NovelToon NovelToon

Cinta Gadis Desa

bab1

Hari masih terasa sangat dingin, burung-burung mulai mengeluarkan suaranya, mataharipun terlihat malu-malu, aku berjalan menyusuri jalan setapak yang penuh kerikil kecil, sakitnya kaki yang tak memakai alas kaki tak ku hiraukan, pikiranku saat ini adalah pergi jauh sejauh- jauhnya dari tempat ini.

Tak lama kemudian aku melihat ada sebuah truk terparkir di bawah pohon besar, aku mendekatinya, ternyata ini adalah truk pengangkut sayuran ke kota, aku tak pikir panjang lagi, aku cepat-cepat naik ke truk tersebut, tak lama kemudian sang supir datang dan langsung menyalakan mesin mobil dan melajukannya ke kota.

Oh ya perkenalkan namaku Nurul Aulia, aku seorang gadis berusia 20 tahun, aku tinggal d sebuah desa kecil bersama ayah, ibu tiri dan adik tiriku, setiap hari aku bekerja di sebuah warung sembako milik tetanggaku, ibuku meninggal saat usiaku 8 tahun, setahun kemudian ayahku yang bernama Yanto menikah lagi dengan seorang janda anak satu yang bernama Marni, ayahku seorang petani, sebenarnya penghasilan ayahku cukup untuk kehidupan kami sekeluarga, akan tetapi karena ibu tiriku yang selalu hidup berfoya-foya, maka uang untuk kehidupan sehari-hari selalu saja kurang.

Maka dengan terpaksa bapak sering meminjam uang kepada pak Mardi seorang rentenir, bahkan untuk biaya sekolahku pun aku membiayainya sendiri, sejak kecil aku sudah bekerja membantu di warung sembako milik tetanggaku yang bernama Bu ani, beliau kasihan kepadaku, aku sepulang sekolah selalu berangkat ke tokonya untuk bantu-bantu sebisaku.

"Nurul bangun" teriak Bu Marni ibu tiriku, padahal hari masih sangat pagi, adzan subuhpun belum berkumandang.

"iya Bu" jawabku.

"cepat ke dapur siapkan sarapan dan beres-beres, jadi anak gadis tuh jangan malas" lanjutnya lagi.

"iya bu, tapi bu aku mau sholat dulu" jawabku Bu Marni malah memelototiku"tar aja sholatnya, tar gak keburu masak lagi, kaburu kamu berangkat kerja"

Dengan terpaksa aku menurutinya" iya Bu"

Cepat-cepat aku ke dapur menyalakan kompor, masak air dan nasi, sambil masak aku nyuci piring, nyapu dan ngepel.

Selesai beres-beres aku membuka kulkas ternyata hanya ada tempe dan telor 2 biji, aku lanjut goreng tempe dan dadar telor.

Setelah selesai barulah aku mandi dan shalat, aku melihat jam sudah pukul setengah enam, "ya Allah maafkan hambamu ini yang baru bisa melaksanakan kewajiban ku" imbuhku.

Setelah siap-siap aku keluar kamar, untuk sarapan dan berangkat kerja, tapi seperti biasa di meja makan sudah tidak ada siapa-siapa, hanya ada piring kotor bekas makan ayah ibu tiriku dan Elsa adik tiriku, ayah sudah pergi ke kebun, Bu Marni ke rumah sodaranya ga tau untuk apa, sedangkan Elsa entah kemana, seperti biasa aku selalu sarapan tanpa lauk, mereka menghabiskannya, untungnya di dalam tasku selalu ada abon dan krupuk pemberian Bu ani majikanku.

Setelah sarapan barulah aku beresin piring-piring kotor dan berangkat bekerja.

Sesampainya di warung bu ani, aku langsung beres-beres barang dagangan, tanpa terasa waktu berjalan, jam sudah menunjukan pukul 5 aja, dan itu artinya waktunya pulang,

"Nurul sebelum pulang ke rumah ibu dulu yah" kata Bu ani.

"iya Bu" jawabku

Memang rumah Bu ani dan warung sembakonya tidak menyatu, tapi sebelahan. Setelah aku menutup warung, aku bergegas ke rumah Bu ani.

"assalamualaikum" aku mengucapkan salam

"waalaikumsalam, sini Nurul duduk" imbuh Bu ani.

"Nurul ini gajimu bulan ini" kata Bu ani sambil menyodorkan amplop.

"terimakasih Bu" jawabku sambil mengambil amplop tersebut.

Sebelum pulang aku membuka amplop dan mengambilnya sebagian, kusimpan d dompet kecil dan menyimpannya di saku celana biar aman.

Bab 2

Jam tangan d tanganku sudah menunjukan jam setengah enam sore, itu artinya sebentar lagi adzan Maghrib akan berkumandang, aku segera bergegas ke rumah.

"Assalamualaikum" aku mengucapkan salam. "waalaikumsalam" serempak ayah, ibu tiriku dan Elsa adik tiri ku menjawab. Tumben mereka berkumpul di ruang tamu. Tapi aku gak ambil pusing, aku melenggang menuju kamarku, tapi sebelum aku sampai di depan pintu kamarku, Bu Marni memanggilku" Nurul sini duduk sebentar" katanya.

Sambil menghampirinya aku bertanya"ada apa Bu?",

"gini nak hari inikan kamu gajihan, boleh ga uangnya ibu pinjem dulu buat kebutuhan rumah ini?" kata Bu Marni sambil mengelus punggungku.

"sudah kuduga" dalam hatiku berkata.

"tapi Bu jangan semuanya ya, aku juga punya kebutuhan" imbuhku.

"emangnya kebutuhan kamu apa sih? Semua sudah di siapkan di rumah ini" katanya lagi.

"Sudahlah nak pinjemin dulu ibumu, tar kalau ayah sudah ada uang, ayah ganti yah" ayah ikut menimpali.

"Setiap bulan juga begitu bilangnya akan di ganti, tapi buktinya ga pernah kan?" kataku sambil mengeluarkan amplop dari dalam tasku, kulihat Bu Marni dan Elsa matanya tak berkedip.

"makasih yah" ucap Bu Marni sambil merebut amplop dari tanganku.

"Bu jangan semuanya" rengekku

" uang cuma 500 ribu aja, kamu tuh perhitungan sekali, lagian pelit amat Bu ani majikan kamu itu, masa kerja dari pagi hingga sore cuma di bayar 500 ribu" jawabnya.

Ga tahu aja Bu Marni ini, gajiku sebenarnya 1 juta 500 ribu, setiap gajian aku selalu menyembunyikan yang 1 jutanya buat di tabung.

Sambil bangkit dari duduknya Bu Marni bilang"sana cepat mandi bentar lagi mo Maghrib".

Aku bergegas ke kamarku buat bersih-bersih,

Tak lama adzan berkumandang, aku segera melaksanakan kewajiban ku kepada khalik,

Keesokan harinya kulalui seperti biasanya, di warung tempat bekerjaku pun selalu sibuk dengan melayani pembeli, Bu ani memang sangat baik padaku, beliau selalu perhatian kepadaku, melebihi keluargaku.

Beliau selalu memberikan makanan kepadaku, karena beliau tahu bagaimana sifat ibu tiriku padaku., sebelum pulang aku selalu di suruh makan dulu.

Sore ini aku baru saja pulang dari warung Bu ani, tapi sore ini ada yang beda di rumahku, ada banyak orang yang tidak aku kenal,

"Assalamualaikum" seperti biasa aku mengucapkan salam

"waalaikumsalam" jawab mereka serempak

"Ada apa ayah?" aku bertanya pada ayahku

"sini duduk dulu nak" jawab ayah

" bapak-bapak ini siapa ayah?" tanyaku lagi

" bapak-bapak ini adalah orang suruhan juragan tanah nak, mereka menagih hutang kepada ayah," jawah ayah

" emangnya ayah punya hutang berapa sama juragan tanah itu ayah?" tambahku

"50 juta nak, itu belum sama bunganya" jawab ayah sambil tertunduk.

" hah" aku melongo tak percaya

" buat apa ayah meminjam uang sebanyak itu?" tanyaku lagi

"buat kebutuhan kita sehari-hari," jawab ayah

"memang minjemnya ga sekali dua kali tapi sering nak, dan sekarang jatuh temponya" tambahnya lagi.

"kalau kamu punya uang, bayarlah dulu nak, tar kalau ayah sudah ada ayah ganti" lanjutnya.

"memangnya aku punya uang dari mana ayah? Kan setiap gajihan juga selalu diambil ibu" jawabku. Enak aja uang tabunganku selama ini harus aku berikan buat bayar hutang yang ga tahu hutang bekas apa, pikirku.

Salah satu orang yang menagih hutang itu berkata"yaudah jadi gimana nih pak Yanto, mau bayar sekarang atau kami sita rumah bapak ini?" tanyanya.

"jangan disita dong pa, tak keluarga saya mau tinggal dimana?" jawab ayah.

"gini aja saya minta tolong sampaikan pada juragan, minta kelonggaran waktu beberapa bulan saja" tambahnya lagi sambil mengiba.

"baiklah saya akan sampaikan, tapi kalo dalam waktu dekat bapak tidak bisa mencicilnya, jangan salahkan kami bila rumah ini kami sita." kata si penagih yang kepalanya botak.

"iya baiklah saya akan berusaha mencicilnya" jawab ayah.

lantas para penagih hutang itu pergi meninggalkan rumah kami, ayah termenung, sedangkan ibu Marni melenggang menuju kamarnya di ikuti Elsa anaknya. Aku bingung bagaimana ayah bisa melunasi hutang yang begitu besarnya, sedangkan hasil panenpun tak sebesar hutang ayah pada juragan tersebut.

Tak terasa adzan Maghrib berkumandang, aku segera bergegas membersihkan diri, lalu melaksanakan shalat Maghrib.

Pagi-pagi sekali ibu dan Elsa sudah rapih, mereka sepertinya mau berangkat, tapi aku malas menanyainya.

"Nurul bagi duit dong" kata Elsa

"aku lagi butuh banget nih" tambahnya lagi

Elsa memang seumuran denganku, dia beda setahun lebih muda dariku, jadi dia biasa memanggilku nama saja.

"ga punya duit aku, kan uangku di ambil semua sama ibu" jawabku.

"bohong kamu, kamu pasti suka di kasih uang tambahan kan sama Bu ani? Aku tahu itu." jawabnya lagi sambil merebut tas yang aku bawa. lalu dia membukanya dan mengobrak-abrik isinya, kebetulan ada uang sisa jajanku kemarin 30 ribu, lalu dia mengambilnya.

"yah cuma segini, dimana kamu nyembunyikan uangnya?" tanyanya

" aku ga punya uang lagi Elsa" jawabku.

" Elsa tuh mo ikutan casting di kota, kalau dia di terima maka kehidupan keluarga kita akan berubah, jadi kamu pinjemin dulu uang kamu, tar kalau Elsa sudah punya penghasilan di ganti," kata Bu Marni

"iya tapi aku tak ada uang lagi Bu" jawabku lagi.

" huh dasar pelit" kata Elsa sambil pergi meninggalkan kami, di susul Bu Marni mengekorinya sambil berkata "awas yah kalau Elsa sudah kaya kamu tak akan kami hiraukan lagi. Bodoh amat pikirku, emang pernah selama ini mereka menghiraukan ku.

Seperti biasa selesai membersihkan bekas sarapan kami, aku pergi ke warung Bu ani untuk bekerja, untung saja uang tabunganku aku simpen di tempat yang aman yang tak mungkin ada orang yang tahu.

Sesampainya di warung aku seperti biasa mulai bekerja seperti membereskan barang-barang dagangan dan melayani pembeli, memang di warung Bu ani ini aku hanya bekerja sendirian membantu Bu ani, karena warungnya juga tidak terlalu besar, kadang juga kalau kewalahan suka di bantuin sama mba indah keponakannya Bu ani, tapi mba indah ini jarang datang karena dia kuliah di kota, paling kalau libur kuliah saja mba indah datang ke rumah Bu ani buat bantu-bantu melayani pembeli, selain cantik mba indah juga baik sekali, sering ngasih barang-barang miliknya yang sudah tidak terpakai kepadaku, aku sangat beruntung sekali bisa bertemu dengan keluarga Bu ani ini, mereka sangat baik padaku.

Seperti pada siang ini mba indah datang ke rumah Bu ani dengan mengendarai motor scopy kesayangannya.

"Nurul apa kabar? Kangen deh" kata mba indah

" Alhamdulillah baik mba, iya kenapa mba jarang datang akhir-akhir ini?" jawabku

"iya nih lagi sibuk-sibuknya bikin skripsi" jawabnya lagi. Kami terus saja mengobrol dan bercerita tentang apa saja sambil melayani pembeli, tak terasa waktu sudah mulai senja, dan waktunya buat tutup warung. Kamipun berpisah d rumah Bu ani sementara aku pulang ke rumanku setelah makan di rumah Bu ani.

Bab 3

Hari demi hari berganti, Minggu demi Minggu pun berlalu, tak terasa bulan pun berlalu dengan cepat, hari ini hari dimana jatuh tempo yang telah di sepakati oleh ayah dan juragan Mardi si tuan tanah tersebut, dimana kalau ayah tidak bisa melunasi hutang-hutangnya maka rumah yang kami tempati akan di ambil oleh tuan Mardi, sedangkan rumah itu adalah peninggalan satu satunya dari almarhumah ibuku.

"tok tok tok" suara pintu ada yang mengetuk

"siapa sih pagi pagi sudah bertamu" kataku sambil menuju pintu untuk melihat siapa tamu pagi pagi buta seperti ini.

Pas kubuka pintu, ada sekitar 4 orang laki laki perawakan besar berjejer di depan pintu yang ku ketahui mereka yang datang tempo hari menagih hutang kepada ayahku, tapi ada seorang yang perawakannya besar perutnya buncit yang tak ku kenal di antara mereka.

"mana ayahmu? Juragan Mardi ingin bertemu" kata salah seorang mereka yang berkepala pelontos.

"ada di dalam" jawabku sambil mempersilahkan mereka masuk, lantas aku bergegas memanggil ayah yang sedang berada di belakang rumah lagi ngasih makan ayam,

"ayah ada tamu" panggilku

"tamu? Siapa pagi pagi begini bertamu?" kata ayah.

"itu ayah juragan Mardi dan para pengawalnya" jawabku, ayah sedikit kaget dengan jawabanku

"gimana ini," imbuhnya lagi sambil berjalan menuju ke dalam rumah.

Sesampainya di rumah ayah menyapa juragan Mardi, " assalamualaikum juragan, apa kabar?" kata ayah

"saya baik, bahkan sangat baik" jawab tuan Mardi

"langsung saja pak Yanto ga usah basa basi gimana tentang hutang mu pada saya? Apakah kamu sudah ada uangnya sekarang?, ini kan sudah jatuh tempo, saya sudah sangat baik padamu, dengan mengulur jatuh temponya waktu itu, tapi sekarang saya tidak bisa sabar lagi pak Yanto, bila kamu tidak bisa membayarnya terpaksa saya akan ambil alih rumah ini" tambahnya lagi.

"maaf juragan saya belum ada uang untuk membayar hutang-hutang saya juragan dan saya mohon jangan ambil rumah ini juragan, nanti keluarga saya mau tinggal dimana?" jawab ayah sambil berlutut kepada juragan Mardi.

"bagaimana yah hutang hutang kamu sebesar 50 juta plus bunga bunganya jadi 200 juta itu bukan uang yang sedikit loh pak Yanto" kata tuan Mardi sambil memainkan jari jari tangannya yang penuh dengan batu cincin.

" atau gini aja saya punya solusinya" dia menjeda ucapannya sambil menatap ayah.

"apa solusinya?" tanya ayah penuh harap

"yang tadi bukain pintu kan anakmu, gimana kalau saya menikahinya untuk saya jadikan istri ke 3 saya, dan hutang hutangmu saya anggap lunas, gimana pak Yanto"? Imbuh juragan Mardi sambil mengedipkan sebelah matanya padaku.

"ih amit amit" dalam hatiku sambil bergidik ngeri.

ayah menatapku minta persetujuan, tapi aku geleng geleng kepala, aku tak Sudi menikah dengan tua Bangka tak tahu diri itu.

" maaf juragan saya tidak bisa mengabulkannya, saya tidak bisa memaksa anak saya untuk di jadikan istri ke 3 juragan" kata ayah sambil melipat kedua tangannya di depan dada

Juragan Mardi murka, lalu ia berdiri sambil menunjuk ayah" kalau begitu Sekarang cepat kamu keluar dari rumah ini,"

"jangan tuan, beri saya kesempatan" kata ayah sambil bersimpuh di kaki juragan Mardi, ibu tiriku dan Elsa keluar dari persembunyiannya, mereka mendekatiku dan berkata" Nurul menikahlah dengan juragan Mardi, apa kamu tidak kasihan melihat ayahmu seperti itu?"

"iya Nurul mau yah menikah dengan juragan Mardi? Lagian tar kamu bisa hidup enak dan ga usah kerja banting tulang lagi, kalau jadi istri ke 3 nya juragan Mardi" ucap Elsa menimpali ibunya.

Aku termenung memikirkan apa yang di ucapkan mereka

"apa aku harus menerimanya ya demi ayahku" aku membatin

" juragan saya mau jadi istrimu" ucapku tegas.

Ya aku putuskan mau menjadi istri juragan Mardi demi melunasi semua hutang hutang ayahku, karena aku ga tega melihat ayah bersimpuh menangis di kaki juragan Mardi, biarlah aku berkorban demi ayahku, hanya beliau lah keluarga yang ku punya sekarang ini.

" nah gitu dong, kamu kan anak baik dan berbakti kepada orang tua" kata juragan Mardi sambil tersenyum padaku.

sementara ayah menatapku dengan nanar tak tega, sedangkan ibu tiriku dan Elsa mereka tersenyum bahagia.

Juragan Mardi duduk kembali dan berbicara kepada ayahku.

" pak Yanto gimana kalau pernikahan nya lebih baik lebih cepat?"

"terserah juragan saja" jawab ayah sambil melirik ke arahku.

"yaudah kalau begitu, pernikahannya akan diadakan 2 hari lagi, dan besok akan ada orang orang saya yang akan datang kesini untuk menghias rumah bapak, gimana setuju ga pak Yanto?" tambahnya lagi.

"Iya juragan" ayah hanya manggut manggut saja.

"dan masalah biaya jangan khawatir semua saya yang akan menanggungnya" kata juragan Mardi lagi sambil menepuk dadanya.

"kalau begitu saya permisi dulu pak Yanto" ucap juragan Mardi sambil berdiri dari duduknya, lalu dia keluar di ikuti oleh pengawal pengawalnya, sebelum pergi keluar dia melirik ke arahku dengan senyum mesumnya, " iih" aku bergidik.

Sepeninggalnya mereka ayah duduk d kursi bersama kami, akupun terpaksa ga berangkat ke warung Bu ani karena udah terlalu siang, aku hanya mengabarinya lewat wa saja buat minta ijin.

"nak maafkan ayah yah yang sudah mengorbankan kamu" kata ayah sambil mengelus rambutku.

"ga apa apa ayah mungkin ini sudah memang jalan hidupku seperti ini" jawabku sambil berkaca kaca, "aku ikhlas ayah" lanjutku lagi

"sekali lagi terimakasih nak atas pengorbanan kamu" jawab ayah sambil memelukku

Sedangkan ibu tiriku dan elsa hanya saling pandang dan elsa berkata" drama banget sih."

Siangnya aku pergi ke rumah Bu ani majikanku, aku menceritakan semuanya dan meminta ijin mau menikah dengan juragan Mardi, sambil menangis Bu ani berkata" Nurul maafkan ibu tidak bisa membantu, seandainya ibu punya uang sebanyak itu, ibu akan bantu kamu untuk membayarkan hutang hutang ayahmu itu"

"ga apa apa Bu, aku hanya minta doa aja dari ibu supaya aku bisa menghadapi semuanya." jawabku sambil memeluk Bu ani.

"itu pasti Nurul, ibu selalu mendoakan mu, kamu sudah ibu anggap seperti anak ibu sendiri, ibu pasti akan sangat kehilanganmu" imbuhnya lagi.

"kapanpun kamu butuh ibu, ibu siap membantumu," tambahnya sambil menyelipkan amplop ke tanganku.

Sepulang dari rumah Bu ani aku langsung ke kamar ku dan bersih bersih.

Keesokan harinya benar saja juragan Mardi mengirimkan orang orangnya untuk menghias rumahku, tak lupa juga mengirimkan bahan bahan makanan buat menjamu para tamu serta uang yang tidak sedikit, semua diserahkan kepada ayah langsung oleh orang suruhan juragan Mardi.

Tentu saja yang paling bahagia adalah ibu tiriku dan Elsa, karena mereka bisa ikut menikmati uang yang di berikan juragan Mardi, "sini ayah uangnya biar ibu yang simpen" kata ibu tiriku. Ayah hanya pasrah saja dan memberikan uangnya kepada istrinya.

Malamnya orang orang pada sibuk mempersiapkan segala sesuatunya, ibu ibu masak di dapur sementara bapak bapak di depan mempersiapkan tempat pesta. Aku yang lagi bergabung dengan ibu ibu di dapur di samperin ayah, "nak cepet masuk kamar istirahat, tar kamu kecapean lagi" kata ayah

"iya cepat istirahat, calon pengantin ga baik malem malem masih di luar" timpal ibu esih tetangga sebelah rumahku.

lantas aku masuk kamar dan tak lupa ku kunci pintu kamarku.

"tok tok tok" sekitar tengah malam ada yang mengetuk pintu kamarku, untung aku belum terlelap, kubuka perlahan pintu tapi orang yang mengetuk tersebut langsung menerobos masuk ke dalam kamarku, aku kaget bukan main, tapi pas aku mau teriak, orang tersebut membuka penutup kepalanya "ayah" ucapku kaget tak percaya, "buat apa ayah mengendap ngendap kata gini?" tanyaku heran.

"ssstttt.....bicaranya pelan pelan" kata ayah sambil menempelkan telunjuk ke mulutnya.

"begini nak, pergilah kamu dari desa ini, ayah ga tega melihatmu menikah dengan bandot itu, dan ini ada sedikit uang buatmu bekal dijalan" kata ayah sambil memberikan beberapa lembar uang ke tanganku.

"kamu pergilah lewat samping, ayah akan mengalihkan perhatian orang orang yang berjaga di depan" imbuhnya lagi

"tapi gimana dengan ayah?" tanyaku tak tega

"tenang aja ayah bisa jaga diri nak, yang penting kamu selamat dulu sekarang" ucapnya sambil memelukku

"terima kasih ayah, Nurul sayang ayah" ucapku sambil terisak.

"yaudah kamu cepat siap siap ayah tunggu di depan" katanya lagi.

"iya yah" jawabku.

seperginya ayah keluar kamarku, aku cepat cepat berusiap, tak lupa kubawa uang pemberian ayah dan Bu ani serta tabunganku selama ini. Kulihat jam menunjukan pukul 2 dini hari, aku keluar kamar mengendap endap, keluar rumah lewat samping, kulihat ayah berada di depan rumah, dia menganggukkan kepalanya, akupun sama menganggukkan kepalaku, gegas kutinggalkan kampung halamanku, tapi di tengah jalan sandal jepitku putus, demi mempercepat perjalananku, ku lemparkan sendal jepit yang putus tersebut, tar kalau nemu warung aku akan membelinya lagi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!