardi langsung menghampiri dokter yang keluar dari sana.
" Kondisinya sudah stabil tuan, untuk sementara tolong di jaga perasaan pasien. Jangan membebani pasien dengan pemikiran yang berat berat. Usahakan apa yang di inginkan pasien terwujud." Sahut dokter laki laki bertagename Sulistyo.
" Baik dok akan kami usahakan." Sahut tuan Ardi.
Setelah kepergian dokter, tuan Ardi dan yang lain segera masuk ke dalam tak terkecuali Vanni. Andreas merangkul bahunya mendekati nyonya Ratna yang terbaring lemah di atas ranjang.
" Mama, apa sudah lebih baik?" Tanya Andreas.
" Akan lebih baik lagi kalau mama bisa segera menimang cucu." Sahut nyonya Ratna lemah.
" Mama jangan khawatir! Aku pasti akan mewujudkannya." Sahut Andreas.
Nyonya Ratna menatap Andreas dan Vanni bergantian.
" Apa kamu setuju menikahi Luna?" Tanyanya.
" Iya ma, dan aku sudah mendapatkan restu dari Vanni." Sahut Andreas mengeratkan rangkulannya.
Nyonya Ratna menatap Vanni, " Terima kasih Vanni, kamu memang menantu yang baik." Ucap nyonya Ratna di balas senyuman oleh Vanni.
" Aku memang menantu yang baik ma, tapi itu dulu. Sekarang sudah tidak lagi. Aku yang kau anggap sebagai menantumu kini akan menjadi musuh dalam selimutmu. Kau berusaha menghancurkan pernikahan kami, maka aku juga akan melakukan hal yang sama untuk pernikahanmu. Kau harus merasakan apa yang aku rasakan saat ini." Batin Vanni.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setelah nyonya Ratna keluar dari rumah sakit, ia pun menggelar acara pernikahan Andreas dan Luna di sebuah masjid yang terletak di sebelah barat alun alun kota. Andreas sengaja tidak membuat acara pesta pernikahannya karena ia masih menghargai perasaan Vanni. Meskipun ia menyakiti Vanni dengan menikahi Luna, namun ia tidak mau membuat Vanni lebih sakit lagi. Awalnya Luna menolak, ia ingin memamerkan statusnya kepada dunia namun dengan ancaman Andreas tidak akan menikahinya, akhirnya ia pun setuju. Yang terpenting baginya adalah, Andreas menjadi miliknya. Dan ia akan menyingkirkan Vanni pelan pelan agar ia bisa menjadi nyonya Andreas satu satunya.
Dengan di balut kebaya berwarna putih, Luna duduk di samping Andreas. Andreas nampak menjabat tangan penghulu lalu melafazkan ijab qobul dengan suara lantang. Hati Vanni hancur dan telinganya terasa sakit mendengarnya. Air mata menetes membasahi pipinya begitu saja. Apalagi saat kata dah terucap dari kedua saksi, hati Vanni semakin hancur tak berkeping. Dalam sekejap, suaminya telah menjadi milik wanita lain.
Setelah selesai menandatangani dokumen pernikahan, nyonya Ratna langsung menghampiri mereka.
" Selamat untuk kalian berdua, semoga kalian hidup bahagia dan di limpahi banyak anak yang lucu. Tidak seperti pernikahan Andreas sebelumnya."
Lagi lagi, ucapan nyonya Ratna berhasil membuat hati Vanni semakin terluka.
" Ma, jangan seperti itu. Mama harus bisa menjaga perasaan Vanni karena dia juga menantu mama." Tegur tuan Ardi. Yang membela justru ayah mertua bukan suaminya.
" Memang seperti itu kenyataannya pa. Sudah lah tidak perlu berdebat, yang penting sekarang Luna sudah menjadi menantu mama. Dia akan menjadi menantu kesayangan mama yang akan memberikan mama banyak cucu." Ucap nyonya Ratna merangkul pundak Luna.
" Terima kasih ma, aku akan melakukan yang terbaik untuk keluarga ini." Ucap Luna tersenyum bahagia. Ia melirik Vanni yang berdiri tak jauh di depannya.
" Aku menang Vanni. Kau tidak akan bisa mengalahkan aku, tante Ratna lebih menyayangiku dan kau akan menjadi pembantuku ke depannya." Batin Luna.
" Berbahagialah dengan kemenangan kalian, karena setelah ini hanya tersisa kehancuran." Batin Vanni.
Di rasa sudah selesai, mereka semua pulang ke rumah Andreas. Andreas menggandeng tangan Vanni sedangkan Luna di gandeng oleh ibu mertuanya.
" Andreas, segera bawa Luna ke kamarmu." Titah nyonya Ratna.
Andreas dan Vanni saling melempar pandangan. Lalu Andreas menatap ibunya.
" Kamarku ma? Kamar itu... "
" Biarkan Vanni tidur di kamar tamu." Potong nyonya Ratna. " Kamu harus menghabiskan banyak waktu dengan Luna agar dia cepat hamil. Lagian posisi Vanni sudah di gantikan oleh Luna, jadi kamu tidak perlu mengkhawatirkannya. Dia juga harus menjaga Luna dengan baik, karena program kehamilan membutuhkan istirahat yang cukup." Imbuh nyonya Ratna.
Kenapa tidak di racun saja mertua seperti ini? Tentu tidak, karena Vanni menginginkan kematian yang lebih menyakitkan untuk ibu mertuanya.
" Ma, tolong hargai Vanni sebagai istriku. Dia... "
" Cukup Andreas!!!" Bentak nyonya Ratna yang langsung membuat Andreas bungkam.
" Vanni, kemasi barang barangmu dan pindah ke kamar tamu. Mama tidak mau berdebat untuk hal kecil seperti ini." Ucap nyonya Ratna menatap Vanni.
Vanni menatap Andreas lalu menatap ibu mertuanya.
" Baik ma." Sahut Vanni membuat Andreas terkejut.
" Kenapa dia terlihat beda saat ini? kenapa dia hanya menurut saja kepada mama? Apa ada yang ia rencanakan di belakangku? Aku harap kamu tidak akan meninggalkan aku sayang." Pinta Andreas dalam hati. Ia benar benar akan menjadi seekor kucing yang penurut jika di depan ibunya.
Tanpa berdebat, Vanni segera menaiki tangga menuju kamarnya.
" Ma, aku susul Vanni ya. Aku ingin bicara berdua dengan Vanni supaya hubungan kami baik baik saja." Ujar Luna.
" Silahkan! Kalau nanti dia menyerangmu, kamu bilang saja sama mama." Ucap nyonya Ratna.
" Baik ma."
Luna segera menaiki anak tangga satu persatu menyusul Vanni ke kamarnya. Sampai di kamar Vanni, ia segera masuk dan menghampiri Vanni yang sedang mengemas baju bajunya ke dalam koper.
" Hah, sungguh malang sekali nasib kamu Vanni." Ejek Luna duduk di tepi ranjang sambil memindai seluruh sudut ruangan.
" Tidak apa apa. Kemalangan bisa menimpa siapa saja." Sahut Vanni santai. " Jika mas Andreas bisa melakukan ini padaku, tidak menutup kemungkinan jika dia juga akan melakukan hal yang sama kepadamu. Apalagi dia tidak mencintaimu."
Luna terkejut dengan ucapan Vanni, matanya bahkan sampai melotot.
" Maksudmu kamu menyumpahi aku gitu." Ucap Luna tidak terima.
" Ketahuilah wahai Luna, mas Andreas sangat menyayangi ibunya. Jika nanti kamu tidak hamil juga, sudah pasti ibunya akan meminta mas Andreas untuk kawin lagi. Dan kamu bernasib sama denganku, sama sama tidak di butuhkan dan di hargai." Ucap Vanni.
" Benar juga ucapan Vanni, kalau sampai aku nggak hamil hamil juga pasti nenek peot itu bakal menyuruh Andreas buat kawin lagi. Itu artinya aku harus hamil secepat mungkin. Aku harus bisa membuat Andreas menyentuhku secepatnya. Aku tidak mau sampai kehilangan tambang emas seperti Andreas. Ya, aku harus secepatnya hamil." Ucap Luna dalam hati.
Vanni tersenyum smirk, sepertinya Luna telah masuk ke dalam perangkapnya. Tanpa mereka tahu, Vanni telah melakukan pemeriksaan reproduksi kepada Andreas dan dirinya. Ia telah menyewa dokter profesional dari negeri jiran. Hasilnya akan di ketahui satu minggu lagi, dan ia yakin jika yang berpotensi mandul Andreas bukan dirinya. Dan tanpa mereka sadari, Vanni telah menyelidiki Luna sebelumnya. Bagaimana kehidupan Luna sebelum ini dan bagaimana masalah percintaan Luna dengan para lelaki simpanannya. Ia akan menjadikan bukti bukti itu untuk meledakkan kehancuran keluarga Andreas suatu hari nanti. Untuk saat ini ia hanya ingin fokus menata hatinya dengan melupakan cinta sang suami. Toh buat apa menjadi bodoh karena mencintai pria plin plan seperti Andreas.
Dengan kesal, Luna meninggalkan kamar Vanni. Vanni kembali tersenyum, " Segera lah hamil kak Luna. Dan aku akan memastikan jika anak itu bukan anak Andreas. Dan kau ibu mertua, tunggu kejutan dariku beberapa bulan lagi."
...****************...
Jedag jedug suara musik dj berdentum memenuhi club malam Rosea mega malam ini. Nampak Vanni sedang duduk di meja bartender sambil menikmati minumannya. Sudah sejak tadi ia berada di sini, sedangkan sang suami mana peduli dengannya? Andreas sedang menikmati malam pertamanya bersama istri barunya.
Seorang pria yang duduk di sofa nampak memperhatikan Vanni sedari tadi. Saat melihat Vanni sudah tidak terkendali lagi alias mabuk berat, ia pun segera menghampirinya.
" Kau sudah mabuk berat, apa perlu aku antar kau pulang?"
Vanni mendongak menatap wajah tampan yang ada di depannya saat ini. Meskipun pandangannya mulai kabur, namun ia masih bisa membedakan pria tampan dan bukan. Ia mengulurkan tangannya mengelus kedua pipi mulus milik pria itu.
" Suamiku tampan, tapi ternyata kau lebih tampan." Racaunya sambil terus berusaha membuka matanya yang mau menutup.
" Kau pemula, kenapa minum sebanyak ini?" Tanya pria itu sambil melihat banyaknya botol kosong yang ada di depan Vanni. Rupanya Vanni telah menghabiskan lima botol minuman keras.
" Tidak usah berisik!" Vanni meletakkan jari telunjuknya di bibir pria itu. " Aku pengin punya anak, mau kah kau membuatnya denganku?"
Pria itu hampir tertawa mendengar ucapan ngawur dari bibir Vanni yang sialnya terlihat begitu seksi di matanya.
" Kau tidak tau siapa aku, jadi jangan sembarangan mengajak orang untuk one night stand."
" Tidak masalah, asalkan bersamamu aku mau. Mari kita lakukan, kita bisa cari hotel sekarang. Kalau kamu tidak mau, aku akan mencari pria lain saja."
Entah sadar atau tidak dengan semua ucapannya, tiba tiba Vanni turun dari kursi. Matanya mencari cari seorang pria yang akan menjadi sasaran pelipur laranya. Tanpa membuang waktu, pria itu memanggul Vanni seperti karung beras.
" Eh mau kemana? Turunkan aku!" Pekik Vanni.
" Mau membuat anak."
TBC...
Nah loh apa yang akan mereka lakukan? Udah kebayang nih adegan ehem ehem di otak emak" ha ha..
Jangan lupa like dan komennya ya.. Miss u all 🥰
Brugh...
Pria itu merebahkan tubuh Vanni di atas ranjang empuk hotel bintang lima yang ia pesan. Ia mengukung tubuh Vanni di bawah tubuhnya. Vanni yang mulai kehilangan kesadarannya bukannya tenang malah bergerak aktif layaknya cacing kepanasan.
" Shhhh." Desis pria itu saat tanpa sengaja kaki Vanni mengenai bagian tubuh terpentingnya.
Vanni membuka mata menatap pria itu dengan intens, ia mengelus pipi pria itu dengan lembut.
" Kamu sangat tampan, aku harap kita bisa memiliki anak laki laki biar dia tampan seperti kamu. Ayo kita lakukan sekarang!" Ajak Vanni tanpa malu.
Pria itu tidak melakukan pergerakan membuat Vanni sedikit emosional. Bukan apa apa, pria itu hanya bingung mau memperlakukan Vanni bagaimana. Bisa saja ia langsung menyerang Vanni begitu saja, namun ia khawatir Vanni akan menyesali semuanya setelah ia tersadar nanti. Dan ia tidak mau sampai Vanni membencinya karena baginya, wanita seperti Vanni harus di jaga kehormatannya.
Vanni mengangkat kepala hingga membuat wajah mereka sangat dekat. Tanpa ragu Vanni menempelkan bibirnya pada bibir pria itu lalu mencecapnya dengan penuh semangat. Tindakan Vanni menang tidak di benarkan karena bagaimana pun ia telah mengkhianati suaminya. Namun ia tidak mau banyak berpikir. Pernikahan Andreas dan Luna benar benar telah menghancurkan hidupnya. Kalau Andreas saja bisa bersenang senang dengan istri barunya, kenapa Vanni tidak? Meskipun mereka tidak terikat hubungan yang halal, tapi Vanni happy menjalaninya.
Pria itu mencoba menghentikan kegiatan Vanni yang bermain main di bibirnya, ia menangkup wajah Vanni lalu menatapnya.
" Dengarkan! Aku bukan suamimu. Kau akan menyesal jika melakukan ini denganku." Ucap pria itu berusaha menyadarkan Vanni.
" Aku tidak pernah menyesali perbuatanku. Dan aku tidak butuh suami gila seperti suamiku itu. Dia plin plan, ucapannya tidak bisa di percaya. Aku membencinya, aku ingin melupakannya dan membuabgnya jauh jauh dari hidupku. Point terpentingnya adalah aku ingin menghabiskan malam bersamamu." Vanni kembali menyerang bibir pria itu. Pria yang tidak ia kenal sama sekali, namun hatinya begitu yakin jika pria itu pilihan yang tepat untuk memberikan segenap tubuhnya kepada pria itu.
Entah siapa yang salah, dan entah siapa yang memulai kini keduanya menyatu dalam hangatnya balutan selimut. Keringat menetes mengiringi kegiatan panas mereka, bahkan dinginnya AC tidak mampu menyurutkan semangat mereka. Tidak ada batasan, semuanya melebur menjadi satu malam ini. Entah mengapa Vanni begitu terbuai di bawah kukungan pria yang bukan suaminya. Bahkan suara desahannya memenuhi ruangan kamar yang sekarang gelap gulita. Kamar ini akan menjadi saksi bisu perbuatan mereka yang sayangnya terasa indah meskipun terbalut dosa.
Satu jam pun telah berlalu, tubuh pria itu tumbang di samping Vanni.
Cup..
Pria itu mencium kening Vanni. " Terima kasih untuk malam ini." Ucapnya.
" Hmm." Tanpa sadar Vanni memeluk tubuhnya. Kini keduanya terlelap mengejar mimpi dalam hangatnya dekapan rindu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sinar matahari masuk ke dalam kamar yang Vanni tempati melalui celah celah korden.Vanni merasa terganggu, ia mengerjapkan matanya.
Deg...
Jantung Vanni berdebar kencang saat ia menyadari bahwa dirinya berada di tempat asing dan bukan di kamarnya.
" Dimana aku?" Ia mencoba mengingat kejadian semalam dan...
" Ah bodoh sekali kau Vanni." Monolog Vanni sambil memukul kepalanya sendiri. Meskipun ia mabuk, namun beberapa potongan puzzle masih ia ingat.
" Kau merelakan tubuhmu untuk pria itu. Dimana pria itu? Apa pria itu kabur?" Vanni mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan sampai seorang pria tampan keluar dari kamar mandi.
" Pagi nona Vanniya Savera Azkara."
Deg...
" Kau tahu namaku?" Tanya Vanni mengerutkan keningnya. Padahal selama ini ia telah menyimpan rapat identitas keluarganya. Namun kenapa pria itu mengenalnya?
" Siapa yang tidak mengenal keluarga Azkara hmm?" Bukannya menjawab pria itu malah balik bertanya. " Keluarga terkaya di negara ini yang memiliki bisnis properti dan restoran di berbagai mancanegara." Imbuhnya.
" Darimana kamu tahu aku bermarga Azkara?" Tanya Vanni lagi.
" Rupanya kamu tidak tahu kalau aku salah satu kerabat jauhmu." Vanni menatap pria itu dengan intens.
" Siapa namamu?" Tanya Vanni lagi.
" Kau tidak tahu?"
" Tidak." Sahut Vanni.
" Pantas saja." Gumamnya.
" Pantas apanya?" Tanya Vanni lagi.
" Ah tidak, lupakan saja! Namaku Oktama, kau bisa panggil Tama." Sahutnya.
Pria bernama Oktama itu menatap Vanni sambil tersenyum, " Kau tidak mengenalku tapi kau berani menolakku. Dasar gadis nakal!Mungkin ini yang di namakan takdir, kita bertemu di saat yang tepat. Dan aku tidak akan melepaskan kamu lagi."
" Oke om Tama, lupakan kejadian semalam! Anggap saja tidak terjadi apa apa di antara kita."
Tentu saja ucapan Vanni membuat Tama melongo. Sudah di panggil om, masih di suruh melupakan kejadian semalam. Kejadian yang tidak akan mungkin Tama lupakan seumur hidupnya.
" Bagimana bisa kau memintaku untuk melupakan kejadian semalam? Kau sudah merenggut keperjakaanku dan kau mau lari dari tanggung jawab." Ujar Tama tak terima.
Vanni kembali melongo mendengar ucapan Tama. " Om masih perjaka?"
" Tentu saja, apa kau pikir aku gigolo yang memanjakan setiap wanita yang butuh belaianku?"
Dengan polosnya Vanni menganggukkan kepala. Hal ini membuat Tama merasa gemas dan ingin mencubit pipi Vanni.
" Kau sendiri bagaimana? Apa kau juga ingin menjajakan tubuhmu kepada para pria hidung belang?" Tama menatap tubuh Vanni yang masih terbungkus selimut. Vanni langsung mengeratkan selimutnya lalu menggelengkan kepala.
" Seberat apapun masalahmu dengan suamimu, jangan pernah mencari laki laki sembarangan. Beruntung kau bertemu denganku, kalau kau bertemu dengan pria hidung belang kau akan di rugikan."
Mendengar kata suami membuat Vanni tersadar jika ia harus pulang saat ini. Mungkin suaminya sudah menunggu di rumah atau malah tidak peduli karena sudah ada istri baru.
Mendadak wajah Vanni menjadi sedih, Tama dapat menangkap kesedihan itu. Ia duduk di tepi ranjang menatap Vanni. Ia merapikan anak rambut yang menutupi wajah Vanni.
" Mandilah! Setelah ini aku akan mengantarmu pulang. Atau kau mau ke suatu tempat dulu? Misal mencari makan mungkin." Tanya Tama.
" Aku mau pulang ke rumah." Sahut Vanni.
" Ke rumah suamimu atau ke rumah keluarga Azkara?" Tanya Tama lagi.
" Ke rumah papa." Sahut Vanni.
" Baiklah, aku akan mengantarmu ke sana. Sekarang bersiaplah! Aku sudah menyiapkan baju untukmu di wastafel." Ujar Tama.
Vanni menatap Tama, " Emang kamu tahu ukuran bajuku?" Tanya Vanni.
" Setiap jengkal tubuhmu sudah aku ingat sayang, jadi sangat mudah untukku memilih ukuran baju yang pas untukmu."
Blush..
Pipi Vanni berubah merah semerah tomat. Ia membelitkan selimut ke tubuhnya lalu pergi ke kamar mandi. Tama menatapnya sambil tersenyum.
Setelah selesai bersiap, mereka menuju ke kediaman keluarga Azkara menggunakan mobil Tama. Di dalam perjalanan, Vanni nampak merenung memikirkan suaminya. Bohong jika dia tidak peduli lagi pada suaminya, pada kenyataannya ia terus menatap ponselnya berharap Andreas meneleponnya dan menanyakan keberadaan atau pun keadaannya. Namun pada kenyataannya, harapan tinggal harapan saja.
Tiga puluh menit mereka sampai di sebuah mansion mewah yang memiliki halaman luas. Untuk masuk ke dalam mereka harus menjalani pemeriksaan ketat, namun tidak untuk Vanni. Penjaga langsung membukakan pintu gerbang dan pintu mobil saat mobil Tama berhenti tepat di depan pintu.
" Selamat datang nona muda." Sapa empat pengawal yang berjaga di depan pintu.
" Pagi." Sahut Vanni.
Vanni masuk ke dalam di ikuti Tama di sebelahnya. Vanni sengaja mengajak Tama bertemu orang tuanya karena Tama mengatakan dia kerabat jauh keluarganya. Kedatangan mereka di sambut oleh beberapa pelayan.
" Pagi nona muda, tuan dan nyonya ada di ruang makan." Ucap pelayan wanita bernama bi Sumi. Pelayan yang melayani seluruh kebutuhan Vanni saat ia tinggal di sini.
" Pagi bi, aku langsung ke sana." Sahut Vanni berjalan menuju ruang makan.
Sampai di sana Vanni segera menghampiri kedua orang tuanya.
" Pagi mam, pagi dad." Vanni memeluk kedua orang tuanya bergantian. Tak lupa ia pun menciumi pipi mereka dengan penuh kasih sayang.
" Rupanya anak daddy ingat pulang." Sindir tuan Azka.
" He he." Vanni hanya nyengir saja. Ia duduk di depan ibunya.
Vanni menoleh ke belakang dimana Tama berdiri di samping pintu.
" Sini om duduk!"
Kedua orang tua Vanni menatap ke arah pandang Vanni.
" Lhoh ada nak Tama, silahkan duduk nak! Maaf tante tidak melihatmu karena saking fokusnya sama Vanni. Dia sudah lama tidak pulang ke rumah." Ucap nyonya Hanniya atau yang sering di sapa Hanni.
" Iya iya sini nak Tama, kita sarapan bersama. Sudah lama kamu tidak datang kemari. Tak di sangka giliran datang, kamu bersama Vanniya." Timpal tuan Azka.
Vanni terkejut kedua orang tuanya mengenal Tama. Tama duduk di sebalah Vanni.
" Kalian kenal dengan om Tama?" Tanya Vanni menatap orang tuanya bergantian.
" Kok panggil om sih Van, panggil mas atau kakak. Umur nak Tama sama dengan suamimu lho." Ujar nyonya Hanni.
" Suka suka aku donk mom, orang aku maunya panggil om." Sahut Vanni. " Kalian belum menjawab pertanyaanku, darimana kalian kenal om Tama?" Tanya Vanni lagi.
" Kamu ingat kalau kamu pernah daddy jodohkan dengan seorang anak kerabat daddy?" Tanya tuan Azka.
" Iya." Vanni menganggukkan kepala.
" Tama lah pria itu."
" What!!!!" Mata Vanni membulat sempurna, ia menatap Tama dengan tatapan tajam.
" Itu sebabnya kamu langsung mengenaliku sebagai putri keluarga Azkara." Ucap Vanni.
" Iya, begitu aku melihatmu aku langsung mengenalimu. Itu sebabnya aku langsung membawamu ke..."
Bibir Tama langsung di bekap oleh tangan Vanni. Hal ini membuat kedua orang tua Vanni bingung.
" Ada apa dengan kalian berdua? Dan kalian bertemu dimana?" Selidik tuan Azka.
" Saat mau ke sini mobilku mogok, dan dia memberi tumpangan padaku dad." Dusta Vanni.
" Benar begitu Tam?" Tanya tuan Azka menatap Tama.
" Iya om, karena aku tahu dia anak om makanya aku menolongnya." Sahut Tama ikut berdusta.
" Ya sudah sekarang ayo kita makan! Om perlu ngobrol banyak denganmu." Ujar tuan Azka.
" Terima kasih om." Sahut Tama.
Mereka semua makan dengan khidmat. Selesai makan, tuan Azka mengajak Tama ke ruang kerjanya sedangkan Vanni pergi ke kamarnya.
Di ruang kerja, Tama dan tuan Azka duduk di sofa saling berhadapan.
" Apa kamu sudah tahu tentang pernikahan suami Vanni?" Tanya tuan Azka menatap Tama.
" Sudah, itu sebabnya aku memantau pergerakan Vanniya om. Semalam dia pergi ke club, dan..." Tama menggantung ucapannya karena tidak berani meneruskan kata katanya.
" Dan kamu membawanya ke hotel." Sambung tuan Azka membuat Tama terkejut.
" Maaf om." Sudah dapat di pastikan jika tuan Azka menyuruh salah satu anak buahnya untuk mengikuti mereka berdua.
" Apa yang terjadi setelah itu?" Tanya tuan Azka.
" Kalau aku jujur, apa om tidak marah?"
" Tidak, om tahu kamu tidak akan bertindak tanpa alasan." Sahut tuan Azka.
" Kami melakukan hal yang tidak sepantasnya kami lakukan om. Sekali lagi maafkan aku!" Ucap Tama.
" Pantas atau tidak om tidak peduli. Jika usahamu membuahkan hasil, om akan merasa senang. Setidaknya Vanni terbukti bisa hamil dan tidak mandul." Sahut tuan Azka. " Jika bukan karena Vanni melarang om untuk ikut campur pernikahannya, sudah om hancurkan keluarga Andreas sejak lama. Apalagi mulut ibunya yang pedas melebihi cabe satu ton itu, om pengin menampar dan meremas bibir kotornya itu." Imbuh tuan Azka.
Ya, tuan Azka sudah mengetahui semuanya. Bahkan ia sengaja menempatkan Tama untuk memantau kondisi Vanni. Dulu tuan Azka menentang pernikahan Vanni dan Andreas karena ia lebih menginginkan Vanni menikah dengan Tama, namun Vanni terus berusaha meluluhkan hatinya hingga ia menyetujui pernikahan itu dan harus menyamar sebagai wali hakim untuk menjadi wali nikah Vanni. Pada dasarnya keluarga Andreas bersih dari catatan hukum. Dan selama ini mereka nampak bahagia meskipun Vanni sering mendapat hinaan dari sang ibu mertua.
" Setelah ini apa yang harus kita lakukan om?" Tanya Tama.
" Cukup melihat pergerakan Vanni saja, karena om yakin dia tidak akan tinggal diam. Dia pasti sedang merencanakan sesuatu untuk membalas perbuatan mereka." Sahut tuan Azka yang tahu bagaimana sifat asli putrinya.
" Baik om kalau begitu. Tapi ijinkan aku membantu Vanni kalau dia sudah tersudutkan." Ujar Tama.
" Tentu saja, setelah Vanni menghancurkan mereka kau bisa menghancurkan karir Andreas juga. Bukan lah Andreas bekerja di perusahaanmu." Ujar tuan Azka.
" Iya om." Sahut Tama.
Mereka lanjut berbincang sedangkan dia tempat lain, tepatnya di halaman belakang, Vanni sedang duduk bersama dengan tantenya. Ia sengaja mengundang tantenya ke rumah karena ada sesuatu yang ingin dia bicarakan. Tante Hana, adik kandung dari ayahnya yang umurnya tidak jauh darinya. Yaitu tiga puluh tahun, namun sampai sekarang ia belum berniat untuk menikah. Akibat trauma di tinggal menikah oleh kekasihnya, sampai sekarang ia tidak mau berhubungan dengan yang namanya kaum laki laki.
" Apa yang membuat keponakan tante yang tidak pernah pulang ke rumah ini tiba tiba mengundang tante ke sini hmm? Pasti butuh bantuan tante nih." Goda nyonya Hana. Ya, karena biasanya Vanni akan meminta bantuan nyonya Hana jika ia dalam masalah.
" Ada misi buat tante." Sahut Vanni.
" Misi? Misi apa itu?" Tanya nyonya Hana penasaran.
" Menggoda suami orang."
" Apa?????"
TBC....
Nah loh udah mulai nyusun rencana nih.. kira2 berhasil g ya..
Jangan lupa like koment vote dan hadiahnya... Miss u all...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!