Malam hari yang tenang, mansion mewah milik keluarga Alvarez begitu terang, di terangi oleh lampu-lampu di setiap sudut. Meskipun malam, mansion itu tetap ramai dengan beberapa pembantu dan penjaga yang bergantian untuk menjaga setiap sudut mansion.
Sementara itu di ruang makan, terdapat meja makan panjang. Keluarga Alvarez sedang menikmati makan malam bersama mereka dengan tenang. Banyak makanan yang tersaji di hadapan semua anggota keluarga. Haiden Alvarez, kepala keluarga Alvarez memilih berbicara untuk memecahkan keheningan.
Dia menatap putri kesayangannya, Violette. Haiden termenung sejenak sebelum menghela nafas nya, "viollete...." Tatapan matanya di penuhi keraguan.
Violette menoleh menatap ayahnya, senyum hangat menghiasi wajah cantik nya, "ya, ayah?"
Haiden mengetuk jari-jari nya di meja makan, dia jelas bingung untuk menjelaskan, namun dia tahu dia harus. Tatapan nya serius saat dia menatap putri nya.
"Vi..ada yang ingin ku bicarakan padamu. Aku tahu ini mungkin mengejutkan dan aku tak tahu bagaimana kau akan menerima informasi ini,"
Violette tampak bingung, dia mengerutkan kening, "maksud mu apa, ayah? Katakan saja..."
Haiden mengangguk pelan.
"Kau tahu? Sekarang umur mu sudah 20 tahun dan kau tahu? Aku baru saja menjalin kerja sama yang cukup menguntungkan bagi kedua pihak. Namun itu...harus Dengan kontribusi mu."
Alis Violette semakin mengerut, "tunggu... maksud kamu apa?"
Haiden menghela nafas, "begini, vi. Aku melakukan kerja sama dengan grup kang. Kerja sama ini benar-benar penting untuk keluarga kita. Pemilik grup kang setuju dengan kerja sama namun dengan satu syarat. Kau harus menikah dengan putra kedua mereka, Junho kang."
Violette terkejut mendengar itu, sikap nya yang awalnya tenang menjadi kesal, marah dan kecewa dengan keputusan ayahnya yang begitu mudah setuju dengan syarat itu.
Violette berdiri, "I can't, dad!! I don't want to get married" katanya tegas.
Ibu Violette, Caroline. berdiri dan membelai bahu putri nya, "sweetie...Calm down."
Violette Menatap tajam ibunya, "bagaimana aku bisa tenang, Bu? Ayah, Dia memaksa ku menikah dengan seorang yang gak ku kenal hanya karena semua kerja sama!!"
Haiden yang mendengar putri nya berani berbicara kasar pada ibunya mulai tersulut emosi, "Vi!!"
Violette Menatap ayah nya, "shut up!!"
Beberapa pembantu yang melihat dan mendengar pertengkaran keluarga itu diam-diam berbisik. Haiden mengetahui itu dan menatap tajam mereka. Nyali para pembantu langsung ciut di tempat.
Haiden kembali menatap putri nya, "dengar, Vi! Ini demi keluarga kita! Aku gak peduli apakah kau suka atau tidak. Kau tetap akan menikah dengan putra kedua grup kang!" Dia menatap tajam putri nya.
Violette mengepalkan tangan nya, "perset*n dengan keluarga!! Kamu selalu memikirkan kepetingan mu tanpa peduli perasaan ku!!"
Haiden menggebrak meja, kesabaran nya menipis, "I'm your father! Kamu akan mengikuti seluruh perintah ku!"
"Tidak mau, ayah! Sampai kapan pun aku agak akan pernah mau menikah dengan pria itu!" Violette melempar peralatan makan nya ke lantai dan keluar dari ruang makan.
Namun, haiden dengan cepat menahan pergelangan tangan nya, "kita belum selesai."
Violette sudah begitu kesal, dia menarik tangan nya dan tanpa pikir panjang atau pun berbicara dia langsung berlari keluar dari meja makan.
Haiden yang melihat itu yang bisa menghela nafas, Caroline yang melihat frustasi suaminya pun mendekatinya. Dia membelai bahu haiden dengan lembut.
"Tenangkan dirimu, Violette hanya butuh waktu. Dia pasti cukup terkejut, apalagi ini begitu tiba-tiba baginya."
Haiden Menatap Caroline, dia memeluk istrinya dengan erat, "kenapa anak itu begitu keras kepala?"
Caroline terkekeh mendengar keluhan suaminya, "hey ayolah, dia mengikuti sifat mu, keras kepala...bahkan kau lebih keras darinya."
Haiden Menatap Caroline, berpura-pura seolah sakit hati. Dia memegang dada nya dengan erat, "perkataan istri ku sungguh pedas, sakit dada ku..."
Caroline tertawa dan mencubit lengan haiden, "hentikan drama mu, honey"
Haiden meringis saat lengannya di cubit. Dia menyerigai, "oh yes, babe..."
.
.
.
.
.
.
Sementara itu di tempat lain, di sebuah kamar besar, terdapat wanita cantik yang menagis di kamar nya. Dia menutupi wajah nya dengan tangan nya dan bahkan rambut panjang nya menutupi wajah cantik nya.
Violette mengumpat kesal, melempar boneka kelinci kesayangan nya, "semua Bodoh! Semua egois! Kenapa seperti ini?"
Air mata membasahi pipi nya. Mata nya bahkan membengkak.
"Kenapa ayah tak pernah mau mendengarkan perasaan ku? Kenapa dia begitu mudah setuju seolah perasaan ku bukan hal penting. Aku gak mau menikah. Aku bahkan gak kenal pria itu."
Violette berjalan menuju meja rias, dia menatap dirinya di depan cermin. Menatap wajah merah dan pipi nya yang basah karena air mata.
"Apa yang harus kulakukan?" Suara Violette terdengar seperti lirihan.
Ditengah kegundahan hati nya, tiba-tiba saja ponsel Violette berdering. Dia dengan malas meraih ponsel nya dan membaca pesan dari temannya, Emily.
...-vioo!!!! Eh kamu tau gak? ada sebuah kafe loh yang baru buka! Kita kesana yuk....-...
Violette membaca pesan itu dengan malas, dia menghela nafas kasar. disaat hatinya sedang kacau, sahabat nya itu malah mengajak nya untuk nongkrong di cafe.
-ogah! Pergi sendiri, aku malas!-
Setelah menjawab pesan teman nya, Violette melempar ponsel nya ke kasur. Dia kembali menatap dirinya di cermin.
"lihat saja, jika aku bertemu dengan pria dimaksud ayah ku dimana pun, aku akan memberikan nya jambakan mautku!!" batin Violette.
Violette menatap jam dinding di kamar nya, waktu sudah menunjukkan jam sebelas malam. Karena dia juga merasa lelah dan ngantuk. Violette akhirnya pergi ke kasur dan berbaring di ranjang nya yang empuk.
……………………………………………………………
Sementara itu, di sebuah kamar terdapat haiden dan istrinya, Caroline. Mereka sedang membicarakan tentang penolakan Violette sebelum nya.
"Aku harus bagaimana ini? Anak itu benar-benar tak bisa diajak kerja sama. padahal apa susah nya?" kata haiden.
Dia menatap Caroline yang duduk di samping nya dan menatap suami nya dengan tatapan tak yakin.
"kau tahu Violette gak suka dipaksa, apalagi inikan soal pernikahan. Kenapa kau setuju begitu saja?"
Haiden menghela nafas, "aku tergiur dengan keuntungan yang akan kita dapatkan dengan kerja sama ini."
Caroline yang mendengar alasan suaminya hanya memutar matanya, "dan kau menerimanya? Oh bagus! Kau memang selalu terburu-buru. pantas saja Violette selalu ceroboh. itu karena ayah nya."
haiden melirik tajam Caroline, "ck! Ck! Kau menyalahkan aku lagi? ayolah...kau selalu menghubungkan sifat buruk Violette dengan ku. Lalu apa yang kau turunkan ke Violette?"
Caroline tertawa, "tentu saja kepintaran dan kecantikan!" katanya dengan nada penuh percaya diri.
Haiden menyerigai dan membelai rambut istri nya, "kau curang! Kenapa semua sifat bagus nya hanya dari mu? Gak adil!" haiden menyilangkang tangan nya.
Caroline tersenyum lebar, "itu fakta..." katanya dengan senyum sombong.
haiden memutar matanya, "ck! whatever..."
________________________________________
TO BE CONTINUED
___________________________________
Setelah membaca jangan lupa tinggalkan jejak dengan like dan komen ya!!!
Malam berlalu dan kini sinar matahari sudah mulai menunjukkan sinar nya. sinar matahari itu menyinari kamar seorang wanita cantik yang masih tertidur.
Violette terbangun dari tidur nya saat mendengar alarm di ponselnya berbunyi. dia mengambil ponselnya dan mematikan sebelum akhirnya kembali ke alam mimpi.
Namun, bahkan belum ada lima menit violitte tertidur, pintu kamarnya dibuka oleh seorang pria berusia sekitar 25 tahun. dia adalah Xiao, pengawal pribadi Violette.
dia menatap gadis itu yang masih tertidur. Xiao memutar matanya, "dasar pemalas. Tuhan, andai saja gaji ku tidak besar. Aku gak akan mau menjadi pengawal gadis pemalas ini." batin Xiao.
Xiao mendekati kasur, dia menatap Violette sejenak sebelum menguncang bahunya, "nona...bangun, ini sudah jam 8 pagi."
Hening, Violette bahkan tak bergerak. Xiao menghela nafas kesal.
"Nona bangun!! Ini sudah pagi!!" Xiao mengeraskan suara nya dan bahkan menguncang tubuh violitte.
meskipun Xiao berbicara lebih keras dan mengguncang tubuh violitte, dia tetap tertidur dan hanya bergerak sedikit.
Xiao menjadi frustasi. "ck!! gadis ini merepotkan! Bangun atau ayahmu lah yang akan membangunkan mu!"
tepat setelah mendengar nama ayah nya, Violette langsung terbangun dari tidur nya. dia menatap Xiao dengan kesal, "kau berisik sekali! aku sedang tidur!"
Xiao memutar mata, "ini sudah pagi! kau seharusnya bangun dan mencari kegiatan yang produktif. Bukan malah menjadi putri pemalas."
"apa salahnya? Aku terlalu malas untuk melakukan semua. terlebih lagi semua sudah dikerjakan oleh orang lain." kata Violette dengan tatapan malas.
"oh...kau benar-benar begitu percaya diri. tapi itu bukan urusan ku. Jauhkan dirimu dari kasur dan bergerak lah pemalas!" Xiao menarik dari kasur.
Violette mengerang kesal, "baiklah! Baiklah! Kau benar-benar tidak sabaran!"
______________________________
Di dalam ruang kerja, Haiden sibuk menandatangani berkas yang menumpuk di meja nya. Tak lama ponsel Haiden berdering. Dia segera mengambil ponsel nya dan menatap nama si penelpon. Ternyata itu adalah pemilik perusahaan kang, kang Joseon.
Haiden menarik nafas nya sebelum mengangkat panggilan itu, "selamat pagi, tuan kang."
Di sebrang, Joseon mendengar suara Haiden dari telepon, dia berdehem. "selamat pagi, tuan Haiden. Begini, mengenai pernikahan, aku mengusulkan untuk kita mempertemukan anak kita nanti malam. Aku merasa jika lebih cepat lebih baik."
Haiden terdiam sejenak, "anda yakin? Kita baru saja menyetujui kemarin dan nanti malam kita akan mempertemukan keduanya, apakah tidak terlalu terburu-buru?"
Joseon tertawa, "tentu saja, itu justru akan sangat bagus! apakah kau keberatan, Tuan Haiden?"
Haiden sedikit menegang, "ohh tentu tidak...justru aku juga merasa itu ide yang bagus."
Joseon terkekeh, "itu bagus.. Nanti malam datanglah kerumah. Aku menunggu kedatangan kalian."
Panggilan itu langsung dimatikan begitu saja oleh tuan Joseon. Haiden hanya menghela nafas dan kemudian memangil Xander, tangan kanan nya.
Xander masuk ke dalam ruangan, dia pria tinggi dengan wajah datar. Dia menatap haiden, "ada yang bisa saya bantu, tuan?"
Haiden mengangguk, "ya, ada...bilang pada Violette untuk datang ke kamar ku. Aku ingin membicarakan sesuatu pada nya."
Xander mengangguk dan perlahan keluar dari ruangan, dia menutup pintu.
Haiden kini sendirian di dalam kantor nya. Dia memijat pelipisnya karena kelelahan dan pusing yang dia rasa.
__________________________________
Xander menyusuri lorong, setelah beberapa saat dia sampai ke kamar Violette. Dia mengetuk pintu.
Di dalam kamar Xiao dan Violette mereka masih berdebat hanya karena Violette sudah di bangunin. Itu sudah bukan hal mengejutkan karna Violette memang sedikit pemalas, mungkin memang pemalas.
Violette Menatap ke pintu saat pintu di ketuk, dia dengan malas membuka pintu. Xiao pun juga mendekati pintu, berdiri di belakang Violette.
Xander masih dengan tatapan datar nya, dia menatap Violette, "nona, tuan Haiden memangilmu dan menyuruh mu datang ke kantor nya, dia ingin membicarakan sesuatu dengan mu." pandangan xander ke arah Xiao sejenak sebelum Menatap Violette lagi.
Violette memutar matanya, "ck! Apa sih yang di inginkan orang tua itu?"
Xiao mendengar perkataan itu langsung menarik telinga Violette, "hey, bagaimana pun dia ayah mu, nona." katanya dengan tatapan tegas.
"auw! auw!" Violette menjauhkan kepala nya dan menepis tangan Xiao. "ck! bisakah kau pergi dari hidup ku? Kau selalu menganggu ku."
Xiao memutar mataku, "itulah yang akan dikatakan gadis pemalas..."
"aku bukan pemalas!" seru Violette.
"diamlah kalian berdua! tidak bisakah sehari tidak ribut. Xiao jangan terus menganggu Violette, dan kau nak, ayah mu memangil mu."
Xander yang tadi nya tenang terbawa emosi. Dia menatap kedua dengan tajam.
"maaf..." ucap Xiao dan Violette. Mereke Menundukkan kepala mereka.
Xander memijat pelipisnya, "huh...sudah sudah..."
"baiklah kalau begitu, aku akan menemui ayah ku. Bisa bahaya jika dia marah." Violetta tersenyum kecil sebelum melewati Xander dan Xiao.
Saat berjalan Violette dengan sengaja menginjak kaki Xiao. Xiao meringis. Dia ingin mengumpat namun di tahan oleh Xander.
Violette hanya berlari dan tertawa tanpa rasa bersalah.
"kenapa kau menahan ku? Gadis itu sudah keterlaluan..." kata Xiao.
"ayolah, aku mengerti. tapi jika kau tak menahan dirimu, bukan tidak mungkin akan terjadi keributan di rumah ini." jelas Xander.
"salahkan gadis itu...sial, dia akan menjadi penyebab kematian ku." Xiao meletakan tangannya di dada nya berpura-pura terluka.
Xander hanya bisa memutar matanya. Xiao yang melihat itu semakin menjadi, "peluk aku, Xander...aku butuh cinta." Xiao mencoba memeluk Xander.
Xander mendelik dan segera menjauh, "eww!! kau gila!!"
__________________________________________
Violette masuk ke ruangan kerja ayah nya, dia menatap ayahnya yang sedang sibuk dengan berkas. Ruangan itu benar-benar bernuansa hitam tapi tetap elegan.
Violette masuk ke dalam, "Dad..." Violette menutup pintu dan mendekati meja ayah nya.
Haiden mengalihkan perhatian nya dan menatap putri nya itu, tatapan nya selalu tegas dan serius.
"Violette, kau lama. Duduklah." Haiden menunjuk sebuah kursi yang ada di depan nya.
Violette duduk, "ada apa kau memanggilku, ayah?"
Haiden menatap nya, kedua tangannya terkepal. "begini...ayah sudah memutuskan, kau akan menemui pria itu malam ini. Jadi, ku harap kau bersiap."
Violetta mengangkat alisnya, "apa?! Ayah...sudah berapa kali aku katakan padaku, aku gak mau menikah!" Violette menatap ayah nya dengan tatapan tajam. Tangan nya terkepal.
"Violette jaga nada bicara mu!" tatapan haiden tak melembut sama sekali. "aku sudah bilang padamu kau akan menikahi dengan pria itu. suka atau tidak!"
"tapi aku gak mau!" tegas Violette. "itu bukan urusan ku! Kau akan menikah dengan pria itu!"
Violette benar-benar kesal. Dia memutar matanya, "terserah apapun yang kau katakan. aku gak akan pernah mau menikah. bahkan jika kau memaksa, aku gak akan pernah menerima nya sebagai suamiku!"
Haiden berdiri dan memukul meja dengan keras.
Brak!!
"berani kau melawan ku?!"
"tentu saja aku berani! aku gak mau! Sampai kapan pun!"
Haiden mendekati Violette dan menampar wajah putri nya. Violette terdiam. Dia benar-benar sakit. Tangan Haiden gemetar, "dengar....kau akan menikah! suka atau tidak!"
Violette memegangi pipinya, dia mencoba menahan sakit hati dan air matanya. "baik...baik jika itu mau mu! Aku akan menikah!!! Puas kau?! puas?!"
Alih-alih merasa bersalah, Haiden tersenyum puas. "yah...aku puas. Bersiaplah dan dandan lah yang cantik. jangan kecewakan aku."
Violette hanya mengangguk pelan. Namun jelas dia menyimpan dendam dan sakit hati. Violette keluar dari ruangan kerja ayah nya.
__________________________________________
TO BE CONTINUED
_________________________________
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan like dan komen ya!!!!
Malam hari nya Violette bersiap-siap di kamar nya. Dia berdandan secantik mungkin dan mengunakan dress merah yang sudah di siapkan oleh ayah nya. Rambut panjang nya di biarkan terurai menutupi bahunya.
meskipun dia tampak tenang, hati dan pikiran Violette kacau. Dia bingung dengan kedepannya. Dia akan menikah dengan pria yang di pilih oleh ayah nya, dia bahkan gak mencintainya. apakah semua nya akan berjalan. Bagaimanapun kehidupan pernikahan kelak.
Violette tahu dia terlalu jauh berfikir, tapi dia tidak akan berbohong bahwa pemikiran dan hal-hal yang akan terjadi terus menghantui nya.
dia menatap dirinya di cermin, melamun, terhanyut oleh pikiran nya sendiri.
namun itu semua gak berlangsung lama, pintu kamar Violette di ketuk sebelum akhirnya dibuka oleh ibu nya. Caroline masuk ke dalam, dia berdandan begitu rapi, Caroline menghampiri putri nya.
Dia dengan lembut memegang bahu putri nya, "kau sudah siap, sayang? ayah sudah menunggu kita di ruang tamu."
Violette menoleh dan menatap ibunya, dia dengan lesu mengangguk, "aku sudah siap, ma..."
Caroline dapat merasakan kegundahan hati putrinya dia tersenyum pada Violette, "percaya sama, mommy, semua akan baik-baik..."
Violette hanya memutar matanya, "entahlah, mom...aku tak ingin membahas ini." Violette mengambil tas Selempang nya dan berjalan keluar dari kamar.
Caroline hanya menghela nafas dan mengikuti Violette. dia berjalan di samping putri nya saat mereka berdua melintasi lorong dan menuruni tangga besar menuju ruang tamu.
Di ruang terlihat Haiden sedang berdiri dan berbicara dengan beberapa pengawal nya, dia mengunakan jas hitam dan dasinya. Dia mengalihkan pandangannya saat Violette dan istrinya.
Dia tersenyum kecil mengagumi penampilan putrinya, "kau tampak memukau, Vi." Violette yang mendengar itu hanya memutar matanya.
Haiden menyadari itu dan menatap nya dengan tajam, "saat kita sampai di rumah keluarga kang, ku harap kau bisa menjaga sikap mu itu." katanya tegas.
"baik ayah" kata Violette meskipun dia sebenarnya benar-benar malas untuk pergi.
Haiden mengangguk, Dia menyuruh Pengawal nya untuk menyiapkan mobil. Setelah itu keluarga Haiden pun pergi ke tempat kediaman keluarga kang.
_____________________________________
Setelah perjalanan yang cukup panjang, akhirnya Keluarga Haiden sampai di rumah besar keluarga kang. Mereka di sambut dengan sebuah gerbang dan di tengah halaman luas terdapat air mancur. Sementara itu, tak jauh dari sana terlihat seorang kepala pelayan menunggu.
mobil akhirnya berhenti, Haiden keluar pertama sebelum akhirnya Caroline dan Violette.
Violette memperhatikan sekitar, dia tidak terlalu excited karena rumah keluarga kang saja tak sebesar rumahnya. Diam-diam dia tersenyum meremehkan.
"oh ternyata seperti ini rumah nya, ya? Hah! Bahkan tak lebih besar dari rumah ayah. Apakah Mereke benar-benar kaya?" batin Violette meremehkan.
Kepala pelayan menghampiri mereka, tersenyum sopan dan sedikit membungkuk, "selamat malam tuan, Haiden. senang kau akhirnya datang. mari masuk, tuan kang sudah menunggu kalian di dalam."
Kepala pelayan tersebut menuntun mereka kedalam. Haiden, Caroline, Violette mengikuti di belakang pelayan itu.
________________________________
Sesampainya di rumah tamu, sudah ada kang joseon, kepala keluarga kang. seong mi, istri Joseon dan putra pertama mereka kang ye joon. mereka semua berpenampilan rapi.
Joseon yang melihat Haiden Family sudah datang, dia berdiri untuk menyambut mereka. seong mi dan ye joon ikut berdiri. Mereka saling berjabatan tangan dan menyapa.
Tapi, lain dengan Violette, dia hanya melihat sekeliling dengan tatapan tajam nya. Dia benar-benar gak ada rasa tertarik untuk mencari sikap atau setidaknya berpura-pura bersikap baik di depan calon mertua nya.
Seong mi menatap Violette dan mendekati nya, "wah apakah ini calon menantu ku? Kau tampak sangat cantik sayang."
Violette menatap seong mi dan hanya tersenyum tipis, "makasih, tante..."
Seong mi menganggukkan, "bagus...kalau begitu, ayo duduk."
Mereka semua mengangguk dan duduk di sofa, Violette jelas selalu di samping nya.
Joseon menatap Haiden, "Jadi, tuan Haiden. Seperti sebelumnya, kita sudah menyepakati untuk menjodohkan putra dan putri kita, bukan?"
Haiden mengangguk, "ya, itu benar...dan ini Violette....putri saya yang saya bilang akan menikah dengan putra anda." Violette yang mendengar itu hanya memutar matanya dengan malas. Itu semua di sadari oleh Haiden. Haiden memberikan peringatan melalui tatapan matanya.
Violette melihat itu dan hanya menghela nafas. Joseon Menatap interaksi ayah dan anak itu. Dia terkekeh.
"ohh putri mu cantik nya, aku gak menyangka akan mendapatkan menantu seperti dia. Lalu, ini..." joseon melihat sekeliling mencoba mencari putra keduanya yang tak ada di mana pun.
"dimana anak itu?" batin nya.
Joseon mulai kesal namun suara langkah kaki terdengar menuruni tangga. Semua orang menoleh untuk menatap orang tersebut.
pria itu adalah kang Junho, pria tinggi nan tampan berusia 25 tahun. Tatapannya dingin dan acuh tak acuh. Junho mengenakan jas biru nya. Dia mempunyai mata coklat muda dengan hidung mancung dan rahang yang tegas.
Semua orang terpana namun tidak dengan Violette. Dia hanya memutar matanya dengan malas karena sejujurnya penampilan Junho tak menarik baginya.
Sikap dan tatapan Violette di sadari oleh Junho. serigai muncul sebentar di bibir nya sebelum kembali ke setelan datar nya. Junho mendekati ayah nya.
Joseon Menatap tajam putra keduanya itu, "kau lama." joseon kembali menatap Haiden.
"ini putra kedua kami, kang Junho. Dia yang akan menikah dengan putri anda."
Haiden tersenyum kecil, "wah dia pria yang tampan. Violette pasti tertarik." Haiden menatap Violette namun di balas dengan tatapan tajam oleh putri nya.
Joseon terkekeh melihat itu. Dia menatap Junho, "kenapa kau diam saja? Sapa calon istri mu itu."
Junho Menatap ayahnya, "calon ku? Yang mana? Wanita kecil ini? Dia menjadi calon istriku?" Junho Menatap Violette dengan tatapan meremehkan. "dia pendek..."
Violette yang mendengar itu sedikit tersinggung. Dia menatap tajam Junho, "siapa yang kau sebut wanita pendek, hah?! Dasar tiang listrik Sok kecakepan!"
Junho tersenyum sinis, "ck! Lihat, kucing kecil ini mencoba mengintimidasi ku, belajarlah untuk mencari makan sendiri, anak Daddy. baru berurusan dengan ku."
amarah Violette semakin memuncak, "apa?! Wah! Wah! Kau ngajak ribut! meh sini meh!"
Junho memutar matanya dan mendorong bahu Violette agar dia kembali duduk, "tenanglah, kecil..."
Violette terkejut dan kembali duduk di sofa, dia masih memiliki tatapan tajam. Violette memutar matanya dan mengibaskan rambut nya dengan sombong.
Junho memutar matanya, dia mengulurkan tangannya di hadapan Violette, "salam kenal dari pria tampan, Junho kang...calon suamimu." Junho tersenyum remeh.
Violette Menatap tangan Junho yang terulur. Dia dengan malas menjabat tangan Junho. "oh... Violette Alvarez, jangan terpesona...aku emang cantik. apalagi dengan dandanan ku." Violette sedikit meremas tangan Junho.
Junho memutar matanya, namun dia menatap Violette dengan tangan sinis, "monyet yang berdandan tetaplah monyet."
Violette terdiam mendengar itu, dia menepis tangan Junho, "sialan!!!"
________________________________
To be continued
_______________________________
janga lupa untuk tinggalkan jejak dengan like dan komen ya!!!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!