NovelToon NovelToon

From Dragon To Demon

Prolouge

Brakkk!

Kira-kira undangan dari ras mana lagi ya?... Merepotkan saja...

"Tuan! Ada undangan pesta dari—"

"Ah, sudahlah... Buat apa repot-repot ke pesta? Memang pesta sepenting itu?—"

"Itu adalah undangan pesta dari Ras Burung!!!"

"APA?! UNDANGAN DARI RAS BURUNG?!"

"Iya!"

"Sediakan pakaianku."

"Tapi pestanya dimulai pada keesokan harinya..."

"...Dasar sialan, kalau besok kenapa beritahunya buru-buru sekali?!"

"Itu karena anda selalu menolak semua undangan dari ras jiran!"

"Hadeh... Mereka itu bukan siapa-siapa bagi Ras Naga, sedikit serangan dari kepakanku saja sudah hancur..."

"Tapi anda tetap harus menerima undangan dari ras lain untuk menjaga nama Ras Naga!"

"Buat apa dijaga? Merepotkan saja..."

"Tapi—"

"Diam, aku ingin istirahat, sediakan pakaianku untuk besok."

"Baik..." T-T

Undangan ya?... Sudah lama sejak terakhir kali kami bertemu di perjumpaan seluruh ras...

"Hah... Aku lelah... Besok banyak tugas yang harus diselesaikan... Tidur dulu..."

Aku berjalan ke kasur mewahku dan berbaring di atas kasur yang besar dan nyaman itu, lalu menghelakan nafas panjang sebelum menutup mataku.

...•...

...•...

...•...

...~°○ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ○°~...

...Di dunia ini— Semua haiwan mempunyai dunia dan ras masing-masing... Seperti semut-semut yang akan selalu bersama dan melindungi ratu mereka— Begitulah kehidupan di dunia ini... Setiap ras pasti mempunyai pemimpin. Bukan hanya ratu saja, raja juga pasti ada... Namun semua ras pasti akan ada juga yang saling membenci atau menyayangi— Ada 3 Wilayah di dunia ini, Manusia, Haiwan dan Monster. Setiap negara mempunyai ras masing-masing seperti di Wilayah Haiwan ada burung, ikan dan sebagainya. Sementara Wilayah Manusia ada pahlawan, magis, orang biasa dan sebagainya. Di Wilayah Monster pula ada naga, goblin, iblis dan sebagainya. Namun anehnya semua penduduk di wilayah itu bisa menjadi manusia, konon katanya manusia itu adalah penduduk asli, sementara yang lain itu mempunyai alasan tersembunyi yang belum terpecahkan... Ada juga Wilayah Para Dewa, namun sekarang sangat jarang ditemui— Karena Dewa-Dewa diceritakan sangat kuat dan berkuasa dari makhluk apapun, kecuali Tuhan yang menciptakan semuanya......

...~°○ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ○°~...

...•...

...•...

...•...

...Made by: 𝕱𝖑𝖔𝖜𝖊𝖗𝖅𝖞𝖗𝖊𝖓𝖊...

...Jangan diplagiatin atau direpost ya!...

...Halo yg lagi baca ini~...

...Btw maaf ya kalau ceritanya jelek atau gk seru, saya gk bisa membuat cerita sesuai keinginan semua orang karena saya gk terlalu peka... Semoga beberapa dari kalian bisa bertahan dan membaca cerita saya dengan setia~♡♡♡...

...•...

...•...

...•...

Buat yang mau tau biodata dan penampilan MC gimana biar saya kasih tau~

Biodata:

Nama: Yongjin (🇰🇷)

Umur: 875(Namanya juga naga👍)

Tinggi: 196 cm

Bulan dan tahun lahir: 5 September 898(Author hanya asal-asalan)

Penampilan:

Rambut hitam panjang ke kaki(ingat, dia naga yang mempunyai ekor panjang, jadi anggap aja rambutnya sebagai ekornya😁), mata ungu kristal yang indah, kulit pucat, kekar, punya 8 roti sobek♡, sharp jawline, lidah panjang, ganteng♡, kelihatan cool tapi tidak sesuai ekspetasi, glossy lips dan bulu mata melantik.

...Extra:...

...Btw kalian bisa kok bantuin cari nama khusus buat temennya~ Author kehabisan ide nih! Oh ya, saya hanya ingin mengingatkan bahwa di cerita ini tidak mengandung adegan romansa(tapi bisa buat pasangan kekasih atau yg lain) dan si MC jomblo! Tapi tenang! Kalian bebas nge-ship siapa-siapa aja karena saya gak akan mengatur soal diluar cerita saya kok~ (sebenarnya Author juga maniak romansa cuman gk terlalu suka baca romansa karena tidak mampu🤣🍷)...

...Segitu saja dari Author, selamat menikmati novelnya! Semoga ada yang bisa bertahan sampai akhir ya~...

...Sayonara!...

...The Reincarnation Of King Dragon...

...Enjoy Reading...

......................

Terlahir Kembali

...Keesokan harinya kemudian......

...----------------...

Setelah selesai bersiap-siap, aku seperti biasa terbang di wujud nagaku ke lokasi undangan. Sebenarnya aku sangat lelah dan benci pesta, namun ini adalah pesta dari sahabatku. Sesampainya di lokasi, aku melihat sekeliling yang dipenuhi banyak sekali ras-ras yang dekat dengan Ras Burung.

Pedangku rasanya mau menebas sesuatu yang berisik... Apa boleh buat... Aku tidak bisa membuat pesta ini jadi pesta darah... Itupun demi nama atau apalah itu, dunia sangat merepotkan...

Lalu langkahku terhenti begitu aku melihat Ji-hyo, Sang Ratu Burung. Dia memang sangat memesona dan elegan, namun sayangnya dia terlalu murah untukku, sangat disayangkan bagi sahabatku yang sangat mahal menikah dengan wanita sepertinya. Apa boleh buat, selera wanitanya memang sangat jelek. Aku menoleh ke arah lain, aku melihat Chen Yuwon, Sang Raja Burung. Sahabatku yang mengundangku ke pesta berisik dan membosankan ini, aku lalu berjalan ke arahnya.

"Sudah lama tidak bertemu, bagaimana kabarmu?"

"Eh? Wah~ akhirnya kakak keluar juga dari istanamu itu! Aku ini seorang raja, tentu saja kabarku baik, bagaimana denganmu?"

"Sama... Istanamu banyak berubah ya..."

"Haha! Tentu saja! Oh ya, apa kakak belum menikah lagi? Kakak sudah berumur lebih 500 tahun loh!"

"Yah... Itu karena selera wanitaku sudah hampir punah... Kenapa kau menikahi wanita murahan itu?"

"Ah~ murahan apa sih? Susah banget loh cari wanita secantik bidadari itu~"

"Dasar mata ranjang. Apa dia secantik itu? Kau tidak ada bedanya sama bajingan di luar sana. Aku tidak pernah mendidikmu seperti itu."

"Aduh! Kakak bicara apa sih dari tadi? Ayo nikmati saja pestanya!"

Chen Yuwon... Dia sudah banyak berubah... Padahal dulu dia seperti anak kecil yang kehilangan arah... Ternyata dia sudah berumur 501 tahun... Aku bertanya-tanya apakah aku akan mendapatkan keponakan?

Aku berpikir sembari berjalan mengelilingi pusat pesta, namun tiba-tiba saja semua lilin terpadam. Aku seharusnya tidak meletakkan kata "ter" itu dan menggantikannya ke "di". Apakah ada penyusup yang masuk? Aku memutar badanku kebelakang dan tiba-tiba saja ada sebuah senjata yang hampir saja menusukku tepat di jantung. Karena gelap, aku tidak bisa melihat apa-apa. Jadi aku meraba-raba senjata itu dan mendapati bahwa senjata iu mirip sekali dengan senjata Ras Burung.

Apakah aku akan dijadikan pertunjukan lagi? Hah... Padahal sekarang aku tidak ingin menari—

Shut!

Tiba-tiba saja ada senjata yang sama muncul dibelakangku, namun aku bisa menangkapnya. Aku lalu melihat ke langit.

Masih sore...

Sebenarnya aku bisa melihat di kegelapan dengan adanya cahaya bulan yang memberiku banyak kekuatan, namun sekarang masih sekitar pukul 4 atau 5 sore. Lalu tiba-tiba serangan itu terus muncul berterusan dari belakangku, aku hanya santai, karena aku tahu bahwa senjata itu tidak akan mengenaiku. Setelah serangan itu berakhir, aku menoleh ke suatu tempat yang adanya bunyi langkah sepatu terdengar. Namun aku hanya diam, lalu suara tepukan tangan pun terdengar. Aku melihat ke sumber suara itu.

Prok! Prok! Prok! Prok! Prok!

"Kekuatan dan kelebihan kakak masih sama kayak dulu ya?... Aku jadi iri~"

Suara itu terdengar seperti suara Yuwon, aku sedikit kebingungan kenapa pertunjukannya berbeda dari biasanya.

"Apa kakak tahu, bahwa kakak sedang berdiri di atas lem kuat yang beracun~?"

"Apa maksudmu?"

"Aduh~ kakak jangan pura-pura bodoh deh~ kakak pasti tahu semua perasaan yang kurasakan begitu kita bersama~!"

"...Perasaan?"

"Yap! Dan perasaan itu adalah... Iri hati..."

"Kau lagi bercanda?"

"Bercanda? Apa kakak masih menganggapku anak kecil yang polos dan lugu seperti dulu? Aduh~ kira-kira sekarang siapa ya yang polos dan lugu itu~?"

"Apa?..."

Haiseka menyeringai dan terkekeh, dia lalu berjalan mendekat. Lilin-lilin yang padam itu kembali menyala. Yuwon lalu mengeluarkan sebuah magis di tangannya, lalu melemparkannya ke kedua kakiku. Aku berniat untuk menangkis serangannya itu namun tertahan oleh lem yang kuat dan beracun itu. Lalu serangannya mendarat tepat di kedua kakiku yang membuatku tidak bisa bergerak.

"Apa yang kau lakukan?..."

"Aduh~ kakak ini~ sudah berapa kali kukatakan? Aku selalu iri tau dengan kakak!"

"Apa?... Jadi kau berniat untuk membunuhku?"

"Hm... Akhirnya kakakku yang jenius tau juga apa tujuanku yang sebenarnya~!"

"Sialan...! Kau lagi serius atau bercanda sih?!"

"Aku tentu saja serius~! Mana mungkin aku berani bercanda kepada kakakku? Oh ya, aku cuma ingin bilang bahwa kakak tidak bisa menggunakan kekuatan kakak karena fungsi racunnya itu yang melumpuhkan tenaga dalam~"

"Dasar bajingan brengsek! Kau mengkhianatiku?!"

"Aduh~ sebenarnya aku ragu-ragu untuk melakukan ini karena jasa kakak yang menjagaku hingga mempertaruhkan nyawa kakak sendiri selama bertahun-tahun! Aku menghargai jasa kakak yang berani itu... Namun sayang sekali ya? Ini karena emosiku yang sudah tidak tertahan sejak lama~ mau bagaimana lagi? Aku harus melakukannya demi kebaikan diriku sendiri~"

"Dasar sialan! Kau beneran mau melakukan ini?! Cuma karena emosimu yang tidak bisa tertahan?!! Aku sudah banyak melakukan hal apa-apa yang ekstrem demi dirimu!!!"

"Ah~ kakak ini~ setahuku kakak bukan tipe yang dramatis loh? Berarti bukan hanya aku saja yang sudah berubah~!"

"..."

Aku tidak bisa berkata apa-apa karena pengkhianatan yang tidak terduga ini, padahal aku sudah menjaganya dari lahir seperti seorang kakak yang mempertaruhkan separuh nyawanya hanya demi satu-satunya saudara yang tersisa. Apa dia akan melupakan semua kenangan itu hanya demi emosinya sendiri tanpa memedulikan emosiku? Apa hubungan kami akan berakhir sampai di sini sebagai kakak-adik? Apa dia akan benar-benar membunuhku? Padahal aku sudah memaksa diriku yang dingin dan cuek ini untuk menjadi seorang yang perhatian kepada seseorang yang tiada hubungan dengan diriku walau setetes darah. Apakah kehadiranku hanya akan mengganggunya dan membuatnya tidak nyaman? Padahal kehadirannya untukku sangat berharga dan nyaman... Apa aku tidak cocok berperan sebagai seorang kakak?...

"Hadeh~ mau bagaimana lagi... Ayo akhiri saja hubungan ini, kakak..."

Sambil mengucapkan ucapan terakhir untuk pertemuan kami yang terakhir kalinya, dia melayangkan serangan mematikannya tepat di tengah kepalaku yang membuat tubuhku terpisah menjadi dua bahagian.

SLASH!

Itu adalah bunyi terakhir yang kudengar untuk di akhir hidupku, bersama suara tawa-tawa dari ras-ras yang ada di dalam pesta itu yang menyaksikan kematianku di depan mata. Pantas saja semuanya melototiku di saat aku melangkah masuk ke dalam tempat ini, semua yang diundangnya adalah musuhku yang menantikan kematianku sejak lama. Padahal aku sangat menyayangimu lebih dari nyawaku .. Tapi kenapa kau mengkhianatiku?... Kata-katamu itu lebih menyakitkan daripada serangan mematikan yang kau tujukan padaku... Sakit sekali... Sungguh sakit sekali... Sakit yang luar biasa daripada sakit seranganmu itu.... Ternyata benar, kata-kata itu lebih menyakitkan daripada pedang.

Kuharap aku bisa diberikan kehidupan kedua... Agar aku bisa bebas dari kehidupan yang membosankan dan memuakkan ini...

Begitu mataku terpejam, beberapa saat kemudian aku bisa merasakan cahaya-cahaya yang terang di depanku. Lalu perlahan mataku terbuka, aku melihat bebola cahaya besar di depanku yang seperti bulan. Namun anehnya aku sama sekali tidak merasakan kesilauan itu, malahan merasakan ketenangan dan keakraban di antaraku dan bebola yang seperti bulan itu. Apa karena hidupku yang seperti mempunyai sesuatu ikatan ke bulan?

Apa-apaan perasaan ini?... Apa aku bisa menyentuhnya?...

Tanganku perlahan bergerak mendekat ke bebola itu, dan yang benar saja, aku bisa menyentuhnya. Rasanya seperti ada tenaga dalam yang perlahan mengalir dari bebola itu ke dalam salur darahku.

Rasanya sangat menyenangkan...

Lalu tiba-tiba aku merasa seperti tubuhku mulai meringan dan bertenaga, aku perlahan mulai menggerakkan tanganku dan menatapnya.

Aku bercahaya!

Lalu aku kembali menyentuh bulan yang aneh itu, dan tenaga dalam yang ada di bulan itu kembali memasuki saluran darahku. Mataku perlahan terpejam, lalu aku kembali membuka mataku dan menyadari bahwa aku sudah berada di tengah hutan.

Eh?... Apa yang terjadi? Bukankah tadi aku... Eh? Aku merasa seperti melupakan sesuatu... Apa ya?...

Aku menyentuh dahiku karena merasa seperti melupakan sesuatu yang penting, lalu perhatianku berganti ke tanganku yang tidak bercahaya dan kotor.

"Apa-apaan pakaian menjijikkan ini?! Bukankah tadi aku mengenakan pakaian mewah?! Dan di mana Yuwon?!!"

Aku melihat sekeliling dan lalu menyadari bahwa suaraku seperti anak kecil dan begitu juga dengan tubuhku.

"Apaaaa?!! Kenapa aku harus menjadi anak-anak?! Jika ingin mengabulkan permintaanku, minimal masukin aku ke tubuh pria ganteng dan gagahhhh! Aku tidak ingin menjadi anak ingusan!!!"

Aku berteriak di tengah-tengah hutan yang sangat lebat itu yang membuat banyak burung-burung berterbangan menjauh dari lokasi di mana aku berteriak.

"Dasar Tuhan s**l*a*!!!!"*

^^^*tidak untuk ditiru^^^

Setelah selesai melampiaskan amarahku kepada alam, aku lalu dengan kesal berjalan asal-asalan. Aku lalu duduk di depan pohon besar dan mulai memeriksa tenaga dalamku.

Eh? Kenapa tenaga dalamku banyak sekali?... Aku merasa seperti pernah diberikan tenaga dalam yang sangat banyak... Apa ini berarti aku bisa lebih mudah untuk mendapatkan kekuatan baru?... Wah~ aku sangat mencintaimu Tuhan~!!!

Setelah memulihkan tenaga dalam dan menyingkirkan kotoran di dalam tubuh, aku lalu mulai mencari sesuatu untuk di komsumsi. Dan pada akhirnya aku menemukan sebuah desa berdekatan, aku lalu berjalan ke desa itu dan menyadari bahwa desa itu juga serba kekurangan.

Ck! Ini di wilayah mana sih?! Kenapa mereka miskin sekali?!! Kalau begini bagaimana aku bisa menjadi cepat besar dan bertenaga?! Sebentar... Aku pernah mendengar suatu metode yang dipakai ras manusia... Ah! Yang benar saja! Aku harus menggunakan cara itu!

Aku lalu berjalan mendekat ke suatu toko makanan dan menatap sang pemilik toko dengan mata besar dan bibir yang sedikit kedepan seolah-olah ingin meminta makanan.

Beri aku makanan itu atau akan kucuri makanan itu. Pilihannya ada di tanganmu, wahai pemilik toko.

Aku menatap si pemilik toko dengan penuh berharap, karena aku tau ras manusia itu sangat mudah merasa kasihan walau hanya sebagian.

"A-apa maumu, nak?"

Dasar gak peka! Aku mau makanan! Lihatlah tubuh mungilku yang kurus sekurus badan semut ini!!!

"Lapar."

"Ah... Jadi kamu mau makanan?..."

Aku lalu mengangguk cepat, menunggu makanan istimewa yang akan dihidangkan untuk seorang anak yang malang—

"Nih, maaf ya soalnya hanya sisa roti yang tersisa."

–Ternyata tidak. Dan KENAPA PULA HARUS SISA ROTI?!! TERUS KENAPA PELANGGAN YANG DI DALAM SANA BISA MAKAN MAKANAN ENAK—

"Harganya 10 perak ya."

"..."

Paman ini minta digebukin ya?!!

"Anu... Paman... Saya gak punya uang..."

Paman itu hanya menatapku sebentar sebelum kembali merampas roti itu dari tanganku.

"Dasar bocah, pergilah mengemis di sana! Kau hanya mengganggu waktu istirahatku saja!"

Benar-benar...

"Paman, saya bukan bocah sembarangan loh."

"Apa? Jadi maksudmu aku harus memberimu sisa roti ini secara gratis? HAHAHA! Di dunia ini tidak ada yang gratis! Dasar bocah!"

Paman itu berbicara seperti itu sebelum mencoba untuk memukulku dengan gelasnya, namun aku bisa menangkisnya.

Shut— Dak!

"Eh?... Bagaimana kau bisa menangkis serangan—"

"–Kan sudah kubilang, paman. Aku bukan bocah sembarangan... Yang bisa kau permainkan, harga diriku ini lebih mahal darimu yang hanya bisa tau cara memukul dan tidak memberi anak yatim piatu makanan dan malah meminta bayaran..."

"Kau...! Dasar sialan! Kalau yatim piatu itu pergi saja sana di panti asuhan! Jangan merepotkan—"

DUAKK!

Aku dengan santai melayangkan tendanganku dan menghentakkan meja di depannya dan membuat meja itu hancur.

"Apa kau bilang?"

"I-i-i-i-itu...! K-k-k-k-kau t-t-t-tadi m-m-mau a-apa?"

"Aku. Mau. Makan. Makanan. Mewah."

Aku berbicara dengan nada mengancam yang membuat paman itu bergetar hebat.

"B-b-b-ba-baik! T-tunggu s-s-s-sebentar...!"

Paman itu lalu bergegas masuk ke dalam dan membuat sesuatu, perhatianku lalu ditarik oleh segerombolan warga desa yang berkumpul. Itu bukan urusanku, aku kembali menoleh ke pemilik toko yang membawa banyak makanan di dalam satu kantong.

"Wah~ ini yang kuinginkan!!!"

"A-anu..."

"Hm?"

"Bayaran—"

DUAK!

"M-maafkan aku!!"

Aku kembali merusakkan barang-barangnya dan lalu cabut ke suatu tempat, masakan paman itu sangat enak, pantas saja banyak pelanggan yang masuk.

^^^The Reincarnation Of King Dragon^^^

^^^Bersambung...^^^

Kakek

Aku berjalan sendirian di malam hari karena tidak mempunyai rumah. Lalu aku melihat beberapa batang kayu yang tidak digunaka dan terlihat masih bersih walaupun sudah lama. Akhirnya aku pun mendapatkan suatu ide, aku membina rumah kecil yang sesuai dengan ukuran tubuhku dan membuat ekstranya sebagai pembesar ruangannya. Karena aku tidak mempunyai palu dan paku dan perak untuk dibeli, ini mungkin akan butuh sekitar seminggu atau 5 hari.

Semewah apapun hidupku, aku tahu betul cara-cara membuat rumah dari kayu tanpa palu dan paku. Karena seperti itulah aku bertahan hidup bersama Yuwon di saat masih kecil! Jadi ini pasti akan mudah!

Aku meregangkan tubuhku sebelum memulai membuat rumah kecilku. Aku pun mulai membuat rumah iu dengan semangat, karena sudah lama aku tidak main rumah-rumahan bersama Yuwon.

...----------------...

...Beberapa hari kemudian......

...----------------...

Setelah 6 hari berlalu, aku membina rumah kecil itu cuma butuh seminggu untuk menyelesaikannya. Melihat kerja kerasku yang banyak sekali rehatnya akhirnya selesai, membuatku senang dan gembira. Namun tiba-tiba ada sekeluarga yang kebetulan melintas jalan itu bersama peliharaan mereka, menyadari bahwa mereka lagi mencari rumah untuk peliharaan mereka. Aku pun mendapatkan ide cemerlang.

"Anu.. Paman, bibi, kalian lagi mencari rumah buat anjing kalian ya?"

"Oh iya, memang kenapa?"

"Apa kalian mau membeli rumah kecil buatanku? Aku membinanya cuman butuh seminggu loh~"

"Wah~ benarkah? Rumah kecil ini pasti akan terlihat sempurna jika diberi sedikit warna~"

"B-benar! Rumah ini akan sangat cocok buat anjing kalian yang besar itu! Kalian tinggal membeli cat dan mewarnai rumah ini!"

"Hm... Bagaimana menurut kamu, sayang?"

Sang ibu melihat ke arah anak dan suaminya, lalu mereka pun mengangguk dan menyetujui untuk membeli rumah itu.

"Baiklah, kami akan membelinya. Harganya berapa?"

"50 perak!"

"A-apa?... 50?.. Itu terlalu mahal bukan untuk sebuah rumah kecil?..."

"Mahal ya?... Eum..."

Sialan! 50 perak saja sudah dikira mahal?! Itu mah, murah saja bagiku yang dulu!

"Baiklah kalau gitu... 35 perak saja!"

"Baiklah."

Keluarga itu pun memberi 35 perak kepadaku, hanya dengan 35 perak saja sudah cukup untuk bertahan hidup selama setahun karena aku pernah mengalami yang lebih ekstrem dari ini. Setelah menjual rumah kecil itu, aku mendapatkan sebuah ide jenius.

Bagaimana jika aku menggunakan 5 perak ini untuk membeli makanan? Dan 30 perak nanti akanku gunakan lain kali saja!

Aku lalu kembali ke toko yang sama seperti dulu dan membeli makanan yang berharga 1 perak. Paman pemilik toko sudah takut denganku, jadi aku bisa membeli dengan 1 perak, walaupun hanya mendapatkan nasi bungkus, tapi itu bisa membuatku bisa bertahan hidup untuk 5 harinya untuk latihan di puncak gunung seperti yang sudah kurencanakan.

...----------------...

...Keesokan harinya kemudian......

...----------------...

Aku berlatih dengan keras setiap hari di gunung yang sama untuk meluaskan dan menguatkan kekuatan bela diriku, mengikut apa yang kudengar dari cerita si pemilik toko. Dia mengatakan bahwa zaman sekarang sudah tidak ada ras-ras seperti apalah itu karena Ras Burung sudah menguasai seluruh ras di dunia kecuali manusia selepas menyingkirkan Sang Raja Naga yang merupakan ras terkuat. Jadi sekarang hanya tersisa 1 wilayah; Wilayah Manusia. Bagaimana dengan Ras Burung? Konon katanya selepas kematian si pengkhianat itu karena berperang dengan Ras Serigala yang merupakan ras terkuat kedua, mereka seri dalam peperangan itu dan hancur dalam saat bersamaan yang membuat hanya tersisa Ras Manusia. Dan Ras Manusia pun menghilangkan kata-kata "ras" itu dan menjadikan dunia seperti semula, aku sudah menduga hal itu karena Yuwon sangatlah bodoh dan ceroboh tanpa kehadiranku. Jadi dunia pun di kuasai oleh manusia-manusia biasa. Namun kekuatan magis tidak akan berhenti di situ saja, karena katanya ada beberapa dari ras-ras yang dikuasai itu melarikan diri dan terpaksa menikahi manusia demi membuat ras mereka kekal kokoh dan generasi mereka masih ada. Namun bukan hanya manusia yang disisakan, Yuwon menyisakan beberapa ras yang ia tidak yakin untuk dikalahkan. Antaranya adalah; Ras Iblis, Ras Elf, Ras Mermaid dan Ras Haiwan Laut. Katanya mereka hampir saja memusnahkan Ras Elf, namun karena Ras Iblis menolak dan berniat untuk menghabisi Ras Elf sendirian. Karena tidak berani, Yuwon membiarkan mereka dan mukai memburu ras lainnya.

Aku tidak tahu bahwa dia sebodoh itu... Yah... Tapi di pintar juga karena membuat dunia menjadi damai... Aku tidak tahu haruskah aku memujinya atau tidak... Sayang sekali karena sifatnya yang terlalu arogan dan tidak tahu malu itu...

Lalu aku mendengar suara langkahan kaki di atas rerumputan yang kududuki untuk memulihkan tenaga dalamku. Lalu seseorang itu berbicara.

"Kau hebat sekali karena bisa memulihkan tenaga dalammu sembari memikirkan hal lain, itu adalah sesuatu yang mustahil bagi seorang bocah ingusan sepertimu."

Tentu saja, karena aku bukan bocah ingusan seperti yang kau lihat karena aku tidak mempunyai ingus dan berkali lipat lebih kuat dari anak seumuranku... Omong-omong dia kakek-kakek ya?... Kuat sekali kakek itu bisa berjalan sampai ke puncak gunung ini.

Aku hanya diam karena berbicara di saat melakukan pemulihan tenaga dalam bisa membatalkan proses pemulihan itu, kecuali kalau bisa menahan rasa sakit yang luar biasa. Lalu kakek itu terus berbicara.

"Kau seperti bukan bocah ingusan biasa... Berapa umurmu?"

Kakek bau tanah ini terus mengajakku berbicara, apa boleh buat... Aku harus menjaga sopan santunku ke orang yang lebih tua...

"8 tahun... Khhhk!"

Sialan... Padahal dulu aku bisa berbicara dengan tenang sembari melakukan proses pemulihan ini!

"Hm... Kau masih terlalu muda untuk bisa berbicara di saat seperti itu, bocah biasa seumuranmu pasti sudah pingsan begitu mengucapkan sepatah kata saat melakukan proses pemulihan..."

"Itu karena.... Khhhhk! Saya.. masih punya.... Khhhhkkk! Sopan santun.... Khhhhk!"

"Hohoho~ kau kuat juga bisa berbicara padahal lagi merasakan sakit yang luar biasa... Diamlah dan fokus ke proses pemulihanmu itu, dan biarkan aku membantumu..."

Aku melakukan seperti apa yang dikatakan oleh kakek tua itu dan proses pemulihan tenaga dalamku berjalan dengan lancar. Selesainya melakukan proses pemulihan itu, aku pun menoleh kebelakang untuk melihat siapakah kakek yang berbicara denganku.

Memang kakek-kakek... Tapi auranya seperti sudah berlatih selama bertahun-tahun...

"Apa kakek seorang pendekar?"

"Hohoho~ kau sudah mengetahuinya saja hanya dengan merasakan auraku? Kau benar-benar bukan anak ingusan biasa..."

"Apa kakek bersedia menjadi guruku?"

"Eh? Tiba-tiba?... Hm... Hohoho~ baiklah, aku akan bersedia menjadi gurumu dan mengajarkanmu ilmu bela diri."

Meski ceritanya sudah membelok ke arah lain, aku tetap harus melatih tubuh baru ini dan mencampurkannya dengan jurus lamaku!

"Kita mulai latihannya besok, kita akan bertemu di tempat yang sama. Kau harus sudah ada di sini sebelum matahari terbit."

"Apa? Bukankah itu terlalu awal?!"

"Aku tahu, tapi kau tetap harus melakukannya karena senam pagi juga harus ada setiap harinya. Kau bisa beristirahat di hari minggu."

"Ukh... Baiklah..."

...----------------...

...Keesokan harinya kemudian......

...----------------...

Aku berjalan ke puncak gunung tinggu itu dengan kakiku sendiri dan mata yang masih mengantuk, aku lalu bergumam.

"Ugh... Kenapa sih aku harus meminta kakek bau tanah itu untuk menjadi pelatihku? Mau bagaimana lagi... Sudah terlanjurku tanyakan dan sudah disetujui..."

Setelah beberapa menit, aku akhirnya mencapai puncaknya dan bertemu dengan kakek itu.

Ternyata kakek itu sudah duluan ya...

"Sudah sampai saja? Aku sudah menunggu di sini lebih dari 1 jam, tapi aku akan memaafkanmu karena ini adalah hari pertama latihanmu dimulai."

"...Saya menghargai kebaikan anda."

"Apa yang kau tunggu-tunggukan lagi? Kau seharusnya memberi salam kepada master yang akan mengajarimu bela diri..."

"Ck! Bukankah itu terlalu awal? Aku tidak tahu bagaimana caranya!"

"Hm... Baiklah, mari kita mulai dengan mengajarimu sopan santun..."

Kakek itu lalu mengeluarkan tongkat kayunya dari belakangnya sebelum mulai mengayunkannya, dia menatapku dengan seringai.

"Karena aku sudah memberikanmu separuh dari tenaga dalamku, kau pasti bisa bertahan sampai akhir..."

Aku hanya diam menatap kakek itu sambil duduk, sementara kakek itu mengajariku sopan santun dengan kata-katanya yang panjang lebar. Setelah selesai, dia lalu berdiri dan mulai berbicara,

"Sekarang, turun kembali ke bawah dan memberiku salam begitu kau melihatku."

"A-apa? Aku harus turun ke bawah dan kembali ke sini?!"

"Tentu saja."

"Itu keterlaluan!"

"Itu hukuman."

"Hukuman karena apaan?!"

"Hukuman karena telat datang, hukuman karena tidak memberi salam."

"Bukankah anda sudah—"

"–Diam, dasar bocah ingusan."

Kakek itu lalu menyerangku dengan tongkat kayunya dan mengayunkan tongkat itu berkali-kali kepadaku sampai aku ke hujung gunung.

SATT! SETT! SATT! SETT!

"Ukh!"

Karena menghindari serangan itu, perlahan aku pun terjatuh dari gunung yang tinggi itu. Namun aku tetap tenang karena aku tahu aku tidak akan mati semudah itu. Di saat aku terjatuh, aku mendapatkan sebuah ide yang berbahaya tapi bisa menyelamatkan nyawaku. Aku celingukan di sekitar gunung itu dan mendapati bahwa ada pohon berdekatan dengan daun-daun yang lebat, aku pun mengambil kesempatan itu untuk mendarat di atas pohon itu.

Shuutt— Srakk!

Dan yang benar saja, nyawaku terselamatkan.

Sialan! Aku masih harus kembali memanjat gunung ini!!!

Aku pun kembali memanjat gunung itu selepas turun dari pohon besar itu dengan bermodalkan tangan dan kakiku seperti orang pada umumnya namun dengan kecepatan yang sedikit lebih cepat. Setelah hampir mencapai puncak, aku pun loncat dan mendarat tepat di depan kakek itu. Kakek itu terlihat terkesan dan lalu terkekeh sembari menungguku memberi salam.

"Hosh... Hosh... Salam kepada Master... Hosh..."

Aku memberi salam sambil bernafas berat dan terengah-engah karena lelah, tubuh anak kecil ini masih muda dan butuh banyak latihan agar staminanya stabil dan sesuai untuk orang sepertiku.

"Hm... Bagus... Oh ya, kita belum berkenalan... Siapa namamu?"

Aku terdiam menatap kakek itu untuk berpikir sejenak haruskah aku memakai namaku yang dulu atau menggantikannya? Karena lama menungguku kakek itu pun kembali terkekeh.

"Kamu tidak punya nama ya?"

"...Ya."

"Baiklah, aku tahu bahwa kebanyakan pengemis di desa ini tidak mempunyai nama karena ditinggal keluarga. Kalau begitu biar aku saja yang memberimu nama—"

"–Tidak, anda pasti akan memberi saya nama yang jelek."

"Hohoho! Harga dirimu tinggi sekali! Aku menyukai itu! Tapi jangan khawatir, aku sudah memikirkan nama untukmu."

"Apa itu?"

"Kang Raon-Jun, yang sesuai dengan sifatmu."

"Kang Raon-Jun?— Ehem! Anda memberikan saya nama yang bagus ternyata... Ehem! Ehem!"

Ehem! Nama yang bermaksud jenius mana bisa kutolak? Ehem!

Aku berpura-pura batuk seolah-olah sudah terbiasa dengan panggilan itu, lalu aku melirik ke kakek itu.

"Bagaimana dengan nama kakek— maksud saya, Master?"

"Hohoho~ aku Kang Seonwu."

Kang Seonwu ya— sebentar, tapi kok marga kami sama?

"Kang?"

"Ya, aku akan menerimamu sebagai cucuku—"

"–MANA BISA SEPERTI ITU!!! SAYA TIDAK INGIN MENJADI CUCU SEORANG KAKEK YANG SUDAH BERBAU TANAHHH!"

"DASAR ANAK INGUSAN! DIAMLAH!!! AKU YANG MEMBERIMU NAMA KEREN ITU DAN AKAN MENJAGAMU SEBAGAI SEORANG GURU!"

"KALAU GURU YA GURU SAJA! MANA BISA JADI KAKEK SAYA!"

"YA! TAPI AKU AKAN TETAP MELAYANIMU SEBAGAI CUCUKU DAN AKAN MEMBERIMU RUMAH DAN MAKANAN MEWAH—"

"–Benarkah?"

"...Tidak jadi."

"HEI! MANA BISA SEPERTI ITU!? KALAU ANDA SUDAH MENJADIKAN SAYA CUCU YA—"

"–Jadi kau menyetujuinya hanya karena makanan?"

"Ehem! Ya... Aku, kan, pengemis... Jadi makannya tidak banyak..."

Setelah beberapa menit terdiam, kami pun tertawa bersama.

"Hohoho! Hohoho!"

Kau pikir kau bisa tinggal dan makan dirumahku semudah itu?

"Hahaha! Hahaha!"

Aku mempunyai firasat buruk soal tinggal bersebelahan dengan kuburan.

Selesainya tertawa bersama, kami pun memulai latihan itu dengan serius dan tepat tanpa pengganggu. Setelah beberapa jam berlatih, kami pun berehat sebentar.

Hah... Lelahnya...

Aku menoleh ke arah kakek yang lagi duduk di sebelahku memandang dan menghayati momen di mana matahari terbenam di depan mata. Aku menemukan sesuatu keanehan di ekspresi kakek, lalu aku pun berinsiatif untuk bertanya.

"Ada apa?"

Kakek terdiam sebentar sebelum mengambil napas panjang dan menatapku dengan perasaan yang tersentuh sekaligus terkesan.

"Aku terkesan denganmu."

"Itu bukanlah alasannya."

"Tidak, itu adalah alasannya."

"Aku tahu. Kakek lagi kangen dengan seseorang."

"...Kalau sudah tahu kenapa bertanya?"

"Karena saya bertanya-tanya siapa orangnya."

"...Hohoho~ baiklah, kakek akan menceritakannya... Tapi ini mungkin akan terdengar sedikit seperti curhat."

"Cerita saja, saya bukan di sini untuk mendengar curhat. Cerita dan curhat berbeda."

"Hm... Benar, kakek kangen dengan seseorang. Karena rasanya seperti lagi benar-benar menjaga dan melatih darah dan daging sendiri..."

Aku hanya diam mendengar cerita dari kakek yang seperti curhat itu. Kakek menceritakan bahwa dulu kakek mempunyai cucu yang sifatnya sama sepertiku, karena itulah kakek tidak jijik dan malah nyaman di dekatku. Karena aku sudah seperti cucu kandung kakek dan seperti keturunan kakek sendiri. Kakek kehilangan cucunya satu-satunya di saat pergi ke gunung ini untuk latihan. Katanya kakek dan cucu kakek lagi latihan seperti biasa, namun tiba-tiba saja ada segerombolan orang asing yang menculik cucu kakek di saat cucu kakek berumur 9 tahun. Dan sampai sekarang kakek tidak tahu dimana keberadaannya. Ditambah, anak dan isteri kakek juga dibunuh selepas kakek kembali untuk memberitahu bahwa kakek kehilangan cucunya. Namun kakek terlambat, karena itulah kakek merasakan sakit dan kerinduan yang mendalami. Dan aku tahu bagaimana rasanya perasaan itu, karena aku sendiri juga mengalaminya namun bedanya aku pengkhianatan dan kakek kehilangan. Aku tidak bisa berkata apa-apa karena ekspresi kakek menunjukkan bahwa kakek lagi emosional. Lalu aku pun berinsiatif untuk mengubah topik.

"Kakek, aku lapar, kapan makanan mewahnya siap?"

"Eh? Sudah lapar saja? Hohoho~ baiklah, ayo kita ke rumah kakek."

Kami pun turun dari gunung dan pergi ke rumah kakek bersama untuk beristirahat dan makan malam bersama.

^^^The Reincarnation Of King Dragon^^^

^^^Bersambung...^^^

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!