NovelToon NovelToon

Selepas Kau Selingkuh

Bab 1 - Aku Sudah Di Hotel, Mas

Pengenalan tokoh ;

Kirana Saraswati (33 tahun)

Seorang ibu rumah tangga yang mempunyai dua orang anak dan juga berprofesi sebagai Marketing Supervisor di sebuah perusahaan suku cadang otomotif. Dia merasa hidupnya begitu sempurna, mempunyai suami seorang kepala cabang bank swasta ternama yang setia dan sayang kepadanya sebelum perselingkuhan itu dia ketahui.

Andra Mahendra (45 tahun)

CEO sekaligus owner perusahaan suku cadang otomotif. Duda sekaligus papa dari seorang anak gadis berusia tujuh belas tahun.

Bryan Gunawan (35 tahun)

Suami Kirana yang tergoda menjalin hubungan terlarang dengan sahabat istrinya sendiri. Pesona Maudy, yang masih berstatus single di usia tiga puluhan membuatnya dia tergiur berbagi cinta dengan Maudy.

Maudy Arisandy (33 tahun)

Salah satu dari tiga sahabat Kirana selain Maya dan Sandra. Tanpa diketahui oleh ketiga sahabatnya, dia menjadi wanita lain di hati Bryan, suami Kirana.

♥️♥️♥️

Prolog

Bumi serasa akan runtuh menerpa Kirana, ketika dia mengetahui fakta bahwa Bryan, ternyata menjalin hubungan asmara dengan sahabatnya sendiri, Maudy.

Tak tebersit sedikitpun dalam benak Kirana, kalau sahabatnya itu akan menjadi duri dalam rumah tangganya dengan Bryan.

Sepuluh tahun menikah dengan Bryan kini rumah tangganya diambang kehancuran. Tidak sudi rasanya Kirana berbagi suami dengan wanita lain apalagi wanita itu adalah sahabatnya sendiri hingga dia memutuskan untuk bercerai.

Lantas, bagaimana Kirana menghadapi hidupnya setelah berpisah dengan Bryan?

♥️♥️♥️

Ting

Suara benturan lemah gelas kaca terdengar ketika keempat sahabat, Kirana, Maudy, Maya dan Sandra mendekatkan gelas minuman mereka saat bersulang.

Mereka adalah sahabat saat kuliah di salah satu universitas ternama di Jakarta. Saat ini mereka tinggal di kota berbeda. Kirana dan Sandra menetap di Jakarta, sementara Maya di Semarang, sedangkan Maudy tinggal dan bekerja di Surabaya.

Di antara mereka berempat, hanya Maudy yang sampai saat ini belum juga menikah. Maudy terlalu menutupi hubungan asmaranya. Dia merahasiakan pria yang saat ini dekat dengannya, hingga membuat tiga sahabatnya penasaran tentang sosok pria yang menjadi kekasih Maudy.

Meskipun mereka tinggal di kota yang berbeda. Tapi, mereka selalu menyempatkan waktu mengadakan pertemuan rutin tiap tiga bulan sekali.

"Selamat atas kehamilanmu, San. Akhirnya setelah sekian lama, Tiara akan mempunyai adik." Kirana ikut bahagia mengucapkan selamat pada Sandra, karena Sandra diketahui sedang hamil anak keduanya, sementara anak pertama Sandra berusia delapan tahun.

"Thanks, Na. Akhirnya aku bisa gabung sama kamu dan Maya, sama-sama punya buntut dua," sahut Sandra diakhiri dengan tawa kecil.

"Jangan gitu dong, San. Tuh, Maudy! Dia masih betah sendirian," sindir Maya menunjukkan pada Maudy.

Kirana melirik Maudy yang duduk di sampingnya ketika mendengar Maya membicarakan tentang Maudy.

Maudy terlihat menyesap lemonade dengan tersenyum tipis. Dia terlihat santai, seakan tak terpengaruh dengan sindiran Maya tadi.

"Kamu kapan akan mengenalkan kekasihmu, Dy? Masa diumpetin terus cowokmu itu!?" Sandra ikut menyindir Maudy yang terkesan tertutup soal asmaranya.

"Iya, Dy. Kamu kenal Mas Bryan, Mas Jafar dan Mas Andy, masa kami nggak boleh kenal sama cowokmu itu!?" Kirana pun ikut memprotes sampai menyebut nama suaminya juga suami Sandra dan Mya.

"Cowokmu jelek, ya, Dy? Makanya malu dikenalkan ke kamu." Di antara mereka berempat, memang hanya Maya yang paling frontal jika menyindir, meskipun tujuannya bercanda.

"Hush, jangan body shaming!" tegur Sandra.

"Atau jangan-jangan cowok kamu itu sudah punya istri makanya kamu sembunyikan terus!?" Maya kembali menyindir dengan tertawa.

Maudy melirik pada Maya ketika disinggung soal cowok beristri. Dia menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Berusaha tenang dan tak terpancing emosi dengan sindiran-sindiran Maya yang ditujukan padanya.

"May!" Sementara Kirana dan Sandra kembali menegur Maya yang dinilainya sudah keterlaluan dalam bercanda.

"Dia belum siap dipublikasikan." Akhirnya Maudy memberi alasan kenapa tak juga mengenalkan kekasihnya pada ketiga sahabatnya itu.

"Astaga, kayak public figure saja pakai nggak siap dikenalkan." Maya memutar bola matanya mendengar alasan Maudy.

"Sudah, sudah! Nggak usah bahas itu lagi, deh!" Merasa percakapan mereka semakin tidak asyik dan takut terjadi ketegangan di antara Maya dan Maudy, Kirana meminta mereka tidak membahas soal kekasih Maudy lagi.

"Eh, tapi, Dy, aku ingatkan ke kamu, siapa pun cowokmu itu, jangan sampai kamu berhubungan sama pria yang sudah berkeluarga. Bisa runyam urusannya." Sebelum mengakhiri percakapan tentang kekasih rahasia Maudy, Sandra memberi nasehat pada temannya itu.

Maudy hanya tersenyum tipis mendengar permintaan Sandra padanya, tanpa merespon dengan kata-kata.

***

"Na, kamu ngerasa aneh nggak, sama Maudy?" tanya Sandra menoleh pada Kirana yang mengendarai mobil.

Kirana dan Sandra tadi datang bersamaan ke restoran tempat mereka berempat bertemu. Kirana sengaja menjemput Sandra, karena mobil milik Sandra sedang berada di bengkel untuk diservice.

"Aneh gimana, San?" jawab Kirana hanya sepintas melirik ke Sandra karena harus fokus dengan jalanan di depannya.

"Waktu aku bilang jangan hubungan sama pria yang sudah berumah tangga. Dia nggak membantah sama sekali. Jangan-jangan cowoknya itu memang benar pria beristri, Na." Sandra mengungkapkan kecurigaan pada sikap Maudy.

"Jangan suudzon dulu, San. Kalau nggak benar, kita sama saja memfitnah dia, lho!" Kirana tak ingin berprasangka buruk pada sahabatnya.

"Iya, sih ... Tapi, mencurigakan sekali, Na." Sandra seperti tertular Maya yang tadi menyindir Maudy. Sikap Maudy yang tak menampik saat disinggung Maya dan dinasehati olehnya membuat kecurigaannya makin menguat. "Tapi, kalau dia benar punya hubungan sama suami orang, sorry, aku akan keluarkan dia dari genk kita! Aku nggak mau ada pelakor jadi anggota genk kita ini. Karena akan mencoreng nama baik genk kita saja!" Bahkan Sandra mengancam akan mengeluarkan Maudy dari anggota genk mereka.

"Sudah, ah! Jangan menggosipkan sahabat sendiri!" Kirana tak ingin Sandra terus berprasangka buruk pada Maudy. "Sudah sampai, San." Kirana memarkirkan mobilnya di depan rumah Sandra. Hanya membutuhkan waktu sekitar lima belas menit dari restoran ke rumah Sandra, sehingga Sandra tadi meminta Kirana menjemputnya selain mobilnya sedang di bengkel.

"Oke, Na. Thanks tumpangannya." Sandra melepas seat belt lalu bercipa-cipiki dengan Kirana sebelum keluar dari mobil Kirana. "Bye, Na. Hati-hati di jalan ..." Sandra melambaikan tangan ketika mobil Kirana berjalan menjauhinya.

Sesampainya di rumah, Kirana melihat Bryan sedang menemani Ryan, anak pertama mereka bermain game di kamar anak pertama mereka.

"Assalamu'alaikum ..." sapa Kirana membuka daun pintu lebih lebar. "Hmmm, kalau lagi main game, asyik banget, sampai nggak dengar Mama datang." Kirana menghampiri suami dan anak pertamanya.

"Waalaikumsalam ..." Bryan dan Ryan menjawab seraya menoleh ke arah suara Kirana tadi.

"Eh, Mama sudah pulang?" Bryan merentangkan tangan menyambut Kirana dengan pelukan hangat dan sebuah ciuman di pipi.

"Sudah, dong. Mama 'kan bilang sebelum Maghrib sudah ada di rumah," sahut Kirana, "Oh ya, Mama belikan pizza, Abang mau nggak?" Kirana menawarkan pada anaknya.

"Mau, Ma." Tapi, bukan hanya Ryan, Bryan pun ikut menjawab.

"Ayo, kita ke dapur. Minta tolong bibi siapkan untuk kita." Kirana kembali bangkit dan mengajak Ryan keluar kamar.

"Iya, Ma. Udahan dulu mainnya, Pa." Ryan ikut bangkit dan bersama Kirana keluar dari kamar.

Ddrrtt ddrrtt

Getaran ponsel Bryan terdengar, membuat ia mengambil ponsel yang ia letakan di atas meja belajar Ryan.

Terlihat notif pesan dari nomer yang dia save dengan nama Rudy. Segera ia membuka isi pesan masuk itu.

"Aku sudah di hotel. Mas ke sini, kan?"

Bryan menoleh ke arah pintu kamar setelah membaca pesan masuk tadi. Menatap punggung Kirana yang tak lama menghilang dari pandangannya.

*

*

*

Bersambung ...

Bab 2 - Tanda Merah

Selepas Maghrib, Bryan langsung mengganti pakaiannya. Dia akan menemui orang yang tadi memintanya datang ke hotel. Namun, tentu dia juga tidak ingin membuat Kirana curiga dengan kepergiannya malam ini.

"Aku mau ke luar dulu, Yank. Ada bisnis sama Mas Andrew." Bryan memberi alasan akan bertemu kakaknya pada Kirana.

"Bisnis apa, Mas?" Kirana tak mencurigai apa-apa. Dia sama sekali tak menyimpan prasangka buruk ada Bryan, karena selama ini Bryan tak pernah macam-macam. Juga karena suami dan kakak iparnya itu memang sering menjual properti pada nasabah bank kenalannya.

"Bisnis yang menghasilkan cuan, Yank." Bryan mengecup kening Kirana. "Aku keluar dulu. Assalamualaikum ..." pamit Bryan.

"Waalaikumsalam, hati-hati, Mas. Jangan malam-malam pulangnya!" ujar Kirana pada Bryan yang sudah melangkah ke luar dari kamar mereka.

Bryan berlari dengan sangat bersemangat menuruni anak tangga.

"Papa ...!" Si kecil Reva yang berusia tiga tahun berteriak memanggil Bryan dan berlari menghadang Bryan di bawah tangga seraya merentangkan tangan, menginginkan Bryan mengangkat tubuhnya.

Bryan mengambil tubuh kecil putrinya setelah menjejaki anak tangga terakhir dan mengecup pipi Reva.

"Papa mau pergi sebentar, Reva sama Sus dulu, ya!" Bryan menyerahkan Reva kembali kepada Sus Ina, pengasuh kedua anaknya sejak mereka bayi, karena dirinya dan Kirana sama-sama bekerja.

"Papa mau ke mana?" tanya Ryan yang baru keluar dari dapur dengan menggenggam botol minuman yogurt di tangannya.

"Papa mau ada perlu dulu sebentar, Abang jagain adik dulu, ya!" Bryan mengusap kepala Ryan kemudian melangkah ke luar rumah.

"Sus, Papa kok pergi nggak bilang assalamualaikum?" Ryan terheran, karena papanya itu selalu mengingatkan agar mengucapkan salam ketika pergi meninggalkan rumah, begitu juga sebaliknya.

"Papa lupa kali, Bang." Sus Ina tak ambil pusing kenapa Bryan tak mengucapkan salam. "Tapi, bukan berarti Abang boleh meniru apa yang papa Abang lakukan tadi, ya!" Sus Ina mengingatkan Ryan untuk tidak meniru sikap yang tidak baik.

"Iya, Sus." Ryan mengangguk cepat.

"Oh ya, buku untuk besok sekolah sudah disiapkan belum, Bang? Topinya jangan lupa dimasukin ke tas dulu biar nggak ketinggalan!" "Papa mau ke mana?" tanya Ryan yang baru keluar dari dapur dengan menggenggam botol minuman yogurt di tangannya.

"Papa mau ada perlu dulu sebentar, Abang jagain adik dulu, ya!" Bryan mengusap kepala Ryan kemudian melangkah ke luar rumah.

"Sus, Papa kok pergi nggak bilang assalamualaikum?" Ryan terheran, karena papanya itu selalu mengingatkan agar mengucapkan salam ketika pergi meninggalkan rumah, begitu juga sebaliknya.

"Papa lupa kali, Bang." Sus Ina tak ambil pusing kenapa Bryan tak mengucapkan salam. "Tapi, bukan berarti Abang meniru apa yang papa Abang lakukan, ya!" Sus Ina mengingatkan Ryan untuk tidak meniru sikap yang tidak baik.

"Iya, Sus." Ryan mengangguk cepat.

"Oh ya, buku untuk besok sekolah sudah disiapkan belum, Bang? Topinya jangan lupa dimasukin ke tas dulu biar nggak ketinggalan!"

Kirana memilih orang yang benar-benar punya keahlian dalam mengasuh anak. Tidak hanya cekatan, tapi juga bisa mengajarkan hal-hal positif pada anak-anaknya, seperti Sus Ina.

"Iya, Sus, sudah Ryan taruh di tas." Ryan lalu melangkah ke kamarnya meninggalkan Sus Ina n adiknya. Namun, sebelumnya ia sempat mencium gemas pipi adiknya dulu.

***

Bryan berjalan di lorong hotel menuju kamar di mana orang yang ingin ia temui menginap. Langkahnya kini terhenti di kamar dengan nomer 691.

Ceklek

Dia membuka handle hingga daun pintu terbuka. Sebelumnya ia sudah memberitahu orang yang ada di kamar itu jika dirinya sudah sampai di hotel, sehingga kamar itu tak terkunci dari dalam.

Seorang wanita cantik langsung menyambut Bryan dengan melingkarkan tangan di tengkuk Bryan.

Wanita itu mengenakan lingerie transparan berwarna biru muda, hingga tiap lekukan tubuh 5eksinya terlihat jelas tertangkap mata Bryan.

"Aku pikir Kirana akan melarang Mas pergi," kata wanita yang tak lain adalah Maudy.

"Dia nggak mungkin melarang, Sayang. Kirana bukan tipe istri yang mengekang suami." Bryan langsung menjelajahi leher jenjang Maudy dengan bibirnya.

"Bukan tipe istri yang mengekang suami, tapi Mas selingkuh di belakang dia." Maudy terkekeh dengan mendongakkan kepala karena sentuhan Bryan di lehernya menimbulkan gelenyar yang memercikkan g4irah bercinta.

Bryan menghentikan sentuhannya dan menatap tubuh indah Maudy. Senyumnya terkulum menikmati tubuh aduhai wanita di hadapannya saat ini.

"Itu karena kamu yang menggodaku, Sayang." Bryan menurunkan tali lingerie di pundak Maudy hingga pakaian tipis itu turun dan memperlihatkan dada indah dan mulus Maudy.

Bryan menyergap bibir ranum Maudy dan mengangkat kedua pant4t Maudy hingga kaki Maudy melingkar di pinggangnya. Mereka asyik berpagutan dengan penuh n4fsu, sampai akhirnya Bryan menjatuhkan tubuh Maudy di atas tempat tidur.

Bryan melepas pakaiannya dan mulai mengungkung tubuh Maudy, melanjutkan percintaan mereka menjadi lebih int!m dan penuh kenikmatan.

***

Suara adzan shubuh yang berkumandang membangunkan Kirana dari tidurnya. Bola matanya bergerak ke samping, melihat Bryan yang tertidur di sebelahnya.

Dia tidak tahu jam berapa suaminya itu pulang, karena sebelum jam sembilan malam dia sudah tertidur lelap, sampai tak menyadari kedatangan suaminya itu.

Karina bangkit dari tidur dan menggulung rambut panjangnya lalu mengikat dengan helaian rambutnya.

"Mas, bangun! Udah masuk shubuh. Ayo sholat dulu." Kirana membangunkan Bryan agar tak tertinggal waktu sholat shubuh.

"Ouugh ...!" Bryan menggeliat, merentangkan tangan dan meregangkan otot-ototnya. "Jam berapa sekarang, Yank?" tanya Bryan dengan menguap.

"Setengah lima," jawab Kirana, "Semalam pulang jam berapa, Mas? Aku tidur sore tadi malam," tanya Kirana.

"Setengah sepuluh. Aku datang kamu memang sudah tidur dengan mulut terbuka." Bryan mempraktekkan bagaimana posisi mulut Kirana semalam.

"Iihh, nggak usah dipraktekin gitu dong, Mas!" protes Kirana karena Bryan menirukan tidurnya semalam.

"Hahaha ..." Bryan tertawa puas meledek Kirana. Dia lalu memeluk dan mencium pinggang istrinya.

"Mas, astaga! Sudah masuk shubuh ini. Cepetan wudhu dulu!" Kirana mengurai pelukan Bryan dari pinggangnya.

Bryan akhirnya bangkit dan berjalan ke arah kamar mandi karena semalam dia melakukan hubungan int!m dengan Maudy.

Sepuluh menit di kamar mandi, Bryan terlupa mengambil handuknya, sehingga ia berteriak meminta Kirana mengambilkan handuk untuknya.

"Yank, ambilkan handuk aku, dong!"

Kirana lalu mengambil handuk bersih dari lemari karena handuk Bryan sudah ia suruh ART mencucinya.

Tok tok tok

"Ini handuknya, Mas!" Kirana mengetuk pintu untuk menyerahkan handuk Bryan.

Saat pintu dibuka, tangan Kirana langsung ditarik Bryan hingga tubuh Kirana terbawa ke dalam kamar mandi. Dia mendapati suaminya itu telanj4ng, tak ada sehelai benang pun di tubuhnya.

"Astaga, Mas!" Kirana ingin buru-buru keluar kamar mandi. Namun, tangan Bryan menghalangi dan menarik kembali tubuh Kirana, lalu merapatkan ke dinding kamar mandi. Bryan mengungkung tubuh Kirana dengan tangannya menyangga ke dinding.

"Mas, jangan aneh-aneh, deh! Ini sudah masuk waktu shubuh. Nanti waktu shubuh nya habis.." Tangan Kirana mengusap jambang yang tumbuh di sekitar rahang hingga dagu Bryan. Hingga matanya tiba-tiba melihat warna merah di lengan bagian dalam dekat ketiak Bryan.

Tangan Kirana turun menyentuh tanda merah di lengan suaminya itu. "Ini kenapa, Mas? Kok, merah gini?" tanya Kirana heran.

Bryan terkesiap ketika Kirana mendapati bekas gigitan cinta yang dibuat Maudy semalam. "Oh, ini. Ini kemarin terbentur meja di kantor. Aku nggak lihat kalau jadinya merah gini." Bryan berkelit dan menutupi kebohongannya.

*

*

*

Bersambung ....

Bab 3 - Apa Yang Kamu Sembunyikan, Mas?

Mata Kirana terus memperhatikan layar LED monitor di ruang rapat dan mendengarkan penjelasan dari Pak Wawan, manajernya. Namun, pikiran Kirana masih saja teringat akan tanda merah yang ada di lengan Bryan yang diakui suaminya akibat benturan meja.

Sayangnya, penjelasan Bryan terasa janggal diterima olehnya. Tanda itu seperti tanda yang biasa Bryan tinggalkan saat bercinta.

Kirana mencoba menghapus pikiran-pikiran buruk terhadap suaminya. Dia mencoba menghapus pikiran jika Brian selingkuh darinya.

Kirana mendengus dengan kencang, hingga membuat beberapa peserta rapat menoleh kepadanya, termasuk Pak Wawan yang sedang menjelaskan rencana pemasaran ke luar negeri.

"Bagaimana, Kirana? Apa ada yang kurang paham penjelasan saya tadi?" Pak Wawan kini bertanya kepada Kirana, mengira Kirana kurang setuju dengan penjelasannya.

"Oh, tidak, Pak. Semuanya sudah jelas, sudah saya pahami." Dengan cepat Kirana menjawab, sementara matanya melirik ke peserta rapat lainnya yang saat ini masih memperhatikannya, bukan karena dia sedang mempresentasikan pekerjaan.

***

Kirana mengambil ponselnya. Saat masuk waktu istirahat dia mencoba menghubungi Winda, istri dari Andrew. Kirana teringat semalam suaminya itu bertemu dengan Andrew untuk membicarakan soal bisnis. Dia ingin cari tahu, apakah itu benar atau hanya alasan Bryan pergi dari rumah semalam.

"Assalamualaikum mbak Win. Gimana kabar? Apa masih sering migrain?" sapa Kirana berbasa-basi lebih dulu setelah panggilan teleponnya terhubung dengan Winda.

"Waalaikumsalam, alhamdulillah, Na. Jarang kambuh sejak minum obat yang kamu kasih waktu itu," balas Winda. Berapa minggu lalu Winda memang sering mengalami migrain dan Kirana memberikan obat agar dikonsumsi iparnya untuk mengobati penyakit yang sering kambuh dialami Winda.

"Syukurlah kalau begitu, Mbak. Berarti obatnya cocok. Mbak Winda jangan banyak pikiran dan harus cukup istirahat." Kirana menasehati sang ipar. Sebagai sesama ipar Kirana dan Winda memang sangat dekat, apalagi Bryan hanya mempunyai saudara Andrew saja.

"Iya, Na. Anak-anak gimana, Na? Kapan mau pada menginap di sini lagi?" Kedua anak Andrew dan Winda sudah duduk di bangku SMA, sehingga Winda senang jika kedua anak Kirana datang dan menginap di rumahnya.

"Nanti aku tanya anak-anaknya, Mbak," sahut Kirana, "Oh ya, semalam Mas Andrew pergi sama Mas Bryan ya, Mbak? Katanya ada bisnis. Kalau dapat komisi banyak, kita tagih liburan yuk, Mbak!" Kirana mulai menyinggung soal Bryan yang katanya pergi bersama Andrew tadi malam.

"Mas Andrew semalam nggak ke mana-mana kok, Na. Di rumah saja."

Jawaban Winda membuat Kirana terkejut. Semalam jelas sekali dia mendengar suaminya menyebut nama Andrew.

"Oh ya? Mas Bryan nggak ke sana ketemu Mas Andrew?" Kirana kembali bertanya untuk memastikan jika jawaban Winda memang benar, kalau Andrew ada di rumah semalam.

"Kakak iparmu itu dari semalam selepas Isya sudah langsung meringkuk di tempat tidur. Dia kecapean gara-gara dari Ashar sampai mau Maghrib main tenis di lapangan komplek depan." Winda menceritakan apa yang dilakukan oleh suaminya. "Memangnya kenapa, Na? Bryan pergi bilang ketemu Mas Andrew? Wah, hati-hati tuh, Na. Jangan sampai dia ngaku ketemu Mas Andrew malah ketemuan sama wanita lain." Sebenarnya perkataan Winda hanya bercanda, tak ada niatan untuk menuduh Bryan selingkuh. Tapi, kata-kata Winda tentu saja langsung mengena di hati Kirana. Apalagi tanda merah yang ia lihat di lengan suaminya itu sama persis dengan tanda yang biasa ditinggalkan Bryan di tubuhnya saat mereka bercinta.

"Hmmm, mungkin aku salah paham, Mbak. Kayaknya sih, Andrew teman kuliahnya dulu. Aku ingat sebulan lalu Mas Bryan cerita ketemu dengan teman kuliahnya yang namanya Andrew juga." Kirana tidak ingin mengungkap kecurigaannya terhadap Bryan pada Winda, dan memberi alasan yang ia anggap masuk akal.

"Oh, gitu ... eh, ngomong-ngomong soal komisi, kalau emang bisnisnya goal, jangan lupa ajak-ajak Mbak kalau mau pergi liburan, ya!" Winda terkekeh menyinggung rencana Kirana yang ingin pergi berlibur dari hasil komisi yang didapat oleh Bryan nanti.

"Beres, Mbak." Kirana menjawab dengan tertawa kecil. Walau hatinya tak tenang mengetahui suaminya berbohong, tapi dia berusaha untuk tetap tenang menghadapinya. "Sudah dulu ya, Mbak. Aku mau istirahat dulu. Assalamualaikum." Kirana berpamitan ingin mengakhiri percakapan mereka.

"Oke, Na. Waalaikumsalam."

Kirana menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Tanda merah yang ia temui di lengan Bryan saja sudah membuat pikirannya terganggu, ditambah pengakuan Winda kalau Andrew semalam tidak pergi bersama Bryan.

"Ada apa ini sebenarnya? Apa yang kamu sembunyikan, Mas? Kenapa membohongiku?" batin Kirana, mulai mengendus ada yang tidak beres dengan suaminya.

***

Kirana turun dari mobil dan berjalan cepat masuk ke rumahnya.

"Assalamualaikum, Bi. Anak-anak di mana?" Kirana menyapa Bi Sumi yang sedang menyapu teras rumah.

"Waalaikumsalam, Abang Ryan dan Reva sedang di kolam sama Sus Ina, Bu," jawab Bi Sumi.

"Suami saya belum datang, Bi?" Kirana memastikan karena dia tak melihat mobil Bryan di halaman.

"Belum, Bu." Bi Sumi menjawab.

"Oh ..." Kirana melanjutkan langkahnya masuk ke rumah menuju kamarnya di lantai atas. Biasanya kalau pulang dari kantor dia selalu menemui anak-anaknya lebih dulu. Tapi, kali ini dia langsung ke kamar karena ingin mencari sesuatu yang mungkin bisa ia temukan di kamar.

Karina membuka lemari tempat menyimpan pakaian suaminya. Membuka laci di dalam lemari. Namun, dia tak menemukan hal yang aneh.

Karina berpindah ke arah nakas tempat Bryan menaruh barang-barangnya termasuk kaca mata, sabuk dan lainnya. Tak juga ia temukan sesuatu yang mencurigakan.

Kirana memijat pelipisnya. Satu tangan lainnya bertolak pinggang.

"Apa kecurigaanku terlalu berlebihan?" batin Kirana karena tak menemukan bukti yang mengarah Bryan berselingkuh di belakangnya.

"Hahaha, Abang!"

"Sini! Adik kejar Abang bisa, nggak?"

Dari arah balkon terdengar suara Reva dan Ryan bercanda riang. Posisi kolam renang memang berada di bawah balkon kamar.

Kirana melangkah membuka pintu balkon dan menengok ke bawah. Dia melihat Reva berenang memakai pelampung dibantu Sus Ina, sementara Ryan yang mulai piawai berenang berada di depan adiknya dengan jarak sekitar tiga meter dari Reva.

Tawa dan suara kedua anaknya adalah penenang bagi jiwa Kirana. Melihat mereka tawa mereka, tak rela rasanya jika kebahagiaan rumah tangganya harus terganggu akan hadirnya pihak ketiga. Hingga Kirana berharap jika kecurigaannya yang ia rasakan saat ini hanya rasa takut yang berlebihan.

*

*

*

Bersambung ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!