NovelToon NovelToon

Ya, Aku Akan Pergi Mas Kapten

Bab 1 Ulang Tahun Dan Anniversary

Bismillah, karya baru. Semoga Allah limpahkan rejekinya dan pembaca banyak yang suka. 🤲🤲

     "Mas, kamu masih di mana? Aku tunggu kepulangannya." Pesan WA itu terpaksa Elyana tulis setelah beberapa kali menghubungi suaminya sama sekali tidak direspon.

     Jam di tangan sudah menunjukkan pukul 20.00 malam. Elyana sudah menunggu kepulangan Excel sejak ba'da Maghrib tadi. Hari ini merupakan hari anniversary pernikahan ketiga mereka sekaligus bertepatan dengan hari ulang tahun Excel yang ke 32 tahun.

     Namun, setelah ditunggu dua jam, Excel tidak muncul-muncul. Elyana sedih melihat sang putri yang sejak tadi menunggu papanya pulang, sampai dia ketiduran karena ngantuk.

     "Papa, Papa," celoteh Nada, gadis kecil yang usianya kini baru menginjak dua tahun lebih, dengan wajah yang sedih. Akhirnya bocah batita itu tertidur di dalam stroller karena lelah menantikan kepulangan sang papa.

     "Jadi, ini bagaimana Non, makanannya sudah dingin. Apakah disimpan saja di pendingin agar besok masih bisa dimakan?" tanya Bi Ocoh menatap pilu sang majikan, seakan merasakan kesedihan yang dirasakan Elyana.

     "Tidak usah, Bi. Biarkan saja. Nanti kalau sampai jam 10.00 malam belum pulang juga, saya yang akan bereskan sendiri," ucap Elyana masih berharap suaminya akan pulang sebelum jam 10 malam.

     "Baiklah, Non. Kalau begitu, saya ke dapur dulu," pamit Bi Ocoh seraya berlalu.

     Elyana berjalan menuju kaca jendela, sembari menyingkap gorden, menatap keluar, berharap mobil sang suami tiba-tiba muncul.

     "Belum ada tanda-tanda," helanya kasar. Ini kali kedua suaminya tidak hadir, disaat ulang tahun pernikahan sekaligus ulang tahunnya sendiri.

     "Apakah akan berakhir sama seperti tahun kemarin?" tanyanya bergumam. Elyana menutup kembali gorden itu, lalu berjalan menghampiri meja yang berada di ruang tengah, yang di atasnya sudah terhidang kue ulang tahun serta makanan spesial yang dimasaknya tadi bersama Bi Ocoh.

     Lilin yang dipasang di tengah-tengah, kini mulai menyusut ketinggiannya, sumbunya habis dibakar api.

     Elyana menatap stroller, di sana sang putri sedang tidur nyenyak. Bocah yang tadi sempat menyebut sang papa, kini hanya terdengar helaan nafas yang teratur.

     Elyana mendorong stroller itu pelan, dia membawanya ke dalam kamar, lalu menempatkan Elyana di kasurnya sendiri. Namun, masih dalam satu ruangan dengannya.

     Nada, putri kecil itu masih tidak terganggu, meskipun Elyana memangku tubuhnya untuk dipindahkan ke kasur.

     "Bobolah, Sayang. Nanti, sebentar lagi papa pulang. Sepertinya papa memang sibuk," bisiknya di dekat daun telinga sang putri berusaha menghibur, meskipun tidak direspon bocah kecil itu.

     Elyana kembali menuju ruang tengah, dia masih setia menanti kepulangan suaminya, berharap masih bisa merayakan ulang tahun pernikahan sekaligus ulang tahun sang suami.

     Karena lelah berdiri dan sejak tadi hanya Hp nya yang sibuk dia perhatikan, Elyana menduduki salah satu kursi lalu meraih gelas yang diisinya air bening. Rasa haus yang sejak tadi dia rasakan, kini hilang ketika air bening itu masuk ke dalam kerongkongannya.

     Jam di tangan sudah menunjukan pukul 21.00 Wib, rasa kantuk sudah menjalar. Sesekali Elyana menyandarkan kepalanya di kursi untuk menahan kantuk. Namun, lama-lama ia melabuhkan kepalanya di atas meja beralaskan tangan sebagai bantalnya.

     Elyana sepertinya tertidur, sampai suaminya pulang dia tidak menyadarinya.

     "Den Excel, Non Elyana sudah menunggu sejak tadi. Sepertinya Nona sangat ngantuk, sehingga ketiduran di meja ini," lapor Bi Ocoh sembari menunjukkan jarinya ke arah Elyana yang tertidur di atas meja.

     Excel menatap Elyana dengan intens, di dalam hatinya terbersit rasa sesal, karena telah dua kali dalam hari ulang tahun pernikahannya, dia tidak pernah hadir.

     Excel berlalu setelah beberapa saat menatap Elyana, tidak ada maksud untuk membangunkan, karena ia tidak ingin mengganggu rasa nikmat ketika Elyana tidur.

     "Den Excel memang seperti itu sejak dulu. Tidak pernah mengganggu Non Elya jika sudah tertidur. Tapi, apakah benar tidak ingin mengganggu atau memang tidak perhatian?" Bi Ocoh membatin.

     Tidak ingin ikut campur masalah majikan prianya, Bi Ocoh lebih memilih membangunkan Elyana. Dengan menepuk bahunya pelan, untuk membangunkan Elyana.

     "Non, bangun. Den Excel sudah pulang," bisik Bi Ocoh sembari menepuk bahu Elyana.

     Tepukan yang ketiga, Elyana mulai menggerakkan badan, lalu menggeliatkan tangan. Elyana akhirnya tersadar dan bangun.

     "Bi Ocoh," serunya kaget karena sudah ada Bi Ocoh di samping.

     "Maafkan saya, Non, karena sudah membangunkan Non Elya. Den Excel sudah pulang lima menit yang lalu. Dia langsung ke kamar setelah melihat Nona tertidur pulas," lapor Bi Ocoh, wajahnya merasa bersalah karena telah membangunkan Elyana.

     "Tidak apa-apa, Bi. Lalu, kenapa Mas Excel tidak membangunkan saya?" heran Elyana.

     "Mungkin Den Excel tidak mau mengganggu tidur Non Elya. Sepertinya tidak enak melihat Nona yang terlelap," ujar Bi Ocoh memberi alasan yang hanya dugaannya semata.

     "Oh, baiklah. Saya akan menyusul suami saya dulu, mau menanyakan apakah mau makan malam atau tidak." Elyana bangkit lalu bergegas menuju kamar. Bi Ocoh menatap kepergian Elyana dengan perasaan iba yang dalam. Sudah dua kali suami dari majikan perempuannya ini tidak pulang dengan tepat disaat Elyana ingin memberikan kejutan yang sama seperti tahun lalu.

     Elyana tiba di kamar, tidak ada Excel di sana. Namun suara gemericik air di dalam kamar mandi serta seragam dinas yang berhamburan di atas ranjang, menandakan kalau suaminya sedang membersihkan diri.

     Elyana segera meraih seragam dinas Excel, lalu ia gantung di kastop. Setelah itu, ia menuju lemari menyiapkan baju ganti atau baju tidur untuk Excel.

     Meskipun Elyana sudah sering dikecewakan Excel, akan tetapi ia selalu berusaha bersikap manis dan tersenyum atas nama cinta, karena jujur Elyana mencintai Excel. Excel adalah cinta pertamanya meskipun pernikahan mereka hanyalah hasil perjodohan.

     "Mas Excel, baru mandi Mas. Aku sudah siapkan baju ganti," ujar Elyana saat melihat Excel keluar dari pintu kamar mandi.

    Excel tersenyum sekilas lalu menghampiri baju ganti yang sudah disiapkan Elyana, kemudian memakainya.

     "Mas, mau makan malam sekarang atau ...."

     "El, aku minta maaf. Aku tidak bisa pulang dengan cepat. Kamu tahu sendiri, di kantor kedatangan siswa sangat membludak," alasannya cepat, memotong kalimat yang diucapkan Elyana.

     "Tidak apa-apa, Mas. Aku maklum. Kamu mau makan?" balas Elyana meskipun dalam hati kecewa.

     "Aku sudah makan di kantor."

     "Oh. Ya sudah tidak apa-apa, Mas. Lagipula makan malam terlalu larut, memang kurang baik untuk kesehatan. Aku menyiapkan itu, sekalian hanya ingin mengucapkan selamat ulang tahun atas tiga tahun pernikahan kita serta ulang tahun kamu yang ke-32."

     "Dan maaf, aku tidak bisa memberikan apa-apa. Hanya ucapan dan doa saja." Elyana meraih tangan Excel lalu menciumnya dan berdoa di sana.

     "Oh, ya, Mas. Tadi Nada menunggu kamu sebelum ia tidur, memanggil-manggil kamu, papa papa," lanjut Elyana.

     Excel tertegun ketika mendengar bahwa putri kecilnya tadi sebelum tidur sempat menunggunya dan memanggil dirinya. Excel menghampiri Nada yang terlelap di kasurnya, lalu mencium penuh kasih sayang kening sang putri tercinta.

NB: Hai Readers, mohon mampir di karya terbaru saya ya. Dan jangan lupa dukungannya, ya. Lovu u all.🥰🥰🥰🥰

Bab 2 Sedatar Lapangan Bola

     "Bi, Bibi suruh suami Bi Ocoh saja untuk bawa kue ulang tahun ini. Di sini tidak ada yang makan, suami saya juga kurang suka makan yang manis-manis. Sayang, kalau dibuang begitu saja, mau dibuang ke kolam ikan juga, nanti kolam ikannya mudah kotor," titah Elyana, memberikan kue ulang tahun suaminya yang semalam tidak sempat disentuh, bahkan masih utuh.

     "Baik, Non. Tapi tidak apa-apa ini bibi bawa, soalnya ini masih utuh dan enak?" Bi Ocoh terlihat ragu.

     "Bawa saja, Bi. Saya tidak akan memakannya. Lebih baik bawa ke rumah," ujar Elyana lagi.

     "Baiklah, Non." Bi Ocoh manut dan segera menyiapkan makanan masih bagus yang akan dia bawa ke rumahnya.

     "Hari ini tidak usah masak banyak, sebab Mas Excel tidak akan pulang. Dia ada tugas mengawal Komandan ke luar kota," lanjut Elyana sesuai apa yang dikatakan Excel tadi malam.

     "Baik, Non."

     Percakapan antara Elyana dan Bi Ocoh sempat didengar Excel yang tadi akan menuju dapur. Excel buru-buru menjauh dari mulut pintu, sebelum Elyana membalikkan badan.

     Elyana segera kembali ke kamar sambil membawa segelas air bening serta paracetamol cair untuk sang putri. Sejak subuh tadi, badan Nada tiba-tiba terasa panas, padahal semalam tidak kenapa-napa.

     Tiba di kamar, Elyana melihat Excel sedang memangku Nada sembari membawanya menuju balkon.

     "Sayang, ayo, makan dulu, setelah itu baru minum obatnya," rayu Elyana sembari meraih Nada dari pangkuan Excel. Sayangnya Nada tidak mau lepas.

     Elyana menjadi bingung, sebab Nada harus makan dulu sebelum minum obat.

     "Yo, ke mama dulu. Papa sebentar lagi mau pergi, papa ada tugas dari Komandan," rayu Elyana lagi, tapi Nada keukeuh tidak mau.

     "Sini, biar aku saja yang suapkan Nada makan." Excel tiba-tiba menawarkan untuk menyuapi Nada makan.

     Dengan riang Nada bersorak girang, dia bahagia mendengar papanya akan menyuapi makan.

     Excel membawa Nada ke dalam kamar, lalu dia dudukan di sofa. "Sarapan dulu, ya. Setelah itu Nada minum obat penurun panas," rayu Excel seraya mulai menyuapkan makanan ke dalam mulut Nada.

     Awalnya Nada menolak, tapi setelah dibujuk, akhirnya dia mau makan. Hanya empat sendok, tapi lumayan, perutnya tidak kosong banget saat nanti diminumkan paracetamol.

     "Dretttt."

     HP Excel bergetar. Namun Excel tidak segera menghiraukan panggilan itu. Dia belum selesai meminumkan Nada paracetamol.

     "Setelah ini, Nada harus minum obat, ya. Nanti Nada akan sembuh," ucap Excel merayu Nada agar mau minum obat.

     "Aaa." Excel kini menyuapkan satu sendok teh paracetamol cair ke mulut Nada. Bocah batita itu patuh dan meniru mulut Excel yang menganga. Dan akhirnya, obat itu masuk ke dalam mulut Nada.

     "Dretttt."

     Lagi, Hp Excel bergetar, seakan tidak sabar ingin segera diangkat.

     "Sebentar, papa angkat telpon dulu. Nada ke mama dulu, ya," bujuk Excel seraya menjauh. Excel menerima panggilan jauh dari kamar, dia menuju beranda di lantai atas.

     "Nada cepat sembuh ya. Mama tidak mau Nada sakit, sementara papa akan tugas ke luar kota." Elyana berusaha membujuk sang putri yang memang maunya lengket terus dengan papanya. Elyana berharap demam yang dialami Nada segera turun.

     "Ayo, sebaiknya kita susul papa saja, sambil membawakan tasnya ke depan." Nada memutuskan untuk membawakan koper Excel ke beranda di mana ia menerima panggilan dari Komandannya.

     "Iya, Sayang. Sabar, ya. Sebentar lagi kita akan bertemu."

     "Mas, ini kopernya," ujar Elyana, cukup mengejutkan dirinya yang barusan sedang berbicara dengan seseorang di telpon. Excel menoleh lalu menatap wajah Elyana sekilas, dia mengamati apakah Elyana mendengarkan pembicaraannya atau tidak. Datar, itu artinya Elyana tidak mendengar apa-apa. Sepertinya tadi Elyana memang belum mendekat dan tidak mendengar apa-apa. Excel bersyukur.

     "Terimakasih. Nanti aku transfer uang selama aku tidak di rumah," ujarnya seraya meraih koper yang disodorkan Elyana.

     "Nada Sayang, papa pergi dulu, ya. Baik-baik di rumah. Assalamualaikum," pamit Excel kepada Nada seraya mencium kening putri kecilnya.

     "Papa," ucap Nada seraya merentangkan tangannya ingin dipangku. Tapi Elyana berhasil menjauhkan tangan Nada, sebab ia tahu suaminya harus pergi.

     "Mas." Elyana meraih tangan Excel yang tadi sudah melangkahkan kaki, lalu diciumnya. Excel menoleh dan membiarkan tangannya dicium Elyana.

     "Hati-hati, Mas. Semoga selamat dalam tugas serta selamat pergi maupun pulang," doa Elyana tulus. Excel membalas dengan senyuman, lalu segera bergegas.

     Elyana menatap kepergian sang suami sampai tubuhnya menghilang di balik tembok. Tidak lama, deru mobilnya terdengar dan menjauh.

     "Papa harus pergi, kita doakan papa selamat sampai tujuan dan pulang membawa oleh-oleh buat Nada," hibur Elyana yang tidak tega melihat wajah Nada seperti ingin menangis.

     Elyana kembali ke kamar, di dalam kamar seperti ada ruang yang kosong. Bukan sejak kepergian Excel barusan. Namun, sejak ulang tahun pernikahan yang semalam tidak dihadiri Excel. Lalu, tiba-tiba pagi ini Excel harus pergi karena tugas dari Komandan.

     "Tiga tahun kami menikah, tapi sikap Mas Excel masih saja datar. Padahal kurang apa aku? Aku selalu patuh dengan segala ucapannya, tidak pernah menuntut atau bertanya banyak tentang kegiatannya di luar, karena selama ini Mas Excel memang tidak suka kalau aku banyak tanya mengenai kegiatannya di luar." Elyana berbicara di dalam hati, mengungkapkan kekosongan dalam hidupnya setelah menikah bersama Excel.

     "Wajar saja sikap suamimu datar dan dingin, orang dijodohkan memang seperti itu. Tapi, tidak semua sih. Contohnya suami aku, walau kami dijodohkan, tapi suami aku sikapnya beda dengan suami kamu, dia bucin pol," ujar Yeri sahabat Elyana tempo hari, membeberkan tipe suami yang dijodohkan.

     "Jadi, suami aku datar dan dingin seperti itu, bukan berarti tidak cinta?" tanya Elyana lagi.

     "Tentu saja. Buktinya, Nada lahir ke dunia. Kalau selama suamimu meminta jatah dan memberi transferan lancar, itu artinya dia mencintaimu, meskipun sikapnya sedatar lapangan bola."

     "Oh gitu, ya, Yer. Berarti, aku tidak perlu heran atau merasa sedih lagi jika suami aku sikapnya memang datar dan sedingin itu?" yakin Elyana lagi.

     "Hooh. Ya sudah. Aku harus pulang dulu. Aku mau up load vidio dulu untuk posting di Nosebook pro, biar aku bulan depan gajian lagi. Kamu, coba deh lanjutin aktif di Nosebook lagi, follower kamu juga sudah banyak, aku yakin statusmu fyp," saran Yeri mengakhiri pertemuannya di rumah Elyana.

     "Hati-hati, Yer." Elyana melambaikan tangan saat Yeri mulai melajukan motornya. Elyana sejenak termenung sebelum ia kembali ke kamar, memikirkan ucapan Yeri tadi. Atas keyakinan dari Yerilah, Elyana percaya kalau suaminya benar-benar mencintainya meskipun sikapnya sedatar lapangan bola.

Tes angin. Apakah karya ini akan banyak diminati. Ayo, saya mohon dukungannya. Terimakasih...

     

Bab 3 Elyana Khawatir

      Sudah dua hari Excel belum kembali dari tugasnya. Elyana tidak berani menghubungi suaminya, karena dia pikir tugas mengawal Komandan adalah tugas yang sangat penting dan tidak boleh ada gangguan. Lagian baru dua hari, jadi tidak mungkin mengawal Komandan bisa secepat itu kembali.

     Elyana selalu berpikir positif, sebab resiko menikah dengan seorang anggota TNI adalah menerima resiko di manapun suaminya ditugaskan, termasuk tugas yang saat ini dilakukan suaminya.

     Elyana senang, demam Nada sudah turun. Tinggal rewelnya saja. Tapi dengan sabar Elyana mengasuh dan menjaga anak semata wayangnya dengan setulus hati.

     "Sabar ya, sebentar lagi papa pulang," hibur Elyana seraya menyuapkan nasi tim ke mulut Nada. Elyana bersyukur, Nada makannya mulai bagus lagi.

     Sembari menyuap, Nada iseng membuka aplikasi Nosebook yang sudah seminggu dia abaikan. Rasanya dia jengah, sebab dollar yang dihasilkan dari aplikasi itu termasuk kecil.

     "Kamu sih jarang up load foto atau status, jadinya seperti itu, sepi. Kalau ingin status kita menghasilkan uang dan fyp, kita harus rajin ngonten lalu interaksi dengan beberapa konten kreator lain, misalnya sama aku. Kan lumayan cuannya lama-lama membukit," bujuk Yeri suatu kali.

     Yeri termasuk konten kreator yang lumayan hoki, paling telat dua bulan sekali dia bisa gajian dari aplikasi itu karena Yeri sangat konsisten membuat status.

     "Untuk bantu-bantu suami aku El, sebagian uangnya aku tabung sembunyi-sembunyi dari suami aku, untuk jaga-jaga saja. Saat ini iya suami aku bucin, tapi tidak tahu kalau cobaan itu datang, aku tidak terlalu belangsak kalau seumpama kami tiba-tiba harus berpisah. Kamu juga, diam-diam harus pinter cari cuan. Kalau malas bikin status di Nosebook, lebih baik kamu jualan saja. Jualan barang orang, kamu hanya jadi reseller tidak perlu modal," bujuk Yeri lagi sungguh-sungguh.

     "Iya, Yer, aku mau cari dulu pedagang besarnya dulu yang mau barangnya di reseller sama aku," jawab Elyana.

     "Aduh, banyak di Nosebook agen besar yang menawarkan kerja sama jadi reseller. Kamu jangan cuma satu aja jadi reseller, cari tiga tempat, biar penghasilannya lumayan. Rejeki itu tidak ada yang tahu, kalau kita sungguh-sungguh dan terus berusaha, nanti bakal ada hasil. Percaya deh sama aku."

     "Iya."

     "Iya, iya, kamu ini seperti tidak bersemangat saja. Ah aku tahu, gaji suami kamu memang cukup sih, nggak akan kekurangan." Yeri berkata sinis saat ucapannya ditanggapi tidak bersemangat oleh Elyana.

     "Bukan gitu, Yer. Saat ini aku belum banyak waktu untuk fokus, anak aku akhir-akhir ini rewel." Elyana beralasan.

     "Kamu bisa jalankan usaha itu setelah anakmu tidur. Dan ingat, harus tanpa sepengetahuan suamimu. Aku berkata seperti itu, supaya nasib kita tidak seperti si Yeni. Dia diselingkuhi suaminya diam-diam, sementara si Yeni nggak punya pegangan apa-apa, akhirnya belangsak deh," ujar Yeri lagi terdengar gemas.

     "Hus, itu kan Yeni. Rumah tangga aku adem ayem dan suami aku tidak seperti itu. Kamu, jangan samakan rumah tangga Yeni dengan rumah tangga aku," sergah Elyana kurang suka.

     "Untuk jaga-jaga. Aku hanya ambil contoh saja Yeni," kelit Yeri.

     Obrolan mereka, selalu berakhir dengan makan rujak bersama. Baik Yeri dan Elyana kadang sering saling kunjung karena rumah mereka masih di desa yang sama.

     Obrolan dengan Yeri beberapa bulan yang lalu, kini terngiang kembali. Meskipun uang bulanan dari suaminya cukup dan bahkan kadang bersisa, Elyana kini mulai aktif di media sosial Nosebook, tapi kali ini ia menjadi reseller barang seperti yang disarankan Yeri.

     "Hasilnya aku serahkan saja pada Allah, semoga saja banyak yang tertarik dengan iklan aku di Nosebook," gumamnya penuh harap.

     Elyana tidak hanya mengiklankan barang jualannya di satu aplikasi, di WA maupun IG, ia rajin menawarkan, sehingga para pembeli mulai datang satu per satu. Dia melakukan usaha ini disaat Excel tidak sedang di rumah, jadi dipastikan Excel tidak tahu kalau Elyana diam di rumah tapi tetap produktif.

     "Alhamdulillah, meskipun hasilnya belum jutaan kayak orang, tapi minimal sebulan aku punya simpanan. Dikit-dikit jadi bukit," gumamnya senang setelah ia bisa merasakan bisa menghasilkan uang gara-gara menawarkan jualan orang.

    Empat hari, rasanya waktu yang lama bagi Elyana menunggu kabar dari Excel suaminya. Apalagi Excel sama sekali tidak memberi kabar. Elyana memberanikan diri mengirimkan pesan WA untuk Excel, dia merasa khawatir. Juga merasa takut kalau Excel berpikiran kalau Elyana terlalu cuek padanya sampai tidak bertanya kabar sama sekali.

     Meskipun Excel sering melarangnya untuk menghubungi, kali ini Elyana memaksa hatinya untuk mengirimkan sebuah pesan.

     "Assalamualaikum. Mas, bagaimana, lancar? Kapan pulang, Nada sudah rindu, dia sering menanyakan kamu." Pesan itu belum terkirim dan masih centang satu.

     Elyana sabar menunggu, sehingga empat jam kemudian, pesannya dibaca Excel. Elyana senang. Namun, Excel belum juga memberi kabar, hal ini membuat Elyana khawatir.

     "Kamu baik-baik saja, kan, Mas?" Elyana kembali mengirimkan pesan, berharap yang ini dibalas. Sayang sekali, masih saja belum ada balasan, sehingga Elyana penasaran dan mencoba menghubungi Excel. Namun, ternyata nomernya malah tidak aktif.

     "Duh, sepertinya Mas Excel memang sibuk dan tidak bisa diganggu. Ya sudah, sebaiknya aku hubungi lagi nanti." Elyana menaruh lagi Hp nya di atas meja.

     "Mama, Papa, pan pulang?" Tiba-tiba Nada menghampiri dan menanyakan kapan papanya pulang, meskipun ucapannya belum jelas, tapi Elyana masih bisa memahaminya.

     "Sebentar lagi papa pulang, doakan papa selamat, ya," hibur Elyana seraya memeluk sang putri penuh kasih sayang.

     Tiba-tiba hujan turun begitu deras, sebab sejak siang tadi memang cuaca sudah mendung dan gelap, padahal saat ini masih pukul dua siang.

     Elyana membawa Nada masuk ke dalam kamar dan bercerita di sana, sekalian menidurkannya, karena Nada memang belum bobo siang.

     "Sang Kucing menangkap ikan di kolam, kebetulan ikannya loncat-loncat. Ikan itu akhirnya ditangkap, dan sang Kucing berhasil membawanya kabur dan menjauh dari kolam. Dia memakannya di balik pohon. Namun, kelakuannya diketahui sang pemilik ikan. Pemilik ikan marah dan mengusir sang Kucing."

     Saat asik bercerita, Excel menatap ke arah Elyana yang tengah menidurkan Nada sambil bercerita. Karena hujan sangat lebat, Elyana tidak mendengar deru mobil Excel pulang.

     Elyana tidak lagi bercerita setelah Nada telah tertidur lelap. Ia bangun dengan sangat hati-hati dari ranjang sang putri. Saat berbalik, Elyana begitu terkejut.

     "Mas Excel, kamu sudah pulang, Mas. Ya ampun kamu basa, kamu kehujanan. Sebentar ya, aku siapkan baju dan handuk. Kamu mandi dulu, setelah mandi, aku akan siapkan minuman wedang jahe yang hangat," sambut Elyana dengan wajah bahagia sekaligus khawatir karena melihat Excel basah kuyup kehujanan, serta tubuhnya sedikit menggigil.

     Sementara Excel, merasa terenyuh, ketika melihat Elyana begitu khawatir terhadapnya. Sejenak ia merasa menyesal, karena sering kali mengabaikan pesan WA maupun telpon dari Elyana, padahal Elyana sudah sedemikian perhatian dan khawatir.

Jangan lupa like, komen, hadiah, dan votenya ya, kalau masih ada. Terimakasih yang sudah mampir.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!