Di sebuah ruang gelap yang hanya mengandalkan pencahayaan melalui lubang-lubang ventilasi, seorang inspektur kepolisian bernama Abimanyu Kanwar sedang menyiksa seseorang yang di percaya sebagai pelaku dari pembunuhan berantai pada kepala menteri India dan sejajarannya.
“Siapa yang menyuruhmu?”
“JAWAB AKU!”
“Tu-tuan. Saya tidak tau apa-apa. Saat hanya penjual panipuri yang kebetulan lewat di tempat kejadian, “ jawab pria itu yang kini sudah babak belur karena di hajar oleh Abimanyu. Abimanyu kesal dengan jawaban pria itu yang terus mengantakan bahwa dia tidak tau apa-apa.
“Pak, hasil pemeriksaan sudah keluar. Dari kamera CCTV yang terekam di pinggir jalan, pria ini bukan pelakunya Pak, “ ucap salah satu polisi pada Abimanyu.
“Tapi kenapa dia berada di samping jasad tuan Kathi?”
“Saya hanya ingin membantunya pak, “ jawab pria tersebut membela diri. Abimanyu terdiam, karena lagi dan lagi dia sudah gagal dalam menangkap pelaku. Abimanyu menugaskan anak buahnya untuk melepaskan pria itu, dan mengantarkannya pulang sampai ke rumah.
Masih di hari yang sama, tepatnya pada malam hari. Abimanyu dan beberapa rekan kerjanya sedang berdiskusi mengenai kasus pembunuhan yang sudah menghabisi sekurangnya 7 orang anggota dewan. Motif pembunuhannya masih sama, dengan membakar para korban, dan meninggal sekotak yang berisikan flashdisk. Dari flashdisk tersebut, terdapat video yang menyatakan bahwa korbannya merupakan anggota dewan yang suka korupsi, melecehkan, dan melakukan perdagangan secara ilegal.
“Abi. Aku rasa motif pembunuhan kali ini, sebenarnya ingin membantu kita, “ ucap Prathap yang merupakan rekan sekaligus sahabat baik Abimanyu.
“Kenapa kamu bisa berpendapat seperti itu, Prathap?”
“Kau tau kan. Kita sudah dari dulu ingin menangkap para korban karena tindakan mereka. Tapi kita terhalang karena kekuasaan mereka, “ sambung Prathap.
Abimanyu terdiam mengingat masa lalunya yang ingin memberantas para dewan pemerintah yang suka memainkan kuasa untuk kesenangan pribadi. Abimanyu sebenarnya adalah polisi yang jujur dan berani, hanya saja setiap kali melakukan pemeriksaan ada saja anggota polisi yang sudah di bayar untuk menghilangkan bukti. Bahkan karena itu, Abimanyu sering mendapat tuntutan pencemaran nama baik. Bahkan Kepala Kepolisian India pernah memperingati Abimanyu untuk tidak sembarang menangkap orang.
“Abi. Kenapa kau diam?” Tanya Aditi yang juga merupakan polisi wanita sekaligus sahabat Abimanyu. Menyadari teguran itu, Abimanyu langsung berdiri.
“Kita sudahi diskusi malam ini, shift ku sudah habis. Prathap, jaga dan awasi mereka semua.” Abimanyu langsung keluar kantor dan bergegas pulang.
Abimanyu mempunyai seorang ayah bernama Thapar Kanwar, dan ibunya Chetna Kanwar. Ayah Thapar mempunyai adik, bernama Karan Kanwar yang sudah menikah dengan wanita bernama Gayatri Kanwar. Kedua pasangan ini mempunyai satu orang anak perempuan, bernama Nanda Kanwar. Nanda Kanwar sendiri, Masih berusia 13 tahun yang duduk di bangku kelas 7. Abimanyu sangat menyayangi keluarganya. Keluarganya tidak pernah menggunakan tradisi kuno untuk mempersulit karir dan masa depan anak-anak mereka. Lingkungan mereka saja masih melekat dengan tradisi nikah muda. Tapi keluarga Abimanyu justru ingin anak-anak mereka fokus dalam mengejar cita-cita terlebih dahulu. Jika tradisi lama menyatakan wanita makan setelah pria selesai makan, keluarga ini justru makan bersama sambil bercengkrama. Jika suami yang membantu istrinya membereskan rumah dianggap membawa kesialan, para suami di keluarga sini justru menyebutnya sebagai pembawa rezeki. Itulah mengapa keluarga ini selalu hidup dengan penuh kebahagian tanpa adanya hal-hal buruk yang mengganggu.
Namun malam ini, semua keluarga berkumpul di ruang tamu sambil menunggu kepulangan Abimanyu. Terlihat dari wajah mereka yang menunjukkan wajah risau, seperti ada pertanyaan yang ingin mereka tanyakan. Tak berselang lama, Abimanyu pun tiba.
“Ayah, ibu, kalian semua belum tidur?” Tanya Abimanyu kebingungan karena melihat keluarganya masih terjaga di jam 11 malam.
“Abi, kemarin nak..” panggil Thapar.
“Kenapa ayah?”
“Abi, siang tadi keluarga Bhomareddy datang ke rumah. Dan─ayah baru ingat kalau dulu, tuan Benjamin pernah melakukan kesepakatan bersama mendiang kakekmu, “
“Kesepakatan apa ayah?”
“Kakekmu berjanji akan menikahkan mu dengan putri dari keluarga Bhomareddy. Karena menurut ramalan di masa lalu, kau cocok dengan putri mereka, “ sahut Chetna, ibunya Abimanyu. Mendengar itu, Abimanyu bukannya kaget. Dia justru terdiam dan memikirkan sesuatu. Abimanyu pria berusia 27 tahun, yang menghabiskan umurnya dalam kesendirian. Dulu dia pernah berpacaran bahkan hampir menikah. Namun di hari pernikahannya, wanita itu melarikan diri bersama selingkuhannya. Abimanyu bukankah tipe pendendam yang suka berlama-lama menyimpan luka. Dia berhasil melupakan kejadian di masa lalu, dan berambisi akan menikahi siapa saja yang akan ditakdirkan untuknya. Walaupun keluarga Abimanyu berpikiran modern, mereka tidak pernah melanggar tradisi yang berisiko fatal. Kesepakatan ini juga di inginkan oleh kakeknya Abimanyu, yang berarti adalah keinginan kakek Abimanyu.
“Abi. Kenapa kau hanya diam?”
“Ah.. ayah, ibu. Kalian hanya ingin mengatakan ini, tapi memasang wajah seperti habis membunuh orang. Ayolah santai saja, “
“Abi kami serius. Secara langsung kami ingin menikahkan mu dengan wanita yang bukan pilihan mu, “ sahut Chetna.
“Sekarang begini. Apakah kalian ingin Abi menyetujui perjodohan ini?” Semua anggota keluarga pun kompak menganggukkan kepalanya.
“Itu artinya kalian juga setuju kan. Sekarang Abi tanya lagi, kenapa kalian menyetujui perjodohan ini?”
“Karena permintaan kakek, “
“Kalau begitu kalian tidurlah. Besok kita akan pergi memenuhi keinginan kakek, “ ucap Abimanyu yang langsung berdiri dan berjalan ke kamarnya.
Sementara itu di kediaman Bhomareddy. Seluruh keluarga berkumpul di rumah menunggu kepulangan putri mereka bernama, Rasika Bhomareddy. Rasika ijin kepada ibunya bernama Hema Bhomareddy, untuk pergi kerja kelompok di rumah temannya. Karena jalanan macet, Rasika sampai pulang tengah malam. Terlihat Benjamin dengan wajah penuh amarah menunggu kepulangan Rasika yang belum juga kunjung datang. Dan tak berselang lama, Rasika pun tiba.
“Dari mana saja kau, kenapa baru pulang jam segini?” Ketus Benjamin yang langsung mengintrogasi Rasika.
“Tugas kuliah ku sangat banyak kakek. Jadi aku membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk menyelesaikannya. Ditambah─jalanan tadi macet total, “
“Kau selalu saja beralasan. Mulai besok kau tidak perlu lagi berangkat kuliah, “
“T─tapi kenapa kakek? Aku sudah semester akhir, tinggal beberapa minggu lagi aku lulus, “
“Apa gunanya kamu sekolah tinggi-tinggi, kalau sampai sekarang keluarga kita masih─”
“Stop it, kakek. Berhenti berpikiran kalau aku tidak ada gunanya menimba ilmu. Aku akan buktikan pada kakek, kalau aku bisa menjadi apa yang selama ini ayah ku inginkan, “
“Terus saja menyebut nama ayahmu yang tidak berguna itu. Setidaknya dia memberi contoh kesuksesannya sebelum menjamin kamu akan sukses di masa depan.” Benjamin langsung duduk di kursinya dengan perasaan kesal. Tanpa Benjamin sadari kalimat itu sudah menyakiti hati Rasika, hingga membuatnya meneteskan air mata.
“Besok mempelai pria dan keluarganya akan datang. Kau tidak perlu lagi masuk kuliah. Aku sudah mendapatkan calon menantu yang baik dan cukup sukses dari ayahmu itu, “
“Dan kau tidak perlu lagi sekolah tinggi-tinggi untuk menjadi kaya.” Mendengar itu justru membuat Rasika terkejut. Dia sendiri tidak mau menikah dengan pria yang tidak pernah ia temui bahkan ia cintai. “Tidak. Aku tidak akan menikah dengan siapapun.” Ucap lantang Rasika sambil berjalan masuk ke kamarnya.
“RASIKA!” Bentak Benjamin yang membuat Rasika menghentikan langkahnya. “Jika kau tidak ingin menikah dengan pria itu, maka aku akan menikahkan adikmu sebagai ganti dirimu, “ ancam Benjamin. Rasika mempunyai adik perempuan bernama Sadia Bhomareddy, yang Masih berusia 17 tahun. Usianya memang sudah remaja, tapi Rasika tidak ingin adik nya menjadi istri orang di usianya yang Masih terlalu kekanakan. Karena ancaman itu, akhirnya Rasika mengiyakan perjodohan tersebut, dan akan bertemu calon mempelai pria besok hari yang tak lain adalah Abimanyu.
Keesokan harinya, Abimanyu dan keluarganya datang ke kediaman Bhomareddy. Keluarga Bhomareddy menyambut kedatangan keluarga Kanwar dengan sangat ramah. Mereka mempersilahkan keluarga Kanwar untuk masuk dan menjamu mereka dengan makanan yang cukup enak.
“Tuan Benjamin, maaf kalau kami sedikit terlambat, “
“Itu tidak jadi masalah Thapar. Ayahmu dulu juga seperti itu, orangnya sangat lambat, “ ucap Benjamin dengan sedikit tawa kecil. Perkataan itu awalnya membuat Abimanyu langsung menatap intens ke arah Benjamin.
“Oh iya tuan. Ini adalah Abimanyu kami. Dia merupakan inspektur kepolisian di kota kita ini, “
“Salam tuan, “ ucap Abimanyu, sembari menyentuh kaki Benjamin layaknya tradisi di India pada umumnya.
“Tuhan memberkatimu. Panggil saja kakek, aku ini adalah kakek dari calon istrimu.” Abimanyu tersenyum sedikit canggung dan kembali duduk.
“Hema, dimana Rasika?”
“Sebentar. Sadia, pergi panggil kakakmu!”
“Baik bu.” Sadia langsung masuk ke kamar Rasika untuk memintanya turun. Tak berselang lama, Sadia turun bersama dengan Rasika yang menggunakan pakaian Anarkali berwarna jingga, dan celana churidar yang menyesuaikan warna pakaian. Di tambah anting Jhumka berwarna emas kehitaman, menambah kesan elegan pada penampilan Rasika. Abimanyu yang melihat kecantikan Rasika sampai lupa bahwa teh yang saat ini dia pegang adalah teh panas yang baru saja mendidih. Hema sudah memperingati mereka semua kalau teh itu masih panas, namun Abimanyu yang terhipnotis kecantikan Rasika terus mengangkat cangkir itu sampai akhirnya lidahnya terkejut dengan panasnya teh.
“Abi, pelan-pelan. Tehnya panas, “ ucap Chetna sambil mengelap sedikit tumpahan air yang mengenai baju Abimanyu. Disini Rasika hanya diam menunduk sama sekali tidak menatap Abimanyu sedikit pun. Rasika pun duduk tepat di hadapan Abimanyu. Keluarga Abimanyu dan keluarga Rasika mulai membahas tanggal pernikahan keduanya. Disaat keluarga sedang asik membahas tanggal pernikahan, Abimanyu justru diam-diam memperhatikan Rasika yang masih menundukkan kepalanya.
“Kita akan menggelar acara pernikahan sesuai tradisi India mulai dari besok. Bagaimana Abi, Rasika. Kalian setuju?”
“Aku─”
“Tunggu, “ sahut Rasika memotong ucapan Abimanyu. “Izinkan aku berbicara empat mata dengannya, “ ucap Rasika yang kini mengangkatkan wajahnya dan menatap Abimanyu yang berada di depannya. Mendengar itu Abimanyu terdiam dan mulai merasa malu saat Rasika menatapnya. Semua anggota keluarga memberi izin dan mempersilahkan mereka untuk berbicara berdua di balkon rumah.
“Jujur saja perjodohan ini aku terima karena kakekku mengancam akan menikahkan adikku dengan mu. Aku tidak mau masa depan adikku yang masih terlalu muda hancur karena menjadi istri orang, “
“Aku membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa berinteraksi di keluargamu, “ sambung Rasika.
“Jika hanya soal masalah beradaptasi, itu tidak jadi masalah, “ jawab Abimanyu santai. Rasika menjadi bingung dengan jawaban Abimanyu yang nampak menyepelekan ketidaksetujuannya dalam perjodohan ini.
“Apa kau tidak marah?”
“Untuk apa aku marah? Kau berhak berpendapat, “
“Aku sudah banyak melihat segala bentuk perjodohan. Banyak dari pihak pria selalu menyetujui perjodohan tanpa dasar cintai, kenapa?”
“Karena cinta yang sesungguhnya akan terbentuk setelah pernikahan. Cinta sebelum pernikahan hanyalah permainan yang memabukkan dan menjerumuskan kita dalam dosa, “ jawab Abimanyu dengan suara lembutnya sembari menatap dalam Rasika.
“Apa yang membuatmu yakin, jika aku akan mencintaimu setelah pernikahan?” tanya Rasika yang balik menatap Abimanyu. Perlahan Abimanyu mulai mendekati Rasika. Rasika yang menyadari Abimanyu mulai mendekatinya, perlahan mundur. Namun Abimanyu menarik pinggang Rasika sampai lebih dekat dengannya. Abimanyu perlahan mulai mendekatkan wajahnya ke sisi kanan leher Rasika. Mengira bahwa Abimanyu akan menciumnya, Rasika memejamkan matanya.
“Seorang polisi sepertiku tidak baik banyak bicara, karena aku lebih tertarik dengan aksi, “ bisik Abimanyu yang kemudian didorong oleh Rasika.
“Kau─”
“Syut. Jangan berisik. Jika kau berteriak aku akan mencium bibirmu, “ jawab Abimanyu yang kemudian berjalan masuk untuk menemui keluarga. Rasika kesal, dan ikut menyusul Abimanyu.
...***...
“Rasika, Abimanyu. Bagaimana keputusan kalian saat ini?”
“Eumm─”
“Kami menyetujui pernikahan ini, “ ujar Abimanyu yang sontak membuat Rasika terkejut. Semuanya turut bahagia, bahkan Chetna ibu Abimanyu memberikan hadiah berupa perhiasan turun temurun keluarga Kanwar. Nampak kebahagian di wajah mereka semua, kecuali Rasika yang merasa bingung. Namun di sisi lain, dia bahagia saat melihat senyuman di wajah ibunya yang selama ini sudah hilang.
Upacara pernikahan pun di mulai, segala tradisi mereka lakukan dengan sangat meriah. Semua anggota keluarga besar, tetangga, sampai kerabat pun datang untuk memeriahkan acara pernikahan. Semua berjalan normal tanpa adanya halangan sedikit pun. Abimanyu sangat menikmati acara, namun tidak dengan Rasika yang masih memikirkan pendidikan serta karirnya. Abimanyu melihat keresahan pada wajah Rasika, dia meminta Aditi yang juga datang untuk mengambilkan Rasika segelas air mineral.
“Minumlah!” ucap Abimanyu yang memberikan segelas minuman untuk Rasika. Belum sempat Rasika meminum air itu, mendadak Rasika jatuh pingsan tepat di pelukan Abimanyu.
“Rasi?” Tanya Abimanyu kebingungan saat melihat Rasika pingsan. Semua anggota keluarga langsung mendekati Rasika untuk memastikan keadaannya. Kebetulan Salah satu tamu undangan mereka merupakan seorang dokter. Dokter itu diminta untuk memeriksa keadaan Rasika.
“Dia pingsan karena kelelahan, dan juga banyak pikiran, “ ucap dokter itu. Abimanyu menatap wajah Rasika yang kini mulai memucat. Abimanyu meminta agar acara pernikahan di hentikan. Abimanyu menggendong Rasika dan membawanya ke kamar. Dokter yang tadi memeriksa Rasika, meminta asistennya untuk mengantarkan obat untuk Rasika.
...***...
Semua berkumpul di ruang tamu, sementara Chetna dan Abimanyu bersama dokter menunggu Rasika sadar. “Apa yang Rasika pikiran sampai dia jatuh pingsan?” ucap Chetna. Tanpa mereka sadari adik Rasika, yaitu Sadia datang dan tak sengaja mendengar pembicaraan mereka.
“Kakak ku memikirkan pendidikannya. Dia sangat mencintai pendidikan dan karir nya. Dulu dia pernah bilang padaku kalau dia tidak ingin menikah sebelum apa yang dia cita-citakan terwujud, “
“Mungkin itulah kenapa kakak sampai pingsan,” sambung Sadia.
“Tapi kenapa dia menyetujui perjodohan ini?” Tanya Chetna.
“Karena dia ingin adiknya fokus pada pendidikannya. Kakeknya akan menukar Sadia, jika dia tidak menyetujui perjodohan ini, “ ucap Abimanyu sembari mengelus kepala Sadia. Chetna merasa terkejut mendengarnya. Ia ingin membicarakan kembali perjodohan ini demi pendidikan Rasika, namun Abimanyu menolaknya. Alasan Abimanyu menolaknya karena dia tidak mau hubungan pertemanan yang di bangun oleh kakeknya harus terpecah belah. Apalagi kakeknya sangat menginginkan Abimanyu menikah dengan putri dari Bhomareddy.
“Begini saja Abi. Wanita seperti Rasika tidak boleh punah. Ibu tidak mempermasalahkan tugas dia sebagai istri. Ibu mau agar Rasika tetap mengejar pendidikannya, “ ucap Chetna. Mendengar itu, Abimanyu tersenyum bahagia dengan pemikiran ibunya yang lebih mengutamakan pendidikan seorang wanita.
“Dan kau Sadia, tidak perlu khawatir. Kakakmu akan tetap melanjutkan pendidikannya, dan kau juga tetap fokus dalam mengejar cita-citamu, “ ucap Chetna pada Sadia. Adik Rasika itu tersenyum senang dan langsung memeluk Chetna.
“Tuan. Aku sudah mendapatkan obatnya. Berikan padanya jika dia sudah bangun. Dan obat ini juga diminum 3 kali sehari, “ ucap dokter itu kepada Abimanyu. Setelah diberi obat, Chetna dan yang lain pergi keluar meninggalkan Rasika beristirahat di kamar.
Rasika tersadar dari pingsannya, dan mendapati pemandangan ruangan yang begitu asing. Rasika kini berada di kamar Abimanyu. Terdapat banyak foto dari Abimanyu dengan seragam polisi sebagai kebanggan bagi Abimanyu. Bahkan ranjang yang saat ini sedang di tidurinya sudah dirias bagaikan ranjang pengantin baru. Tak berselang lama, Abimanyu masuk dengan membawa sebotol minuman di tangannya. Rasika yang melihatnya langsung duduk, dan sedikit menundukkan kepalanya. Saat Abimanyu duduk di sampingnya, dia sedikit menggeserkan diri karena Masih merasa malu dan takut. Menyadari Rasika yang takut padanya, Abimanyu hanya tersenyum sambil membukakan obat untuk Rasika.
“Kau tidak perlu khawatir. Aku tidak akan menyentuhmu, sebelum aku mendapatkan cintamu, “
“Meniduri seorang wanita yang tidak mencintai kita sama saja dengan pelecehan, “ sambung Abimanyu sambil memberikan obat dan segelas air mineral.
“Walaupun kau sekarang adalah istriku, kita menikah berdasarkan permintaan keluarga. Tidak mungkin juga kita melakukannya karena keluarga kan?” Rasika hanya diam menundukkan wajahnya sambil meminum obat dari Abimanyu.
“Um Rasika. Aku menghormati keputusanmu, dan aku harap kau bisa paham ini…” mendengar itu, Rasika sedikit mengangkat wajahnya menatap Abimanyu.
“Aku tidak suka tidur di sofa, karena sempit. Aku tidak suka tidur di lantai, karena lantai yang keras dan suasana yang dingin. Aku tetap tidur di sini bersamamu─kau tenanglah, aku.. tidak.. akan menyentuhmu. Percayalah padaku, “ ucap Abimanyu yang kemudian masuk ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Tak butuh waktu lama bagi Abimanyu mengganti pakaiannya. Dia pun keluar dan langsung merebahkan diri di ranjang. “Selamat malam, “ ucap Abimanyu pelan sambil membelakangi Rasika.
“Malam juga, “ balas Rasika pelan. Mendengar itu, Abimanyu tersenyum dengan mata yang sudah memejam. Rasika turun dari tempat tidur untuk mengganti pakaian terlebih dahulu. Setelahnya dia beranjak tidur untuk beristirahat.
...***...
Keesokan paginya, Abimanyu yang baru saja selesai mandi membangunkan Rasika yang masih tertidur. Rasika terbangun, hanya dengan sekali sentuhan dari Abimanyu.
“Bangunlah. Aku akan mengantarkanmu ke kampus, “ ucap Abimanyu sambil mencari bajunya di lemari. Rasika yang mendengarnya pun merasa kebingungan.
“Maksudmu.. aku─”
“Sayang sekali wanita berprestasi sepertimu harus putus sekolah. Jadi aku membebaskanmu serta mendukung karirmu itu, “ ucap Abimanyu. Mendengar itu terlihat senyuman indah di wajah Rasika. Dia bahkan sangat semangat sekali, dan langsung segera bangun untuk mandi. Melihat semangat dalam diri Rasika, membuat Abimanyu ikut bahagia.
“Em Abi..”
“Iya?”
“Bagaimana dengan orang tua mu?”
“Percayalah padaku, mereka pasti berpikiran yang sama dengan ku, “ jawab Abimanyu. Mendengar itu, Rasika lanjut untuk mandi dan bersiap-siap. Setelah keduanya siap, mereka turun ke bawah menemui keluarga bersama-sama. Di sini Rasika nampak begitu takut kalau keluarga Abimanyu mengomentari soal dirinya yang hendak kembali berkuliah.
“Rasika, Abimanyu. Kalian sudah siap-siap, “ sambut Gayatri selaku bibi Abimanyu.
“Rasika, ini bekal mu. Nanti dimakan saat jam istirahat ya. Mulai sekarang soal makananmu ibu yang urus. Ibu akan pilihan makanan yang bergizi serta yang baik untuk perkembangan mu dan juga.. kesehatan kamu, “ ucap Chetna sembari mencubit manis pipi Rasika. Rasika terkejut setelah tau keluarga Abimanyu mendukung pendidikannya. Bukan cuma keluarganya, bahkan suaminya juga ikut mendukung nya sekarang. “Kalian kenapa berdiri di situ. Ayo kemarilah, kita sarapan pagi bersama!” Tegur Thapar yang sepertinya sudah tidak sabar menyantap masakan istrinya. Chetna mempersilahkan Rasika dan Abimanyu untuk duduk, dan memberikan piring. Rasika merasakan ketenangan saat berada bersama mereka. Dia terdiam bukan karena merasa tak nyaman, dia merasa senang dan bersyukur karena mendapatkan keluarga yang sangat harmonis seperti ini.
...***...
Setibanya Rasika dan Abimanyu di kampus. Abimanyu berniat turun untuk menemui rektor kampus, dan membicarakan soal kembalinya Rasika. “Aku rasa, aku bisa melakukannya sendiri. Kau pergilah bekerja, “ ucap Rasika. “Selama ini kau terbiasa mandiri. Mulai sekarang aku akan bersama mu, “ jawab Abimanyu yang kemudian berjalan masuk ke kampus. Rasika seketika terdiam dan sedikit tersenyum dengan perkataan Abimanyu.
Abimanyu berhenti sejenak dan melihat Rasika yang masih belum jalan. Abimanyu melepas topi nya dan berjalan mundur, lalu mempersilahkan Rasika untuk jalan lebih dulu. Saat mereka tiba di ruangan rektor, kebetulan saat itu rektor kampus hendak keluar. Karena melihat kedatangan Abimanyu bersama Rasika, rektor itu langsung mempersilahkan mereka untuk masuk.
“Rasika. Bukankah kemarin kau bilang ingin berhenti kuliah karena harus menikah. Ada apa dengan pernikahan mu, apa suamimu jahat padamu sampai kau tidak jadi menikahinya?”
“Em pak. Saya suaminya, “ jawab Abimanyu. Jawaban itu membuat pak rektor terkejut karena secara tidak langsung sudah menjelekkan Abimanyu.
“Ah Pak Inspektur, maafkan aku, “ ucap rektor tersebut. “Tidak apa. Seharusnya saat itu, aku meminta istriku untuk mengundang bapak juga, “ jawab Abimanyu.
“Kedatangan saya kemari ingin meminta tolong, agar kalian bisa menerima Rasika kembali, “
“Pak Inspektur, untuk apa minta izin. Rasika boleh masuk dan kembali lagi melanjutkan pendidikannya di sini. Lagipula sayang sekali kalau Rasika harus berhenti, bulan depan adalah hari kelulusan mu Rasika.” Mendengar itu, Rasika sangat senang begitu juga dengan Abimanyu.
“Terima kasih banyak pak, “ ucap Rasika. Setelahnya mereka pun keluar dari ruangan rektor kampus.
...***...
Saat di parkiran…
“Mana ponsel mu?” Rasika langsung memberikan ponselnya pada Abimanyu. Rupanya Abimanyu hendak memberikan nomor ponselnya pada Rasika. “Ini nomor ponsel ku. Jika kau sudah pulang, hubungi aku. Ingat, hanya aku. Jangan pulang menggunakan taksi. Aku sudah berjanji pada ibuku, jika kau pergi bersama ku maka kau harus pulang bersama ku, “ ucap Abimanyu menyerahkan ponsel Rasika kembali. “Belum aku tulis namaku di ponsel mu, terserah mu mau menulis nya apa. Teman dekat, bahkan keluargaku sering memanggilku Abi, “ jelas kembali Abimanyu. Rasika tersenyum, dan mulai menulis nama untuk kontak Abimanyu.
“Abi, “ panggil Rasika, saat Abimanyu hendak masuk ke dalam mobil.
“Iya?”
“Semangat kerjanya, “ ucap Rasika. Abimanyu tersenyum dan masuk ke dalam mobil lalu pergi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!