Seorang pemuda nampak mengendarai sebuah mobil mewah keluaran terbaru dengan senyuman yang tak kunjung pupus dari bibirnya. Ia terlihat begitu bahagia, bukan karena hari ini adalah hari wisudanya sebagai seorang mahasiswa yang telah selesai mengenyam pendidikannya selama 4 tahun namun hari ini ia siap untuk menunjukkan identitas dirinya yang sebenarnya kepada sang kekasih.
Selama kuliah ia memang berpura-pura menjadi orang biasa, tak ada mobil mewah yang siap mengantarnya pergi ke kampus atau hanya sekadar menemaninya pergi nongkrong bersama teman-temannya. Namun hanya sebuah motor bekas yang ia beli dari uangnya sendiri untuk di gunakannya sehari-hari.
Tak ada satu pun yang mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya baik teman-temannya sekalipun, namun hari ini pria itu memutuskan untuk menunjukkan identitasnya yang sebenarnya terutama kepada kekasihnya yang selama 2 tahun ini menemaninya dalam suka maupun duka.
Gadis sederhana yang mampu membuatnya jatuh cinta untuk pertama kalinya karena kerendahan hati dan juga kebaikannya, gadis itu tak pernah mempermasalahkan keadaannya yang sengaja ia buat seperti bukan orang kaya bahkan terkadang gadis itu rela membagi uang sakunya yang tak seberapa agar mereka bisa makan siang bersama.
Gadis yang berusia 2 tahun lebih muda darinya itu tak pernah lelah menyemangatinya belajar hingga membuatnya bisa lulus tepat waktu dengan nilai sempurna, gadis itu ingin melihatnya sukses dan mampu membanggakan keluarganya.
Terkadang ia merasa bersalah karena telah membohonginya dan juga teman-temannya, namun ia terpaksa melakukannya karena ingin mengetahui siapa yang ikhlas berteman dengannya tanpa memandang kekayaan.
"Bagaimana jika suatu saat nanti aku tak mampu memberikan mu rumah dan juga mobil seperti pria lain?" ucapnya kala itu ketika ia dan sang kekasih sedang makan sepiring berdua, bukan ia tak mampu membelikannya makanan yang banyak namun ia hanya ingin menguji gadis itu mau menerima keadaannya atau tidak saat sedang kekurangan.
"Kita bisa sewa rumah nanti dan ku rasa memakai motor juga tak buruk, setelah lulus kita akan bekerja bersama-sama untuk mewujudkan impian itu. Lagipula bagiku kekayaan bukanlah segalanya tapi yang penting kamu selalu sayang padaku." sahut gadis itu dengan jawaban yang selalu sama setiap kali ia bertanya tentang keadaannya dan itu yang membuatnya benar-benar jatuh hati kepadanya, kekasihnya itu memang sangat mirip dengan ibunya cantik, baik hati dan juga bersahaja.
Pria bernama lengkap Jiro Adrian itu pun segera menghentikan mobilnya di sebuah kos-kosan sederhana yang memiliki beberapa pintu di mana kekasihnya itu berbagi kamar di sana bersama teman wanitanya.
Kemudian di ambilnya sebuah buket bunga mawar merah dan kotak perhiasan sebelum turun dari kendaraannya, hari ini adalah hari ulang tahun gadis itu dan ia ingin memberikannya sebuah hadiah yang sedikit mahal yang selama ini tak pernah bisa ia berikan.
Meskipun itu tak seberapa dengan apa yang di lakukan oleh kekasihnya selama ini, gadis itu benar-benar membawanya kepada hal positif yang mungkin selama ini selalu di khawatirkan oleh sang ayah saat ia memutuskan kuliah bukan di tempat yang mahal. Ayahnya mengkhawatirkan jika ia akan terjerumus pada pergaulan bebas namun kekasihnya tak pernah lelah mengingatkannya hingga membuatnya setiap kali hampir terbawa arus pada akhirnya akan kembali ke jalan yang lurus.
Dengan langkah pasti pria itu masuk ke dalam area kos tersebut lantas mengetuk salah satu pintunya, ia tahu kekasihnya ada di kamarnya saat ini karena sebelumnya mengabarkan jika baru pulang dari membuat tugas.
Kemudian di ketuknya pintunya dengan pelan namun tak kunjung di buka. "Sayang!" Panggilnya tapi hingga beberapa kali tak ada tanda-tanda pintu akan di buka.
Pria itu pun memiliki inisiatif untuk membuka pintunya barangkali tak di kunci karena kekasihnya itu memang sedikit teledor dan benar saja pintunya langsung terbuka, namun tiba-tiba....
Deg!
Jiro sontak terkejut ketika baru membuka pintu dan tak sengaja melihat gadis itu sedang tidur di ranjang bersama seorang pria.
"A-apa yang sedang kalian lakukan?" ucapnya tak percaya bahkan bunga dan kotak perhiasan yang ia bawa pun kini tanpa sadar jatuh ke atas lantai.
Kekasihnya itu hanya menatapnya datar seakan apa yang di lakukannya bersama pria asing itu bukan hal besar.
"Sia lan, berani sekali kamu menggoda kekasihku!" Jiro pun hendak menarik pria tersebut namun kekasihnya yang nampak menutupi tubuh polosnya dengan selimut langsung menahannya.
"Lepaskan, dia adalah kekasihku saat ini dan mulai hari ini kita putus!" tegasnya menatap tajam pria itu seolah cintanya telah habis tak bersisa.
"A-apa?" Jiro tampak tak percaya mendengarnya padahal tadi pagi kekasihnya masih memberikannya ucapan selamat atas kelulusannya dengan penuh cinta.
"Apa kamu tidak dengar? Dia kekasihku saat ini dan kami baru saja melakukan....."
Bukkkk
Tiba-tiba sebuah pukulan keras di layangkan oleh Jiro hingga membuat pria asing itu langsung jatuh tersungkur dan yang membuatnya kesal kekasihnya langsung menolong pria yang hanya mengenakan celana da lam nya saja.
"Hentikan, kamu bisa membunuhnya!" ucapnya seraya memastikan keadaan pria itu baik-baik saja karena pukulannya.
Jiro terpaku di tempatnya, perhatian gadis itu bukan lagi di berikan untuknya dan tubuh yang sebisa mungkin ia jaga itu justru dengan sukarela di berikan kepada pria lain. Apa selama ini ia memang bodoh karena begitu mempercayainya?
"Kenapa kamu tega lakukan ini padaku?" ucapnya meminta penjelasan.
Gadis itu pun beralih menatapnya. "Maaf aku tidak bisa hidup miskin denganmu, aku lelah harus menemanimu dari nol sedangkan dia mampu memberikan ku segalanya." tukasnya dan tentu saja itu membuat Jiro menatapnya tak percaya.
"A-apa?"
"Sekarang pergilah, aku tidak ingin melihatmu lagi sampai kapanpun!" tegas wanita itu dengan lantang.
Mendengar hal itu pun harga diri Jiro sebagai seorang pria benar-benar runtuh tak bersisa dan pada akhirnya pria itu pergi tanpa kata dengan hati penuh luka.
Prang
Sebuah gelas nampak di lempar seorang pria ke tembok ketika kembali mengingat masa lalunya tersebut, meskipun sudah bertahun-tahun lamanya namun kejadian itu masih senantiasa berputar di kepalanya.
"Hanna,"
Siapa sangka wajah semanis senja itu mampu menorehkan luka sedalam samudera, gadis yang mati-matian ia jaga kesuciannya justru dengan mudah melemparkan tubuhnya kepada pria lain hanya karena lebih kaya.
"Tuan, meeting sebentar lagi akan di mulai."
Sebuah suara penuh kehati-hatian nampak mengingatkan kepada pria itu tentang pekerjaannya hari ini hingga membuat Jiro Adrian langsung berdehem kecil untuk menetralkan emosinya yang kembali meluap lantas segera beranjak dari duduknya.
Saat hendak melangkah tiba-tiba pintu kembali di buka dari luar dan nampak seorang wanita cantik dan anggun tersenyum menatapnya.
"Sayang, aku datang."
"Sofie?"
Jiro langsung tersenyum menatap wanita yang hampir satu tahun menjadi kekasihnya tersebut.
"Apa kamu sibuk sayang?" ucap wanita itu saat melihat pria itu nampak bersiap-siap untuk pergi.
"Hari ini aku ada meeting penting yang tak bisa di wakilkan jadi aku minta maaf jika tak bisa menemanimu lebih lama." sahut Jiro seraya mengusap puncak kepala wanita itu.
"Baiklah tak masalah, tapi nanti malam kita jadi pergi mencari cincin pertunangan kan?" wanita itu sedikit kecewa, kekasihnya memang sangat gila kerja dan di usianya yang sudah hampir 28 tahun itu tak memikirkan sebuah pernikahan jika ia yang tak memaksanya.
"Hm, akan ku usahakan." sahut Jiro lantas berlalu meninggalkan ruangannya tersebut.
Sang kekasih yang di tinggalkan begitu saja nampak melangkah menuju kursi kerja pria itu lantas menghempaskan bobot tubuhnya di sana.
Rasanya bisa sampai sini bukanlah hal yang mudah baginya, butuh waktu 5 tahun ia bisa mengambil hati pria itu dan ia akan menjaga hubungan mereka agar langgeng sampai kapan pun.
Sementara itu Jiro yang sedang meeting nampak membanting dokumen ke atas meja hingga membuat seorang wanita yang berdiri tak jauh darinya itu nampak ketakutan.
"Bukankah kamu pernah kuliah? Kenapa mengerjakan hal mudah seperti ini saja tidak becus?" umpatnya dengan penuh amarah menatap sekretarisnya tersebut, pria itu memang tidak akan pernah mengampuni sebuah kesalahan sekecil apa pun itu.
"Tolong maafkan saya tuan, saya janji akan mengerjakannya ulang," mohon wanita itu dengan penuh harap dan memelas agar tidak di pecatnya namun Jiro hanya menatapnya kesal.
"Segera bereskan barang-barangmu dan ambil sisa gajimu bulan ini!" perintahnya tanpa ampun lantas segera berlalu dari ruang meeting tersebut.
"Tuan ku mohon jangan pecat saya," wanita itu pun langsung mengejarnya namun....
Brakkk
Pintu langsung di tutup oleh bosnya itu dari luar tepat di hadapannya hingga membuat wanita itu langsung luruh ke lantai dengan isak tangisnya dan peserta meeting lainnya pun hanya bisa menatap iba padanya karena bisa saja hari berikutnya mereka yang akan mendapat masalah yang sama.
Bosnya itu memang sangat mensejahterakan para karyawannya namun pria itu juga tidak mau menerima sedikit pun kesalahan dan untuk itu hanya orang-orang pilihan yang bisa bekerja di sana bahkan sekretarisnya tersebut baru dua bulan bekerja dengannya.
"Dasar bodoh,"
Jiro sangat membenci wajah polos dan naif seorang wanita untuk menutupi kesalahannya karena itu hanya akan mengingatkannya pada masa lalunya. Masa lalu menyakitkan hingga meninggalkan trauma yang begitu membekas dan sulit untuk ia hilangkan.
"Hayes, segera buka lowongan sekretaris dan aku ingin kamu benar-benar mencari kriteria yang ku mau !!" perintah pria itu sesampainya di ruang kerjanya sore itu, tak ada kekasihnya lagi di sana dan mungkin sudah pulang karena terlalu lama menunggunya selesai meeting.
"Baik tuan dan saya juga ingin mengingatkan jika nanti malam anda ada janji dengan nona Sofie untuk mencari cincin pertunangan." tukas Hayes kembali mengingatkan agar tak membuat kekasih tuannya itu kecewa.
"Hm, siapkan saja mobilnya !!" perintahnya Jiro kemudian.
Malam harinya setelah menyelesaikan pekerjaannya pria itu pun segera meninggalkan ruangannya, kantor sudah terlihat sepi namun pria berusia 27 tahun itu nampak enggan pulang jika saja tak ada janji dengan kekasihnya.
Sejak peristiwa 6 tahun yang lalu pria yang sebelumnya di kenal sangat baik hati itu kini berubah menjadi pria dingin, kejam dan juga penggila kerja hingga tak pernah memikirkan masa depannya jika saja sang ibu tak memaksanya untuk segera menikah.
"Kami sudah semakin tua, apa harus menunggu kami mati dulu baru memberikan kami cucu?" ucap sang ibu kala itu.
"Pernikahan bukan mainan ma, aku takkan melakukannya jika belum siap." tegas pria itu, ia tidak ingin seperti ayahnya yang pernah gagal dalam pernikahan.
"Tapi kamu sudah 27 tahun sayang dan ku rasa Sofie wanita yang baik untuk kamu jadikan istri, dia yang membantumu bangkit dari masa lalumu dan sepertinya kalian memang di takdirkan untuk bersama." sang ibu mencoba membujuk putranya itu karena usianya yang semakin menua membuatnya merasa kesepian dan mulai menginginkan seorang cucu.
Beberapa kali ia mengenalkannya kepada anak gadis dari teman-temannya namun di tolak mentah-mentah oleh putranya sampai pada akhirnya pria itu mengabarkan jika telah menjalin kasih dengan seorang wanita yang tak lain adalah temannya saat kuliah dulu di mana wanita itu dengan sabar membantunya bangkit setelah di khianati oleh kekasihnya.
Anak perempuannya pun juga baru 19 tahun dan memilih kuliah di luar negeri jadi tak mungkin jika ia meminta gadis itu untuk segera menikah.
"Sebenarnya aku juga sudah lama ingin menikah tante tapi aku menunggu Jiro siap dulu," terang Sofie ketika Andrea ibu dari Jiro mengundangnya ke rumah kala itu.
"Baiklah nanti akan tante bujuk anak tante untuk segera melamarmu sayang, tante juga ingin mengucapkan terima kasih banyak karena sudah membantu putra tante untuk kembali bangkit melewati semuanya." Andrea merasa bersyukur karena wanita itu putranya kembali terlihat bahagia setelah bertahun-tahun menutup dirinya.
"Terima kasih banyak tante," Sofie pun langsung memeluk calon ibu mertuanya tersebut. Sosok wanita baik hati yang langsung menerimanya ketika Jiro mengenalkannya padanya beberapa tahun yang lalu.
Kala itu setelah di khianati oleh kekasihnya Jiro benar-benar terpuruk, pria itu menghancurkan hidupnya dengan minuman keras dan juga balapan liar namun perlahan ia bisa membawanya untuk kembali bangkit dan meninggalkan hal buruknya tersebut.
...----------------...
Setelah menjemput sang kekasih di rumahnya kini Jiro dan Sofie nampak pergi ke sebuah mall untuk mencari cincin pertunangan mereka.
"Terima kasih untuk semuanya," ucap wanita yang sedang duduk di samping kemudi itu menatap kekasihnya.
Jiro yang sebelumnya fokus dengan kemudinya langsung tersenyum menatapnya lantas kembali fokus dengan jalanan di hadapannya.
Beberapa saat kemudian mereka pun telah sampai. "Kata mama dan tante Andrea toko di mall ini yang paling bagus," ucap Sofie saat mereka berjalan beriringan masuk ke dalam sebuah mall ternama di kotanya.
"Benarkah? Kalau begitu pilihlah sesukamu!" perintah Jiro menanggapi.
Sofie yang melingkarkan tangannya di lengan kekar pria itu pun nampak menatapnya bahagia, ia tidak percaya jika sebentar lagi mereka akan bertunangan dan setelah itu takkan ada lagi kekhawatirannya karena mereka telah terikat dan ia harap setelah itu mereka juga segera melangsungkan pernikahan.
Jujur wanita itu selalu khawatir jika kekasihnya akan tertarik kepada salah satu wanita di luar sana yang selalu menggodanya meskipun selama ini pria itu tak pernah menghiraukan mereka.
"Sepertinya itu tokonya!" Sofie menunjuk sebuah toko perhiasan tak jauh dari mereka dan ketika keduanya masuk tiba-tiba....
Deg!
"Hanna?"
Jiro dan Sofie yang baru masuk ke dalam sebuah toko perhiasan nampak terkejut ketika tak sengaja melihat seorang wanita sedang berdiri menyambut kedatangan mereka dengan beberapa karyawan lainnya.
"Hanna?"
Lirih wanita itu maupun Jiro meskipun pria itu hanya berucap dalam hati karena kini rahang pria itu langsung mengeras, otot-otot di lehernya seketika menegang serta tatapannya tajam penuh bara api yang tertahan dan tanpa sadar tangannya pun mengepal erat ketika kembali bertemu dengan wanita di masa lalunya tersebut. Meskipun sudah 6 tahun berlalu namun peristiwa itu tak pernah pria itu lupakan di mana dengan mata kepalanya sendiri ia melihat mantan kekasihnya itu tidur dengan seorang pria.
"Hanna? Kamu Hanna kan?" ucap Sofie nampak tak percaya.
Setelah sekian tahun lamanya ia kembali bertemu dengan sahabat lamanya itu, sebelumnya mereka pernah sekolah di tempat yang sama bahkan kuliah juga di kampus yang sama.
Hanna yang terkejut dengan kedatangan dua orang di masa lalunya itu pun nampak berdehem kecil untuk menetralkan detak jantungnya yang tiba-tiba tak beraturan.
Matanya terasa panas dan keringat dingin pun mulai membasahi keningnya, seharusnya ia tak kembali ke kota ini satu minggu yang lalu namun tuntutan pekerjaan membuatnya terpaksa rela di pindah tugasnya oleh sebuah perusahaan perhiasan yang beberapa tahun terakhir ini mempekerjakannya.
"Iya Sofie," ucapnya menatap wanita itu setelah sekian detik terpaku dengan kedatangan mereka. Bibirnya yang tiba-tiba kaku ia paksa untuk tersenyum karena tuntutan pekerjaan yang harus melayani pelanggan dengan ramah sesuai slogan perusahaannya.
Sofie pun langsung menggandeng kekasihnya yang sejak tadi mematung di tempatnya, ia tahu dahulu mereka pernah memiliki hubungan tapi itu sudah berlalu pikirnya.
Wanita itu masih mengingat bagaimana telah membantu pria itu berjuang untuk bangkit dari penghianatan mantan kekasihnya yang telah berselingkuh dengan pria lain yang lebih kaya, seandainya saja dahulu sahabatnya itu mengetahui jika Jiro adalah pria kaya mungkin hal itu takkan terjadi tapi harta memang bisa merubah sifat seseorang apalagi kehidupan Hanna yang pas-pasan.
"Kami akan bertunangan dan ingin mencari sebuah cincin, bisakah kamu membantuku?" mohonnya kemudian.
Hanna langsung mengangguk kemudian mengajak mereka ke beberapa etalase untuk memilih perhiasan yang mereka mau.
"Silakan di pilih, perusahaan kami juga baru saja mengeluarkan beberapa produk terbaru dengan edisi terbatas!" ucapnya seraya menunjukkan beberapa model perhiasan yang di pajang di dalam etalase kaca kepada wanita itu.
"Terima kasih Hanna," Sofie pun segera memilih beberapa model cincin dan Hanna hanya memperhatikannya.
Wajahnya sedikit tertunduk sembari melirik ke arah wanita cantik di hadapannya tersebut, wanita yang sejak dahulu menjadi idola di sekolah maupun kampus mereka dan kini kecantikannya pun semakin terpancar seiring dengan usianya yang bertambah dewasa.
Hubungan mereka dulu juga tak terlalu dekat, wanita itu baik padanya karena ia sering membantunya mengerjakan PR dengan beberapa imbalan.
"Bagaimana menurutmu sayang?" Sofie nampak menunjukkan sepasang cincin kepada sang kekasih.
"Jika kamu suka ambil saja!" tukas pria itu menanggapi.
"Aku masih bingung karena semuanya bagus," sahut wanita itu kemudian.
Hanna masih saja menundukkan pandangannya, meskipun ia merasakan ada sepasang mata sedang menatapnya dengan dingin sejak tadi. Sungguh ia tak memiliki keberanian untuk membalas tatapan pria itu mengingat kesalahannya yang terlampau besar dahulu.
"Berikan cincin yang paling mahal kepada kekasihku!" ucap Jiro kemudian, suaranya dingin dan tegas hingga membuat Hanna langsung mengangkat wajahnya menatap pria itu. Pria yang kini terlihat lebih tampan, dewasa dan juga mapan berbeda jauh sekali dengan dulu saat mereka masih kuliah yang mungkin serba kekurangan.
Dengan ragu Hanna pun mengambil sebuah cincin pernikahan yang paling mahal di tokonya yang di ulurkan oleh seorang penjaga etalase, di lihatnya sejenak untuk mengaguminya sebelum berpindah ke tangan orang lain karena mungkin sampai mati pun ia takkan mungkin bisa memiliki perhiasan mahal itu.
"Ini cincin paling mahal di sini, di buat dengan perpaduan emas murni serta batu swarovski pilihan." tukasnya seraya memberikannya kepada Sofie.
Sofie pun langsung mencobanya dan sepertinya wanita itu langsung suka. "Bagaimana sayang, apa bagus?" ucapnya menatap kekasihnya itu yang rupanya sedang menatap ke arah Hanna. Bukan tatapan mengagumi tapi tatapan kemarahan yang sulit wanita itu pahami.
"Sayang, apakah bagus?" ulang Sofie lagi seraya menyentuh lengan pria itu hingga membuat Jiro langsung menatapnya dengan sedikit salah tingkah.
"Hm, bagus. Sangat cocok di jarimu sayang," pujinya kemudian.
Sofie pun langsung mengulas senyumnya. "Terima kasih sayang," ucapnya lantas di peluknya pria itu.
Melihat kemesraan mereka Hanna pun ikut bahagia, ia tahu kesalahannya dulu takkan bisa di maafkan dan bisa melihat mantan kekasihnya telah bahagia dengan kekasih barunya ia pun merasa sedikit tenang. Keduanya memang pasangan yang serasi, lagipula siapa yang tak menyukai Sofie si bidadari kelas yang memiliki banyak idola.
"Baiklah, aku mau yang ini saja Hanna. Tolong bungkuskan untukku!" Sofie memberikan kembali cincin tersebut kepada wanita itu.
"Tentu saja, tunggu sebentar ya." Hanna segera mengambil cincin tersebut lantas di bawanya untuk di bungkus namun tiba-tiba wanita itu tak sengaja tersandung kaki Sofie hingga membuatnya langsung oleng dan tak sengaja menjatuhkan perhiasan tersebut ke lantai.
"Ti-tidak," ucapnya terkejut ketika melihat cincin itu hancur hingga membuat Sofie nampak histeris.
"Tidak, cincinku bagaimana ini?" wanita itu menatap cincin dengan permata batu swarovski tersebut telah pecah berkeping-keping.
"Maafkan aku Sofie, aku tak sengaja." Hanna nampak ketakutan, karena bayang-bayang untuk mengganti perbaikan perhiasan tersebut pun pasti akan sangat mahal.
Jiro langsung mengepalkan tangannya ketika melihat kekasihnya itu nampak menangisi cincin pertunangan mereka yang rusak, kemudian pria itu segera mengambil ponselnya.
"Hallo tuan Shine, saya Jiro Adrian putra dari tuan Gerard Adrian ingin memberitahumu jika salah satu karyawan anda yang bernama Hanna Emerald telah merusak cincin pertunangan kami jadi pecat dia sekarang juga!" tegasnya dan tentu saja itu membuat Sofie maupun Hanna langsung terkejut mendengarnya.
"Sayang, apa yang kamu lakukan?" ucap Sofie tak percaya.
"Dia pantas mendapatkannya, ayo kita cari di toko lain." Jiro menatap Hanna sekilas lantas mengajak kekasihnya itu pergi meninggalkan tempat tersebut.
"Hanna, tolong maafkan kami." Sofie nampak merasa bersalah karena tanpa sengaja telah membuat wanita itu kehilangan pekerjaannya.
Kini Hanna terlihat bingung harus berbuat apa dan tiba-tiba telepon tokonya berdering nyaring. "Hanna, kamu saya pecat sekarang juga tanpa uang pesangon dan juga gajimu bulan ini karena untuk menutupi kerugian atas barang yang telah kamu rusak!" terdengar bentakan kasar dari ujung telepon.
"Tapi tuan saya...." Hanna tak melanjutkan perkataannya karena telepon telah terputus.
"Bagaimana ini?" gumamnya namun tiba-tiba dua security yang berjaga di depan toko itu pun langsung masuk.
"Ayo pergi dari sini sebelum tuan Shine berubah pikiran dan membawamu ke kantor polisi!" perintah mereka dan Hanna mau tak mau segera membereskan barang-barangnya lalu segera meninggalkan tempat kerjanya tersebut.
Kini wanita itu nampak menyusuri deretan toko dengan wajah kalut, sejak lulus kuliah ia telah bekerja di perusahaan perhiasan tersebut dan kini ia terpaksa harus kembali mencari kerjaan lain.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!