" Apa kamu yakin ...besok kamu berangkat sendiri " kata seorang pria yang sedang menyesap minumannya.
" Hemm..." jawab pria yang sedang menatap ke arah sekumpulan orang yang sedang berjoget mengikuti musik yang terdengar.
" Apa Asistenmu atau sekretaris mu nggak ikut " tanya pria itu lagi .
" tidak ...mereka ada pekerjaan yang penting " ucap pria itu datar.
terdengar hingar bingar musik keras di situ.
Dua orang pemuda tampan duduk di kursi vvip sambil menikmati minuman mahalnya dan menatap para wanita wanita yang sedang meliuk liukkan tubuhnya dengan erotis.
" Dio...apa aku saja yang pergi ke sana, proyek itu khan ada di bawah tanggung jawabku " pria yang di panggil dio itu menggeleng.
" biar aku saja, aku juga ingin tahu siapa yang berani bermain main denganku, resort itu harus berdiri dan selesai sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan, aku akan mencari tahu siapa yang telah membuat ulah sehingga proyek itu harus berhenti, dan gaji para pekerja di sana tidak di bayar kan " ucap dio datar.
laki-laki yang duduk di kursi samping dio menghela nafas panjang dan kemudian menyesap minumanya.
pria itu bernama Carlos sepupu dio yang bekerja di perusahaan dio sebagai direktur pelaksanaan.
" Tuan maaf, ini sudah malam dan anda sudah banyak minum, besok anda harus melakukan perjalanan jauh " ucap seorang pria yang datang mendekati dio dan Carlos.
Dia adalah asisten pribadi dio yang bernama reyhan wicaksana yang usianya lebih tua lima tahun dari dio.
" Cek.. kamu itu menganggu saja " ucap dio.
" maaf tuan " ucap sang asisten .
Dio berdiri dari duduknya " carlos.. Aku pergi dulu " pria yang di panggil Carlos itu mengangguk.
" Rey....bawakan aku wanita yang berbaju merah itu, bawa dia ke apartemen ku, aku butuh energi untuk perjalanan besok " ucap dio sambil menunjuk wanita yang sedang berjoget dengan gelas di tangan.
Reyhan menghela nafasnya dan mengangguk.
" baik tuan "
reyhan mendekati wanita yang berbaju merah itu dan membisikkan sesuatu, wanita itu langsung tersenyum lebar mendengar bisikan reyhan dan kemudian berjalan ke arah meja bar dan meletakkan gelasnya, kemudian berjalan mengikuti reyhan.
Di apartemen reyhan dan wanita berbaju merah itu berdiri di hadapan dio.
" tuan semua berkas sudah aku siapkan, besok tuan akan pergi dengan sopir perusahaan " ucap reyhan pelan .
" hemmm....sekarang pergilah...aku ingin bersenang-senang dulu " reyhan mengangguk dan pergi dari apartemen dio.
Dio menatap wanita cantik dan seksi yang ada di hadapannya.
" kenapa kamu diam saja...lakukan tugasmu, berikan aku kenikmatan terbaik malam ini " ucap dio.
wanita itu tersenyum tipis, tanpa banyak bicara dia langsung menanggalkan pakaiannya di depan mata dio, dan kemudian berjalan ke arah dio dan duduk di pangkuan dio dan langsung melakukan tugasnya.
" aku suka wanita yang yang tak banyak bicara, tapi langsung bertindak, lanjutkan honey aku suka dengan pelayanmu, buat malam ini indah untuk ku " ucap dio sambil memejamkan matanya, menikmati pelayanan wanita itu.
*****
Dio duduk di kursi penumpang dengan mata terpejam, mobilnya yang di tumpangi melaju kencang.
" Tuan ini minuman dan roti anda, yang dipersiapkan oleh pak reyhan jika anda merasa lapar, karena perjalanan kita masih sekitar tiga jam lagi dan setelah keluar dari jalanan ini kita akan melewati jalan yang sepi dan tak ada rumah makan di sana, hanya ada warung warung kecil " ucap sang sopir.
" Hemm...letakkan di situ saja "
" iya tuan "
Dio membuka matanya dan menatap ke arah samping, kini jalan yang di lewati adalah jalanan yang sepi, kiri kanan mereka hanya ada pohon pohon tinggi dan rindang, dio mengambil minuman yang ada di depannya dan menegaknya pelan .
tak berselang lama kepala dio terasa berat dan matanya berkunang kunang.
" Apa yang kamu masukkan dalam minumanku brengsek " ucap dio keras.
" maaf tuan ..." ucap sang sopir.
Dio melepas sabuk pengamanannya dan meraih pundak sopirnya
" hentikan brengsek, aku akan membunuhmu jika kamu tak berhenti "
sopir itu menghentikan mobilnya dan keluarga dari mobil itu, namun kemudian tiba-tiba ada seseorang yang masuk ke dalam kursi belakang, dia menggunakan masker dan topi yang menutupi wajahnya, tanpa babibu dia langsung menancapkan pisau di perut dio.
dio yang yang terkejut tak bisa berbuat apa apa saat pisau itu sudah menancap di perutnya, dio menatap nanar pria itu, dan sekali lagi pria itu menancapkan pisaunya kembali , yang membuat dio mengeram kesakitan.
" siiaa...pa kamu, apa yang kamu inginkan dariku " ucap dio terbata bata...
" Aku ingin semuanya, sudah cukup kamu bersenang-senang selama ini menikmati kekayaanmu , saatnya semuanya menjadi milikku " ucap pria itu dan kemudian menancapkan pisaunya kembali dan kemudian meninggalkan dio yang terkapar bersimbah darah.
sebelum mata dio tertutup dia melihat dan mendengar percakapan kedua pria itu .
" buang dia ke tempat yang sangat jauh hingga orang tidak akan bisa menemukan jasad, dan kamu bersembunyi lah dulu sampai keadaan aman " sopir itu mengangguk, dan kemudian masuk kedalam mobilnya dio.
Ia melihat tuannya yang sudah tergeletak di kursi penumpang dengan bersimbah darah, lantas ia langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Pria yang sudah menusuk dio itu berdiri menatap kepergian mobil dio.
" selamat tinggal dio, selamat menikmati api neraka " ucap pria itu sambil melepas topi dan maskernya dan kemudian masuk ke dalam mobilnya.
Sang sopir berhenti di sebuah tempat yang sunyi dia menarik tubuh dio masuk kedalam hutan dan meletakkannya di sana.
" Malang sekali nasibmu tuan muda, kamu harus berakhir seperti ini, harus menjadi makanan binatang buas di sini " ucap sang sopir.
dan tiba-tiba terdengar lolongan srigala atau anjing hutan yang membuat sopir itu bergidik ngeri, karena tiba-tiba suasana menjadi mencengkam.
" kenapa bulu kudukku merinding" gumam sang sopir sambil meraba tengkuknya.
" lebih baik aku segera pergi " kata sopir dan langsung berlari ke jalan setapak lagi dan kemudian masuk ke dalam mobilnya dan melajukan mobilnya dengan kencang.
Tubuh Dio tergeletak di atas daun daun kering di dalam hutan dan terlihat darah yang yang masih keluar dari tubuhnya, kemeja cream yang ia gunakan nampak memerah, wajahnya sudah terlihat sangat pucat.
Suara lolongan srigala saling bersautan dan di iringi bunyi hewan yang lainya juga terdengar saling bersaut, yang membuat suasana semakin mencekam.
seorang pria muda berumur berkisar 25 tahun, berjalan mendekati tubuh yang tergeletak di tanah itu.
pria muda itu menatap tubuh dio yang bersimbah darah, tatapanya datar tak berekspresi.
pria muda itu berjongkok dan memegang dada dio sedikit agak lama, pria itu menutup matanya dan bergumam pelan.
Dan tiba-tiba tubuh Dio tersentak ke atas dan nafas dio kembali terlihat, dan perlahan mata dio terbuka pelan .
Saat mata dio terbuka lebar ia melihat seorang pria muda yang berkulit agak gelap dengan tatapan yang tak berekspresi berdiri menatap ke arah nya, dio hendak bangun tapi ia merasa kesakitan di perutnya.
" siiaaapa...kamu, tolong aku "
#####
Assalamualaikum readers ketemu lagi di novel terbaru author, semoga berkenan ya.
tolong dukung karya author terus ya.
selamat menikmati HAPPY READING jangan lupa like dan komennya ya.🤩😍🥰😘
Reyhan berjalan mondar mandir di dalam ruangannya, sesekali ia menghubungi seseorang, terlihat muka yang terlihat cemas, dan sekali kali ia menghela nafasnya.
" Pak rey...boleh saya pulang, ini sudah jam 8 " ucap sekretaris Dio yang bernama melda.
Reyhan menatap pergelangan tangannya, dan kemudian menatap sekretaris cantik yang berdiri di depan pintunya
" pulanglah .." ucap reyhan datar.
wanita itu tersenyum dan kemudian beranjak dari situ.
" kenapa kamu nggak mengangkat ponselmu " sekali lagi reyhan men dial nomer ponsel yang ia hubungi tadi.
" Apa dia belum ada kabar?" tanya carlos yang tiba-tiba muncul di ruangan reyhan.
" belum ..."
" Apa kamu sudah menghubungi sopirnya, tadi aku hubungi pihak pengembang di sana, katanya dio belum datang sampai sore tadi " ucap carlos.
" Nomer pak atmo juga nggak bisa di hubungi "
" Apa dia langsung ke penginapan " kata carlos.
Reyhan langsung menepuk jidatnya.
" Aku akan menghubungi pihak penginapan " ucap reyhan.
" setelah ini pulanglah, kamu tahu kelakuan bosmu itu, dia pasti mengisi energinya dengan gadis gadis di sana, aku balik dulu, kasih kabar jika sudah tahu keberadaannya " ucap carlos dan dia berjalan meninggalkan reyhan yang sibuk dengan ponselnya.
***
Dio berusaha bangkit dari tidurnya, kini posisi dio sudah terduduk dengan tangan memegangi perutnya yang masih terasa sakit.
" kenapa kamu diam saja, cepat bantu aku berdiri " kata dio sambil merintih kesakitan.
Dio menghela nafasnya dan menatap pria muda itu dengan jengkel, karena pria muda itu masih tetap berdiri di samping nya dan hanya menatap dirinya, tanpa mau membantunya berdiri.
" Kamu itu niat apa tidak sih menolong ku, cepat bantu aku berdiri " kata dio sambil mengulurkan tangannya.
pria itu tak meraih tangan dio, tapi malah berjalan mundur.
" Ah sialan..." umpat dio pelan dan berusaha berdiri sendiri.
setelah beberapa saat akhirnya tubuh dio bisa berdiri walaupun kadang masih ingin terjatuh.
" ikuti aku..." ucap pria muda itu, kemudahan ia berbalik dan melangkah kan kakinya.
" Apa kamu tak ingin memapahku, setidaknya bantu aku berjalan " ucap dio semakin kesal.
pemuda itu berhenti tapi tak menoleh ke arah dio.
" hutan ini sangat angker dan berbahaya, banyak binatang buas dan makhluk makhluk yang tak kasar mata, ayo kita keluar dari sini sebelum tengah malam " ucap pemuda itu dengan datar.
" kalau begitu bantu aku jalan " ucap dio.
" Kamu bisa berjalan sendiri " kata pemuda itu dan kemudian kembali melangkahkan kakinya.
dio menatap punggung pria itu dengan kesal, dan kemudian melihat sekelilingnya nampak gelap dan menyeramkan, bahu dio bergidik ngeri dan akhirnya dio berjalan mengikuti pemuda itu dengan terseok seok.
" tega sekali, tak punya perasaan setidaknya bantu aku berjalan " gerutu dio sambil berjalan memegangi perutnya dan sekali kali dio merintih kesakitan.
tapi pemuda itu tak menghiraukan rintihan atau gerutuan dio, dia terus berjalan di depan dio dengan penerangan senter di tangannya.
perut dio semakin sakit, ia membungkukkan tubuhnya.
" Tunggu sebentar, ini rasanya sakit sekali " ucap dio.
pemuda itu membalikkan tubuhnya dan menatap datar dio tanpa berusaha menolongnya.
" tolong bantu aku, aku sudah tidak tahan lagi " ucap dio
Dio mengulurkan tangannya dan mencoba meraih tangan pemuda itu, tapi saat tangan dio menyentuh tangan pemuda itu, dio langsung tersentak dan sontak tangannya langsung reflek melepas tangannya dari tangan pemuda itu.
" shit... tanganmu dingin sekali, apa kamu habis mandi air es, apa memang udaranya sedingin ini " ucap dio sambil menatap pemuda itu, apa karena ia terluka hingga ia tak merasakan udara yang sangat dingin, ia merasakan dingin tapi tak sedingin tangan pria itu.
" kita harus cepat keluar, sebentar lagi sudah tengah malam, sedikit lagi kita sudah sampai, berjuanglah, tapi jika kamu menyerah silahkan saja, kamu akan mati di dalam hutan ini dan jasadmu tidak akan di temukan " ucap pemuda itu.
" Shit....jangan menakutiku, aku tak takut apapun " pemula itu tersenyum tipis.
" cepat di ujung sana ada sebuah pondok, aku akan mengantarmu kesana, kamu akan di obat disana" kata pemula itu dan kemudian berbalik dan melangkahkan kakinya kembali.
Dio menggerutu kesal " hatimu benar benar sedingin tangan mu tadi "
setelah berjalan lumayan lama akhirnya mereka tiba di pinggir hutan, dan di kejauhan terlihat sinar temaram dari sebuah pondok.
" Ayo ...sedikit lagi kita akan sampai "
dio sudah tidak bisa berkata apa-apa, wajahnya sudah semakin pucat, darah masih terus keluar dari perutnya, tubuhnya sudah semakin lemah dan matanya semakin berkunang kunang, dio mengikuti langkah pemuda itu dengan langkah sangat lambat.
tapi saat sudah ada di halaman pondok itu, dio sudah tidak tahan dan akhirnya tubuhnya roboh ke tanah.
pemuda itu berbalik dan tersenyum tipis, sejenak ia menatap dio yang sudah terkapar di tanah.
pemuda itu kemudian berjalan ke arah pintu rumah, pemuda itu tersenyum tipis saat mendengar lantunan ayat suci Al Qur'an dari dalam rumah itu .
" Kamu pasti tidak bisa tidur lagi " ucap sedih pemuda itu, pemuda itu menatap nanar pintu pondok itu, dan kemudian mengetok pintu pondok itu beberapa kali, hingga terdengar derit pintu terbuka.
muncullah Seorang wanita muda yang mengunakan jilbab hitam dari balik pintu.
" Siapa " ucap wanita itu sambil menoleh ke kiri dan ke kanan, namun tak ada orang di sekitar situ.
wanita itu menghela nafasnya " siapa sih yang usil malam malam begini, apa iya hantu hutan lagi, kenapa suka sekali usil sih, aku tidak takut.." ucap wanita itu sambil melihat ke arah hutan .
tapi matanya langsung menyipit untuk menajamkan penglihatannya, ia melihat sesuatu yang teronggok di tanah .
" Apa itu manusia" gumam wanita itu dan berjalan pelan mendekat.
setelah dekat ia terkejut saat melihat tubuh seorang pria yang berlumuran darah dan wajah yang sangat pucat.
" siapa ini, kenapa ia ada disini, kenapa tubuhnya penuh darah, apa ia habis di makan binatang buas " wanita itu berjongkok dan meletakkan jarinya di bawah lubang hidung dio.
" masih bernafas..." wanita itu menatap sekeliling melihat situasi yang ada di sekitarnya.
" ini sudah hampir larut malam pasti tidak ada orang yang lewat di sini " ucapnya.
Akhirnya wanita itu meletakkan tangannya di kedua ketiak dio dan menariknya.
" Bismillahirohmanirokhim " ucapnya dan kemudian menarik pelan tubuh dio untuk di bawa ke dalam pondok nya.
" berat sekali..." gerutu wanita itu, tapi ia terus berusaha menarik dio hingga sampai di ruang tamu wanita itu.
wanita itu meletakkan tubuh dio di tengah tengah ruangan dan dia pun tertunduk dengan nafas yang memburu di samping tubuh dio.
Wanita itu terkejut saat dio membuka matanya dan menatap nya.
" too..long " ucap pelan dio dan kemudian menutup matanya kembali.
#####
Wanita muda itu bernama Hanifah Azahra, biasa di panggil dengan Hani, dia berusia 26 tahun , dia seorang guru di sebuah sekolah dasar, dan dia seorang janda, suaminya meninggal 3 tahun yang lalu, dan saat ini ia tinggal di pinggiran desa dekat dengan hutan karena suatu hal, sebenarnya ia memiliki rumah di tengah tengah perkampungan, rumah peninggalan orang tuanya, ia hanya akan datang ke situ untuk membersihkannya, sedang pondok yang di tempati saat ini adalah milik kakek neneknya.
Hanifah menggunting kemeja Dio yang berlumuran darah, dia langsung melihat tiga tusukan benda tajam di perut dio, Hanifah tercengang melihat luka itu.
"Apa dia korban perampokan atau memang sengaja di bunuh " Hanifah mencoba mencari identitas yang ada di tubuh dio.
" Nanti saja, biar aku bersihkan lukanyanya dulu...tolong jangan mati di sini ya..." ucap pelan Hanifah yang sedikit khawatir melihat kondisi dio.
Hanifah mengambil seember air dan kain pembersih, kemudian mengambil kotak obat yang ia punya.
Hanifa mulia membersihkan tubuh dan luka dio yang berlumuran darah.
Hanifah berkali kali menganti air yang ada di ember, setelah bersih Hanifah memberi obat pada luka luka itu dan kemudian menutupnya dengan kasa.
untungnya hanifah selalu menyimpan obat obatan di rumah, karena rumahnya jauh dari pemukiman penduduk maka hanifa selalu menyimpan sesuatu yang urgent.
" Dia pasti pria kota, dan aku rasa dia bukan korban perampokan " gumam hanifa sambil melihat jam tangan, kalung berliontin huruf D, dan cincin putih, semacam akik yang tadi masih melekat di tubuhnya, hanya dompet yang tidak ada .
Hanifah melihat barang barang itu dan kemudian memasukkannya ke dalam plastik putih.
Hanifa melihat jam dinding nya dan di situ terlihat jam sudah menunjukkan pukul setengah dua dini hari.
" Astagfirullah ternyata sudah setengah dua, Apa dia harus tidur di sini, tapi ia Terlihat kedinginan, kalau aku pindahkan ke rumah belakang, aku tidak kuat mengangkatnya, nggak mungkin kan aku menyeretnya sampai belakang, tapi kalau dia di sini nanti timbul fitnah, kalau kalau ada orang yang melihatnya " gumam hanifa bingung.
Hanifah masih terduduk di samping dio, ia terkejut saat mendengar rintihan dio, keringat dingin muncul dari kulit nya, hanifa memegang kening dio.
" panas sekali " Hanifah menghela nafasnya, ia bingung kalau ia biarkan pria itu di lantai, maka akan memperburuk kondisinya, sedangkan di rumah ini hanya ada satu kamar.
Akhirnya hanifa pergi ke kamarnya dan mengangkat kasur yang terbuat dari kapuk itu keluar kamar, dengan susah payah Akhirnya ia bisa mengeluarkan kasur itu, lantas ia memasang sprei, dan kemudian menarik tubuh di untuk di letakkan di atas kasusnya.
" Ah...dia berat sekali, dia pasti makannya banyak atau dosa nya yang banyak " gerutu Hanifah.
dengan penuh perjuangan akhirnya ia bisa meletakkan tubuh dio di atas kasur, lantas Hanifah mengompres kening dio.
*****
Dio mengerakkan tubuhnya perlahan, dan perlahan juga ia membuka matanya, ia mengerjap ngerjapkan matanya.
" Dimana aku " gumam dio.
" Apa aku sudah mati..." ucap dio pelan .
saat melihat ke samping kanannya ia terkejut saat melihat kain putih yang terjulur panjang ke atas .
" Ah...hantu " teriak dio dan ingin bangkit tapi kepalanya terasa pening dan perutnya terasa ngilu, Akhirnya ia menghempaskan tubuhnya ke kasur lagi.
Dio melirik ke samping kanan lagi dan kain putih bergerak naik turun, dahi dio mengerut.
" Seperti gerakan orang sholat...aku harap benar, ini sudah jaman modern mana ada hantu hantuan" gumam dio dengan mata terus memperhatikan gerak kain putih yang ada di sampingnya.
Itu memang Hanifah yang sedang menjalankan sholat subuh, tubuh hanifah memang membelakangi dio, sejak semalam hanifa memang tak beranjak dari situ ia terus mengompres kening dio.
Hanifah sudah sampai takhiyat akhir dan mengucapkan salam.
Dio bernafas lega saat melihat sepintas wajah Hanifa yang menoleh ke kiri dan ke kanan.
Hanifa membalikkan badannya, keduanya saling terkejut saat mata mereka saling bertemu, keduanya diam terpaku dengan mata terus berpandangan.
Keduannya terkejut saat mendengarkan kokok ayam jantan yang saling bersautan, keduanya jadi salah tingkah.
" Apa dia bidadari, kenapa cantik sekali , kalau iya berarti aku sudah mati, tapi apa di neraka ada bidadari secantik ini, apa aku masuk surga??? ah itu tidak mungkin, apa iya aku masuk surga..." kata hati dio, yang tahu kalau dia penuh dengan dosa.
" Kamu sudah bangun, apa masih sakit perutnya?" tanya hanifa lembut, yang semakin membuat hati dio meleleh.
Karena tak ada jawaban dari dio, hanifa mendekatinya.
" maaf ya .." ucap hanifa pelan dan kemudian mengangkat tanganya dan menyentuh kening dio.
Saat kulit hanifa menyentuh keningnya, ada perasaan hangat yang menjalar di hatinya, dio masih tak bergeming, matanya terus memandang wajah teduh hanifa .
" Sudah agak dingin, apa kamu haus?" tanya hanifa, Dio mengangguk pelan.
Hanifa mengambil gelas yang ada di atas meja dan memberikannya pada dio , dio meminum nya sambil matanya terus melihat hanifa.
" Istirahatlah...aku akan masak dulu, habis ini minumlah obat penurun panas.." ucap hanifa lembut.
Hanifa berdiri dan lantas pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian.
Dio masih terus diam, dio terkesima dengan wajah dan tutur kata hanifa yang lembut, sehingga ia tak bisa berkata kata.
" Aku Dimana?" ucap dio saat melihat hanifa keluar dari kamarnya.
" Kamu di pondok ku, semalam kamu mengetuk pintu pondokku, dan saat aku membuka pintu kamu sudah terbaring di depan pondok ku " ucap hanifa.
Wajah dio mengkerut, mengetuk pintu ...ah iya pasti pemuda itu yang mengetuk pintunya.
" Oh iya, Dimana pria yang menolongku semalam "
" pria...pria yang mana?"
" pria yang menolongku semalam, yang membawaku keluar dari hutan dan mengantarkanku kesini " hanifa memandang dengan tatapan penuh pertanyaan .
" tidak ada pria lain semalam, hanya ada kamu sendiri di luar sana" sahut hanifah.
" Ada.. pria muda, usianya mungkin seumuran dengan mu, ia memakai sarung di bahunya "
" wajahnya seperti apa ?"
Dio hanya mengangkat bahunya, karena memang semalam sangat gelap, jadi ia tak melihat wajah pria itu.
" sudahlah mungkin dia sudah pergi saat itu " ucap dio .
" Apa kamu keluar dari dalam hutan sana ?" tanya hanifa sambil menunjuk ke arah hutan.
" iya.."
Hanifah langsung terkejut dan menatap heran dio
" kenapa ...?"
Hanifa menggelengkan kepalanya.
" tidak apa apa, istirahatlah aku akan ke dapur.."
####
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!