“Kamu mau kemana, Mas?” Malam itu Naomi kembali melihat Gilang sudah rapi seperti hendak pergi meninggalkan rumah.
Pergerakan Gilang terhenti. Dia menatap wajah Naomi dengan datar. Tak ada lagi senyum yang Gilang perlihatkan pada Naomi sejak beberapa minggu belakangan ini.
“Ke rumah mama. Melvina kembali histeris di rumah.”
Naomi terdiam. Hatinya terasa sakit karena suaminya kembali memperhatikan wanita lain dan meninggalkan dirinya di rumah sendiri.
“Aku ikut, ya?” Pinta Naomi. Sudah beberapa kali Gilang pergi ke rumah mertuanya, dia tak pernah diajak.
“Tetaplah di rumah. Kondisi di rumah mama lagi gak kondusif. Aku gak mau kamu kena imbasnya nantinya.”
Dahi Naomi mengkerut mendengar pernyataan Gilang. “Aku? Memangnya apa yang sudah aku lakukan. Kenapa sampai aku yang kena imbasnya?” Naomi penasaran. Pernyataan Gilang barusan menyimpan macam makna di kepalanya.
Gilang tak menjawab. Dia hanya menepuk pundak Naomi kemudian berlalu dari hadapannya.
“Sebenarnya ada apa ini. Kenapa aku jadi dibawa-bawa seperti ini?” Naomi bingung. Sekaligus penasaran.
Rasanya ingin sekali Naomi pergi mengikuti suaminya pergi ke rumah mertuanya. Namun, Naomi takut jika Gilang akan memarahinya nantinya. Apa lagi beberapa hari belakangan ini hubungan mereka kurang membaik.
Dua puluh lima menit berlalu, mobil Gilang sudah tiba di rumah orang tuanya. Suara teriakan Melvina langsung menyambut kedatangan Gilang hingga membuat Gilang buru-buru melangkah masuk ke dalam rumah.
“Papah, ada apa?” Tanya Gilang melihat Papa Refal yang baru saja keluar dari dalam kamar Melvina.
“Melvina kembali ngamuk, Lang. Papa dan Mama udah berusah nenangin dia. Tapi rasanya sulit.”
Gilang menghela napas. Kemudian berlalu dari hadapan Papa Refal dan melangkah masuk ke dalam kamar Melvina.
“Kak Gilang!!” Melihat kedatangan Gilang, membuat Melvina segera bangkit dari atas ranjang dan berlalu ke arah Gilang.
“Aku takut, Kak. Sangat takut!!” Melvina memeluk erat tubuh Gilang dengan tubuh yang terasa bergetar. Membuat Gilang segera menenangkan Melvina.
“Melvina, tenanglah. Kakak ada di sini…” Gilang spontan mengusap kepala Melvina. Dia melanggar kesepakatannya dengan Naomi untuk menjaga jarak dengan Melvina. Entahlah, Gilang seakan sudah tak lagi peduli dengan kesepakatan yang sudah ia buat bersama Naomi.
Pelukan tangan Melvina semakin erat. Wanita itu pun terus menangis sembari memeluk erat tubuh Gilang.
“Aku takut… mereka jahat kepadaku. Mereka hampir memperkosaku, Kak!” Melvina menjerit ketakutan. Air matanya pun tumpah ruah.
“Melvina, tenanglah. Kakak ada di sini. Kakak gak akan biarin mereka menyakiti kamu lagi!” Perasaan Gilang semakin khawatir pada Melvina. Dia juga merasa bersalah karena tidak bisa menjaga Melvina dengan baik.
Mama Ruby yang melihatnya meneteskan air mata. Perasaan Mama Ruby hancur mengingat kejadian buruk yang sudah menimpa Melvina sekitar tiga minggu yang lalu.
“Gilang, bisakah kamu menginap di sini malam ini? Mama takut Melvina kembali histeris dan Mama gak bisa nenangin dia.” Pinta Mama Ruby. Tak lupa Mama Ruby juga mengingatkan Gilang tentang kondisi psikis Melvina yang semakin terganggu.
Gilang tak langsung menjawab. Dia ragu untuk memberikan tanggapan saat itu juga.
“Kak Gilang, aku mau Kakak tetap di sini. Aku takut kalau nanti mereka datang dan menyakitiku lagi.” Melvina kembali memeluk erat tubuh Gilang seraya memohon. Membuat Gilang bingung harus mengambil keputusan.
“Bagaimana ini. Apa aku harus menginap di sini. Tapi bagaimana dengan Naomi. Dia pasti sedang menungguku pulang.”
***
Jika teman-teman suka dengan cerita Naomi dan Gilang, tinggalkan komentar dan klik tombol suka sebelum meninggalkan halaman ini. Satu lagi, jangan lupa kasih rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ seperti biasanya.
Untuk seputar info karya, teman-teman bisa follos akun instaggram @shy1210 yaaa
Terima kasih🌺
“Dia menginap di sana?” Naomi membaca sebuah pesan masuk dari Gilang dengan nanar. Meski terlihat hanya seperti sebuah pesan biasa. Namun, berhasil membuat perasaan Naomi sakit setelah membacanya.
Jika tadi Naomi bisa bersabar melepas suaminya pergi ke rumah mertuanya, kini rasanya tidak. Karena suaminya bukan hanya datang ke sana. Tapi menginap juga.
“Apa dia hanya peduli dengan perasaan Melvina saja. Tidak peduli jika aku terluka melihat sikapnya yang seperti itu?” Naomi menghela nafasnya yang terasa kian memberat. Semakin ke sini, Naomi merasa kalau Gilang sudah tak lagi peduli dengan perasaannya.
Keesokan harinya, Naomi memilih untuk mampir ke rumah mertuanya sebelum pergi ke rumah sakit untuk bekerja. Dilihatnya di depan rumah masih ada mobil suaminya terparkir di sana. Tanpa pikir panjang, Naomi langsung melangkah masuk ke dalam rumah. Hendak melihat keberadaan suamianya di sana.
“Mas Gilang…” hati Naomi terasa teriris melihat Gilang sedang menyuapkan makanan untuk Melvina. Meski Naomi tahu kalau Melvina sedang sakit, tapi tetap saja ia merasa cemburu. Naomi rasanya sulit sekali untuk menutupi rasa cemburunya.
“Ehem…” deheman Naomi berhasil membuat pergerakan Gilang terhenti. Gilang tersentak melihat kedatangan Naomi.
“Naomi…” panggilan Gilang tak mendapatkan respon apapun dari Naomi. Naomi hanya diam sembari menatap datar ke arah Gilang. Setelah merasa bisa mengontrol perasaannya, Naomi akhirnya beranjak mendekati Gilang.
“Bagaimana keadana kamu sekarang, Melvina?” Dari pada mengajak Gilang berbicara, Naomi merasa lebih baik bertanya pada Melvina.
Bukannya menjawab pertanyaan Naomi, Melvina justru mengalihkan pandangannya pada Naomi. Entah kenapa semakin hari Melvina semakin menunjukkan rasa tidak suka pada dirinya secara terang-terangan.
“Keadaan Melvina masih sama. Belum membaik.” Gilang akhirnya mengambil alih jawaban Melvina.
“Oh…” respon Naomi begitu singkat. Tak lama berada di sana, Mama Ruby nampak datang dan menatap wajah Naomi dengan tatapan kurang bersahabat. Entah kenapa mertuanya menatapnya seperti itu. Naomi sungguh bingung dibuatnya.
“Mama, bagaimana kalau Melvina kita bawa ke psikiater untuk mengobati rasa traumanya. Kebetulan aku memiliki teman yang sudah biasa menangani kasus seperti Melvina ini.” Tawar Naomi setelah menyapa mertuanya lebih dulu.
Mama Ruby tak langsung menjawab. Dia memikirkan saran dari Naomi.
“Gak. Aku gak mau ketemu dokter. Aku takut!” Melvina langsung menjawab dengan ketus. Kemudian berteriak dengan histeris seolah memperlihatkan jika dirinya benar-benar takut.
Naomi dibuat heran melihat sikap Melvina yang makin hari makin mencurigakan di matanya.
“Melvina, tenanglah.” Gilang kembali berusaha menenangkan Melvina. Meski hanya berniat untuk menenangkan Melvina saja, namun pergerakan tangan Gilang menyentuh pundak Melvina tetap membuat Naomi merasa sangat cemburu.
Mama Ruby tak tinggal diam. Dia ikut berusaha menenangkan Melvina. “Mama pikir ada baiknya kamu dibawa ke dokter seperti saran Naomi, Melvina. Supaya kamu cepat sembuh. Mama gak kuat lihat kamu terus seperti ini.” Tutur Mama Ruby lembut. Ternyata Mama Ruby berpikir kalau saran dari Naomi ada baiknya untuk dilakukan.
Melvina menggeleng cepat. “Aku gak mau, Ma. Aku takut dan aku gak mau kalau semakin banyak orang lain yang tahu kalau aku sudah ternoda!” Seru Melvina sembari menangis kencang.
Mama Ruby bingung harus bagaimana. Sejak kejadian memilukan itu terjadi pada Melvina, dia berniat mengajak Melvina untuk berobat di rumah sakit. Namun, Melvina selalu menolak ajakannya dengan alasan yang sama.
“Sebenarnya dia takut kalau aibnya diketahui oleh banyak orang. Atau dia takut kalau Gilang dan mama tahu hasil dari pemeriksaan dokter nanti kalau sebenarnya dia tidak sakit?” Tanya Naomi dalam hati merasa curiga pada Melvina.
***
Jika teman-teman suka dengan cerita Naomi dan Gilang, tinggalkan komentar dan klik tombol suka sebelum meninggalkan halaman ini. Satu lagi, jangan lupa kasih rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ seperti biasanya.
Untuk seputar info karya, teman-teman bisa follos akun instaggram @shy1210 yaaa
Terima kasih🌺
“Naomi, sudahlah. Jangan berbicara lagi!” Seru Gilang setelah melihat Melvina histeris karena ulah Naomi.
Naomi menatap nanar wajah Gilang. Bisa-bisanya suaminya itu mengatakan hal seperti itu pada dirinya. Padahal, dia memberikan saran demi kebaikan Melvina juga. Tak tahan hanya mendapatkan perlakuan tidak baik dari suami dan keluarga suaminya, Naomi memutuskan untuk pergi dari sana.
“Astaga, apa aku sudah bersikap keterlaluan kepadanya?” Perasaan Gilang mulai terasa bersalah. Hendak mengejar langkah Naomi, namun pergerakannya tertahan oleh Melvina.
“Tetaplah di sini, Kak. Aku beneran takut…”
Gilang mengangguk. Dia mengusap pundak Melvina untuk menenangkannya.
Melihat jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, Gilang segera beranjak menuju kamarnya. Berniat bersiap-siap untuk berangkat bekerja. Sebenarnya tadi Melvina sempat melarangnya untuk pergi bekerja. Namun, Gilang tidak bisa libur hari itu karena ada pertemuan penting dengan kliennya.
“Mah…” Melvina kini sudah bersikap manja pada Mama Ruby. Tak lupa sambil menunjukkan wajah tak baik-baik saja kepadanya.
“Iya, Sayang. Ada apa?” Mama Ruby mengusap kepala Melvina dengan sayang. Rasanya hatinya selalu hancur melihat wajah sendu Melvina.
“Entah mengapa aku semakin merasa yakin kalau Kak Naomi terlibat dalam pelecehan yang terjadi kepadaku malam itu.” Cicit Melvina. Dia kembali mengingatkan Mama Ruby tentang apa yang ia pikirkan beberapa waktu lalu.
Mama Ruby menatap intens wajah Melvina. “Kenapa kamu bisa seyakin itu, Sayang?” Mama Ruby ingin tahu. Rasanya dia ragu untuk membenarkan tebakan Melvina.
Masih dengan memasang wajah sendu, Melvina menjawab pertanyaan Mama Ruby. “Mama masih ingat kan gimana Kak Naomi berusaha menjauhkan aku dari Kak Gilang. Aku yakin sampai saat ini Kak Naomi masih berusaha untuk melakukannya, Mah. Dia gak bisa terima kalau Kak Gilang masih dekat dengan aku. Dan salah satu upayanya untuk membalas rasa sakit hatinya kepadaku, dia menyewa orang untuk melecehkan aku.”
Pemikiran Mama Ruby mulai terkontaminasi oleh perkataan Melvina. Meski yakin kalau menantunya tidak mungkin bersikap seperti itu, namun mendengar perkataan Melvina yang terdengar ada benarnya, membuat Mama Ruby berubah haluan.
“Kalau benar Naomi yang melakukannya, aku gak akan tinggal diam. Aku akan memberikan perhitungan kepadanya meski dia adalah menantuku!” Geram Mama Ruby.
Semenjak Melvina berhasil mencemari pemikiran Mama Ruby, sikap Mama Ruby pada Naomi terlihat makin kurang menyenangkan saja. Setiap kali Naomi datang ke rumahnya, Mama Ruby tidak menyambutnya dengan baik. Bahkan, Mama Ruby secara terang-terangan menunjukkan rasa tidak sukanya pada Naomi.
“Kenapa mama bersikap seperti itu kepadaku. Memangnya aku salah apa?” Belum hilang rasa sakit di hatinya karena perlakuan Gilang, kini hati Naomi bertambah sakit karena sikap Mama Ruby.
Tak tahan diperlakukan buruk oleh keluarga suaminya, Naomi mengajak Gilang berbicara. Membahas permasalahan yang terjadi kepadanya.
“Kenapa mama kelihatan gak suka sama aku. Memangnya aku punya salah apa sama mama?” Tanya Naomi saat ia dan Gilang sedang berada di perjalanan pulang ke rumah sore itu.
Gilang menatap wajah Naomi sekilas. Kemudian kembali fokus pada kemudi. “Mungkin itu hanya perasaan kamu saja. Karena dari yang aku lihat, sikap mama masih sama seperti biasanya.”
“Kadang yang kamu lihat gak sesuai dengan yang orang lain lihat, Mas!” Tegas Naomi. Entah kenapa suaminya itu selalu bersikap kurang percaya pada dirinya akhir-akhir ini.
“Kalau kamu merasa seperti itu, aku harap untuk ke depannya kamu jangan terlalu terbawa hati dengan sikap mama. Kamu harus mengerti kalau situasi di keluargaku sekarang lagi gak baik-baik aja. Mama sedih melihat keadaan Melvina. Mungkin karena suasana hatinya yang tidak baik membuatnya jadi bersikap kurang menyenangkan kepadamu.”
***
Jika teman-teman suka dengan cerita Naomi dan Gilang, tinggalkan komentar dan klik tombol suka sebelum meninggalkan halaman ini. Satu lagi, jangan lupa kasih rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ seperti biasanya.
Untuk seputar info karya, teman-teman bisa follos akun instaggram @shy1210 yaaa
Terima kasih🌺
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!