NovelToon NovelToon

Kau Hanya Milik ARUNA

01.Aruna dan panti asuhan

"Aruna! Tolong... Aruna?!" Suara seorang wanita pecah, tangisnya histeris. Matanya terpaku pada tempat di mana putri kecilnya baru saja terjatuh.

Ternyata, Aruna didorong! Dan yang melakukannya tak lain adalah Kalila, saudara kembarnya sendiri. Kalila punya hati yang pahit, penuh iri karena Aruna selalu terlihat lebih cantik dan pintar di mata semua orang.

"Kenapa kamu lakukan ini, Kalila?! Dia itu kakakmu, saudara kembarmu!" Gadis berusia sebelas tahun itu malah memandang kedua orang tuanya dengan tatapan kesal. Baginya, mereka selalu saja membela Aruna.

Aku akan terus menyakitinya, biar pun dia kembali lagi nanti, bisik hati Kalila yang penuh rencana jahat.

Ditempat lain.

Perlahan, Aruna membuka mata. Kepalanya terasa berat. Ia mengucek mata dan menyentuh wajahnya yang basah dan lengket.

"Apa yang terjadi pada ku?" pikirnya bingung. Ia mencoba bangun, tapi tubuhnya terasa lemas sekali. Gadis kecil berumur sebelas tahun itu melihat sekelilingnya. Gelap. Hanya kegelapan yang ia lihat. Ternyata, ia tergeletak di pinggir sungai, di tengah hutan yang sunyi.

"Tuhan... tolong Aruna," lirihnya, air mata mulai mengalir. Ia menangis tersedu-sedu di tepi sungai yang sepi, tanpa ada satu pun orang di sana.

Aruna, anak kota. Anak pertama dari seorang pengusaha kaya raya di kotanya. Sejak lahir, ia sudah terbiasa dengan kemewahan,

Semua kebutuhannya selalu dipenuhi, setiap aktivitasnya dilayani. Jadi, bisa dibayangkan betapa takutnya ia menghadapi situasi seperti ini. Sendirian di tengah hutan yang gelap dan asing.

Tiba-tiba, telinganya menangkap suara bisik-bisik dari balik semak-semak tidak jauh darinya.

"Kayaknya aman di sini," bisik seseorang. Tak lama kemudian, semak-semak itu bergoyang-goyang. Aruna yang penasaran mencoba melihat apa itu. Tapi, belum sempat ia mengamati lebih jauh, rasa sakit yang hebat menyerang seluruh tubuhnya. Kegelapan pun kembali menelannya.

"Nak, kamu sudah bangun?" Seorang laki-laki tersenyum lembut padanya. Aruna mengerjap-ngerjapkan mata, mencoba mengenali wajah di depannya. "Anda siapa?" tanyanya pelan, suaranya masih lemah. Ia melihat sekeliling. Sekarang ia berada di tempat yang nyaman dan bersih, bukan lagi di pinggir sungai yang gelap.

"Saya menemukanmu di sungai. Istirahatlah, dokternya sebentar lagi datang," jawab laki-laki itu ramah.

Aruna hanya bisa menatapnya dengan bingung.

"Mas, ayo kita pulang. Biarkan anak itu di sini," tiba-tiba seorang perempuan masuk ke ruangan itu.aruna memandang wajah cantik itu, wanita itu terlihat masih sangat muda.

"Sebentar, aku mau bicara sama polisi dulu," jawab si laki-laki.dia melangkah ingin pergi,tapi wanita tadi langsung mencegah nya.

"Nggak usah, Mas. Ayo pulang," rengek perempuan itu. meskipun merasa berat hati,tapi akhirnya, laki-laki itu pun mengalah dan pergi bersama perempuan itu, meninggalkan Aruna sendirian lagi.

Aruna hanya bisa menatap sendu punggung kedua orang itu yang semakin menjauh dari dirinya.

Sudah beberapa hari Aruna di rawat di rumah sakit itu, kondisi nya pun mulai membaik,dia terus mencoba berinteraksi dengan perawat perawat disana,tapi dari mereka,tidak ada seorang pun yang mau mendekati nya.

Beberapa hari kemudian, seorang perawat menghampiri Aruna. "Kamu sudah baikan, jadi rumah sakit ini tidak bisa menampungmu lagi. Kamu akan dibawa polisi ke panti asuhan."

Deg,Aruna begitu terkejut mendengar nya. Kenapa panti asuhan? Kenapa bukan rumahnya? Kata perawat, polisi sudah mencari tahu tentang dirinya, tapi anehnya, mereka tidak pernah bertanya apa pun padanya,bahkan tentang identitas aslinya.

Panti Asuhan Kasih Bunda. Begitu nama yang tertulis di depan sebuah bangunan sederhana namun ramai. Aruna memperhatikan sekelilingnya.

Tempat ini jauh berbeda dari rumahnya yang mewah. Ia bahkan mendapat kamar tidur kecil yang harus ia bagi dengan enam anak lainnya.

"Hei, kamu anak baru!" Seorang gadis yang terlihat lebih besar darinya menghampiri Aruna dengan tatapan tidak ramah.

Aruna yang sedang duduk di tempat tidurnya hanya diam, membalas tatapan gadis itu dengan bingung.

"Berdiri!" bentak gadis itu sambil menarik tangan Aruna kasar. Tubuh Aruna masih terasa sakit, jadi ia hanya bisa pasrah dan berdiri perlahan di depan gadis yang terlihat galak itu.

"Anak baru harus membersihkan seluruh kamar! Dan kamu nggak boleh tidur di ranjang atas, mengerti?!" bentaknya lagi dengan suara lantang.

Aruna tersentak. Gadis ini seumurannya, hanya badannya saja yang lebih besar, tapi sikapnya sudah seperti seorang pemimpin yang jahat.

"Nurut sama bos Irna!" sahut beberapa anak lain di kamar itu. Aruna hanya menunduk, pikirannya masih dipenuhi bayangan saat Kalila mendorongnya ke sungai dan tertawa melihatnya terseret arus. Adiknya itu benar-benar tidak punya hati.

"Kamu dengar nggak?!" Irna, nama gadis itu, mendorong kepala Aruna hingga ia terhuyung ke belakang.

"Hei!" sapa seorang anak lain.

"I-iya," jawab Aruna akhirnya, menatap sekilas Irna lalu kembali menunduk.

"Kerja mulai dari sekarang!" Tanpa protes, Aruna mulai mengerjakan semua pekerjaan di kamar itu. Ia yang tidak pernah melakukan pekerjaan rumah sama sekali merasa bingung dan kesulitan.

Dulu, ia sering melihat para pelayan bekerja, tapi melakukannya sendiri ternyata jauh lebih sulit.

Hampir tengah malam, Aruna belum juga selesai dengan pekerjaannya. Ia melihat keenam temannya sudah naik ke ranjang masing-masing dan mulai tidur.

"Tuhan... Aruna mau pulang," keluhnya dalam hati, tak berani bersuara karena takut dimarahi atau dipukuli lagi oleh teman-teman sekamarnya.

Pagi menyapa. Aruna yang kelelahan tertidur pulas di lantai yang sedang ia pel. Ia terbangun dengan sakit kepala yang hebat karena rambutnya ditarik kasar oleh seseorang.

"Dasar anak baru pemalas! Bangun!" Seorang pekerja panti menariknya keluar dan menyeretnya ke kamar mandi.

"Cepat bersihkan diri dan segera keluar, makanan sudah siap!" Aruna buru-buru mandi dan keluar.

Di ruang makan, semua anak panti sudah duduk rapi dengan makanan di depan mereka masing-masing.

"Aruna, sini. Ini makananmu," panggil seorang ibu pengurus panti dengan ramah. Aruna mengambil makanannya dan mulai makan. Ia melihat sekeliling.

Di luar kamar, semua orang terlihat baik dan perhatian. Tapi di dalam kamar, situasinya sangat berbeda.

Baru sehari di panti, Aruna sudah merasakan penderitaan yang luar biasa. Ia memutuskan untuk keluar ke halaman belakang untuk bersembunyi dan menenangkan diri.

Di sana, ia melihat seorang laki-laki yang lebih tua darinya sedang terluka. Kaki laki-laki itu berdarah.

"Kamu siapa?" tanya Aruna polos sambil mendekati laki-laki tampan itu. Laki-laki itu hanya meliriknya sekilas lalu kembali menunduk, menahan sakit di kakinya.

"Boleh aku lihat lukamu?" tanpa menunggu jawaban, Aruna membuka kaki laki-laki itu yang sebelumnya dibalut dengan jaket untuk menghentikan pendarahan.

"Ini harus segera diobati," kata Aruna. Ia berjalan mencari sesuatu di halaman belakang panti. Ia ingat pernah melihat ibunya menggunakan beberapa jenis daun untuk membuat salep luka. Ia memetik beberapa daun yang ia kenali.

lalu kembali menghampiri laki-laki itu, membersihkan darah di lukanya dengan jaket, lalu mulai mengoleskan daun yang sudah ia remas-remas.

"Isss," desis laki-laki itu, merasakan perih yang semakin kuat di kakinya. Tapi, beberapa saat kemudian, rasa perih itu hilang dan digantikan dengan rasa dingin dan nyaman.

"Apa masih sakit?" tanya Aruna lembut.

"Sudah tidak. Daun apa itu?"laki laki muda itu menatap nya intens.dia begitu kagum dengan gadis kecil ini.

"Aku tidak tahu. Mama sering membuatnya jadi obat luka."

"Mama kamu dokter?"

"Iya, dan aku juga bercita-cita ingin menjadi dokter," jawab Aruna dengan senyum kecil. Laki-laki berumur lima belas tahun itu tertegun melihat tingkah gadis kecil di depannya.

"Terima kasih," ucapnya tulus. Aruna duduk di dekat laki-laki itu, hanya mengangguk dan tidak mengatakan apa-apa lagi.

"Siapa namamu?" tanya laki-laki itu.

"Aruna..." jawabnya sambil tersenyum.

Tapi senyum itu segera menghilang karena seseorang menarik rambutnya dari belakang dengan kasar.

"Dasar anak pemalas! Selesai makan bukannya cuci piring dan bersih-bersih, malah santai-santai di sini!" bentak salah satu pekerja panti dengan suara lantang. Aruna ditarik dan dipaksa masuk, meninggalkan laki-laki itu sendirian di halaman belakang.

Ternyata, dia tinggal di panti? Apa semua anak di panti itu diperlakukan seperti itu? Ini tidak bisa dibiarkan, pikir laki-laki itu geram. Ia melihat ke arah gadis itu dibawa masuk, lalu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.

...----------------...

"Aruna..."seseorang laki laki yang pernah di tolongi nya beberapa hari yang lalu ternyata ada disini.

"maaf,aku meninggalkan mu waktu itu tanpa pamit" laki-laki itu mengangguk."tidak apa apa,aku mengerti,Oya...kau belum mengetahui namaku kan?, mulai sekarang,kau bisa memanggilku kak Arza " dia tersenyum menatap Aruna, gadis kecil itu harus segera ia selamat kan.

"Arza,ayo kembali"Arza,anak lelaki tampan itu melambaikan tangan pada Aruna,dia segera pergi menyusul orang tua nya yang sudah menunggu nya di depan panti asuhan.

02.Rumah yang hanya sementara

"Aruna..." Pak Norman, laki-laki yang dulu membawanya ke rumah sakit, tiba-tiba datang menjenguknya setelah beberapa hari meninggal kan nya dirumah sakit, saat dia mengetahui Aruna dipindahkan ke panti asuhan,dia langsung datang menyusul nya.

"Apa kabarmu?" tanya Pak Norman lembut. Aruna menggeleng, air mata kembali menetes di pipinya.

"Paman, bolehkah aku ikut denganmu? Aku janji tidak akan nakal," pintanya dengan wajah memelas. Melihat kesedihan di mata anak itu, hati Norman merasa sakit. Ia akhirnya mengangguk.

Aruna tersenyum senang. "Benarkah, Paman?" Ia mencoba memastikan.

"Coba tanya pada ibumu," kata Norman sambil menunjuk seorang wanita yang lebih muda darinya. Wanita itu tersenyum dan mengangguk.

"siapa itu?"dia menatap wanita cantik yang tersenyum kepada nya itu, wanita itu terlihat agak mirip dengan wanita muda yang pernah di bawa oleh Norman kerumah sakit dulu.

"Ia Susan, istri paman, yang akan menjadi ibu mu"Aruna mengangguk.susan mencoba mendekati gadis kecil itu,dia memeluk gadis itu dengan penuh kasih sayang.

Kamu boleh ikut kami. Dan mulai sekarang, panggil kami Ibu dan Ayah, ya?" kata Susan dengan suara lembut.

Sudah sepuluh tahun Norman dan Susan menikah, namun mereka belum dikaruniai anak. Susan sangat menyukai anak-anak, itulah mengapa mereka sering mengunjungi panti asuhan.

...----------------...

siang itu sangat terik, sehingga, setelah menyelesaikan semua urusan adopsi Aruna, Norman dan Susan langsung membawanya pulang kerumah.

Meskipun rumah mereka tidak sebesar rumah nya,tapi Aruna sangat bersyukur,dia bisa hidup lebih tenang sekarang.

"paman, terimakasih sudah membawaku kesini"gadis itu menatap sendu kedua orang tua di

 depan nya,dia sangat merindukan orang tua kandung nya.

"jangan sungkan,mulai hari ini,kami orang tua mu"ujar Norman.

"tapi ... runa merindukan mama dan papa"gadis itu mulai terisak lagi,Susan memeluk nya,dan membelai nya penuh kasih sayang.

"kami akan mempertemukan mu dengan ibu mu,tapi nanti...uang kami belum cukup untuk mengantarkan mu kesana"Susan melihat kearah suaminnya,laki laki itu tampak mengangguk.

Tadi,di perjalanan, Aruna sudah menceritakan semua nya,dan dia juga mengatakan dimana tempat berasal nya,tapi tempat itu terlalu jauh di luar kota, sehingga mereka tidak akan mungkin bisa dengan mudah mengembalikan nya.

Gadis kecil itu mengangguk,dia masih menatap bingung ke arah susan, meskipun sedikit ragu,dia akhirnya juga bertanya.

"paman, apakah Tante yang dirumah sakit itu adik nya bibi?, mereka terlihat sangat mirip"deg, Norman sangat terkejut,ia tidak menyangka Aruna akan membahas kejadian hari itu,saat istri nya juga disini.

Dia berpikir Aruna tidak akan membahas nya atau mengingat nya lagi,karena sedari di panti,dia tidak sedikit pun membahas tentang ini.

"siapa yang dimaksud runa,mas?"wanita itu menatap curiga ke arah suami nya.

"i..itu,Naila sayang,waktu itu,kebetulan, dia pulang sekolah berpapasan dengan ku pulang kerja" meskipun gugup,dia mencoba menjelaskan semuanya dengan tenang.

"iya,Naila itu adik kandung nya,ibu.dia Tante mu"wanita itu membawa Aruna kekamar nya,dia berhenti membahas tentang naila.

Norman bernafas lega,dia merasa nyawa nya hampir di ubun ubun,jika sampai,Aruna juga membahas perihal kejadian di gubuk pinggir sungai, meskipun Aruna tidak melihat nya,dia yakin,Aruna sempat mendengar suara mereka.

Sudah beberapa bulan Aruna tinggal bersama mereka, mereka sangat menikmati kebersamaan dengan keluarga baru nya,begitu pun juga Aruna,dia sangat bahagia.

Meskipun Norman jarang di rumah, Norman selalu menjadi ayah yang bertanggung jawab untuk keluarga nya.

Pagi itu,Norman baru pulang kerja sekitar pukul tujuh.biasanya,dia tidak akan pulang pagi jika lembur,dia tetap akan pulang sore, seperti biasanya.

"ada apa mas,"Susan yang melihat muka kusut suaminya langsung berlari menghampiri, suaminya tampak kurang tidur dan kelelahan sekali.

"aku di pecat sayang,mereka mengatakan,kinerjaku di pabrik tidak benar, padahal aku selalu melakukan yang terbaik dan aku harus membayar ganti rugi mesin yang rusak"Norman terlihat frustasi,dia duduk di kursi yang tersedia di dalam rumah nya.

"yang sabar mas,kamu pasti akan dapat yang lebih baik setelah ini"Aruna menatap kedua orang tua angkatnya itu dengan sedih,dia merasakan kesedihan yang terpancar dari wajah mereka.apalagi sekarang, Aruna juga sudah bersekolah.

"aku bingung, bagaimana aku harus menghidupi kalian dan membayar ganti ruginya,"Susan memeluk suami nya, wanita itu berusaha membuat suaminya tegar.

"mas,aku akan cari kerja untuk membantu mu,kamu tenang saja"

Sejak hari itu,Susan dan Norman terlihat sangat sibuk mencari kerjaan, sehingga Aruna pun terabaikan.

"ini semua terjadi karena kau mengadopsi anak itu,mas.harusnya kau tidak melakukan itu,dia pembawa sial. jika kau butuh anak,aku mampu memberikan mu bahkan sampai selusin"gerutu Naila pada suatu sore,saat Norman menemuinya dan mengatakan kalau dia dan Susan akan berangkat ke luar negeri untuk bekerja.

"jangan berbicara yang tidak tidak nai, jangan sampai itu terjadi,aku harap kau sadar posisi mu."Norman terlihat marah mendengar perkataan Naila,dia benar benar tidak mau terjadi apapun pada pernikahan nya.

"aku dipecat,karena kamu,kau yang meminta ku kembali lebih cepat malam itu, sehingga pekerjaan ku terabaikan,jadi kamu harus patuh"ujar Norman tegas,Naila hanya mengangguk.dia juga merasa takut pada laki laki itu.

"aku akan menitipkan Aruna pada mu,kau harus menjaga nya dengan baik"sambung nya lagi kemudian.

"tapi bagaimana dengan ku,mas.aku tidak akan sanggup jauh dari mu"rengek gadis itu."dan aku tidak suka pada anak itu"tambah nya lagi dengan wajah cemberutnya.

"aku janji jika kau patuh,maka rekening mu juga akan penuh" mendengar itu,mata nya berbinar,dia sangat bahagia.sebenarnya memang itu tujuan nya sedari awal, Norman adalah ATM berjalan nya.

Seperti yang telah ditentukan,hari dimana mereka akan meninggalkan putri angkat nya,Aruna melepaskan mereka dengan penuh deraian air mata.

"jangan menangis lagi Aruna,ayah janji akan terus mengabari mu,kamu belajar yang rajin,dan bersikap baik sama bibi dan ami, ya?"Aruna mengangguk,dia mengusap air mata nya sendiri.

"Maafin Ibu ya, Aruna. Ibu sama Ayah harus bekerja dan meninggalkan kamu,tapi ibu akan kembali,jaga dirimu baik baik" kata Susan dengan nada sedih.dia memeluk anak itu erat.

"Tidak apa-apa, Ayah, Ibu. Asalkan kalian selalu kasih kabar," jawab Aruna polos, berusaha tegar meskipun hatinya sedih harus berpisah lagi dengan orang-orang yang baru saja ia sayangi.

"titip Aruna,mbak"ujar nya pada kakak istrinya itu, perempuan itu mengangguk.norman menatap Naila,adiki istrinya sesaat, setelah itu dia langsung berpaling,semalam, mereka sudah berpuas puas diri menabung kerinduan yang mungkin akan sangat lama terpenuhi.

03.tante ku ternyata

Aruna menjalani aktivitas nya seperti biasa di rumah bibi dan Tante nya, walaupun dia tidak disayang seperti di rumah nya sendiri,tapi dia merasa bersyukur karena masih memiliki orang tua yang mau menjaga nya.

"Aruna,bereskan rumah, sebentar lagi bibi akan pulang"ujar Tante nya memerintah.memang selalu begitu sikap Tante nya itu,gadis berusia delapan belas tahun itu tidak pernah mau melakukan apapun,dia setiap hari hanya sibuk bermain handphone dan keluar keluyuran entah kemana, padahal dia sudah lulus sekolah sejak beberapa bulan yang lalu.

Sudah hampir tiga tahun Aruna ditinggal kan orang tua angkat nya,mereka mengatakan,kalo ayah nya akan pindah tugas ke jepang, sehingga akan berjauhan dengan ibu nya.

"ami,benarkah ayah sudah pindah kerja?"

"iya,memang nya kenapa?"

"apakah ia tidak bisa pindah kesini saja?,bukan kah lebih dekat dengan kita?."

"kau masih terlalu kecil untuk mengerti,"ujarnya acuh.wanita yang umurnya hanya terpaut beberapa tahun dengan nya itu terlihat sangat sombong,dia bahkan tidak pernah menghormati kakak nya sendiri.

Aruna melanjutkan pekerjaan nya,dia ingin menyelesaikan semuanya sebelum magrib tiba.

Prang...

Suara piring pecah mengejutkan Aruna,dia langsung berlari ke arah dapur untuk melihat apa yang terjadi, ternyata Tante nya berdiri disana dengan mata merah menyala,dia terlihat sangat marah.

"kenapa hanya ini yang kau masak Aruna?,apakah ayah mu sudah miskin?!"bentak nya,Aruna gemeteran, meskipun sering sekali mengomel dan membentak nya,Tante nya itu tidak pernah menghancurkan barang.

"kau benar benar ingin menguasai duit mas Norman sendiri hah?!"Naila menjawer telinga Aruna dan menarik nya ke kamar mandi,entah apa penyebab Tante nya sangat marah hari ini.

"naila,apa yang kamu lakukan?!,kau menyakiti nya"bibi nya yang baru pulang dari tempat kerjanya sangat terkejut saat mendapati Aruna yang sedang di mandikan oleh Naila.

"dia sangat nakal,aku harus mengajari nya"

"Naila, hentikan,"bibi nya menarik Naila keluar dari kamar mandi,dia mendorong adiknya itu sampai terjatuh.naila meringis kesakitan saat merasakan area bawah perut nya berdenyut.

Tapi,kakak nya tidak perduli pada adiknya yang merintih,dia memapah Aruna dan membawanya ke dalam kamar.

"bibi,maafkan Aruna ,Aruna tidak tau Ami tidak menyukai ikan gurame"ujarnya terisak,dia memeluk wanita itu.

Bibi nya tertegun mendengar penuturan Aruna,sejak kapan adik nya tidak suka gurame?,bukankah gurame ikan kesukaan nya sedari dulu?.

Setelah menenangkan Aruna,Laila keluar untuk melihat adiknya,tetapi betapa terkejut nya dia saat mendapati adik nya itu ternyata masih di tepat yang sama dalam keadaan pingsan.

"nai,Nayla..."ujarnya menepuk nepuk pipi Naila,gadis itu membuka matanya,dia menatap marah pada kakaknya itu.

"kau tega sekali pada ku,kau lebih membela anak yang tidak jelas itu daripada aku adikmu!"bentak nya.

"aku tidak membela nya nai,tapi kamu telah menyakiti nya.sebenarnya apa yang salah dengan masakan Aruna sehingga kamu marah besar,bukankah gurame kesukaan mu?"

"aku tidak menyukai nya lagi, sekarang aku mual setiap kali mencium baunya,aku sudah mengatakan padanya untuk tidak memasak itu lagi"

"hanya soal makanan,kenapa kau semarah ini,kamu aneh Naila"bibi Laila pergi meninggalkan adiknya yang masih terduduk di lantai.gadis itu mengepalkan tangan nya marah.

......................

Sudah hampir sebulan sejak kejadian itu,Naila tidak pernah lagi berinteraksi dengan kakak nya maupun Aruna,dia lebih memilih mendekam di kamar atau pergi keluyuran ke luar.

Pagi itu seperti biasa,Aruna berangkat sekolah,dia harus jalan kaki karena tidak memiliki kendaraan apapun.

"na,itu ayah mu,bukan?"Aruna menatap arah telunjuk Mega,teman nya.

"tapi ayah di jepang,mungkinkah dia pulang?"Aruna berhenti,dia menatap teman nya penasaran.

"lebih baik kau pulang saja untuk memeriksa,kita belum jauh,nanti aku izin sama guru"Aruna tampak ragu,gadis tiga belas tahun itu merasa bingung.

"baiklah, tolong izin,aku ingin ketemu ayahku"ujar nya, dibalas anggukan Mega.

Aruna berjalan cepat kembali kerumah nya,rumah yang agak jauh dari pemukiman itu terlihat sunyi,tapi ada sebuah motor di dekat warung reot yang tidak terpakai lagi.

Aruna berjalan cepat,menyusuri jalan setapak untuk sampai kerumahnya,tapi ketika sampai di depan rumah,dia mendengar suara aneh yang sama seperti dulu saat dia terkapar di pinggiran sungai.

Aruna si gadis polos berfikir itu suara orang kesakitan, sehingga dia langsung kerumah dam membuka pintu kamar tantenya karena disitu lah asal suara,tapi betapa terkejut nya dia saat mendapati dua orang disana sedang tel anjang dengan alat kel amin masih meny atu.

Terlalu asyiknya mereka berdua bersenggama,bahkan suara pintu terbuka saja mereka tidak mendengar nya.

"aah masss,kamuu selalu hebat"Nayla merintih keenakan,sedangkan lelaki yang dipanggil ayah oleh Aruna itu tidak menjawab,dia terlalu sibuk dengan aktivitas nya menjelajahi satu persatu bukit indah Naila.

"mass..."

"iyahh sayang ..."jawabnya masih memompa.

"aku mencintaimu uhh"

"aku juga,sangat mencintai mu"jawab Norman mel umat habis bibir indah gadis muda itu.

Aruna mematung,dia tidak bisa bergerak sama sekali,jantungnya berdegup kencang,nafas nya ngos ngosan,syok,dia benar benar syok.

Meskipun dia masih muda dan polos,dia mengerti apa yang sedang terjadi di depan nya.

"ayah..."suara itu akhirnya keluar,membuat dua orang yang sedang menikmati sisa sisa pelepasan nya itu tersentak.

"Aruna,apa yang kau lakukan disini?!" Norman terkejut,dia langsung meraih selimut dan membalut tubuh nya,sedangkan Nayla yang masih berbaring tidak menemukan apapun untuk menutupi badan nya.

"dasar anak nakal kamu Aruna"Naila turun dari tempat tidur nya, mengambil vas keramik yang ada disana dan menghantam kepala Aruna. gadis itu memegangi kepala nya yang mengeluarkan darah.

"kenapa ayah tega mengkhianati ibu?"Aruna menatap nya sendu,sebelum akhirnya dia pingsan.

Norman terkejut dengan perbuatan nayla"apa yang kamu lakukan Naila?,kamu sudah gila?"Norman meraih pakaian nya,dan segera memakai nya.

"kalau dia mati bagaimana?"dia membentak Naila sehingga gadis itu pun marah.

"kau membentakku demi anak sialan itu,kau selalu bersikap begini sejak menemukan dia di pinggir sungai itu,mas. kamu sudah tidak pernah lagi mendengar ku , padahal aku sudah memberi kan semuanya untuk mu" Norman tidak peduli dengan ocehan gadis itu,dia langsung meraih tubuh yang sudah terkapar itu langsung membawanya keluar.

"pakai pakaian mu dan segera ikut aku"

Mereka membawa Aruna kerumah sakit,disana,Norman terlihat sangat frustasi,dia berkali kali menjambak rambut nya sendiri.

"aku lelah mas,ayo kita pulang,sedari semalam kau tidak membiarkan aku tidur nyenyak"

"kalo kau mau pulang,maka pulanglah sendiri,Aruna masih membutuhkan ku!"bentak Norman.

Plakk, tamparan itu mengejutkan Norman,dia menatap geram perempuan yang sudah empat tahun bersama nya itu.

"kau menamparku?!"matanya melotot,membuat Naila ketakutan.

"kamu pantas mendapatkan nya mas,kamu tidak lagi seperti dulu,kamu berubah,dulu kamu selalu melakukan apapun untuk ku, sekarang yang kamu pikirkan cuma aruna, apa kamu lupa dengan apa yang sudah kita lakukan selama empat tahun ini?," walaupun merasa takut,dia terus saja mengeluarkan uneg uneg nya.

"apa yang kulakukan untuk mu selama ini kurang,Naila?,aku tidak jadi ke Taiwan juga karena permintaan mu,malah saat ini kau bilang jajan mu kurang,itu karena gajiku sedikit,kau harus tau itu!"

"semua gara gara Aruna"

"stop keras kepala Naila,kita sudah ketahuan sama Aruna, bagaimana kalau dia menceritakan pada kakak mu?"Naila terkejut,dia tidak memikirkan masalah itu sejak tadi.

"kita harus membungkam nya,lakukan sesuatu,mas,"Naila merengek,dia mengguncang guncang tubuh Norman yang masih mematung.

"aku tidak tau,semoga setelah sadar dia bisa di ajak kerja sama"

"kenapa harus kerja sama, kenapa kau tidak membunuhnya saja?"

"Naila,jaga mulut mu, jangan pernah sekalipun berfikir untuk menyakiti Aruna"Naila tertawa.

"heh,kau sangat melindungi nya,apakah kau ingin menjadikan dia pel acur kecilmu selanjutnya?"Norman terhenyak,dia menampar Naila dan mendorong nya, sehingga gadis itu jatuh kelantai.

Norman sadar,dia langsung meraih tubuh kecil selingk uhan nya itu,tapi saat ingin membawanya berdiri,dia mendapati darah mengalir di paha Naila.

"mass..ssshhhttt...sakit"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!