NovelToon NovelToon

Mon Chéri [Sayangku]

Hatiku Hancur

Pengenalan Karakter :

Danica Teressa: Wanita cantik, periang, kreatif, humble, punya suara yang merdu. Bisa memainkan Biola. Bercita-cita menjadi penyanyi, pemain Biola dan Youtuber terkenal.

Biasa dipanggil Danis.

Danis adalah anak kedua.

Ansel Wijaya: Seorang pria sukses yang berparas rupawan, tinggi, pintar, punya jiwa berpetualang.

Tapi sedikit kaku jika berhadapan dengan orang yang baru pertama bertemu.

Enam tahun lebih tua dari Danis.

Keneth Budiman: Cowok ganteng, kapten basket yang menjadi Crush Danis semasa sekolah. Anak orang kaya.

......................

Tak terasa sudah hampir sebulan Danis ada di Kota Montreux, Swiss.

Danis duduk di taman yang menghadap ke danau dan pegunungan. Suasana yang tenang, sambil menghirup udara yang dapat menyegarkan pikiran.

Setiap hari Danis bangun jam enam pagi. Dia berjalan menyusuri danau Jenewa, sekedar untuk berolahraga sebentar.

Setelah dirasanya cukup lelah, Danis beristirahat di taman sambil menikmati keindahan alam yang ditawarkan Kota Montreux.

Udara segar, danau jernih, pegunungan yang indah dengan bunga-bunga yang cantik, sungguh pemandangan yang membuat mata dan hati teduh.

Bukan tanpa alasan Danis berada di Montreux hampir sebulan ini.

Setelah berbagai masalah yang dia hadapi, akhirnya Danis memilih untuk menenangkan diri di Swiss, dan kota Montreux sebagai tempat yang ia kunjungi. Berharap ia mendapatkan ketenangan dan melupakan permasalahan-permasalahan yang terjadi.

Danis sudah memiliki anak di usianya yang masih delapan belas tahun. Ya, tentunya itu adalah anak hasil diluar nikah.

Sebenarnya Danis, bukanlah seorang gadis yang suka dengan pergaulan bebas. Danis termasuk anak yang sayang dan patuh pada orangtuanya. Danis juga termasuk anak yang manja, terlebih kepada Papanya. Hubungan Danis dengan orangtua dan kakaknya sangat harmonis.

Danis juga adalah sosok gadis yang sangat mudah bergaul dengan siapa saja. Pribadinya yang punya pemikiran terbuka, kreatif, ceria, tulus, dan tidak sombong, tidak heran kalau dia memiliki banyak teman dan juga banyak cowok di sekolah yang naksir padanya.

Danis juga sejak kecil aktif mengikuti banyak kegiatan dan perlombaan, karena Danis memiliki suara yang merdu dan jago memainkan Biola. Banyak piala dan penghargaan yang berhasil diraih Danis.

Dari kecil Danis memang sudah bercita-cita ingin menjadi penyanyi dan pemain biola terkenal.

***

Kejadian tiga tahun lalu, sungguh membawa tamparan keras bagi keluarga Danis. Bagaimana tidak, anak perempuan mereka yang mereka yakin tidak akan berbuat hal yang memalukan, yang akan menjaga dirinya dari pergaulan yang tidak baik, nyatanya memberi pengakuan kalau dia hamil.

Orangtua Danis sangat marah kepadanya, mereka sangat kecewa. Kepercayaan dan kebanggaan mereka kepada Danis rasanya telah dihancurkan.

Tiga tahun yang lalu, setelah acara kelulusan, Danis dan beberapa teman SMAnya mereka janjian untuk ke puncak Bogor. Mereka berencana akan liburan sekaligus nginap di villa selama dua hari.

Keneth, cowok yang ditaksir Danis juga ikut. Cowok ganteng, tinggi, dan popular karena menjadi kapten basket di sekolah mereka.

Liburan yang diharapkan akan Danis nikmati dengan seru-seruan bersama teman-temanya, malah manjadi petaka buat dia.

Saat di villa, setelah mereka mandi dan makan malam, Danis merasa tergiur ingin mencoba minuman Soju yang dibawa salah satu teman Danis secara sembunyi-sembunyi. Danis yang sama sekali tidak pernah minum minuman beralkohol tergiur dan ketagihan mencoba Soju itu. Dan akhirnya kebablasan, Danis mabuk.

Danis meracau tidak jelas. Dia duduk di sofa. Tapi teman-temannya hanya membiarkan Danis, karena mereka juga sementara menikmati Soju itu sambil karaoke.

Keneth yang sedari tadi memperhatikan Danis, mendekatinya dan membawa Danis ke dalam kamar. Keneth juga sudah dibawah pengaruh alkohol tapi tidak semabuk Danis.

Awalnya Keneth hanya akan mengantar Danis ke kamar supaya Danis bisa istirahat. Tapi tiba-tiba Keneth merasa tergoda saat dia membaringkan Danis ke tempat tidur, dia melihat paha Danis yang saat itu memakai skirt pendek. Paha Danis yang putih, mulus dan sangat mengoda. Timbulah rangsangan dan birahi dalam diri Keneth. Apalagi dia tahu betul kalau Danis naksir padanya.

Seperti kehilangan akal, Keneth akhirnya melepas pakaian Danis dan melakukan “hal itu” dengan kondisi Danis yang tidak sadar karena dalam pengaruh minuman alkohol.

Kira-kira jam empat subuh Danis terbangun, kepalanya terasa berat dan pusing. Badannya dirasa sangat pegal, seperti baru habis mengangkat barang-barang yang sangat berat.

Danis sangat syok ketika dia berhasil membuka matanya dan melihat Keneth ada di sampingnya. Lebih kaget lagi ketika dia menyadari bahwa dirinya tidak mengenakan sehelai kain apapapun.

Matanya langsung terbuka lebar, kedua tangannya menutup mulutnya yang menganga. Dia melihat bercak merah darah di seprei.

Danis menyadari apa yang telah terjadi. Hatinya hancur. Dia merasa sangat ketakutan. Air mata di sudut-sudut matanya tak tertahankan. Danis menangis.

Sementara Keneth hanya mampu mengucapkan kata maaf kepada Danis.

Aku Hamil

Sebulan kemudian sejak peristiwa di villa itu, Danis menyadari kalau dia sudah telat haid satu minggu. Danis ketakutan. Dia takut kalau-kalau dia hamil.

Danis memutuskan untuk membeli tespek di salah satu drugstore.

Besoknya setelah Danis bangun tidur, dia mengambil tespek yang sudah dibeli dan menggunakannya sesuai petunjuk. Benar saja, apa yang ditakutinya, apa yang dikhawatirkannya, terjadi.

Pada tespek itu muncul gari dua. Tiga tespek yang dibeli Danis hasilnya sama, menunjukkan dua garis, menandakan Danis positf hamil.

Badannya gemetaran, Danis syok. Tespek yang dipegangnya pun jatuh ke lantai. Hatinya terasa sakit sekali. Kedua telapak tangannya menutup mulutnya, menghalangi suara tangisannya. Danis tidak ingin keluarganya mendengarnya menangis. Sesekali Danis memukul-mukul badannya, menjambak rambutnya. Rasanya dunianya telah hancur, semua mimpinya, semua cita-citanya sirna.

Danis merasa sangat jijik dengan tubuhnya.

Danis sangat takut untuk jujur kepadanya orangtuanya.

Danis menangis begitu lama, sampai badanya terasa lemas.

Danis bingung sampai kapan harus menutupi hal ini. Dia juga bingung bagaimana caranya untuk jujur kepada orangtuanya.

Dan apa repon kedua orangtuanya ketika tahu Dia hamil.

Apalagi Danis sudah mendaftarkan diri di salah satu perguruan tinggi swasta favoritnya.

Danis sungguh merasa stres, memikirkan apa yang harus dia lakukan.

Danis sudah berapa kali menghubungi Keneth, ingin memberi tahu kalau saat ini dia sedang hamil. Tapi Keneth seperti menghindar. Telepon tidak pernah dijawab, chat juga tidak dibalas.

Danis sudah pernah kerumah Keneth mencarinya, tapi tidak bisa ditemui. Membuat Danis semakin depresi.

Dua minggu setelah tau hamil, Danis mulai merasakan tanda-tanda kehamilan. Mual, muntah, tidak nafsu makan, badan terasa lemas, susah tidur. Bahkan Danis tidak bisa mencium aroma nasi panas.

Tapi Danis masih takut untuk jujur kepada keluarganya.

Suatu malam, saat keluarga mereka akan makan, Danis duduk bersebelahan dengan kakaknya Viona, berhadapan dengan mama Lusi dan papa Jeremy, orangtuanya. Danis yang hari itu lagi lemas bedannya karena sering muntah, tidak mampu menahan rasa mualnya saat mamanya meletakkan nasi di atas meja makan. Danis yang tidak bisa menghirup aroma nasi panas, sontak Danis merasa mual dan tidak dapat menahan rasa muntah.

Mamanya kaget dan langsung bertanya kepada Danis, “Nak, kamu kenapa? Kamu sakit?”

Danis tidak mampu lagi menahan tangisannya. Sambil menutup muka dengan kedua tangannya, Danis menangis terisak-isak.

Kakaknya Vio yang duduk disebelah Danis, kaget dan bingung. Dia langsung memeluk Danis dan bertanya, “Dek, kamu kenapa menangis? Apa ada masalah?”

Danis sudah tidak bisa lagi menahan semua bebannya. Pada akhirnya Danis harus jujur.

“Maafkan Danis ma, pa, kak,,, Danis hamil”, ucapnya sambil terisak-isak.

Tentu saja pengakuan Danis ini membuat kedua orangtua dan kakaknya terkejut. Mereka tidak menyangka. Bak disambar petir, keluarga Danis sangat syok.

Dalam beberapa detik mereka diam, tidak dapat berkata apapun.

Danis masih terisak.

Dengan berlutut dan menyatukan kedua telapak tangannya, Danis meminta maaf.

Mamanya merangkul Danis untuk kembali duduk.

“Danis, kamu Cuma bercanda kan? Ini gak bener kan sayang”? tanya mama Lusi, ingin meyakinkan.

Tapi Danis tidak memberikan jawaban, dia hanya menangis, bahkan suara tangisan itu lebih kuat lagi.

Papa Jeremy tidak dapat menahan emosinya.

Makan malam yang seharusnya mereka nikmati bersama dengan canda gurau, justru dibuat kacau dengan pernyataan Danis itu.

Selera makan hilang. Rasa lapar telah digantikan dengan rasa kecewa yang luar biasa.

Papanya menggebrak meja makan sangat kuat. Wajah papanya memerah.

Kemudian berlalu dari tempat makan. Papanya menuju kedepan rumah tanpa sepatah katapun.

Justru respon itulah yang sangat ditakuti Danis. Karena Danis dan papanya sangat dekat, Danis sangat manja kepada papanya.

Kalau papanya tidak berkata apapun, itu tandanya papanya sudah sangat marah sekali.

Danis bisa melihat ada kekecewaan yang begitu besar di wajah papanya.

Sudah tiga hari, hubungan Danis dengan papanya menjadi asing.

Sama sekali papanya enggan untuk bicara bahkan melihat Danis. Membuat Danis semakin sedih dan terpuruk.

Danis sudah menceritakan kepada mama dan kakaknya semua yang terjadi sampai mengakibatkan dia hamil.

Mamanya tentu kecewa.

Tapi mamanya tidak sampai hati untuk membiarkan Danis, melihat kondisinya sekarang yang memperihatinkan dan sangat butuh pendampingan.

Setiap malam, kakaknya Viona menemani Danis tidur, supaya Danis bisa merasa tenang.

Suatu pagi setelah selesai sarapan, papa Jeremy dengan wajah datar tapi masih terlihat menahan emosi, menghampiri Danis. “Ayo, antar papa kerumah Keneth sekarang!” dengan suara yang tegas.

Danis kaget sekali.

“Ayo Danis, kamu dengar tidak apa yang papa bilang? Sekarang!” gertak papa Jeremy.

“I..i..iya pa”, jawab Danis dengan suara gemetar dan gugup.

Mama Lusi hanya bisa terdiam, menatap mereka sampai berlalu, dan berharap tidak akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Maafkan Aku Papa

Kali ini kedatangan mereka bisa diterima oleh satpam. Papa Jeremy harus berbohong kalau dia adalah teman orangtua Keneth.

Di perjalanan Danis sudah menceritakan bahwa dia sudah beberapa kali datang kerumah Keneth, tapi diizinkan masuk. Kemungkinan besar Keneth yang memberitahu satpam untuk menolak kedatangan Danis.

Dilihat dari penampakan rumahnya yang besar dan mewah, sudah dipastikan orangtua Keneth adalah orang yang sangat kaya. Ditambah lagi dengan lokasi rumah mereka yang ada di perumahan elit.

Beruntungnya orangtua Keneth ada di rumah.

“Silahkan duduk pak. Mohon maaf anda siapa ya? Dan ada keperluan apa? Sepertinya kita belum pernah bertemu sebelumnya” tanya ayah Keneth sambil mempersilahkan mereka berdua duduk.

“Saya Jeremy dan ini adalah anak saya”, papa Jeremy memperkenalkan diri.

“Sebelumnya saya mohon maaf, apakah saya bisa bertemu dengan anak anda Keneth”?, sambung papa Jeremy.

Bertemu anak saya? Tapi Keneth saat sedang ada di London. Sedang mengurus pendaftaran kuliahnya. Ada urusan apa ya mau bertemu anak saya?”.

Danis yang sedari tadi hanya menunduk, langsung menegakkan kepalanya karena kaget mendengar jawaban papa dari Keneth.

Pantas saja Keneth tidak pernah merespon telepon dan chat Danis.

Sambil memegang tangan Danis, papa Jeremy dengan penuh kehati-hatian berusaha menceritakan apa yang dialami anaknya Danis kepada ayahnya Keneth yang ada di hadapannya saat ini.

Dengan harapan mereka bisa mendengar dan bisa menemukan jalan keluar terbaik.

Namun semuanya sia-sia.

Jangankan bertemu dengan Keneth dan mendapatkan pengakuan. Danis dan papanya malah di usir oleh kedua orangtua Keneth. Mereka malah dianggap mau menghalangi masa depan Keneth anak mereka satu-satunya dan mau merusak karir orangtua Keneth.

Orangtua Keneth ternyata sangat arogan dan memandang rendah Danis dan papanya.

Timbullah perasaan benci yang sangat besar dalam hati Danis terhadap orang tua Danis, terlebih lagi terhadap Keneth.

Mereka bisa saja melaporkan kepada polisi apa yang dilakukan Keneth, dengan dugaan kasus pemerkosaan.

Sayangnya mereka tidak mempunyai cukup bukti. Dan melihat jabatan orangtua Keneth yang sangat berpengaruh, bisa dipastikan mereka pasti akan kalah. Usaha mereka pasti akan sia-sia.

Danis dan keluarganya memilih untuk mengurungkan niat dan bersepakat untuk melanjutkan hidup.

Danis berjanji tidak akan pernah memaafkan apa yang telah dilakukan Keneth dan orangtuanya.

Ia tidak akan membiarkan Keneth dan orangtuanya melihat dan bertemu anaknya di masa depan.

Di mobil, dalam perjalanan pulang ke rumah, Danis sambil menangis terus meminta maaf kepada papanya.

“Pa, Danis sungguh minta maaf.

Danis salah.

Danis tidak mampu menjaga diri Danis. Danis sudah menghancurkan kepercayaan mama dan papa, menghancurkan semua harapan mama dan papa. Danis juga sudah menghancurkan masa depan Danis sendiri”. Ucapnya sambil terisak, nafasnya tersengal-sengal, dan kedua tanganya menutup wajahnya. Danis juga sangat terpukul dan merasa sangat sakit hati.

Tiba-tiba papanya menepikan mobil di pinggir jalan.

Papanya memeluk Danis dengan erat dan tanpa diduga air mata jatuh di pipi papa Jeremy.

“Danis… papa sangat sayang sama Danis. Kita hadapi ini bersama-sama. Papa, mama dan kakak Viona gak akan pernah sekalipun meninggalkan kamu. Dan untuk anak yang kamu kandung, kamu jaga ya. Jangan pernah ada pikiran untuk kamu menggugurkannya. Kita urus anak ini bersama-sama. Papa gak akan biarkan kamu dan anak ini!

Dan untuk masa depan kamu, cita-cita kamu. Kamu harus berjuang nak untuk menggapainya. Jangan menjadikan ini hambatan. Papa, mama, pasti bantu dan ngejaga kamu. Kamu harus bangkit sayang. Dan ingat sampai kapanpun jangan kamu kembali kerumah itu, apalagi kamu mencari Keneth.

Sekarang dan di masa depan pun jangan pernah kamu menjalin hubungan dengan mereka. Anak ini biar menjadi bagian keluarga kita, menjadi tanggungjawab keluarga kita. Papa dan mama masih mampu untuk membiayai kamu dan anak ini.”

Mendengar apa yang dikatakan papanya, tangis Danis semakin pecah. Dipeluknya papanya dengan erat. Dia merasa lega karena ternyata papanya yang begitu memperdulikan Danis, begitu perhatian padanya. Rasanya seperti bebannya hilang.

Ternyata benar, hanya keluarga sendiri yang mampu membela dan menopang kita disaat ada permasalahan yang terjadi, dan keluargalah yang menjadi jalan keluar.

Papa dan anak itu berpelukan dalam waktu yang lama. Sesekali papa Jeremy mencium pucuk kepala Danis, dan menepuk pundaknya. Seraya memberitahu bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!