NovelToon NovelToon

Traumaku Keberuntunganku

\\ Eps 1 //

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Banyak masalah yang terjadi disaat hari kelulusan Zahra di SMA nya, Dimana disaat semua teman-temannya berlomba-lomba untuk tampil cantik dan menawan, Zahra justru hanya memakai baju batik biasa karena keterbatasan ekonomi keluarganya yang membuat ia tidak bisa membeli baju baru bahkan make up.

Tentu Saja Hal itu tidak dipermasalahkan oleh Zahra karena memang Zahra memiliki hati yang begitu baik. Queen Zahra Anindya atau sering disapa dengan sebutan Zahra itu hidup dalam lingkungan keluarga yang begitu sederhana sehingga membuat Kepribadian Zahra begitu sangat lembut hingga ia banyak disukai oleh orang-orang yang mengenalnya.

Dalam kesehariannya Zahra terkenal karena ibadahnya yang tidak pernah tertinggal. Sifat sabar, penyayang, sopan, dan lemah lembut selalu ditanamkan kedua orangtuanya kepadanya hingga ia sangat disukai oleh anak anak kecil yang selalu bermain dengannya. Hal ini menjadikan Zahra ingin sekali menjadi seorang guru supaya bisa menaikkan derajat keluarganya dan tetap dekat dengan anak-anak kecil.

Tetapi hal itu tentu saja diremehkan oleh keluarga ibunya Karena kondisi orang tua Zahra yang tidak mampu menguliahkan Zahra untuk mengejar cita-cita nya. Tidak bisa dipungkiri juga, Zahra hanya memilih pasrah untuk mengorbankan masa depannya karena ia lebih mengerti kondisi orang tuanya dan memilih tidak menuntut karena takut menjadi anak yang durhaka.

Dari dulu Zahra sangat pandai dalam melukis dan menggambar. bahkan menggambar sudah menjadi hobinya sejak ia masih duduk dibangku sekolah dasar, sehingga ia ingin manjadi guru seni ketika ia dewasa nanti dan mengajarkan kepada anak anak kecil tentang indahnya sebuah lukisan. Tetapi semua cita cita yang sangat Zahra dambakan sejak kecil itu pupus, kini ia hanya bisa berdoa saja untuk apa yang terbaik di hidupnya.

Zahra duduk sendirian di aula sekolah setelah acara kelulusan itu selesai, Karena memang dia tidak begitu dekat dengan semua teman sekolahnya bahkan sekelasnya sendiri. Teman sekelasnya memilih menjauhi Zahra karena tidak ingin ikut dibully oleh teman temannya yang lainnya. Sampai salah satu teman Zahra menyeletuk kalimat yang membuat Zahra sedikit sedih mendengarnya

"Malu-Maluin aja sih, Foto Album Kita jadi jelek Karena satu orang yang beda sendiri" Sindir Mona dan disetujui oleh teman-temannya yang lainnya. Jelas sindiran itu ditujukan untuk Zahra karena memang dia yang memakai baju beda sendiri diantara teman-temannya. Teman-teman Zahra perempuan semua kompak memakai kebaya, sedangkan yang laki-laki memakai jas hitam dan kemeja putih lengkap dengan sepatu kulit warna hitam.

Zahra memilih diam dan tidak menanggapi ocehan teman-temannya itu karena memang sudah terbiasa Zahra mendapatkan sindiran-sindiran tidak penting dari teman-temannya saat ia masih disekolah, hampir setiap hari teman-temannya Zahra menyindir Zahra dengan kalimat-kalimat yang sangat tajam entah karena kebiasaan Zahra yang selalu menggambar disekolah hingga baju, tas dan sepatu Zahra yang tidak pernah ganti selama tiga tahun sekolah karena memang Zahra tidak memiliki uang untuk membelinya.

Zahra tidak pernah mengeluh dengan semua yang terjadi di hidupnya justru malah sebaliknya ia lebih memilih bersyukur atas semua nikmat yang diberikan Allah Kepadanya, mulai dari ia yang masih bisa bernafas hingga saat ini, orang tua yang lengkap dan kondisi tubuhnya yang sehat tanpa adanya cacat fisik. Zahra sangat percaya bahwa Tuhannya tidak pernah tidur dan suatu saat nanti pasti semua doa-doanya akan dikabulkan.

'Nggak papa Zahra, memang kenyataannya seperti ini. Apa yang dikatakan semua temanmu itu benar, jadi jangan pernah mengeluh. Ampuni aku ya Allah…' batin Zahra menyemangati dirinya sendiri dan menundukkan kepalanya.

Setelah semua acara selesai dan semua murid diperbolehkan untuk pulang kerumahnya masing-masing, Zahra begitu semangat karena memang hari ini cukup melelahkan untuk tubuhnya yang begitu mungil. Ya, Zahra hanya memiliki tinggi 150 cm diusianya yang menginjak 18 tahun, lebih kecil diantaranya semua teman-temannya. Karena itu banyak orang yang tidak percaya bahwa Zahra sudah lulus SMA, banyak orang yang menganggap bahwa Zahra masih duduk dibangku SMP karena kecilnya badan Zahra

Tetapi meskipun begitu Zahra memiliki wajah yang begitu imut jika dipandang dengan lekat, tetapi banyak orang yang tidak mengetahuinya karena kebiasaan Zahra yang menundukkan wajahnya karena rasa malu (haya) kepada yang bukan menjadi mahramnya. Zahra tahu batasan-batasan yang tidak diperbolehkan oleh Tuhannya, karena memang itu yang diajarkan orang tuanya sejak ia masih kecil. Meskipun bukan terlahir dari keluarga santri, Zahra selalu di didik baik oleh kedua orang tuanya untuk selalu hidup bergantung hanya kepada Allah, yang menciptakannya.

Zahra memiliki tubuh yang mungil dengan kulit kuning Langsat dan memiliki sedikit rona merah di pipinya yang membuatnya tampak sangat imut dan gemas bagi yang memandangnya, sayangnya Zahra selalu memakai kaca mata bulatnya jika ia ke sekolah sehingga menutupi sebagian dari wajahnya. Bukan karena matanya minus atau apapun hanya saja Zahra selalu suka memakai kaca mata tanpa kaca setiap pergi ke sekolah, bahkan kacamata warna pink itu tidak pernah ketinggalan jika ia berangkat karena memang ia sangat menyayangi kaca mata itu.

Bukan hanya itu, zahra juga memiliki kebiasaan aneh lainya yaitu tidak bisa hidup tanpa lolipop walau hanya dalam satu hari saja. Katanya lolipop adalah sebagian dari nafasnya, hidupnya bahkan jantungnya. Mungkin terdengar alay dan lebay, tatapi begitulah Zahra……

Rumah, mungkin hanya itu yang bisa membuat Zahra lebih tenang dan damai. Tetapi kenyataan tidak sebanding dengan semua angan-angannya. sesampainya Zahra di rumah ia tidak menemukan seorang di dalamnya, mungkin saja orang tuanya masih bekerja di kebun. Zahra memilih mengistirahatkan tubuh mungilnya diatas sofa, tetapi tidak berselang lama suara ketukan keras terdengar di pintu rumahnya.

Tok...tok…tok! RATIH KELUAR KAMU!!!!!……

...----------------...

\\ Eps 2 //

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

  Betapa terkejutnya Zahra mendengar teriakan yang begitu sangat keras itu, dengan cepat Zahra membuka pintu rumahnya untuk melihat siapa yang bertamu karena suara ketukan pintunya yang semakin keras.

"RATIH!!!!.......

Pintu terbuka dengan menampakkan wajah terkejutnya Zahra, dan ternyata yang bertamu dirumahnya adalah tetangganya sendiri yang rumahnya tidak jauh dari rumah zahra.

"Ada apa ya Bu Danik?" tanya Zahra dengan ragu dan sedikit takut karena tetangganya itu menampilkan wajah yang begitu garang seakan-akan menunjukkan bahwa ia sedang marah

"Dimana ibu kamu?!!!" tanya Bu danik dengan sedikit ngegas.

"Mohon maaf Bu, ibu saya sedang tidak berada di rumah sejak saya pulang sekolah tadi. Kemungkinan beliau masih di kebun bersama ayah saya, kalau boleh tahu ada perlu apa ya Bu bersama ibu saya? Nanti saya sampaikan" jawab Zahra dengan jujur.

"Bilang ke ibu kamu ya! Hutang ibu kamu kepada saya itu waktunya bayar bunga!! Dan ini sudah telat satu hari!! Saya nggak mau tahu, hari ini juga ibu kamu harus bayar bunga nya ke saya!!!" jawab Bu Danik dan langsung melenggang pergi dari rumah zahra.

  Zahra memegang dadanya karena sesak yang menyelimutinya, tubuhnya menegang sebentar dan ia mencoba untuk menetralkan detak jantungnya dengan mengambil nafas dalam-dalam.

  Terkejut? Tentu saja, ia baru mengetahui bahwa ibunya itu mempunyai hutang kepada tetangganya. tapi untuk apa??? Otak Zahra berputar memikirkan hal itu terlebih lagi ia juga sangat terkejut karena Bu Danik menagih bunga kepada ibunya, sejak kapan tetangganya itu menjadi rentenir??? Tanyanya dalam hati.

  Zahra memilih untuk kembali masuk ke dalam rumah dan menunggu ibunya pulang dari kebun untuk mempertanyakan hal ini nanti, ia bergegas mandi karena merasa tubuhnya yang sudah begitu lengket karena sejak pulang dari sekolah tadi ia langsung istirahat di sofa.

  Tak berselang lama, ibu dan ayah Zahra pulang ke rumah. Zahra memilih memberikan waktu sebentar untuk kedua orangtuanya itu beristirahat karena letih bekerja di kebun. Zahra memang anak yang baik, dia selalu bisa mengerti kondisi kedua orangtuanya dan memilih untuk membantu mereka untuk membereskan barang-barang yang tadi dibawa ke kebun

"Terimakasih ya nak" kata pak Burhan ayah Zahra dengan wajah tersenyum nya. Zahra menjawabnya dengan senyuman kecil di bibirnya

  Beberapa menit telah berlalu, kedua orangtuanya kini sudah duduk beristirahat di depan televisi setelah membersihkan badan mereka masing-masing. Dengan langkah pelan Zahra mulai mendekati orang tuanya untuk menanyakan hal yang tadi ia pikirkan.

"Yah, Bu maaf ya, Zahra mau tanya sesuatu. boleh?" tanya Zahra dengan sedikit ragu

"hahaha kenapa wajahmu seperti itu nak, tanya saja kalau kamu mau menanyakan sesuatu. Ada apa Zahra??" tanya pak Burhan yang tidak bisa menahan tawanya melihat wajah anaknya yang begitu gemas.

  Dengan senyuman yang dipaksakan Zahra akhirnya memberanikan diri untuk bertanya "Tadi Bu Danik kesini yah dan mencari ibu" hanya dengan kalimat itu bisa membuat senyum di wajah ayahnya dengan perlahan memudar.

"Maafin ibu ya nak, ibu nggak kasih tahu kamu soal ini" Potong ibu Zahra dengan cepat sebelum Zahra menceritakan kejadian tadi siang.

"tidak papa Bu, tetapi untuk apa ibu melakukan ini? Kenapa ibu memiliki hutang ke tetangga kita? Apakah ini semua karena Zahra?" tanya Zahra dengan matanya yang sudah berkaca-kaca.

"tidak sayang, ini bukan karena kamu. nanti ibu jelaskan ya, ibu ke rumah Bu Danik sebentar nak" jawab Bu Ratih dengan tergesa-gesa pergi menuju ke rumah Bu Danik.

  Sebelum bibir Zahra ingin menanyakan sesuatu ke ayahnya yang kondisinya masih di sana bersama Zahra, Zahra langsung terdiam mendengar perkataan ayahnya "Tunggu ibumu pulang ya nak" ucapnya dan langsung melenggang pergi begitu saja.

  Zahra terdiam, ia terduduk lemas di sofa depan televisinya dengan pikirannya yang berperang dengan otak mungilnya. Zahra takut jika ibunya itu berhutang hanya untuk membiayainya sekolah, jika memang seperti itu pasti ia akan merasa sangat bersalah kepada orangtuanya itu meskipun itu adalah suatu hal yang menjadi kewajiban orang tua kepada anaknya.

  Tak berselang lama ibunya kembali pulang dengan wajah yang sedikit ketakutan tetapi ia mencoba menetralkannya di depan Zahra anaknya.

"Bu? Ibu nggak papa??" tanya Zahra sedikit panik melihat wajah ibunya

"Ibu nggak papa sayang" jawab Bu Ratih dengan senyuman yang dipaksakan

"Oh iya, bagaimana tadi perpisahan kamu?? Boleh ibu lihat ijazah kamu?" tambah Bu Ratih untuk mengalihkan pembicaraan tentang Bu Danik

Zahra sedikit panik mendengar pertanyaan ibunya tetapi dengan mengatur nafasnya ia mencoba menetralkan ekspresi wajahnya

"Ibu, Zahra dulu yang mau tanya. Tolong jangan mengalihkan pembicaraan. Sejak kapan ibu punya hutang ke Bu Danik? Kenapa Zahra tidak tahu hal ini?"

"Maafin ibu ya nak, ibu hanya tidak mau membebani pikiran kamu. Biarkan ini menjadi masalah bagi ibu dan ayah kamu saja, jangan dipikirkan lagi ya sayang" jawab Bu Ratih dengan senyuman yang begitu tulus

"Bu, Zahra sudah dewasa sekarang. Zahra berhak tahu masalah ibu dan ayah, tolong jangan sembunyikan apapun dari Zahra Bu, Zahra mohon. Siapa tahu Zahra bisa bantu ibu dan ayah untuk menyelesaikan masalah itu" jawab Zahra sedikit ragu mengatakannya karena dia tidak tahu apakah bisa membantu kedua orangtuanya itu atau justru malah membebani mereka nantinya.

Pak Burhan datang dan duduk di samping mereka berdua "Beritahukan saja Bu, bagaimanapun Zahra sudah lulus SMA sekarang dan dia sudah cukup dewasa untuk mengetahui hal ini"

Bu Ratih pun mengangguk dan kembali menatap Zahra "Maafin ibu ya nak, sebenarnya hutang ibu bukan hanya di Bu Danik saja. Tetapi banyak rentenir lain yang ibu dan ayah pinjami uangnya karena ibu terpaksa melakukannya sebab tidak ada pilihan lain lagi untuk menyelamatkan nyawa" jawab Bu Ratih dengan matanya yang berkaca-kaca

"Nyawa???" tanya Zahra dengan ekspresi terkejutnya karena baru saja mengetahui fakta yang menurutnya sangat berat untuk diterima oleh otaknya.....

...----------------...

\\ Eps 3 //

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

  Zahra terkejut mendengar perkataan ibunya, apa maksudnya dengan menyelamatkan nyawa? Zahra memilih menatap mata ibunya itu dalam-dalam dan membiarkan ibunya untuk menceritakan semuanya

"Kamu ingat, Nenek kamu dulu didiagnosa tumor usus oleh dokter dan di usia nenek yang sudah tua dia harus segera di operasi untuk menyelamatkan nyawanya. Ibu sudah mencoba untuk menghubungi saudara-saudara ibu untuk membiayai nenek Operasi karena kondisi keuangan kita yang tidak memungkinkan, tetapi mereka sama sekali tidak peduli dan malah takut harta yang mereka miliki habis untuk membiayai nenek" Ungkap Bu Ratih dengan meneteskan air matanya membayangkan betapa jahatnya saudara-saudaranya itu yang sama sekali tidak peduli dengan ibunya sendiri.

"Ibu dan ayah nggak ada pilihan lagi, dengan terpaksa ibu dan ayah pinjam uang kepada mereka meskipun bunganya sangat besar nak. Ibu tahu ini semua salah, semua yang kita lakukan adalah dosa. tetapi yang ibu pikirkan cuma satu yaitu nyawa nenek kamu, kita nggak tahu harus bagaimana lagi waktu itu." air mata Bu Ratih sudah banjir membasahi pipinya

"Aku baru dengar cerita ini Bu, tetapi kalau memang demikian cerita aslinya kenapa semua saudara ibu menyalahkan ibu atas kematian nenek? Bahkan aku juga sedikit sedih saat tahu bahwa nenek meninggal karena ibu dulu atas cerita dari saudara-saudara ibu, aku pikir saudara-saudara ibu benar karena aku memang nggak tahu Bu. Maafin aku Bu...." sesal Zahra dengan air matanya yang mulai luruh

"Nggak papa sayang, mereka hanya bisa melihat akhir dari sebuah cerita tanpa mengetahui isi dari cerita aslinya. Ibu berhutang kepada semua rentenir itu untuk membiayai operasi nenek kamu, tetapi sayang seribu sayang. Nenek kamu tidak kuat saat ditengah-tengah operasinya dan dokter mengatakan bahwa nenek sudah meninggal di meja operasi waktu itu." Bu Ratih sudah tidak bisa membendung semua air matanya membayangkan kejadian waktu itu dimana harapannya pupus untuk bisa menyelamatkan nyawa sang ibu.

  Semua saudara Bu Ratih hanya bisa menyalahkan Bu Ratih atas meninggalnya sang nenek tanpa mengetahui pontang-panting nya Bu Ratih dan pak Burhan kala itu, mereka semua berpikir bahwa andai saja nenek mereka tidak di operasi kala itu mungkin nenek mereka masih bisa berkumpul bersama mereka sekarang. Tetapi kenyataan adalah sama saja, kalaupun tidak di operasi pasti nenek mereka akan menderita menahan rasa sakit yang menjalar di perutnya.

  Semuanya sudah terjadi sekarang, bagi Bu Ratih semuanya sudah menjadi takdir sang pencipta. Dimana yang bernyawa pasti akan merasakan mati, biarkanlah semua saudara-saudaranya menyalahkannya yang paling terpenting bagi Bu Ratih hanya satu, yaitu dia sudah melakukan yang terbaik bagi ibunya dan biarkanlah hanya ia, ibunya dan Allah yang tahu.

  Zahra memeluk ibunya untuk menenangkannya, ia sungguh sangat merasa bersalah waktu itu karena sempat berpikir juga bahwa neneknya meninggal karena ibunya. Ia lupa bahwa semua nyawa adalah ditangan tuhannya, ia merutuki kebodohannya sendiri karena terlalu tergesa-gesa dalam berpikir.

'Sekarang harus bagaimana? Hutang ibu pasti sangat banyak di renternir-renternir itu sedangkan panen ibu di kebun sekarang gagal karena harga sayur yang murah, Aku harus segera mencari kerja supaya bisa bantu ibu tapi.....ijazahku?' batin Zahra dengan begitu sedih memikirkan hal ini

'Ya Allah apa yang harus aku lakukan supaya bisa membantu kedua orang tuaku, tolong bantu aku Ya Allah karena sesungguhnya engkau adalah sebaik-baiknya yang memberi pertolongan....dan ampunilah aku dan orang tuaku ya Allah karena sudah berhutang kepada renternir-renternir itu' batin Zahra berdoa.

......................

  Keesokan harinya Zahra sudah bersiap dengan bajunya yang rapi dan map yang berada di tangannya, orang tua Zahra sedikit terkejut melihat penampilan anaknya yang begitu rapi dan bersih

"Zahra kamu mau kemana nak? Tumben rapi gini?" tanya Bu Ratih kepada anaknya

"Zahra mau mencoba mencari pekerjaan Bu, siapa tahu Zahra bisa mendapatkannya dan bisa membantu ibu dan ayah nantinya" jawab Zahra dengan bersemangat

  Bu Ratih dan pak Burhan tersentuh mendengar niat baik dari sang anak tetapi di lain sisi juga mereka merasa sangat bersalah karena melibatkan Zahra dengan masalah yang mereka hadapi

"Kamu kan baru lulus sekolah sayang... Tidak mau beristirahat dulu di rumah??" tanya pak Burhan karena kasihan dan tidak tega kepada anaknya

"kan setiap hari juga Zahra istirahat di rumah yah setelah pulang sekolah...jadi Zahra sudah cukup istirahatnya" jawab Zahra dengan tersenyum manis di depan ayahnya

"Beneran nggak papa sayang kamu harus cari pekerjaan?" tanya Bu Ratih yang juga ikut tidak tega melihat anak mungilnya itu

"nggak papa dong Bu, kan Zahra udah besar. Udah waktunya juga Zahra mencari pekerjaan dan juga pengalaman siapa tahu kan nanti Zahra dapat teman teman baru" semangat Zahra untuk meyakinkan kedua orangtuanya

"yasudah tetapi kamu harus selalu hati-hati ya, jangan sampai kenapa-kenapa......oh iya ibu kemarin kan belum lihat ijazah kamu nak, boleh ibu lihat??" tanya ibu Zahra

  Zahra sangat panik mendengar pertanyaan ibunya, dengan sedikit tergesa-gesa ia memakai sepatunya dan mencoba untuk mengalihkan perhatian ibunya

"ijazah Zahra sudah terlanjur Zahra masukan ke dalam tas Bu, Zahra malas keluarin nya. Zahra harus segera berangkat juga takut keburu telat, Zahra pamit dulu ya ayah..Ibu assalamualaikum" pamit Zahra buru buru dan mengalami kedua orangtuanya itu dan segera pergi mengendarai sepeda motornya

"Waalaikumsalam" jawab kompak orang tua Zahra dengan geleng-geleng kepala setelahnya melihat tingkah anaknya.

  Tidak mungkin juga kan Zahra bilang bahwa ijazahnya itu masih ditahan di sekolah karena Zahra belum melunasi uang SPP nya disaat kondisi orang tuanya itu sedang bingung sekarang, Zahra takut malah membebani pikiran mereka nantinya.

  Meskipun Zahra kurang yakin juga apakah lamaran pekerjaannya nanti di terima apa tidak tanpa adanya ijazah, yang terpenting bagi Zahra sekarang adalah yakin dan optimis semoga dia bisa di terima kerja dan bisa membantu kedua orang tuanya.

...----------------...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!