"Sakiiiittt."
Malam yang hening mendadak saja di pecahkan oleh suara jeritan dari kamar nya Siti karena wanita itu merasakan sakit yang luar biasa pada perut nya, darah juga sudah menyebar di kasur sehingga seprai putih penuh dengan darah yang keluar dari organ intim nya. rasa sakit tidak bisa lagi mau di tahan, sungguh luar biasa rasa ini.
"Umiiii, tolong aku!" Siti kembali menjerit memanggil Umi nya.
Umi yang baru saja mau terlelap jadi kaget karena mendengar suara anak nya berteriak dari kamar, Siti memang sendirian karena sang suami adalah nelayan yang malam begini pasti mencari ikan bersama Abi nya Siti juga. mereka cuma berdua di rumah, mana sama sama wanita sehingga rasa panik sudah pasti meledak ledak.
"Siti! ada apa, Nak?" Umi mengetuk pintu kamar anak nya.
Siti tidak bisa mau menjawab karena mata sudah mendelik dan siap mau loncat keluar sangking menahan rasa sakit itu, urat di leher juga tampak membetot. Siti rasa nya mau teriak keras namun tidak bisa, selain menahan rasa sakit nya dia juga ketakutan melihat tangan besar hitam mencabik cabik dan merogoh kedalam kemaluan.
"Siti, Umi masuk ya?" Umi takut pula anak nya sudah pingsan.
"Eeeeeghhkk!" Siti menggerang kencang menahan sakit karena perut di obok obok oleh tangan berkuku panjang.
"Ya Allah, Nak! Siti, kamu kenapa?" Umi menjerit kencang melihat keadaan Siti.
Sudah pasti Siti tidak bisa mau menjawab dan cuma tegang sambil menggerang, Umi yang panik berusaha menyadarkan dan dia juga sama sekali tidak melihat iblis yang sedang menyiksa anak nya hingga sekarat begini. di kira hanya pendarahan biasa, maka Umi tidak punya pilihan lain.
"Aku harus keluar minta tolong sama tetangga, Ya Allah jaga kan anak ku dulu!" Umi menyambar hijab nya dan segera berlari.
"Ihihihihiiiii....
Sosok putih terbang sambil tertawa, Umi membeku karena dia tau itu adalah kuntilanak yang menyukai harum nya darah wanita hamil. mana saat ini Siti sedang pendarahan hebat, pasti dia datang karena mencium bau darah.
Umi bingung harus bagai mana karena tidak tau juga soal hal ghaib yang akan ia hadapi, bahkan sosok yang sedang menyakiti anak nya di dalam kamar pun tidak terlihat oleh mata nya. malah sekarang ada kuntilanak yang tertawa pula, sendirian di rumah membuat Umi tidak karuan mau mengambil langkah apa.
"Bertahan lah sebentar ya, Nak! Umi akan minta tolong biar kamu di bawa kerumah sakit, tolong jagakan anak ku." Umi berlari pontang panting karena cemas dan takut meninggalkan anak yang kesakitan sendirian.
Wuussssh.
Wuussssh.
"Ya Allah, jaga kan anak ku agar dia baik baik saja!" Umi menatap pohon kelapa yang meliuk liuk kena angin.
"Assalamualaikum, Tamrin!" Umi berteriak keras menggedor pintu.
Rumah Tamrin adalah rumah yang paling dekat dengan rumah nya Umi, jadi sekarang dia datang untuk minta tolong agar membawa Siti kerumah sakit. Tamrin juga punya mobil sehingga pasti bisa, cuma istri nya saja yang kurang bersahabat apa bila tetangga nya minta tolong.
"Walaikum sallam, ada apa ya?" Kopsah keluar dari rumah dengan wajah masam karena sudah tidur.
"Tolong Umi, Sah! Siti pendarahan dan harus di bawa kerumah sakit." Umi gemetar karena panik.
"Lah kok bisa, ya wes biar aku bilang sama Bang Tamrin." Kopsah sedang baik sehingga langsung mau.
"Ya Allah terima kasih, tolong cepat karena Siti Umi tinggal sendirian." Umi berucap pelan.
"Ayo aku temani pulang sekarang, biar Bang Tamrin menyusul." Kopsah langsung mencari sandal.
"Ayo, Ayo!" Tamrin langsung lari membawa kunci mobil nya.
"Buruan Umi, ini Siti hamil dan pendarahan malah di tinggal sendirian!" Kopsah sudah lari duluan karena ikut cemas juga.
Siti adalah teman sekolah nya Kopsah sehingga mereka cukup dekat, cuma Kopsah adalah orang yang mood nya tidak teratur. kadang bagus dan kadang juga tidak, pokok nya harus bisa maklum kalau mood nya sedang jelek dan semua orang harus paham itu.
"Pintu nya pun tidak di tutup begini, Umi!" pekik Kopsah menaiki rumah panggung.
"Tadi panik, maka nya langsung pergi saja." jawab Umi mulai lemas.
"Ihihihiiii.....
"Ya Allah itu ada kuntilanak, Umi buruan lah!" Kopsah panik sendiri jadi nya.
"Tadi sudah Umi usir, Siti ada di dalam kamar nya." Umi langsung menuju kamar.
"SITIIIII!"
Jeritan melengking keluar dari mulut nya Kopsah yang melihat duluan, tubuh teman nya sudah kaku tidak berdarah lagi. wajah dan juga tubuh pucat, bahkan Siti meninggal dalam keadaan mendelik serta tubuh duduk separuh seperti sedang membungkuk menahan rasa sakit yang ia alami sejak tadi.
"Allah, Allah, Allah!" Umi berulang kali menyebut nama Allah saat mendekati jasad anak nya.
"Inalilahi wainalilahi rojiun!" Tamrin mengusap wajah Siti yang mendelik pucat.
"Bang, apa benar Siti meninggal? coba dulu di cek, siapa tau cuma pingsan saja!" Kopsah agak tidak percaya.
"Nafas nya sudah tidak ada dan nadi nya juga tidak ada, Siti meninggal sudah." jelas Tamrin.
"Anak kuuuu, Ya Allah kenapa anak ku harus meninggal begini?" Umi histeris juga melihat nya.
Tubuh Siti di baringkan dengan benar oleh Tamrin dan di angkat dari kasur yang penuh darah segar, bau amis nya menyeruak kedalam hidung tapi di tahan nya saja karena tidak mungkin mayat di biarkan begitu. Kopsah sendiri masih berusaha menenangkan Umi yang menangis, walau dia sendiri juga menangis pilu.
"Yang tabah ya, Umi! mudah mudahan Siti masuk syurga karena dia meninggal dalam keadaan hamil." bujuk Kopsah.
"Kenapa secepat ini dia pergi? huhuhuuu, Umi tidak bisa menerima nya." Umi menangis pilus dalam pelukan Kopsah.
"Itu gara gara Umi tinggal dalam keadaan pintu terbuka, jangan jangan kuntilanak tadi masuk dan membunuh Siti." Kopsah sudah mikir kesana.
"Tidak, kuntilanak itu tidak berani mendekat." sanggah Umi yakin sekali.
"Ah aku yakin itu ulah dia, orang hamil kan di sukai kuntilanak." Kopsah tetap saja ngeyel sesuka hati nya.
"Entah benar entah salah, aku juga yang kena fitnah!" rutuk kuntilanak segera menjauh.
Sedangkan kini tubuh Siti sudah di taruh di ruang tamu oleh Tamrin, ada kasur nya juga karena tidak mungkin mau di baringkan di lantai yang dingin. yang ada nanti darah menetes dari selah papan dan akan di jilati kuntilanak, jadi di pakai kan kasur.
"Ini kita terpaksa menunggu pagi, Umar sama Abi melaut kan?" Tamrin mendekati Umi.
"Iya, mereka tidak akan bisa di hubungi karena tidak ada sinyal." jawab Umi pelan.
"Kalian tunggu lah jasad nya Siti, aku yang akan memberi tahu para warga dan juga Pak RT." pinta Tamrin.
"Ayo kita baca yasin untuk Siti, Umi." ajak Kopsah membenarkan hijab nya.
Dengan langkah yang lemas dan hati hancur, maka Umi pun mendekati jasad sang anak untuk di bacakan yasin. ada rasa tidak percaya di hati nya, sungguh nyawa manusia tidak bisa di tebak dan hanya tuhan yang tau.
Jangan lupa like dan comen nya di karya othor yang baru, semoga suka dan kalian bisa menikmati setiap kata kata nya.
Hallo maaf sebelum nya bila ada kesamaan dengan cerita punya Kakak Siti H ya, mohon maaf bukan maksud mau mencontek tapi saya memang enggak tau dan part Umi mengambil garam kasar sudah othor ganti biar tidak sama. terus othor juga menjelaskan bahwa yang jadi hantu jahat di sini nanti bukan kuntilanak, jadi beda ya.
Sampai pagi baru mayat Siti di urus oleh orang orang karena bila malam tidak mungkin, karena di desa ini paling tidak di sukai mengurus mayat di malam hari. mana Siti meninggal nya juga karena dalam keadaan hamil, mau mati saat melahirkan atau mati keguguran begini maka semua nya akan di kira menjadi kuntilanak nanti nya.
"Umar kok belum pulang, dia apa tidak ada firasat?" batin Umi sudah resah.
Darah dari kemaluan juga masih mengalir deras seolah tidak bisa berhenti, padahal Siti sudah meninggal beberapa jam yang lalu sehingga pasti nya darah juga sudah habis atau mengering. kasur yang di tempati sudah basah, kalau tidak segera di urus malah akan kemana mana darah nya.
"Kenapa rumah kita ramai?" Abi bingung melihat rumah nya yang di penuhi orang.
"Eh enggak tau! ayo cepat pulang, Bi." Umar bingung juga melihat nya.
Seketika Abi membeku karena melihat semua orang pakai baju koko dan pakai peci juga, bahkan bendera kuning juga sudah melambai lambai di depan halaman rumah. itu sebagai pertanda bahwa ada yang meninggal di rumah ini, sudah pasti Abi pikiran nya kemana mana karena Umi juga tidak sehat.
"Siapa yang meninggal?!" Abi langsung memegang tangan Pak RT.
"Abi, masuk lah dulu kedalam rumah dan tenangkan hati mu." suruh Pak RT dengan wajah sedih.
"Assalamualaikum!" Umar langsung masuk karena takut juga.
"Walaikum sallam, Umar!" Umi menatap menantu nya dengan pandangan sedih.
Umar membeku karena melihat Siti yang sudah pucat tidak berdarah di wajah nya yang cantik, tubuh nya kaku dan Umi juga yang menangis histeris. tidak bisa Umar mau berkata kata karena ini sangat membuat jiwa nya terguncang, bagai mana bisa istri nya meninggal begini.
"Kenapa dengan Siti, Umi? kenapa istri ku bisa meninggal!" Umar duduk di sebelah kepala nya Siti.
"Siti pendarahan dan saat Umi meminta tolong, dia sudah tidak terselamatkan lagi." ujar Umi menjelaskan.
"Ya Allah, aku dari awal sudah bilang agar tidak usah hamil saja." Umar sangat menyesali nya.
"Kau ini kenapa sih, kok istri malah di larang hamil?!" Kopsah emosi pula jadi nya.
"Karena Siti mau hamil itu akibat dorongan Umi dan Abi, padahal dia sendiri masih belum yakin mau hamil!" teriak Umar.
Semua warga menatap Umar yang malah mengamuk seolah menyalahkan Umi dan Abi, memang yang menyuruh Siti agar cepat hamil ya kedua orang tua nya. selain karena ingin segera menimang cucu, mereka juga tidak setuju soal KB yang menurut mereka di haramkan dalam agama sehingga Siti cepat di suruh hamil saja walau masih di bilang hitungan pengantin baru.
"Umar, tenangkan hati mu dulu!" Tamrin mendekati Umar yang terbawa emosi.
"Bagai mana aku mau tenang, Siti setiap hari mengeluh bahwa sebenar nya belum siap dengan kehamilan ini karena dia ingin menikmati masa pengantin baru." sengit Umar sudah gelap mata.
"Semua sudah takdir allah, Umar! Siti meninggal dalam keadaan hamil, maka insya allah akan masuk syurga!" Abi mendekati menantu nya.
"Bangsat kalian, tidak ada rasa bersalah di hati kalian walau sudah memaksa istri ku untuk cepat hamil!" geram Umar menujuk wajah Abi karena benar benar emosi dengan keadaan yang sedang dia hadapi.
Semua warga juga terdiam karena mereka sudah terbagi menjadi dua pendapat, ada yang setuju dengan Umar dan ada juga yang membela kedua orang tua nya Siti. mungkin wajar lah bila orang tua ingin cucu, lagi pula mereka juga tidak tau bahwa anak mereka bakal celaka saat sedang hamil begini.
"Bang Umar tidak bisa asal menyalahkan orang tua saja!" Arya mendekati Umar yang mulai hilang kendali.
"Lalu siapa yang mau ku salahkan? aku juga belum ingin punya anak sekarang!" sengit Umar menatap Arya tajam.
"Meninggal Siti itu sudah kehendak Allah, jadi bukan salah siapa pun." jelas Arya.
"Kau tidak usah banyak bacot, Siti mati karena hamil dan pendarahan. yang menyuruh dia hamil adalah orang tua nya, jadi orang tua ini yang bersalah!" Umar tetap saja keras kepala.
"Yang menghamili kan kau, kenapa malah kau sibuk menyalahkan orang!" celetuk wanita cantik.
Semua langsung menatap pada nya dengan pandangan kaget, wanita yang tidak lain adalah Purnama. orang yang sangat terkenal di desa ini karena dia kerap menolong orang yang berurusan dengan hal ghaib, sekarang dia juga datang untuk melayat.
"Benar apa yang di bilang Purnama, kau yang merasakan enak nya dengan Siti karena kau yang membuat bayi nya!" teriak warga.
"Gila kau ini, Umar!" Tamrin saja malu dengan kelakuan Umar.
"Tidak usah hiraukan dia, sebaik nya kita urus mayat Siti secepat nya." ujar Pak RT kesal juga pada Umar.
"Tapi kan Umar benar, mungkin Siti memang belum siap sehingga dia banyak pikiran lalu pendarahan." ujar yang lain.
"Siti itu bayi nya di makan kuntilanak!" celetuk Kopsah.
"Jangan sembarangan, Sah! belum tentu juga, karena sebelum ada kuntilanak dia sudah pendarahan." Umi tidak ingin ada fitnah lagi.
Purnama langsung melirik saat mendengar ucapan nya Kopsah, memang dia melihat ada yang aneh dari pendarahan nya Siti ini. bekas cakaran yang tidak bisa di lihat oleh mata biasa, namun yang membuat dia ragu adalah cakaran kuku tidak runcing seperti milik nya kuntilanak.
"Apa benar ulah kuntilanak, Pur?" bisik Maharani yang selalu mendampingi Adik nya.
"Bukan seperti nya." jawab Purnama pelan dan tetap memperhatikan.
"Tapi kan yang suka wanita hamil itu kuntilanak, Pur." ujar Nana lagi.
"Ya tidak semua kuntilanak lah, itu parakang yang cuma kepala saja kan makan bayi." sanggah Maharani.
Purnama mengangguk karena sebenarnya yang menyukai orang hamil memang banyak, cuma rata rata kuntilanak lah yang sering paling depan untuk mendekati. tapi Purnama merasa tidak merasa itu cakaran nya kuntilanak, sangat berbeda dan ini rasa nya pasti ada iblis lain.
"Nanti aku akan bertanya langsung agar tidak ada fitnah." ucap Purnama.
"Itu tuh wanita yang di sebelah Umi bilang kalau kuntilanak, berarti malam saat kejadian ya ada lah di sana." bisik Maharani lagi.
"Ada di kejadian bukan berarti dia pelaku nya, kau ini bagai mana sih." sengit Nana.
"Bisa jadi cuma mampir saja untuk melihat, itu aroma darah nya pasti kemana mana." ucap Purnama.
Mereka sibuk berdebat siapa yang sudah mengambil janin nya Siti, namun keluarga nya tidak tau karena menganggap ini cuma keguguran biasa yang tidak ada sangkut paut nya dengan iblis jahat.
Selamat pagi pembaca othor, buat Kakak Siti H monggo di baca lagi part ini apa kah sama dengan punya sampean ya.
"Umi, maaf saya mau tanya sedikit soal yang agak sensitif." Purnama mendatangi Umi.
"Apa, Pur?" Umi mendongak menatap wanita cantik ini.
"Apa benar kalau sebelum Siti meninggal ada kuntilanak?" tanya Purnama.
Perlahan Umi mengangguk dan menceritakan bahwa sebelum Siti meninggal memang ada kuntilanak yang terbang di atas pohon, namun dia tidak datang mendekati atau pun masuk kedalam rumah. namun tidak tau saat Umi pergi kerumah nya Kopsah, karena saat itu Siti sendirian dan saat Umi kembali dia sudah jadi mayat.
Umi tau nya juga cuma kuntilanak karena saat itu dia mendengar suara tawa nya saja dari atas pohon kepohon lain, soal tangan hitam besar yang merogoh Siti dia pun sama sekali tidak tau, sebab Umi tidak bisa melihat nya.
"Cuma terbang saja saat itu, pas kesakitan Siti juga tidak ada teriak melihat sesuatu." jelas Umi.
Purnama menghelai nafas karena saat ini tidak bisa mau langsung menyatakan ini ulah nya kuntilanak itu, apa lagi bekas cakaran yang Purnama lihat juga menjelaskan itu bukan lah cakaran nya kuntilanak. semua nya berbeda, kuntilanak senior pun mengatakan bahwa itu bukan ulah bangsa dia.
"Kalau Purnama memang bisa, tolong lihat lah apa yang sudah mencelakai Siti." pinta Umi bersungguh sungguh.
"Insya Allah aku akan membantu, Umi. maka nya aku tanya dulu, apa saat itu Umi melihat kuntilanak di dalam rumah." ucap Purnama.
"Kalau melihat tidak, cuma dengar saja suara tawa nya." jelas Umi.
"Ya sudah, doa kan saja agar Siti tenang dan nanti aku akan berusaha mencari tau." janji Purnama.
"Terima kasih sebelum nya, Nak! mudah mudahan bisa ketahuan apa yang sudah menyakiti Siti sampai meninggal begitu." Umi sungguh berharap sekarang.
Hati orang tua ini jelas hancur karena mendapat dua kali lipat kesedihan, anak semata wayang harus meninggal dunia akibat pendarahan. belum lagi menantu nya juga marah menyalahkan dia yang saat itu memang menyuruh Siti agat cepat hamil, sudah pasti perasaan Umi sangat bergejolak.
"Gimana, Umi?" Kopsah mendekati Umi karena sudah penasaran.
"Purnama akan cari tau, apa benar kalau kuntilanak yang sudah menyakiti Siti." jawab Umi lirih.
"Aku yakin sih seratus persen, pokok nya aku yakin itu ulah kuntilanak." Kopsah begitu yakin akan dugaan nya.
"Kau sok tau sekali, Sah! belum tentu saja, aku malah curiga ulah nya palasik." ujar Kinan.
"Palasik itu apa?" Kopsah malah tidak tau setan ini.
"Palasik itu sama dengan parakang, biasa nya mereka di kenal sebagai hantu yang menyukai bayi atau orang hamil." jelas Umi panjang lebar pada Kopsah yang mendadak bodoh.
Kopsah mengangguk saja walau dia masih belum paham seratus persen dengan yang mereka jelas kan, sebab dia tau nya ya cuma kuntilanak dan juga sundel bolong. sebab wanita hamil sering di satukan dengan hantu itu, banyak yang berpikir bahwa orang mati melahirkan akan jadi kuntilanak gentayangan karena tidak terima dengan kematian nya.
"Sudah lah kau itu, kalau tidak tau apa apa tidak usah banyak komentar." sergah Kinan.
"Halah kayak kau saja yang paling tau, malam itu aku yang mendengar suara tawa nya kuntilanak." kekeh Kopsah.
"Kau pikir dia tertawa karena habis mengambil janin Siti, kan bisa saja dia tertawa akibat kasmaran." sahut Kinan sekena nya saja.
"Dih kau lagi yang sok tau, aku bakal sering bicara dengan Purnama karena dia pasti butuh info dari aku." Kopsah berkata penuh percaya diri.
"Eh KOKOP, yang ada kau bakal kena banting dia!" seru Kinan yang bakal meladeni sampai mana pun bila Kopsah bicara.
"Sudah lah, hentikan pembicaraan kalian itu!" Abi datang menghentikan mereka.
Sontak kedua nya pun terdiam walau masih yakin dengan pendapat masing masing, Kopsah yakin itu ulah nya kuntilanak dan Kinan yakin itu ulah palasik sehingga mereka sama sama keras dan tidak bisa mau di gugat bila sudah debat satu sama lain.
...****************...
"Ini sudah semua apa belum kuntilanak nya?" Purnama menatap Maharani dan Nilam.
Kedua member nya dapat tugas untuk mengumpulkan semua kuntilanak yang ada di kawasan ini, dengan imbalan yang tidak main main tentu nya. siapa saja yang mau datang dan bicara jujur maka akan di beri air suci, wajah mereka akan menjadi cantik sehingga tidak perlu malu akibat buruk rupa lagi.
"Apa masih ada kuntilanak lain?" Maharani menatap ketua kuntilanak yang bernama Wati.
"Rasa nya tidak ada lagi, anggota ku di sini berjumlah dua puluh satu orang." jawab Wati.
"Hitung semua dan kau yang hapal dengan wajah mereka." titah Maharani.
Wati yang dulu nya mati karena santet sama seperti Nilam kini jadi ketua kuntilanak, banyak anak buah nya dan semua di kumpulkan karena mendapat undangan khusus dari Ratu ular. mana hadiah yang mau di berikan juga tidak main main, sudah pasti mereka semua akan hadir.
"Pas semua, mereka datang semua!" ujar Wati dengan bau busuk di tubuh nya.
"Sana dikit, bau mu amis dan busuk sekali." Maharani tidak sanggup mau dekat dekat.
"Nama nya saja kuntilanak, kalau bau pandan ya musang." jawab Wati.
"Melawan saja kau!" Nilam menepuk mulut nya Wati dengan kipas rotan.
Klepaaaak.
"Aduh!" Wati menjerit tertahan karena sakit kipas rotan itu.
Apa lagi saat Purnama sudah berjalan mendekat maka tidak ada yang berani bersuara, sebab saat ini mereka adalah tersangka dari masalah seorang wanita yang meninggal akibat pendarahan. mata Purnama juga melihat bagai mana bekas cakaran yang hitam dan besar di perut Siti, bahkan saat memandikan juga ada bekas di kemaluan nya.
"Tadi malam siapa yang mendekati Siti? bahkan ku rasa dia yang menjadi pelaku nya!" tegas Purnama.
"Siti yang baru meninggal itu, apa dia mati karena janin nya di ambil bangsa ku?" Wati bertanya heran.
"Suruh anggota mu jawab jujur, siapa tadi malam yang terbang mendekati rumah itu!" bentak Purnama mendelik.
"Eh ayam, eh lepas!" Wati mendadak latah karena di bentak Ratu ular.
Siapa yang tidak grogi apa bila sudah di bentak oleh nya, sebab mereka tau setelah bentakan maka akan hadir bantingan maut. Wati sama sekali tidak tau soal kematian Siti, malah mendadak malam ini dapat undangan pula di suruh kumpul.
"Jawab aku, Sialan!" bentak Purnama lagi siap menghantam kan tangan nya.
"Aah konchol panjang, ahhh aduh jadi latah aku." Wati malah kemana mana latah nya.
"Ini mesum sekali kuntilanak nya." Maharani berdecak heran sekaligus tidak sadar diri.
Semua kuntilanak menunduk tidak ada yang berani mengangkat kepala karena sangking takut nya, ketua mereka saja takut menghadapi Ratu ular, apa lagi mereka yang cuma bawahan nya saja.
Hallo guys jangan lupa like dan comen nya ya, ini bab ketiga dan udah ya enggak usah bahas lagi soal yang di bab pertama karena di sini sudah terlihat jelas bahwa cerita othor beda dengan milik orang lain.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!