"Mas, tolong aku! kakiku tidak bisa di gerakkan!"
Tangis seorang wanita pecah, ketika dia melihat kobaran api di rumah mewahnya. Dia berada di ruang tengah, dimana malam itu angin berhembus begitu kencang.
Dia juga heran, kemana semua pelayan dan penjaga rumah.
Sementara pria yang dimintai tolong olehnya. Hanya berdiri mematung dengan pandangan yang tak pernah dia lihat sebelumnya terpancar dari pria itu.
Tak tak tak
Sebuah langkah kaki lain, terdengar oleh wanita itu.
Wanita itu melihat sosok yang sangat dia kenal. Dengan cepat meminta bantuan pada seorang wanita cantik dengan gaun malam mini dan tampak berjalan mendekati pria yang ada di hadapan wanita yang tengah merintih kesakitan sambil memegang kakinya itu.
"Gina, Gina tolong aku. Panggil pemadam kebakaran! Tolong panggil ambulance!" pintanya dengan sorot mata penuh harap.
Tak ada kecurigaan sama sekali di hatinya. Pada dua orang yang bahkan seperti senang melihatnya menderita itu.
"Kenapa harus panggil pemadam kebakaran?" tanya Gina yang segera merangkul bahu pria di depan wanita yang terlihat shock bukan main itu.
"Gina" lirihnya.
"Anna, lihat baik-baik! Mas Ferdi sudah merancang semua ini untukmu. Kenapa aku harus menggagalkan rencananya?"
Mata wanita bernama Anna itu melebar. Ferdi, laki-laki di depannya itu, yang sekarang sedang di peluk mesra oleh sahabatnya itu adalah suaminya. Suaminya yang dia nikahi dua setengah tahun lalu. Bagaimana mungkin?
Anna menggelengkan kepalanya dengan cepat. Dia masih sangat tidak percaya. Ferdi adalah suaminya, Ferdi sangat baik padanya dah sangat mencintainya. Ferdi selalu ada di sampingnya, menemaninya, menuruti apapun keinginannya. Itu sama sekali tidak mungkin.
"Tidak! tidak mungkin!" Anna masih mencoba mengelak.
"Apa yang tidak mungkin?" tanya Gina yang saat ini berada di depan Ferdi, dan meraih tangan pria itu untuk memeluk pinggangnya, "lihat baik-baik Anna. Yang di cintai mas Ferdi sejak dulu itu adalah aku. Bukan kamu! kami bahkan punya seorang anak yang sangat manis. Flo, dia bukan keponakanku. Dia adalah anakku dan mas Ferdi. Di lahir saat aku katakan padamu, aku dapat pekerjaan di luar negeri, tepat di hari pernikahanmu dengan mas Ferdi!"
Anna semakin tak percaya. Wajahnya yang penuh air mata menjadi pucat, seperti tak ada darah mengalir di tubuhnya.
Namun mendengar semua itu, Anna masih mencoba untuk menyangkal.
"Tidak mungkin, kamu pasti berbohong. Mas Ferdi sangat mencintaiku!"
Gina sepertinya mulai kehabisan kesabaran. Wanita itu menyentuh lembut wajah Ferdi.
"Sayang, katakan pada wanita bodohh ini! dia masih saja buta, padahal matanya jelas-jelas melihat kita seperti ini!" kata Gina manja pada Ferdi.
Tangan Ferdi, merengkuh belakang kepala Gina dan mencium bibir Gina di depan Anna.
"Mas, jangan lakukan itu!" kata Anna yang hatinya terasa tersayatt begitu pilu.
"Sekarang kamu bisa percaya kan, Anna?" tanya Ferdi.
Air mata Anna mengalir semakin deras. Pria itu, pria di depannya itu yang tak punya pekerjaan pada awalnya. Teman sekolahnya yang mengejarnya sejak dia SMA. Dan di terima oleh Anna, karena Anna merasa Ferdi begitu tulus. Malah menyakitinya seperti ini.
Setelah Anna mengorbankan segalanya untuk Ferdi. Bahkan bertengkar dengan ayah dan ibunya supaya Ferdi bisa di terima di perusahaan.
"Oh ya, ayahmu juga bukan sakit jantung. Dia jatuh dari tangga, karena aku yang mendorongnya!" kata Ferdi lagi semakin membuat hati Anna tercabik-cabik.
Bayangan ayahnya tersenyum, dan menangis saat Anna memutuskan lebih memilih Ferdi daripada keluarganya melintas begitu saja di benak Anna.
"Kamu jahat!" pekik Anna.
"Ya ampun Anna, kenapa berteriak begitu? kamu hanya akan menghabiskan energi terakhirmu. Sup yang kamu minum itu, sudah di beri racun. Sebentar lagi kamu tidak akan bisa bergerak dan tak bisa bicara. Sungguh kasihan!"
"Kenapa kalian melakukan ini?" lirihnya terisak.
"Karena kamu sudah mau matii, maka aku akan beritahu?" kata Gina.
Gina mendekat ke arah Anna, untuk menendang kaki Anna yang sudah mati rasa setelah rasa sakit yang luar biasa tadi.
"Karena aku dan Ferdi, ingin hidup bahagia bersama anak kami. Ayahmu sudah tidak ada, kakakmu di penjara karena tuduhan palsu, wanita yang dia perkosaa itu, menjebaknya. Kakakmu sudah di beri obat. Lalu, ibumu sekarang koma di rumah sakit, dan sebentar lagi juga akan mati karena kami tidak mau membayar biayanya. Aku sudah beritahu semuanya kan? sekarang kamu bisa mati dengan tenang!"
Kata Gina yang segera kembali mendekat ke arah Ferdi.
Anna sudah tidak bisa menggerakkan kaki dan tangannya.
"Ferdi... jangan lakukan ini padaku! aku memberikan apapun yang kamu mau, aku selalu patuh padamu. Jangan lakukan ini!"
Hatinya sakit, sangat sakit. Dia sudah mengorbankan segalanya untuk pria yang sampai sekarang masih suaminya itu.
"Aku tidak pernah menyukaimu, Anna. Aku mendekatimu hanya karena kamu kaya. Oh ya, yang mencintaimu itu kakakku, dia sangat bodohh. Dia bahkan merelakan kamu menikah denganku. Melepasmu demi kebahagiaanmu. Dia sama bodohhnya denganmu. Sekarang dia depresi, dan tidak tahu dimana! Sungguh kasihan!"
Anna masih tidak bisa mempercayai ini. Rasa cintanya pada Ferdi sangat besar. Hingga rasa sakit yang dia rasakan membuatnya gemetaran.
"Sedikit saja, apa kamu pernah menyukaiku..."
"Tidak pernah!" tegas Ferdi.
Tangis Anna kembali pecah. Dan warnanya tidak lagi seperti air mata. Rasa sakit yang luar biasa, di tambah racun yang di berikan oleh Ferdi. Membuatnya seperti ingin meledak.
"Sayang, Flo sudah menunggu kita. Biar dia mati terbakar di sini. Besok, kita tinggal klaim asuransinya" kata Gina sambil tertawa.
Seperti nyawa Anna itu sama sekali tidak berharga di mata mereka.
"Aku buta, aku buta karena percaya pada kalian berdua. Aku menyayangi kalian berdua, tapi apa balasan kalian padaku! Aku bersumpah, kalian tidak akan bahagia!"
"Ha ha ha, lucu sekali. Otakmu sudah tidak benar sepertinya. Mungkin efek racun itu, Anna. Kamu sudah mau mati. Ucapanmu itu sama sekali tidak berguna. Ayo sayang!"
Gina dan Ferdi sungguh berjalan sambil bergandengan mesra dan tertawa melihat keadaan Anna.
"Aku tidak akan memaafkan kalian berdua. Tidak akan!"
Kobaran api semakin besar, terdengar suara mobil meninggalkan tempat itu. Anna tak bisa lagi bersuara. Hanya dua garis merah di setiap sudut matanya yang terus mengalirkan air mata berwarna merah.
Brakk
"Anna! Anna!"
Anna sudah tak berdaya, tapi dia bisa melihat sosok tinggi dan suara yang familiar.
'Kak Frans' batinnya.
Frans yang sudah banyak terluka dan terlihat beberapa bagian tubuhnya terkena luka bakar segera menggendong Anna.
"Aku akan menyelamatkanmu, kamu pasti akan selamat. Percaya padaku Anna, aku akan melindungimu!"
Semakin deras air mata itu.
'Maafkan aku kak, aku tidak pernah menyadari keberadaan dan cintamu. Jika waktu bisa di ulang, aku tidak akan mengabaikanmu'
Brakkk
Keduanya terjatuh, kayu penopang pintu utama terbakar dan menimpa tubuh Frans. Kayu itu terbakar, tubuh Frans juga.
"Maafkan aku Anna..."
Anna menatap mata Frans yang terpejam. Pria yang dulu sering memperhatikannya dari jauh, tapi sikapnya sangat dingin. Siapa sangka pria ini punya cinta yang begitu tulus untuknya.
'Maaf kak...'
***
Bersambung...
Byurrrr
Mata Anna terbuka, dia merasa nafasnya sesak. Dia berpikir, mungkin karena dia memang berada di tengah gumulan api yang membakar rumahnya. Yang sengaja di rancang oleh Ferdi.
Tapi saat dia melihat apa yang ada di depannya. Itu bukan api, ini air. Dia sesak karena air, dia tenggelam.
Dan di depannya, saat dia berusaha meraih apapun yang ada di atas sana, di permukaan air. Dia melihat seorang pria berenang ke arahnya.
Matanya melebar.
'Kak Frans' batinnya.
Frans berenang membantu Anna dan menggendongnya ke atas kolam renang.
Setelah menggendong Anna, dan membaringkannya di atas kursi santai di tepi kolam renang. Anna yang masih coba mencerna apa yang terjadi melihat Ferdi datang.
"Kak, sekarang kamu pergi! saat keluarga Anna kemari. Mereka pasti akan menyukaiku, dan menerima hubungan kami. Pergilah!" kata Ferdi.
Frans mengangguk dan pergi.
Anna yang tiba-tiba pusing, tidak dapat mengingat apapun lagi.
**
Anna membuka matanya perlahan, dia mendengar suara mesin ekg di telinganya. Pandangannya terarah ke atas, ke langit-langit.
"Ini rumah sakit?" gumamnya bingung.
"Anna"
Anna menoleh, itu suara ibunya.
"Ibu"
"Gadis nakal, sudah tahu tidak bisa berenang, tapi masih dekat-dekat kolam renang!"
Mata Anna berkaca-kaca, itu adalah ayahnya.
"Apa ini di surga?" tanyanya.
Dia pikir, mungkin dia sedang berada di surga bersama ayah dan ibunya.
Pletakk
"Anton!" tegur ibunya Anna, Fania.
"Di surga apanya? matamu itu bermasalah ya, ini di rumah sakit!"
"Kakak" kata Anna yang segera memeluk kakaknya.
Kedua orang tua Anna, dan Anton kakak Anna sempat heran. Kenapa Anna malah memeluk Anton seperti itu. Biasanya mereka selalu bertengkar, karena memang yang paling menentang tegas hubungan Anna dengan Ferdi adalah Anton.
Anna memperhatikan kedua orang tuanya, memperhatikan kakaknya. Dan kalender di atas meja.
"Hah, tahun berapa ini?"
"Dih, cuma jatuh ke kolam renang kamu jadi amnesia?" sindir Anton lagi.
Anna terdiam, ini tahun dimana dia akan mengadakan pesta ulang tahun beberapa hari lagi. Dan mengumumkan hubungannya dengan Ferdi di depan semua orang. Meski tadinya menentang, karena mengetahui Ferdi yang menyelamatkan Anna dari tenggelam. Kakak Anna mengalah saat itu.
"Anna, ayah dan ibu sudah membuat keputusan. Semua akan terjadi seperti yang kamu inginkan. Kamu bisa mengumumkan kalau kamu dan Ferdi pacaran di pesta ulang tahunmu yang ke 20. Seperti keinginanmu itu!" ujar Rio, ayah Anna.
"Kalau saja dia tidak menyelamatkanmu dari tenggelam, sampai kapan pun aku tidak setuju. Dia itu pengangguran yang menyebalkan!" celetuk Anton.
Anna segera mengerti keadaan ini. Ternyata, dia memang kembali ketika dia di selamatkan saat tenggelam. Tapi yang dia lihat tadi bukan Ferdi, melainkan Frans. Dia juga mendengar ucapan Ferdi dengan jelas. Semua ini rancangan Ferdi.
"Bukan Ferdi yang menyelamatkan aku!"
Ucapan Anna sontak saja membuat kedua orang tua Anna, dan Anton terkejut.
"Bukan dia? jelas-jelas yang menggotongmu ke mobil itu dia, yang membawamu ke rumah sakit itu dia!" kata Anton yang menyaksikan semua itu.
"Iya, tapi yang menyelamatkan aku dari kolam bukan dia. Itu kak Frans. Aku melihatnya!" kata Anna.
"Frans?" tanya Rio.
"Iya ayah, itu Frans!" Anna mencoba meyakinkan semua orang.
"Benar-benar si Ferdi, dia bahkan memanfaatkan kakaknya. Sudah aku katakan, putus saja dengannya Anna!" kata Anton lagi.
Anna terdiam, dia memang akan melakukan itu.
**
Beberapa jam kemudian, Anna di antarkan oleh Anton ke rumah Ferdi dan Frans. Mereka masih tinggal satu rumah.
"Dasar bucin, katanya mau putus. Baru keluar dari rumah sakit, yang di cari si pengangguran itu!" omel Anton.
"Kakak ini kenapa sih? tidak percaya sekali padaku. Siapa yang mencari Ferdi? aku tahu dia saat ini tengah mencari pekerjaan di perusahaan paman Tommy. Itu syarat dari ayah supaya dia melamarku kan?" tanya Anna.
"Lalu untuk apa kamu kemari?" tanya Anton lagi.
"Mau berterimakasih pada penyelamatku. Sudah sana pergi! oh ya, lebih baik kakak cari pacar, jangan sampai ada gosip lagi!"
"Heh, atur saja hidupmu yang penuh kebucinan itu! kenapa mengurusi aku?" tanya Anton tidak senang.
Anna terdiam menatap kakaknya.
'Kakak memang harus cepat cari pacar. Jika tidak, wanita munafik itu akan mendekati kakak. Dan memfitnah kakak sampai masuk penjara, wanita yang di bayar oleh Gina' batin Anna.
"Kenapa menatapku seperti itu? aku tahu aku tampan!"
"Wah, anda beli pede dimana? pasti lagi diskon ya? sampai belinya berlebihan begitu?" tanya Anna menggoda kakaknya.
"Di mall mana ada yang juga pede? sudahlah, jangan lama-lama. Aku tunggu di sini..."
"Kakak pulang saja, setelah ini aku masih harus ke butik. Kakak pasti bosan!" kata Anna.
"Baiklah, tapi jika ada apapun. Cepat hubungi aku!" kata Anton dan Anna segera mengangguk.
Begitu mobil Anton pergi. Anna segera berjalan ke arah pintu. Itu adalah rumah kosan yang di sewa oleh Frans, yang bekerja di sebuah perusahaan kecil. Sebenarnya dia sangat cerdas dan cekatan, hanya saja dia tidak bisa bekerja hanya di satu tempat. Karena ada 4 orang yang harus dia tanggung biaya hidupnya.
Tok tok tok
Ceklek
"Anna, Ferdi sedang tidak ada di rumah!"
Mata Anna berkaca-kaca begitu melihat Frans.
Grepp
Frans terkejut bukan main. Anna tiba-tiba saja memeluknya.
'Maafkan aku kak, aku dulu tidak tahu kalau yang menyelamatkan aku dari kolam itu kamu, bukan Ferdi. Maafkan aku!'
"Anna, kamu kenapa?" tanya Frans bingung.
Dia bahkan tak berani menyentuh Anna. Kedua tangan pria itu naik ke atas. Takut salah pegang.
"Apa aku boleh memanggilmu, mas Frans mulai sekarang?" tanya Anna mendongak melihat ke arah Frans.
Deg
Jantung Frans seperti mau lompat dari sarangnya. Dan pipi pria itu, menjadi begitu merah.
Anna tersenyum.
"Boleh ya?" tanya Anna lagi.
Frans tidak tahu Anna kenapa. Tapi, dia memang sangat senang, di peluk begitu oleh wanita yang sudah lama dia sukai dan di panggil dengan sapaan manis seperti itu.
Frans mengangguk perlahan, dan reaksi itu membuat senyum Anna semakin lebar.
"Terimakasih, terimakasih mas Frans!" katanya yang semakin mempererat pelukannya.
'Mas, aku senang sekali bisa melihatmu lagi. Aku tidak akan mengabaikan mu lagi. Aku janji' batinnya.
***
Bersambung...
Frans memberikan minuman untuk Anna, dan meletakkannya di atas meja ruang tamu. Sedangkan Anna, wanita itu tengah melihat beberapa lukisan yang ada di dinding.
"Mas yang melukisnya?" tanya Anna.
"Iya, tidak bagus ya?"
Anna segera berbalik dan menyentuh lengan Frans.
"Bagus mas, bagus sekali!"
Frans melihat ke arah lengannya yang pegang oleh Anna. Anna yang menyadari kalau dia sepertinya terlalu agresif, segera menarik tangannya. Dia memang sangat excited bertemu dengan Frans lagi, melihat pria yang sebenarnya sudah berulang kali menyelamatkannya dalam kehidupannya sebelumnya. Namun dia tidak menyadarinya.
Tapi, dia juga tahu. Mungkin Frans sangat canggung. Masalahnya, sekarang dia masih kekasih adiknya.
"Maaf!" kata Anna yang segera menarik tangannya, "tapi lukisan ini sangat bagus. Aku boleh foto?" tanya Anna kemudian.
Frans mengangguk, lesung pipi di wajahnya juga terlihat begitu manis, saat dia tersenyum.
Anna segera mengeluarkan ponselnya. Dia pun memotret lukisan-lukisan yang ada di dinding itu. Dia akan membuat Frans menjadi pelukis terkenal, dia akan membantunya. Karena di kehidupan lampau, Frans mengubur semua mimpinya itu, melupakan hobinya dan cita-citanya sejak kecil karena bekerja tak kenal waktu.
"Sudah, aku minta nomor mas!" kata Anna menyerahkan ponselnya pada Frans.
"Nomorku?" tanya Frans masih bingung.
Anna mengangguk dengan cepat.
"Iya, aku harus pergi sekarang. Aku mau ke butik, besok adalah ulang tahunku. Mas datang ya. Nanti malam, aku akan menghubungi mas" kata Anna dengan santai.
Tapi perkataan Anna itu membuat Frans terdiam. Dia tidak pernah melihat Anna seakrab ini dengannya. Dulu, Anna bahkan selalu menghindari Frans saat mereka tidak sengaja bertemu atau berpapasan.
Itu semua salah Ferdi. Ferdi selalu mengatakan hal buruk tentang Frans pada Anna. Itu membuat Anna takut, dan selalu menjaga jarak. Ternyata semua itu tidak benar. Ferdi memang seorang penipu besar.
"Mas, aku tanganku pegal!" kata Anna lagi, karena Frans tak kunjung meraih ponsel yang Anna berikan.
"Oh iya"
Frans meraih ponsel Anna, dan menyimpan nomornya. Setelah itu, dia memberikan ponsel Anna kembali.
"Ini" kata Frans.
Anna mengambil ponselnya, dan melihat nama Frans di simpan dengan nama apa. Anna terkekeh pelan ketika melihat nama kontak Frans Anggara disana.
"Mas, terlalu formal" ucap Anna sambil mengganti nama kontak Frans, "lihat ini! ini baru benar!" kata Anna sambil memperlihatkan layar ponselnya pada Frans.
'Calon Suamiku' batin Frans membaca nama kontak Frans di ponsel Anna.
Anna menurunkan tangannya, dan segera berjalan ke arah pintu.
"Anna, apa maksudnya? itu nomorku bukan nomor Ferdi?" tanya Frans yang masih merasa bingung dan heran dalam saat bersama.
Anna berbalik.
"Aku tahu, ini nomor mas Frans. Makanya aku simpan dengan nama ini. Aku pergi dulu, nanti malam aku telepon!" kata Anna yang langsung keluar dari rumah kontrakan Frans itu.
"An..." Frans menjeda ucapannya. Pintu rumah kontrakannya itu sudah tertutup.
Frans masih berdiri diam di tempatnya.
"Calon suami?" gumamnya bingung.
Frans menghela nafas panjang. Dia melihat ke arah gelas minuman yang dia buat tapi, belum di sentuh oleh Anna itu.
Dari dulu, jika dia buatkan minuman untuk Anna, wanita itu memang tidak akan pernah meminumnya. Seperti takut, atau jijik mungkin padanya.
Frans pun meraih gelas itu, meminumnya seteguk.
Ceklek
Frans menoleh ke arah pintu, Anna kembali lagi.
"Mas, tadi kamu buatkan aku minum kan? aku buru-buru sampai lupa meminumnya. Berikan padaku!" kata Anna mendekati Frans dan meraih gelas yang ada di tangan Frans.
"Anna itu bekas minumku, aku akan buatkan..." Frans menjeda ucapannya, ketika Anna bahkan membalik arah gelas itu. Hingga bekas bibir Frans yang ada di bibir gelas, menjadi sisi dimana Anna meminumnya.
Anna meminum hampir setengah gelas. Melihat itu, Frans yang memang menyimpan perasaan pada Anna, tak bisa berkata-kata.
"Manis, terimakasih!" kata Anna kembali meletakkan gelas itu di atas meja lalu pergi lagi.
"Anna" lirihnya menatap gelas di atas meja.
Frans terdiam, dan mengingat bagaimana Anna mengubah arah bibir gelas itu ke arahnya dan meminumnya dengan santai. Bahkan ucapannya yang berkata 'Manis' itu begitu terngiang-ngiang di telinga Frans.
"Ada tamu kak?" tanya Ferdi yang baru datang.
Frans segera mengambil gelas yang ada di atas meja.
"Iya, tapi sudah pergi. Bagaimana? apa kamu dapat pekerjaan itu?" tanya Frans.
"Tentu saja, aku kan sudah katakan padamu. Jika aku mau, aku pasti bisa mendapatkan pekerjaan. Ck, kenapa aku tidak bisa menghubungi Anna!" kata Ferdi yang duduk di sofa sambil terus berusaha menghubungi Anna.
"Tidak bisa menghubunginya? apa kalian bertengkar?" tanya Frans.
"Tidak! seharusnya dia mencariku kan? keluarganya harusnya berterimakasih padaku karena sudah menyelamatkannya kan? kenapa ini tidak ada sama sekali!" keluhnya lagi.
Ferdi diam dan berpikir. Sementara Frans juga tidak mengerti. Anna datang tadi, bukannya mencari Ferdi, malah mencarinya.
"Ck, aku pasti terlalu banyak berpikir. Dia akan ulang tahun besok. Dia pasti sangat sibuk. Aku ke kamar dulu kak..."
"Ferdi, aku akan berangkat kerja. Apa tidak sebaiknya kamu pulang ke rumah ayah?" tanya Frans.
"Ck, tidak. Kalau mau kerja, kerja saja. Aku mau tidur!"
Frans hanya bisa menghela nafas panjang. Dia itu pria yang hidupnya lempeng-lempeng saja, kecuali masalah kerja. Karena dia punya adik perempuan yang masih SMP. Belum lagi ayahnya yang baru di phk dan ibunya yang sudah kurang sehat.
Dia dan Ferdi, itu jauh berbeda. Ferdi sangat ambisius, tapi usahanya minim. Dia maunya hidup enak, menikah dengan wanita kaya dan cantik. Memanfaatkan semua sumber daya wanita yang jatuh cinta padanya, karena merasa dirinya sangat tampan.
Itu memang cukup berhasil. Karena di kehidupan sebelumnya, Anna benar-benar cinta mati padanya sampai memberikan semuanya pada pria yang bahkan tega mengkhianatinya itu.
Sementara itu, Anna sudah sampai di butik. Butik terkenal, dimana hanya beberapa orang saja yang bisa bebas datang tanpa reservasi.
Dan setibanya di sana, sebuah mobil yang sangat familiar berada di tempat parkir VIP.
"Pucuk di cinta, ulam pun tiba. Aku baru mau mencarimu Gina. Kamu malah sudah datang sendiri kemari!" gumamnya.
Anna masuk ke dalam butik itu, dimana dia melihat Gina sedang bicara dengan manager butik.
"Maaf nona Gina, ini sudah di pesan oleh nona Anna. Anda bisa lihat rancangan yang lain" kata manager itu masih dengan sangat sopan.
"Kamu tahu siapa aku kan? aku anaknya Tommy Wiguna. Pemilik perusahaan Wiguna grup. Dan Anna adalah sahabatku, dia akan memberikan apapun yang aku inginkan, dia itu selalu mengalah padaku. Berikan ini padaku, cepat!" kata Gina.
"Begitukah?" tanya Anna yang menghampiri Gina dan manager itu dengan santai, membuat keduanya menunjukkan ekspresi berbeda.
'Heh, dia sudah datang. Gaun ini akan jadi milikku, bahkan aku tidak perlu membayarnya. Anna pasti akan membelikannya untukku, dasar wanita bodohh!' batin Gina penuh keyakinan.
***
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!