Seorang gadis muda turun dari taksi sambil membawa tas ransel berukuran cukup besar. Gadis berusia 19 tahun itu terlihat menghela nafasnya sambil menatap uang receh yang berada di tangannya. Ternyata menaiki taksi kurang dari setengah jam membuatnya kehilangan hampir seluruh uang sakunya. Gadis yang di kuncir kuda itu memasukkan uang miliknya yang tersisa ke dalam saku celana. Ia kembali memakai tas ransel besarnya.
Tatapan gadis itu mengarah pada sebuah pagar rumah yang terlihat sangat luas dan tinggi. Ia mengambil kertas di saku celananya dan mencoba mencocokan alamat tersebut,
"Sepertinya ini memang benar alamatnya" ucap gadis itu pada diri sendiri.
Ia terlihat gugup sebelum memutuskan mendekati pagar itu dan memencet bel,
Ting Tong!
Gadis itu menunggu beberapa saat sebelum seorang pria berseragam keluar dan melihatnya. Pria berseragam itu memiliki tubuh yang besar dan tegap. Gadis itu terlihat sedikit takut, namun ia berusaha menatap pria tegap tersebut,
"Pe.. permisi.. apakah benar ini alamat rumah keluarga Thomson?" tanyanya pelan.
Pria tegap itu menatap penampilan gadis depannya dengan kening berkerut,
"Siapa kau? Ada keperluan apa gadis sepertimu ke rumah ini?" tanyanya tajam.
Gadis itu mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya menjawab,
"Na.. namaku Lily Amberlyn. Aku adalah anak dari seorang pelayan yang bernama Linda. Aku.. kemari untuk menggantikan ibuku bekerja selama satu tahun ke depan" ucapnya sopan.
Pria tegap itu terdiam sejenak sebelum ia menyentuh alat di telinga nya dan berkomunikasi dengan seseorang. Lily menunggu beberapa saat dengan canggung. Pria tegap itu akhirnya kembali menatap Lily dan mengizinkannya untuk masuk.
Pagar besar dan tinggi itu secara otomatis terbuka. Mata Lily seketika melebar dengan takjub saat melihat pemandangan di depannya.
Halaman luas dan terawat serta rumah yang sangat megah bak istana di depannya terpampang nyata. Lily merasa ada di negri dongeng. Rumah sebesar ini baru pertama kali ia lihat seumur hidupnya. Lily tidak percaya bahwa sang ibu bekerja di rumah megah seperti ini. Tapi, gaji ibunya tidaklah besar. Ibunya hanya seorang pelayan di bagian belakang rumah. Ibunya berkata bahwa ia hanya sekali di izinkan masuk ke dalam rumah saat membantu persiapan pesta ulang tahun pernikahan Nyonya dan Tuan Thomson beberapa tahun lalu.
Kedatangan Lily ke rumah ini bukan tanpa alasan. Dia kemari untuk menggantikan sang ibu bekerja di kediaman Thomson karena sang ibu tengah sakit dan harus benar-benar beristirahat. Ibu Lily mengalami sakit jantung, ia harus di operasi beberapa minggu yang lalu. Lily hanya tinggal bersama sang ibu, ia adalah anak tunggal, dan ayahnya telah meninggal dunia saat dirinya berada di sekolah menengah dasar.
Lily adalah anak yang cukup pemalu namun pandai. Ia tinggal bersama neneknya karena sang ibu harus bekerja di kediaman Thomson. Ibunya sudah bekerja bertahun-tahun di rumah ini. Keluarga Thomson sudah cukup mengenal ibu Lily. Dan saat ibu Lily jatuh sakit dan harus di operasi, keluarga Thomson yang membiayainya. Ibu Lily tidak dapat berhenti bekerja begitu saja karena sistem pekerjaan di kediaman Thomson harus sesuai dengan sistem kontrak yang telah mereka buat. Ibu Lily masih harus bekerja selama 1 tahun lagi sebelum kontraknya habis, jadi mau tidak mau Lily harus menggantikan sang ibu karena jika tidak sang ibu harus membayar denda pelanggaran kontrak yang cukup besar.
Ibu Lily tidak memaksa putrinya untuk bekerja disana, namun Lily berinisiatif untuk menggantikan sang ibu daripada mereka harus meminjam uang dengan nominal yang cukup besar. Lagipula pekerjaan ibunya hanya bersih-bersih di bagian belakang rumah dan merawat tanaman milik Nyonya tertua Thomson. Lily cukup mahir dalam merawat tanaman, jadi ia cukup yakin bahwa ia bisa menggantikan sang ibu bekerja.
Dan disinilah ia akhirnya, masuk ke dalam kediaman Thomson yang sangat besar dan megah. Pria berbadan besar tadi membawa Lily menemui seorang wanita paruh baya yang terlihat cukup elegan. Wanita paruh baya itu adalah kepala pelayan di kediaman Thomson. Ia menatap penampilan Lily dan membawa gadis itu ke ruangan nya,
"Duduklah" ucap wanita paruh baya itu.
Lily dengan canggung duduk di kursinya. Gadis itu terlihat sangat gugup namun berusaha untuk tetap terlihat tenang. Wanita paruh baya di depannya menatap penampilan Lily dari atas sampai bawah. Jujur saja, sejak tadi orang-orang yang berpapasan dengan Lily selalu menatap penampilannya dari ujung rambut sampai ujung kaki, dan hal itu sangat-sangat membuat Lily tidak nyaman,
"Namaku Donna, aku adalah kepala pelayan bagian belakang di kediaman Thomson ini" ujarnya memperkenalkan diri.
"Jadi, kau adalah putri dari Linda?" tanyanya yang di balas anggukan canggung Lily.
"I.. iya" jawab Lily.
Donna menatap kembali penampilan Lily dengan seksama. Lily mempunyai tubuh yang cukup mungil, tinggi badannya 158 cm. Rambutnya berwarna coklat terang dan matanya berwarna coklat gelap. Kulit Lily putih dan bersih, dan gadis itu memiliki warna bibir pink yang alami. Lily sangat cantik menurut Donna, jika gadis itu terlahir dari orang berada, maka Donna menjamin gadis itu bisa menjadi seorang selebriti ataupun model kecantikan.
Donna berdehem pelan dan membuka berkas milik Lily. Ia membacanya dengan seksama sambil menilai,
"Pendidikan terakhir hanya sampai sekolah menengah atas. Pernah bekerja sampingan sebagai kasir di supermarket dan penjaga di toko buku" ucap Donna sambil membaca berkas itu.
Donna menghela nafasnya dan menatap Lily yang terlihat menunduk dengan gugup,
"Apa kau yakin bisa menggantikan ibumu untuk bersih-bersih dan menjaga tanaman?" tanyanya cukup sinis.
Lily menatap Donna dan mengangguk pelan,
"I.. iya, aku bisa. Di rumah, aku yang selalu membersihkan rumah dan merawat banyak tanaman" jawabnya pelan.
Donna tersenyum mencemooh mendengar jawaban Lily,
"Mengerjakan hal itu disini dan di rumahmu adalah hal yang sangat jauh berbeda. Jika merawat tanaman disini kau harus sangat berhati-hati, karena tanaman milik Nyonya tertua Thomson harganya sangatlah fantastis, kau paham bukan?" tanyanya tajam.
Lily menunduk pelan dan mengangguk,
"Aku.. sudah belajar dari ibuku. Aku percaya, aku bisa melakukannya" balas Lily cukup yakin.
Donna pun menegakkan tubuhnya sambil menghela nafas,
"Baiklah jika kau sudah seyakin itu, maka jangan membuat kesalahan apapun" ujarnya mengingatkan dengan tajam.
Lily mengangguk dan meyakinkan dirinya bahwa dia bisa melakukan hal ini. Setidaknya dia hanya membutuhkan waktu satu tahun untuk menyelesaikan kontrak sang ibu. Setelah itu, semuanya akan berakhir dan Lily serta ibunya bisa mulai hidup dengan damai.
~
Lily diantar ke sebuah kamar yang akan ia tempati. Kamar itu berada di bangunan belakang kediaman Thomson. Para pelayan di kediaman Thomson memang tinggal disini. Mereka di berikan kamar yang berukurang cukup besar. Satu ruangan kamar diisi oleh dua orang,
"Ini kamar mu, kau bisa mulai bekerja besok pagi. Nanti akan ada yang mengantarkan seragam yang harus kau pakai. Para pelayan disini harus bangun pukul 5 pagi. Mereka harus berkumpul di aula sebelum melakukan tugas mereka masing-masing. Apa kau mengerti?" ucap Donna pada Lily.
Lily pun mengangguk,
"Jika ada hal yang ingin kau tanyakan, kau bisa bertanya pada teman sekamarmu atau langsung datang padaku" ujar Donna sebelum meninggalkan gadis itu.
Lily menghela nafasnya dan masuk ke dalam kamar itu. Ia menatap dua kamar yang berada di sisi kiri dan kanan. Kamar itu di beri sekat dan ada meja belajar masing-masing di tempat tidur dan dua lemari di dekat tempat tidur masing-masing. Satu kulkas di sudut ruangan dan TV berukuran sedang yang menempel di tembok serta satu kamar mandi yang berada di sudut sebelah kiri.
Lily menatap tempat tidur yang terlihat dimiliki oleh orang lain karena ada berbagai macam barang disana. Ia pun mendekati kamar sebelahnya yang masih terlihat polos. Lily duduk di samping tempat tidur dan kembali menghela nafasnya,
"Kau bisa melewati ini Lily" ucapnya menyemangati diri sendiri.
Bersambung..
Halo, ini adalah novel baru author, semoga banyak yang suka ya ☺️
Jangan lupa like, komen, vote dan kasih gift untuk mendukung cerita ini ♥️
Seorang wanita muda masuk ke dalam kamar dan membuat Lily terkejut. Gadis itu seketika berdiri dengan gugup dan membungkuk pelan. Wanita muda itu menatap Lily dengan tatapan datarnya,
"Apa kau pelayan baru?" tanyanya.
Lily mengangguk dengan canggung,
"Iya" jawabnya.
Wanita berpakaian pelayan itu menatap Lily cukup lama. Ia pun mendekati gadis itu dan seketika tersenyum,
"Aku tidak percaya kau seorang pelayan, kau cantik sekali. Siapa namamu? Kau terlihat sangat muda" ucapnya penasaran.
Lily mengerjap pelan dan tersenyum canggung,
"Namaku Lily, aku pelayan baru yang menggantikan ibuku disini" jawabnya yang membuat wanita itu mengernyit.
"Begitukah.. Siapa nama ibumu? Dia bekerja di bagian apa?" tanyanya penasaran.
"Nama ibuku Linda. Dia bekerja di bagian belakang istana untuk merawat tanaman Nyonya tertua Thomson" jawab Lily.
Seketika mata wanita itu terbelalak,
"Ya Tuhan, benarkah?" ucapnya.
Wanita itu kembali menatap penampilan Lily dengan ragu,
"Apa kau bisa menggantikan pekerjaan ibumu di taman? Nyonya tertua Thomson adalah orang yang paling perfeksionis dan kejam. Dia si tua yang pemarah. Aku salut ibumu betah menghadapinya setiap hari" ujarnya bergidik.
Lily terdiam sejenak dan tersenyum canggung,
"Aku belajar banyak dari ibuku. Jadi, aku yakin aku pasti bisa" balasnya.
Wanita itu tersenyum dan menyentuh pundak Lily dengan bangga,
"Baguslah, aku suka dengan kepercayaan dirimu. Oh ya.. kenalkan, namaku Anne, aku pelayan yang bekerja di bagian dapur. Aku tidak memasak, pekerjaanku hanya mencuci piring dan menyiapkan segala alat dapur" ujarnya memperkenalkan diri.
"Berapa usiamu? kau terlihat sangat muda" tanyanya penasaran.
"Usiaku 19 tahun" jawab Lily.
Wanita itu kembali terbelalak,
"Ya Tuhan, kau benar-benar masih muda. Usiaku 22 tahun, walaupun aku lebih tua darimu, tapi kau cukup memanggilku Anne saja. Anggap aku seumuran denganmu, kau mengerti" ucapnya memperingatkan.
Lily pun mengangguk dan tersenyum pelan,
"Kita teman sekamar, jadi selamat datang di kamar keindahan ku ini. Aku tidak mendengkur kau tenang saja, aku juga tidak menggunakan kamar mandi dengan lama" ujarnya yang membuat Lily tertawa pelan.
Setelah perkenalan itu, malam harinya Anne mengajak Lily berkeliling di sekitar gedung asrama para pelayan. Sembari mereka berkeliling, Anne yang aktif berbicara itu terus mengoceh dan menceritakan silsilah keluarga Thomson. Sudah 3 tahun Anne bekerja disini, setidaknya dia telah tau tentang kebiasaan dan watak keluarga Thomson.
"Nyonya tertua Thomson sudah berusia 75 tahun. Kau percaya tidak, bahwa Nyonya Brenda masih memiliki kulit yang bagus walaupun usianya sudah tua. Ya, tidak heran, dia orang yang sangat kaya, pasti perawatannya juga tak terhitung. Suami Nyonya Brenda atau Tuan Jackson Thomson telah meninggal dunia dua tahun yang lalu karena sakit jantung. Tuan Jackson orang yang baik dan dermawan, huh.. orang baik memang selalu meninggal lebih cepat" ujarnya.
"Lalu, ada Nyonya Clara Thomson, dia adalah Nyonya muda sekaligus istri dari Tuan Zack Thomson. Nyonya Clara adalah wanita yang memiliki lidah tajam. Walaupun ia sangat cantik di usia 40 tahun, tetapi sikapnya benar-benar membuatmu harus mengelus dada. Ia sangat perfeksionis dan detail, kesalahan sedikit saja dia akan tau" lanjutnya.
"Kalau Tuan Zack Thomson, dia orang yang paling murah hati dan tentu saja tampan di usia nya yang sudah menginjak 50 tahun. Dia tidak neko-neko dan selalu tersenyum pada semua orang termasuk para pelayan. Dia adalah malaikat di rumah ini" ucap Anne bersemangat.
Lily hanya tersenyum dan mengangguk kecil mendengar cerita Anne,
"Apa.. mereka memiliki seorang anak?" tanya Lily tiba-tiba yang membuat Anne tersenyum lebar.
"Tentu saja! Mereka memiliki dua putra yang sangaaatt tampan. Apa kau tidak mengenal mereka?" tanyanya cukup heran.
"Keluarga Thomson adalah keluarga kaya dan terkenal di kalangan bisnis negara kita. Apalagi putra mereka selalu ada di majalah bisnis" lanjutnya lagi dengan semangat.
Anne pun memiliki sebuah ide dan menarik Lily kembali ke kamar,
"Ayo kita kembali ke kamar! Aku akan menunjukkannya padamu" ajaknya bersemangat.
Setelah tiba di kamar, Anne pun mengeluarkan majalah di laci mejanya dan menunjukkan sebuah foto pada Lily,
"Ini putra tertua di keluarga ini, namanya Mike Rumero Thomson"
"Dia berusia 29 tahun, dia memegang perusahaan yang berada di luar negri. Aku belum pernah bertemu dengannya karena dia memang sibuk dengan perusahaan disana. Kabarnya Mike telah bertunangan satu tahun yang lalu dengan seorang model cantik, tapi sepertinya pertunangan mereka gagal" ucap Anne.
Anne pun membalikkan beberapa lembar selanjutnya dan seketika tersipu,
"Dan yang ini adalah Tuan Ethan Albert Thomson"
"Lihat, dia begitu tampan bukan. Wajahnya benar-benar unreal. Dia berusia 26 tahun dan tengah memegang perusahan keluarga Thomson yang ada di luar kota. Tuan Mike juga tampan, tetapi Tuan Ethan lebih berkarisma dan menggoda" ujarnya sambil tersipu.
"Walaupun, Tuan Ethan terkesan dingin, tetapi sebenarnya dia orang yang sangat baik. Namun dia sepertinya tidak menunjukkannya" lanjut Anne.
Lily menatap foto Ethan dalam diam, pria itu memang tampan, tetapi Lily merasa biasa saja.
"Tapi kau tau.. katanya, Tuan Ethan beberapa hari lagi akan kembali ke rumah. Aku pernah bertemu dengannya satu tahun yang lalu, tapi itu pun hanya sekilas saja saat dia berjalan kearah taman belakang" ucap Anne kecewa.
"Dan, kau tau apalagi yang membuatku patah hati sekarang? Tuan Ethan kabarnya telah bertunangan" lanjutnya dengan wajah cemberut.
"Pupus sudah harapanku" ujarnya dengan sedih.
Lily tertawa pelan melihat ekspresi Anne,
"Apa kau menyukainya?" tanya Lily.
"Tentu saja! Dia pria tertampan yang pernah aku lihat selama aku hidup di dunia ini. Tapi.. sayangnya menggapai Tuan Ethan itu seperti menggapai bintang terang yang sangat jauh di langit sana" jawab Anne sedih.
Anne pun menutup majalahnya,
"Ya, sudah cukup aku menjelaskan semuanya padamu. Ini sudah cukup larut, sebaiknya kita tidur jika tidak ingin bangun terlambat besok pagi" ucapnya.
Lily pun mengangguk dan mereka pun bersiap untuk tidur..
~
Keesokan harinya, Lily dan Anne telah bersiap dan melangkah cepat menuju aula dimana para pelayan harus berkumpul setiap hari. Lily telah memakai seragam pelayan nya dan menguntun rambutnya dengan rapih. Para pelayan pun berbaris dan Donna selaku kepala pelayan bagian belakang memeriksa mereka semua, mulai dari pakaian dan penampilan rambut mereka. Donna menatap penampilan Lily beberapa saat dan berbalik melangkah ke depan barisan,
"Hari ini, Nyonya dan Tuan Thomson akan makan siang di rumah setelah pulang dari luar negri. Persiapkan makanan terbaik untuk mereka bagi pelayan yang bekerja di bagian dapur. Persiapkan alat-alat makan yang terbaik dan bersihkan secara teliti!" ucapnya tegas.
"Dan untuk pelayan bagian kebun dan tanaman, jadwal pemberian pupuk dilakukan seperti biasa. Jangan sampai ada tanaman yang layu dan ber ulat. Nyonya tertua akan berkeliling taman pada pukul 10 pagi seperti biasa. Jangan sampai membuat dia kecewa melihat tanaman yang tidak tumbuh dengan baik" lanjutnya.
Tatapan Donna pun mengarah pada Lily,
"Kau pelayan baru, ikut aku!" ujarnya yang membuat Lily menegang.
Anne mengarahkan pandangannya pada Lily dan memberikan semangat. Lily pun menghela nafasnya dan mengikuti Donna.
Bersambung..
Halo, jangan lupa kasih like, komen, vote dan gift untuk mendukung cerita ini ya ☺️
Lily masuk ke dalam rumah kaca kediaman Thomson yang sangat luas dan indah. Di dalam rumah kaca itu terdapat berbagai macam tanaman dan juga bunga-bunga indah yang telah bermekaran. Air mancur berukuran cukup besar berdiri kokoh di tengah rumah kaca tersebut. Terlihat beberapa pekerja kebun dan beberapa pelayan tengah merawat tanaman-tanaman itu.
Donna menghentikan langkahnya dan menatap Lily,
"Apakah ibumu sudah mengatakan tentang apa saja pekerjaan yang biasa ia kerjakan?" tanyanya.
Lily mengangguk dengan canggung,
"I.. Iya, ibu sudah mengatakan semuanya" jawabnya.
Donna pun mengangguk,
"Baguslah, jadi aku tidak perlu lagi menjelaskannya padamu. Ibumu bertugas merawat tanaman disini dan juga tanaman yang berada di rumah kaca sebelah utara. Disana adalah tanaman khusus milik Nyonya tertua Thomson, namanya Nyonya Brenda. Ibumu biasa merawat bunga disana dan juga merangkai bunga untuk di letakkan di ruang tamu serta kamar Nyonya Brenda. Setiap hari rangkaian bunga itu harus di ganti. Dan, sekarang saat nya kau memilih bunga dan merangkainya untuk di letakkan di ruang tamu serta kamar Nyonya Brenda. Kau tentu saja tidak boleh masuk ke dalam rumah, setelah selesai kau berikan padaku rangkaian bunga tersebut. Apa kau mengerti?" tanyanya.
Lily pun mengangguk pada Donna. Setelah itu Donna memberikan alat-alat yang di butuhkan Lily seperti gunting, sarung tangan, sepatu boot, serta celemek dan topi lebar,
"Kau harus menyelesaikannya sebelum pukul 10 pagi. Sekarang baru jam 7 pagi, kau harus melakukannya dengan cepat dan rapih. Jangan sampai mendapat komplen dari Nyonya Brenda" ucapnya memperingatkan.
Donna pun meninggalkan rumah kaca dan meninggalkan Lily. Lily menghela nafasnya dalam dan menyemangati dirinya. Ia pun mulai memilih bunga-bunga yang akan dia rangkai hari ini. Saat Lily memilih bunga, seorang pria paruh baya penjaga kebun menatap kearah Lily dan menyapanya,
"Apa kau pelayan baru?" tanyanya ramah.
Lily menatap pria paruh baya itu dan mengangguk dengan sopan,
"Iya" jawabnya.
"Apa kau putri dari Linda?" tanyanya lagi yang di balas anggukan Lily.
"Pantas saja, wajah mu hampir mirip dengannya" ucap pria itu lagi dengan terkekeh pelan.
Pria paruh baya itu kembali mengajak bicara Lily dan membuat gadis itu merasa tidak terlalu canggung. Pria paruh baya itu bernama Herald. Dia bekerja memotong rumput dan membentuknya di rumah kaca. Keterampilan Herald patut diacungi jempol, dia sangat mahir dan teliti. Herald telah bekerja di kediaman Thomson selama 15 tahun. Lily mengobrol dengan Herald dan merasa cukup nyaman. Pria paruh baya itu memotivasinya dan mengatakan bahwa selera Lily sangat bagus saat memilih bunga. Herald sudah memiliki istri dan 4 orang anak. Namun mereka tinggal jauh dari kediaman Thomson. Herald akan pulang ke rumah satu bulan sekali, dan itu juga harus dengan persetujuan dari Nyonya Brenda terlebih dahulu.
"Rumah kaca ini sering di sebut Naviella, Nyonya Brenda yang menamainya. Dia begitu menyukai bunga dan tanaman. Tidak heran jika di kediaman Thomson ini rumah kacanya sangat besar" ujar Herald.
Lily mengarahkan pandangannya ke rumah kaca tersebut dengan kagum,
"Ini bahkan jauh lebih besar dari pada rumah kaca di kota" ujar Lily takjub.
"Kau akan terkejut jika melihat taman belakang kediaman Thomson. Disana terlihat seperti hutan dan ada danau juga. Ada tanaman-tanaman liar yang langka tertanam disana" ucapnya yang membuat Lily kembali terkejut.
Saat mereka mengobrol terlihat dua orang pelayan wanita paruh baya menghampiri,
"Wah, siapa ini?" tanya salah satu pelayan wanita paruh baya bertubuh sedikit gemuk.
Herald tersenyum dan memperkenalkan Lily pada kedua wanita paruh baya itu,
"Dia Lily, putri Linda" ucapnya memperkenalkan.
"Lily, mereka adalah pelayan yang juga merawat rumah kaca ini. Wanita berkacamata ini bernama Susan, dan yang bertubuh gemuk itu bernama Lola" lanjut Herald yang membuat Lola keberatan.
"Hey! Jangan sebut aku gemuk!" protesnya.
Lily tersenyum dan memperkenalkan dirinya. Susan dan Lily terpukau dan memuji kecantikan Lily,
"Kau sangat cantik dan masih sangat muda. Apa tidak apa harus menggantikan pekerjaan ibumu selama satu tahun disini?" tanya Susan.
Lily tersenyum dan mengangguk,
"Tidak apa, aku merasa cukup senang. Setidaknya aku akan memiliki pengalaman bekerja di rumah orang terpandang di negara ini" jawab Lily yang membuat ketiga orang itu tertawa.
"Kau benar, pengalaman itu berharga" balas Lola.
Lily pun telah selesai merangkai bunganya di dalam pot guci yang terlihat mahal. Herald menatap bunga-bunga itu dengan tersenyum bangga,
"Kau benar-benar anak Linda. Keterampilan kalian memang sama persis" ujarnya memuji.
"Indah sekali" ucap Lola.
Lily tersenyum mendengar pujian itu. Herald pun menatap jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh,
"Ayo, bawa bunga itu pada Donna sebelum pukul 10" ujarnya mengingatkan.
Lily pun bersiap dan berpamitan pada ketiga orang baik itu. Gadis itu merasa tidak canggung dan mulai merasa nyaman bekerja di kediaman Thomson. Sepertinya tidak buruk juga, pikir Lily. Ia pun segera melangkah menuju ruangan belakang untuk menemui Donna.
Lily mengetuk pintu ruangan Donna. Donna terlihat tengah menerima telepon,
"Baik Nyonya" ucap Donna sebelum menutup teleponnya.
Donna terlihat berdiri dengan sedikit cemas. Lily meletakkan dua pot bunga di atas meja,
"Rangakaian bunganya sudah selesai" ucapnya melapor.
Donna menghela nafasnya sambil mengambil beberapa berkas miliknya,
"Lily, bisakah kau menyerahkan bunga-bunga itu pada penjaga di halaman belakang rumah utama? Katakan padanya bahwa itu adalah bunga yang harus di letakkan di ruang tamu dan kamar Nyonya Brenda. Aku sedang sibuk, Tuan Ethan akan kembali besok!" ujarnya terburu-buru.
"Ya Tuhan! Mengapa mereka memberikan informasi ini secara tiba-tiba? Sekarang pekerjaanku menumpuk!" lanjutnya sambil menyentuh kening dengan tertekan.
Donna pun meninggalkan ruangan itu dan membuat Lily kebingungan. Lily menatap kedua bunga itu dan kearah jam yang hampir menunjukkan pukul 10. Lily pun dengan terpaksa membawa bunga itu ke halaman rumah utama kediaman Thomson.
Lily berjalan terburu-buru dengan nafas yang terengah. Halaman kediaman Thomson begitu luas sampai membuatnya berkeringat. Lily menatap bangunan rumah utama kediaman Thomson yang sangat megah. Gadis itu terlihat gugup dan dengan segera berjalan mendekati penjaga yang berada di belakang. Namun, saat Lily hendak berjalan cepat mendekati gerbang belakang, seketika ia berpapasan dengan seseorang dan hampir saja menabraknya.
SRET!
Lily berhenti tepat waktu dengan pekikan tertahan di mulutnya. Gadis itu menatap tubuh tegap di depannya yang juga terlihat terkejut dengan kejadian itu. Lily refleks melangkah mundur dan menunduk dalam,
"Ma.. maafkan aku" ucapnya terengah.
Lily pun menegakkan tubuhnya dan melihat seorang pria tampan dengan tubuh tegap dan proporsional nya. Gadis itu mengerjap saat melihat pria tersebut, sepertinya dia pernah melihat pria itu pikirnya. Pria di depan Lily menghela nafasnya pelan sambil mengusap jas miliknya, ia menatap Lily dengan tatapan datar,
"Berhati-hatilah" ujarnya datar.
Pria itu menatap Lily untuk beberapa saat dan menatap ke bawah. Ia mengambil satu tangkai bunga yang terjatuh dan memberikannya pada Lily,
"Kau menjatuhkannya" ucap pria itu lagi yang membuat Lily tersadar dari lamunannya.
Gadis itu mengambil bunga itu dan mengangguk dengan gugup. Pria itu pun berlalu pergi meninggalkan Lily. Lily terdiam di posisinya dan kembali menatap ke belakang. Pria itu telah menghilang karena berbelok arah. Lily mengernyitkan keningnya dan seketika ia mengingat wajah pria itu, bukankah itu anak tertua keluarga Thomson. Benar, dia adalah Mike Rumero Thomson!
Bersambung..
Halo, jangan lupa kasih like, komen, vote dan gift untuk mendukung cerita ini ya, bisa bantu share juga biar makin banyak yang baca ☺️🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!