Cerita ini hanya fiktif belaka, apabila terdapat nama dan tempat yang sama itu murni semuanya dari penulis tidak ada maksud menyingung siapa pun. Selamat membaca cerita ini😊🙏
...****************...
Bunyi jam dinding yang nyaring membangunkan ku dari tidurku yang lelap, berat rasanya membuka bola mata ini karena semalaman aku begadang mengerjakan tugas-tugas sekolah yang tidak pernah berhenti.
Jujur aku capek sekali dengan tugas-tugas ini, namun jika aku tidak mengerjakannya lalu siapa yang akan mengerjakan, untuk itu pikiranku harus tetap fokus meskipun kantung mata ini menghitam karena kekurangan tidur.
Aku mulai berusaha bangkit dari tidurku pelan-pelan, namun tidak tahu kenapa kasur jauh lebih nyaman untukku rasanya aku tidak ingin cepat-cepat keluar dari kamar.
Namun sekali lagi pikiranku tentang tugas sekolah yang menumpuk seketika menjadi alaram di alam bawah sadar ku untuk tetap bangun dan berangkat ke sekolah. Dengan semangat yang kurang dari setengah karena setengahnya berada di kasur. Aku mulai berjalan ke kamar mandi sambil menguap dan menggaruk kepalaku.
Aku tidak tahu kenapa rasanya kepalaku gatal sekali, mungkin saja karena jadwalku yang sibuk membuat aku lupa keramas atau aku yang sekarang hampir tidak pernah keramas lagi karena tugas sekolah lebih penting dan kebersihan diri sedikit terabaikan. Meskipun begitu, setelah sampai ke kamar mandi aku tetap saja tidak keramas padahal aku seorang laki-laki yang tidak seribet perempuan dengan rambut panjang.
Namun sekali lagi tugas-tugas sekolah sedang menungguku, untuk itu aku hanya mandi, sikat gigi dan langsung siap-siap ke sekolah. Setelah aku mempersiapkan semua peralatan sekolah aku pun segera pergi ke sekolah, tetapi dari arah belakang suara lembut memanggilku.
“Nak, ibu sudah memasakan kamu nasi goreng ayo dimakan!”, aku hampir lupa kalau suara lembut itu adalah suara ibuku, aku pun mengiyakan perintahnya.
“Baik bu!, sambil berjalan cepat ke arah dapur.
Aku tidak bisa menolak perintah ibu meskipun jam sudah menunjukkan pukul 6.30 pagi dan masuk pukul 7.30, karena selama ini ibulah yang mengajariku baca tulis sejak umur 1 tahun.
Ibuku rajin membacakan buku-buku cerita, bahkan setiap akhir pekan ibu selalu menyempatkan diri untuk pergi ke toko buku hanya untuk membelikan ku buku-buku baru, dia tidak pernah lelah mengajariku belajar bahkan metode yang diberikan ibu tidak pernah membosankan, sehingga ketika TK aku tidak asing lagi dengan pengajaran yang diberikan oleh guruku karena semuanya telah aku pelajari lebih awal.
Dan karena itulah meskipun tugas sekolah menumpuk aku tetap mengerjakannya, karena aku tahu betul ibuku sudah bekerja keras untuk aku di sela lamun ku itu ibu tiba-tiba saja menepuk pundakku.
“Nak, ibu hanya berpesan kepadamu untuk jangan memforsir diri kamu terlalu sering dengan tugas sekolah ya...” ibu juga ingin kamu sedikit lebih santai dan jangan terlalu stres, sesekali kamu boleh libur sebentar, ibu akan membantu kamu mengerjakannya.”
Mendengar hal itu hatiku senang rasanya karena ibu selalu memperhatikanku, meskipun aku tahu bangun pagi dan tugas sekolah adalah kegiatan yang membuat capek tetapi tidak tahu kenapa setiap kali ibu memberi nasehat hatiku menjadi lebih tenang serta rasa capek dan setres ku mendadak hilang.
Pernah terlintas di pikiranku untuk mencari jodoh yang sifatnya seperti ibu udah baik, penyang dan tidak pernah mengeluh sepertiku, aku berharap ibu selalu sehat, panjang umur dan dapat melihat aku menikah karena hanya dia satu-satunya yang aku punya, ayahku sudah meninggal sejak aku dalam kandungan.
Aku juga tidak tahu kenapa ibu tidak pernah menikah lagi padahal sampai sekarang masih banyak laki-laki yang mengantri seperti antrian tabung gas untuk melamar ibuku, tetapi tidak tahu kenapa hati ibu masih sama hanya mencintai ayahku seorang.
Setelah selesai makan aku pun berangkat tapi sebelum itu aku melihat jam di tanganku dan ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 7.00 tanpa sadar sedari tadi aku terus memikirkan tentang kisah perjuangan ibu yang membesarkan ku, aku pun berpamitan kepada ibu.
“Bu, Kalandra pamit berangkat dulu ya..,” ucapku dengan nada yang penuh semangat karena perutku sudah terisi dengan nasi goreng buatan ibu.
“Oke nak, hati-hati ya..,” sahut ibuku yang berada di dapur.
Aku pun mengeluarkan motor dari garasi rumah, motor itu merupakan hadiah dari ibu untuk ulang tahunku yang ke 17 di umurku yang sekarang ini ibu sudah mengizinkanku untuk membawa motor sendiri karena aku sudah dewasa yang artinya di umur ini sudah memiliki KTP (kartu tanda penduduk) indentitas seseorang yang sudah mencapai usia dewasa.
Motor ini berwarna hitam kesukaanku, aku sangat menyayanginya setiap hari selalu ku cek kondisinya agar tidak terjadi sesuatu yang tidak ku inginkan, bahkan ban motornya selalu aku cek setiap hari. Aku pun mulai melajukan motor karena waktu sudah menunjukkan pukul 7.10.
Di sepanjang perjalanan aku begitu mengagumi keindahan desaku yang terletak di desa Kota Bangun III Kalimantan Timur, desa ini memang jauh dari kota dan jika ingin ke kota harus menempuh jarak sekitar 2 sampai 3 jam, meski begitu banyak sekali orang yang pulang dan pergi dari desa ini untuk mencari pekerjaan atau mengenyam pendidikan tinggi. Aku sangat senang bisa tinggal di desa Kota Bangun III ini meskipun jauh dari kota tetapi suasana serta kebersamaan para warganya masih sangat terasa.
Apalagi ketika musim pernikahan tiba orang-orang akan sibuk membantu memasak, membuat tenda, serta mendekor pelaminan semuanya di lakukan secara bersama-sama. Aku kemudian bersenandung ria selama perjalanan ke sekolah sambil memandangi desaku.
Setelah sampai ke sekolah aku pun segera masuk kelas untuk mempersiapkan buku serta perlengkapan ujian seperti pulpen, pensil, penghapus dan alat tulis lain karena hari ini merupakan ujian nasional yang dimana menentukan diriku lulus atau tidaknya ujian sekolah tingkat SMA.
Sebenarnya aku sangat gugup sekali untuk ujian ini, karena guru sudah memberitahukan bahwa soal ujian sekitar 50 yaitu 40 pilihan ganda serta 10 essay. Untuk ujian kali ini para murid harus mempersiapkan pensil 2B yang bagus karena semua jawaban ujian menggunakan pensil.
Selain itu dalam menjawab soal para siswa harus benar-benar menghitamkan jawaban ujian yang di pilih agar bisa terbaca oleh komputer dan karena hal itu guru mengintruksikan membawa pensil 2B yang bagus agar tidak mudah patah serta mengurangi terhambatnya siswa ketika menjawab soal dan bisa selesai tepat waktu.
Sebelum ujian di mulai, para siswa melaksanakan doa bersama menurut keyakinan masing-masing dan setelah itu aku pun mulai membaca soal-soal ujiannya, namun ketika mulai membaca soal ujian tidak tahu kenapa aku masih saja grogi serta apa yang telah aku pelajari mendadak hilang.
Mungkin saja aku terlalu terbawa suasana dalam menghadapi ujian nasional kali ini, akan tetapi sekali lagi pesan dari ibu selalu terbayang di ingatanku untuk itu grogi ini sedikit hilang. Aku mulai menjawab soal ujian satu demi satu dan tidak terasa waktu sudah berjalan 1 jam serta tersisa beberapa menit lagi ujian ini berakhir, aku pun kembali mengecek lagi jawaban-jawaban yang telah aku pilih sebelumnya untuk meminimalisir jawaban soal yang salah.
Setelah selesai mengecek jawaban aku pun mengumpulkan kertas ujian ke depan kelas dan karena hari ini adalah ujian nasional maka waktu untuk pulang lebih cepat, sehingga setelah selesai para siswa bisa segera pulang, namun setelah ujian berakhir aku tidak pulang dulu karena aku memutuskan untuk pergi ke perpustakaan mencari materi-materi pelajaran yang menjadi pembahasan dalam ujian nasional.
Perpustakaan sekolahku sangat besar serta buku-bukunya juga lengkap, banyak materi yang sesuai dengan ujian nasional aku pun membaca satu demi satu buku-buku di perpustakaan, namun setelah aku berkeliling perpustakaan untuk mencari buku tiba-tiba saja pandangan mataku tertuju pada sosok seorang gadis yang sedang membaca buku.
Aku memperhatikan dia dalam-dalam dan mulai terpana dengan cara dia yang fokus membaca buku, bulu mata yang lentik serta hidung mancung semakin menambah sempurna dan melengkapi gadis itu. Aku tidak tahu kenapa hatiku mulai bergetar ketika memandanginya, aku melihat dia berbeda dari perempuan-perempuan lain.
Aku merasa seperti terpesona olehnya kakiku tiba-tiba tidak bisa bergerak mulutku rasanya seperti mata rasa dan diam membisu seperti patung. Aku benar-benar telah tersihir olehnya, aku tidak tahu siapa dia karena baru pertama kali melihatnya namun yang pasti aku sudah terpesona dengannya sejak awal.
Aku pun mendekatinya namun di saat aku ingin menyapanya tiba-tiba guruku menepuk pundakku dari belakang.
“Nak, kamu namanya Kalandra kan? Aku yang pada saat itu masih belum sadar dari lamunanku membuat guruku menepuk pundakku lagi.
“Nak, nama kamu Kalandra kan? Tepukan kedua guruku itu membuat ku seketika tersadar.
“Iya pak, maaf saya lambat merespon bapak.!” Dengan nada yang sedikit terbata-bata aku menjawab guruku.
“Iya nak, bapak di sini cuma ingin kasih tahu kamu soal ujian nasional.”
Aku yang masih bingung dengan guruku yang tiba-tiba menanyakan tentang ujian membuatku berpikir apa mungkin nilai ku jelek, aku tidak tahu kenapa hatiku menjadi tidak karuan aku pun hanya menyahut pelan.
“Ada apa ya... Pak?
Dengan hati yang masih was-was aku mencoba menanyakan kembali maksud guruku itu.
“Jadi begini nak, mungkin kamu takut sama bapak karena tiba-tiba mencari kamu, kamu tidak usah takut nak, bapak hanya ingin bertemu dengan murid yang mendapatkan nilai ujian nasional tertinggi, bapak cuma ingin kasih selamat kepada kamu!”
Aku senang karena baru kali ini pak guru memujiku dengan nilai ujianku yang bagus, padahal di awal aku sempat takut karena guruku itu terlihat galak, aku tidak percaya diri duluan dan untung saja aku tidak kabur tadi.
“Terima kasih pak, atas ucapannya saya akan berusaha lebih baik lagi untuk kedepannya.” Sambil mencoba menatap mata guruku itu karena sedari tadi aku hanya menunduk.
"Okelah nak, saya cuma mau ngomong itu kamu lanjutkan lagi baca bukunya.!”
Aku yang sudah mulai tidak tegang berusaha tersenyum di depan guruku.
“Baik pak, sekali lagi terima kasih ya..” Tanganku masih saja bergetar padahal guruku itu sudah pergi.
Aku pun kembali teringat akan gadis itu tetapi saat aku mencarinya dia sudah tidak di perpustakaan aku bingung mencari dia di mana aku mencoba mencarinya ke lantai atas namun tidak menemukan gadis itu kemudian aku pun bertanya ke petugas perpustakaan namun mereka tidak tahu karena banyak murid yang berlalu-lalang di perpustakaan sehingga mereka tidak memperhatikannya dengan jelas.
Aku berlari ke depan parkiran namun aku tidak melihat gadis itu, setiap sudut perpustakaan telah aku telusuri tetapi tidak mendapatkan hasil apapun, jujur aku tidak tahu kenapa begitu ingin sekali bertemu dengannya. Dan setelah aku berpikir cukup lama aku baru ingat kalau perpustakaan memiliki Cctv, akhirnya aku berlari kembali ke perpustakaan dan naik ke lantai atas untuk memeriksa Cctv.
Setelah aku berhasil memeriksanya ternyata gadis itu sudah pergi dengan beberapa temannya menggunakan mobil, aku pun segera memotret mobil itu untuk aku simpan, di saat aku sibuk mencari gadis itu tiba-tiba saja ibu meneleponku.
“Halo nak, kamu pulang ya.. ada teman ibu sedang berkunjung ini.!” Aku yang masih memikirkan gadis itu hanya terdiam saja ketika ibu menelepon.
“Nak, kamu masih di sana kan?”
Aku pun mendadak kaget dengan suara ibu padahal dari tadi ibuku sudah berbicara hanya saja pikiranku tidak ada di tempat.
“Oke bu, maaf tadi Andra lagi baca buku jadi tidak fokus untuk menjawab telepon!” Aku berusaha untuk tetap tenang agar ibuku tidak curiga terhadapku.
“Okelah nak, tidak apa-apa ibu hanya mengingatkan kamu untuk pulang lebih awal.” Aku pun menghela napas pelan agar ibu tidak curiga kepadaku.
“Oke bu, Andra akan pulang sebentar lagi!” ucapku dengan nada pelan karena sedari tadi aku tidak fokus, karena ibu sudah menelpon maka aku bergegas untuk pulang.
Dan diperjalanan pulang aku mampir dulu ke toko buah untuk membeli beberapa buah apel, buah naga dan jeruk untuk tamu ibuku, dan di sela aku memilih buah pandangan mata ku terfokus kepada mobil hitam di seberang jalan, aku merasa seperti pernah melihat mobil itu.
Dan setelah aku berpikir cukup lama baru menyadari kalau mobil yang ada di seberang sana adalah mobil yang di tumpangi gadis itu, aku pun segera bergegas membeli buah dan segera menghampiri mobil itu. Namun di saat aku baru menyalakan motorku ternyata mobil itu sudah berjalan, aku tidak sempat mengejar mobil itu karena berbeda jalur aku pun menjadi sangat kecewa karena tidak dapat bertemu dengannya.
Aku memutuskan untuk segera pulang, aku takut jika ibu menunggu terlalu lama meskipun aku masih ingin mencari tahu gadis itu, tapi tidak apa-apa sekarang belum bertemu lagi dengannya karena aku sudah mendapatkan foto mobilnya jadi walaupun hari ini kecewa aku yakin masih ada hari esok yang mempertemukan dengan dirinya.
Aku pun sudah sampai di depan rumahku dan melihat sekeliling rumah tidak ada mobil atau motor terparkir karena ibu tadi bilang kalau ada tamu yang akan datang tetapi aku tidak menemukan kendaraan lain, mungkin saja tamu ibu sudah pergi padahal baru saja aku membeli buah-buahan untuk mereka.
Aku mengetuk pintu rumahku.
"Tokkk..tokkk"
“Ibu.... Aku pulang!” ucapku dengan nada lembut.
Pintu rumahku terbuka namun yang paling mengejutkan aku adalah yang membukakan pintu rumah bukanlah ibuku, melainkan gadis yang aku lihat di perpustakaan tadi, aku tidak bisa berkata-kata tubuhku tiba-tiba membeku seperti es.
“Maaf mas, cari siapa ya?” mataku hanya tertegun melihatnya tanpa menjawab pertanyaannya.
“Mas, maaf anda cari siapa ya..?” tiba-tiba saja aku tersadar dari lamunanku, sungguh malu sekali ucapku dalam hati.
“Saya Kalandra, anaknya ibu Siti yang tinggal di rumah ini! Kebetulan saya sekolah di SMA N 4 Kota Bangun, baru saja mengikuti ujian nasional untuk kelas 3.”
Aduh, kenapa aku tiba-tiba malah perkenalan diri malu banget, pasti dia aneh melihat aku sok akrab begini ucapku dalam hati.
“Oalah anaknya tante siti, silahkan mas!”
Aku masih belum bisa berbicara banyak sama dia dan hanya mengucapkan beberapa kata saja.
“Oke kalau begitu saya masuk dulu.”
Dengan hati yang masih kacau tidak karuan aku pun berlari masuk ke kamar meninggalkan gadis itu.
Aku segera mengunci pintu, aku masih tidak menyangka gadis yang aku cari-cari dari tadi ternyata ada di rumahku dan yang lebih mengejutkan ternyata dia anak teman ibuku.
Aku merasa seperti mimpi di siang bolong karena bisa bertemu dengannya lagi, padahal aku sudah pasrah karena mencarinya tidak ketemu namun sekarang dia ada di rumahku. Jujur aku senang sekali merasa ini seperti mimpi kemudian aku mencoba mencubit pipiku dan ternyata terasa sakit itu berati ini bukan mimpi tapi nyata.
Aku segera berganti pakaian yang rapi agar tidak malu saat bertemu dengannya, karena tadi aku belum melakukan persiapan apa pun. Sebenarnya kalau boleh jujur aku tidak pernah berpakaian rapi atau memikirkan hari ini harus pakai apa, aku yang dulu lebih mengutamakan kenyamanan berpakaian dari pada gaya pakaiannya.
Namun tidak tahu kenapa setelah bertemu gadis itu aku jadi lebih mementingkan gaya pakaianku di saat aku bingung dengan pikiranku sendiri ternyata gadis itu masih memperhatikan aku dari jauh, mungkin saja di saat aku memperkenalkan diri tadi dia ingin memperkenalkan dirinya juga.
Namun aku terlalu grogi dan lansung pergi, aku takut kalau dia berpikir bahwa aku tidak senang dia ada di rumahku, padahal aku tidak bisa tenang saat berada di dekatnya aku bingung bagaimana memulai percakapan dengan dirinya karena aku orang yang pandai berbicara di depan orang lain.
Diriku yang sebenarnya cenderung cuek dan tidak dekat dengan wanita, aku terlalu banyak menghindarinya karena kebanyakan wanita yang mendekatiku hanya suka karena aku populer di sekolah.
Aku tidak menginginkan wanita seperti itu, aku takut jika kepopuleran ku redup mereka juga akan pergi meninggalkanku untuk itu aku tidak terlalu peduli tentang orang yang menyukai ku atau tidak. Namun sekarang sepertinya ucapanku itu tidak berlaku lagi tentang aku yang menjauh dari wanita, karena sepertinya aku mulai tertarik kepada seorang gadis sehingga membuat aku berpikir ulang tentang wanita dan mulai sadar kalau tidak semua wanita hanya menyukai kepopuleran semata.
Aku kembali memperhatikan gadis itu di balik jendela kamarku, karena kebetulan kamarku berada tidak jauh dari ruang tamu. Aku terus memperhatikan gadis itu semakin dalam dan aku mulai terhanyut oleh senyuman manis dirinya serta tutur katanya yang lembut namun tetap memancarkan ketegasan dan membuatku tanpa sadar telah membuka pintu kamarku sendiri.
“Gubrak.... Aduh sakit.!”
Muka aku tiba-tiba memerah karena suara yang aku timbulkan terdengar sampai ruang tamu.
Aku pun segera bangkit untuk menutup pintu kamar, namun belum sempat aku menutup pintu tiba-tiba saja gadis itu menghampiriku.
“Mas, kenapa? Kok.. bisa jatuh, ada yang luka kah?”
Pipiku tiba-tiba memerah dan aku tidak menjawab pertanyaannya selama beberapa detik, kemudian aku hanya menyahutnya pelan.
“Tidak apa-apa kok, saya tidak luka!”
Dengan bibir yang masih bergetar sambil menundukkan kepala aku hanya mengucapkan kalimat itu. Aku tidak bisa berkata-kata lagi ketika dia menanyakan kondisiku.
“Mas, beneran tidak apa-apa, tapi kenapa mukanya merah?”
Aku hanya memasang muka panik di depannya dan hanya berkata datar, berharap dia tidak tahu kalau aku sedang salah tingkah di dekatnya.
“Saya beneran tidak apa-apa kok, kalau begitu saya masuk ke kamar dulu ya..!”
Ucapku dengan nada pelan sambil menundukkan kepala dan menutupi muka ku dengan tangan, karena malu mengingat kejadian tadi yang sangat membuat malu. Aku berharap dapat bertemu dengan dirinya lagi dengan versi yang lebih baik.
Meskipun pintu kamar telah aku kunci, aku masih seperti tadi mengintipnya lewat jendela kali ini aku tidak ingin ceroboh seperti sebelumnya. Aku mencoba mendengarkan percakapan mereka, aku ingin tahu apa yang mereka bicarakan dan setelah mendengar cukup lama obrolan mereka ternyata orang tua gadis itu akan pindah rumah ke samping rumahku yang kebetulan di jual oleh pemiliknya.
Aku tidak tahu pasti kenapa tetangga sebelah rumahku itu menjual rumahnya karena setahuku dia baru satu tahun tinggal di sebelah rumahku, karena awalnya rumah itu di bangun oleh orang tuanya untuk di tinggali tetapi tidak tahu kenapa baru berjalan 1 tahun mereka sudah menjualnya.
Namun meskipun begitu aku merasa senang karena gadis itu akan menjadi tetanggaku sekarang, itu berarti aku bisa lebih dekat dengan dirinya. Setelah mereka pergi aku pun segera menghampiri ibuku dan bertanya soal gadis itu, aku penasaran bagaimana bisa ibuku berteman dengan ibunya dan aku ingin tahu semua tentangnya.
“ Ibu, Kalandra ingin bertanya? Ucapku dengan nada penasaran.
“Kamu ingin bertanya soal gadis itu kan! Kamu ingin tahu kenapa dia pindah ke sini dan kamu ingin tahu dia sekolah dimana?”
Seperti biasa ibuku sudah tahu apa yang aku tanyakan dan aku hanya melongo tidak mengucapkan sepatah kata pun.
“Nak, kenapa kamu diam saja bicaralah, ibu akan menjawab semua!”
Memang benar kata orang kalau ibu dan anak itu punya ikatan batin yang kuat sehingga ibuku bisa membaca isi pikiranku.
Aku hanya mengangguk saja karena apa yang ibu bicarakan adalah hal yang ingin ku tanyakan,
“Jadi begini nak, pertama ibu ingin memperkenalkan gadis itu dia bernama Aretha, dia sekarang kelas 3 SMA sama seperti kamu! Ibunya bernama Puspa dan ayahnya bernama Malik, ibu dan orang tua Aretha adalah teman sekolah.
"Kami berpisah setelah kita sama-sama menikah dan sekarang baru bertemu kembali.”
Aku hanya diam saja tidak mengiyakan apa yang aku dengar karena aku hanya fokus membaca gerak bibir ibuku yang bercerita tentang gadis itu.
“Nak, kamu mendengarkan cerita ibu kan?
Aku yang masih memikirkan gadis itu, tidak sadar kalau ibu bertanya kepadaku, ibuku pun mengetok kepalaku.
“Pok...! Kamu ini nak, malah melamun!”
Aku hanya tertawa kecil ketika ibu menegurku, aku tidak menyangka kalau gadis itu adalah anak dari teman ibuku dan sekarang aku sudah tahu namanya yaitu Aretha nama yang indah untuk gadis secantik dia, apalagi dia ternyata seumuran denganku bahkan akan lulus SMA juga.
Lamunanku itu ternyata dari tadi menarik perhatian ibuku yang tanpa aku sadari sudah berhenti bercerita.
“ Nak, kamu kenapa senyam-senyum sendiri apa ujianmu susah, atau hatimu yang tidak tenang?”
Aku yang mendengar ucapan ibuku seketika mengalihkan pandangan ke bawah, aku tahu ibuku pasti akan mengolok-olok aku nanti.
“Ibu, bisa saja deh... Kalandra tidak lagi mikirin ujian kok, malah pak guru Kalandra kasih ucapan selamat sama aku bu!”
Aku yang berusaha mengalihkan topik pembicaraan berpura-pura membuka buku agar ibu tidak bertanya lebih lanjut lagi.
“Wah... Kamu dapat ucapan selamat nak, dari gurumu! Hebat ya... Kamu.”
Perkataan ibu membuatku menjadi tambah malu dan buru-buru keluar rumah.
Aku kemudian hanya mengucapakan salam pelan sambil berlari menaiki motor, di sepanjang perjalanan aku memikirkan cara bagaimana mendekati Aretha tanpa harus kelihatan secara di sengaja, aku ingin bertemu dengannya secara alami seperti di perpustakaan waktu itu.
Namun aku tidak tahu dia sekarang tinggal dimana, apa aku ke perpustakaan saja siapa tahu dia di sana karena kebetulan aku juga mau ke perpustakaan untuk belajar, tapi bagaimana jika dia tidak di sana lalu aku harus bertanya tentang dia ke siapa.
Aku tidak mungkin meminta alamat rumahnya dari ibu, nanti malah ibu semakin menggodaku, jadi aku harus bagaimana agar bisa bertemu dengan dia, di saat aku lama berpikir tentang Aretha ternyata aku tidak sengaja berpapasan dengan dia ketika aku pergi ke perpustakaan.
Aku pun tanpa malu-malu menyapa dirinya padahal sebelumnya aku tidak pernah melakukan hal itu.
“Hai... Kamu mau kemana?
Ucapku dengan bibir bergetar di tambah keringat dingin di sekujur tubuh. Aku tidak tahu apakah dia mengenalku atau tidak.
“Oh... Mas ini, anaknya tante Siti ya..!
Ucapnya dengan senyuman manis seperti gula yang membuatku tidak berkedip sama sekali,
“Iya... Tapi jangan panggil saya mas dong..! Kita kan seumuran panggil saja saya Kalandra!”
Ucapku dengan berusaha senyum manis karena takut dia merasa tidak nyaman denganku karena selama ini aku jarang senyum.
“Oke deh, Kalandra... Oh iya Perkenalkan nama aku Aretha!”
Wajahnya yang ceria tiba-tiba saja mengalihkan duniaku dan tanpa sadar dia mengulurkan tangganya untuk bersalaman kepadaku. Namun aku hanya fokus melihat wajahnya.
“Kalandra.... Kalandra kamu kenapa kok, melamun?
Panggilan itu tiba-tiba saja membuatku tersadar kalau dari tadi Aretha memanggilku, aku pun hanya menjawabnya pelan aku masih memikirkan topik apa yang pas untuk aku bicarakan kepada dirinya.
“Boleh aku panggil kamu dengan nama Retha..?
Dengan muka ku yang menunduk aku mengajukan pertanyaan itu, berharap dia tidak risih jika aku panggil seperti itu.
“Tentu boleh dong... Aku juga panggil kamu Andra ya...!”
Ucapannya yang lembut dengan senyum cerahnya sekali lagi membuat aku tak berkutik, hatiku terus saja bergejolak setiap kontak mata dengan Retha.
Aku pun segera meminta nomor WA Retha agar bisa lebih dekat dengannya, mungkin tindakkan ku ini terlalu buru-buru apalagi ini masih ujian nasional, tentu saja semua murid kelas 3 SMA akan fokus belajar tapi aku kan hanya minta nomornya, tentu itu tidak mengganggunya karena bagiku lebih cepat aku kenalan dengan dirinya maka kesempatanku semakin besar.
Jujur saja aku ini orangnya ambisius terhadap sesuatu yang aku inginkan dan tidak akan menyerah jika menginginkan sesuatu, namun aku tahu kalau Aretha adalah manusia dan bukan barang atau sesuatu yang dapat aku minta dengan paksa.
Maka dari itu aku hanya meminta nomor WA-nya saja karena aku takut menganggu belajarnya.
“Retha apa aku boleh meminta nomor WA kamu? Aku tidak ada maksud lain kok, aku cuma ingin tukar pendapat saja mengenai ujian nasional. Tapi kalau kamu tidak mau kasih aku ya.. tidak apa-apa”
Dengan hati yang cemas aku berusaha untuk tetap tenang berkontak mata dengan Retha aku tidak bisa berbicara lebih banyak karena takut dia akan berpikir aku cuma modus saja.
“Iya.. aku tahu kok, ini nomorku!”
Aku tidak mengucapkan sepatah kata pun ketika dia benar-benar memberikan nomornya padaku. Aku tidak menyangka saja kalau dia langsung memberikan nomornya kepadaku, aku kira dia akan menolak karena aku dan dia baru beberapa kali bertemu.
“Terima kasih ya..!
Ucapku sambil mengetik nomor Hpnya.
”Aku tahu kok, kamu orang baik Andra. Ibumu sudah banyak cerita kepadaku jadi kamu tidak perlu sungkan sama aku, kita bisa menjadi teman sekarang!"
Aku yang masih tidak percaya akan ucapannya seketika terdiam membisu tidak berani mengucapakan kata-kata lain dan hanya menunduk saja.
Aku tidak menyangka kalau ibuku berperan besar dalam mendekatkan diriku dan ternyata Retha sudah tahu aku, pantas saja dia tidak kaget ketika aku memperkenalkan diriku kepadanya, tapi kenapa ketika dia membuka pintu rumahku dia masih bertanya siapa aku atau mungkin dia mengujiku atau dia ingin melihat aku orangnya seperti apa.
Tetapi aku tidak boleh terlalu percaya diri siapa tahu ibuku hanya bercerita saja tanpa memberikan dia fotoku, tapi apa mungkin ibuku tidak akan memberikan fotoku kepadanya, kenapa aku jadi berpikir begini aku kan cuma mau berteman bukan mau melamar pusing sekali aku memikirkan ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!