NovelToon NovelToon

In The Shadow Of Goodbye

1. Pernikahan

1

Salma menatap jam yang berada di ponselnya. Jam menunjukan pukul 6 pagi. Ada beberapa orang di dekatnya. Lampu dari sebuah tas yang berisi berbagai make up berada di depannya.

Mata Salma membulat ia tidak percaya hari ini ia akan menikah dengan seorang lelaki. Salma melihat dirinya sendiri yang sedang dipoles oleh make up artis. Wajahnya sungguh cantik, samla mengakui jika ia memang cantik.

“Senyum dong,” kata sang make up artist yang sudah hampir selesai mendandani Salma.

Salma menaikan bahunya lalu menghela nafas. “Well, aagak sedikit kaget aja kok tiba-tiba nikah gitu.”

“Semua pengantin yang saya rias pasti bilang gitu,” kata sang MUA lalu mereka tertawa.

Salma juga tertawa namun, jauh di lubuk hatinya perasaannya saat ini benar-benar sulit sekali diartikan. Salma memang ingi menikah. Usianya saat ini dua puluh tujuh tahun usia yang masih tergolong muda tapi orang tua Salma yang terus mengatakan kepada Salma untuk segera menikah.

Salma memang menikah tapi sialnya bukan dengan lelaki yang ia inginkaa. Salma memang menikah hari ini tapi bukan dengan pacarnya. Bukan dengan Narendra melainkan dengan Raphael sahabatnya sendiri ketika masih SMA.

Salma menarik nafasnya tatkala akhirnya ia sekarang keluar dari ruangan untuk bertemu dengan semua orang. Salma harus membungkus senyumnya sebaik mungkin. Serapih mungkin.

Semua orang yang hadir tidak tahu jika pernikahan Salma dan Rafa adalah sebuah pernikahan yang dipaksakan. Satu-satunya orang yang tahu adalah sahabantya Salma yaitu Kalani.

Hanya Kalani yang tahu jika pernikahan ini sesungguhnya tidak pernah di rencanakan namun berjalan, mengalir begitu saja bagaikan sebuah daun yang terbawa arus sungai. Salma tidak mencintai Rafa pun sebaliknya.

Salma hanya terjebak dalam sebuah permainan yang diam-diam Rafa jalankan. Sebuah permainan yang sebenarnya entah pihak mana yang diuntungkan yang pasti Baik Salma maupun Rafa mereka berdua hanyalah korban, bahkan Rafa telah terjebak oleh permainan yang dimainkannya sendiri.

Tamu undangan tidak terlalu banyak karena konsep pernikahan ini intimate wedding. Hanya keluarga besar yang hadir. Semua orang yang hadir saat itu terpukau melihat Salma dan Rafa yang akhirnya duduk berdua di depan seorang penghulu.

Rafa ternganga, ia tidak bisa melepaskan padangannya dari Salma. Wajah yang selama ini ia lihat biasa saja sekarang nampak begitu mempesona. Apalagi ketika Salma sekarang duduk di sebelahnya.

Keduanya duduk berdua, semua orang sedang sibuk dengan diri mereka atau sibuk mengambil gambar sebagus mungkin untuk diabadikan. Sementara itu Salma dan Rafa telah resmi menjadi sepasang suami istri.

Tadi, dengan mantapnya Rafa menerima Salma sebagai istrinya dalam satu tarikan nafas. Terdengar mantap tapi sekarang:

“Gue gak mau kalau harus tinggal di Canada!” kata Salma setengah berbisik namun bisa di dengar oleh Rafa.

“Iya, yaudah nggak apa-apa di Jakarta aja,” kata Rafa pasrah.

“Inget yah, kita harus segera cari cara agar cerai. Gue benci dan gue gak mau jadi istri elo terus. Gue tuh pengen jadi istri Rendra bukan istri elo!”

“Iya gue tau.”

Mereka berdua sebenarnya tengah berkonflik tapi di depan semua orang keduanya harus terlihat harmonis.

“Kenapa sih harus gue!” kata Salma menggerutu lagi. “Kenapa elo harus nyeret gue sih, Fa?”

Rafa lalu menatap wajah cantik Salma yang berada di sampingnya. Lelaki itu berpura-pura mengelus pipi Salma. “Karena hanya elo yang tersedia. Udah gue bilang hanya elo yang ada.”

“Jangan pegang-pegang!”

“Ada salah satu keluarga elo yang dari tadi liatin,” kata Rafa sambil tersenyum. “Gue harap setidaknya di hari pernikahan ini kita tetap mainkan drama ini!”

Salma lalu tersenyum sambil memegang tangan Rafa. Lalu ia sekarang mengambil ponselnya dan berpura-pura berselfie dengan Rafa. Ucapan Rafa memang benar pada saat itu. Setidaknya di hari pernikahan mereka, mereka seharusnya jangan bertengkar dulu.

Dan segala drama ini bermula dari Rafa yang terus-terusan ditagih kapan menikah oleh ibunya yang sedang sakit kanker payudara. Ibunya sedang menjalani kemoterpai dan pada saat itu Rafa tidak tega melihat ibunya.

“Setidaknya bawa dulu calon kamu ke depan mama, Fa,” kalimat itulah yang terus tengiang-ngiang di telinga Rafa hingga akhirnya saat Rafa kembali ke Canada selama tiga hari untuk sebuah urusan.

Rafa akhirnya nekat menjebak sahabatnya sendiri untuk datang ke rumah sakit.

Flashback rumah sakit.

“Mah, nanti bakalan ada calon Rafa ke sini,” ujar Rafa dalam sebuah sambungan telepon.

“Iya, mama baik-baik yah sama dia. Tadinya Rafa pengen ngenalin mama ke dia nanti aja pas Rafa balik lagi ke Indo tapi karena mama maksa pengen cepet-cepet yaudah Rafa suruh kesana.”

Wajah sang mama telihat begitu sumringah dan nampaknya yang biasanya mama Nanda terbaring kesakitan di rumah sakit nampak begitu energik hari ini.

Sementara itu, Salma agak kesal karena ia di suruh oleh Rafa yang tidak lain sahabatnya sendiri untuk mengantar kue kesukaan ibunya ke rumah sakit.

“Ini kalau bukan karena duit gue kagak mau yah nganterin ginian, Fa,” kata Salma dalam sambungan tlepon.

“Iya sorry nanti gue transfer duit buat ongkos jalan sekalaian gue bawain tas deh dari sini.”

“Awas lo yah kalau bohong.”

Padahal Salma sebenarnya tidak terlalu membutuhkan uang. Salma pun sebenarnya seorang wanita pekerja keras yang karirnya memang sedang sangat bagus. Dan Rafa adalah sahabatnya ia sulit sekali menolak permintaan Rafa.

Apalagi dulu semasa SMA Salma juga sebenarnya sering main ke rumah Rafa. Dan kenal dengan mama Nanda ibunya Rafa. Hanya saja selepas mama Nanda sakit Salma memang belum pernah menjenguknya.

From Salma to Narendra: Sayang aku ke RS dulu yah. ini mau jenguk ibunya sahabat aku.

From Narendra: iya hati-hati.

From Salma: kalau udah balik ke Indo pokoknya pengen cepet-cepet tunangan titik!

Salma tidak melihat Rendra membalas pesan darinya. Renda ini kebetulan sedang berada di Singapura. Sedang dalam perjalanan dinas dari perusahaanya. Salma dan Rendra sudah berpacaran hampir tiga tahun lamanya namun sampai sekarang Rendra tidak pernah memperlihatkan keseriusannya.

Salma memarkirkan mobil di rumah sakit. Ia lalu membawa kue pesanan Rafa dan membawa buah tangan sendiri untuk menjenguk mama Nanda. Tidak ada yang aneh, karena pada saat ini Salma melangkah sebagai sahabat Rafa.

“Permisi,” kata Salma sambil mengetuk pintu. Dan wajah mama Nanda terlihat mendadak sumringah. Kedua kakak Rafa meyaksikan sendiri betapa energiknya mama Nanda pada saat itu.

“Eh yu- Loh, Salma,” kata mama Nanda.

“Iya ma, ini Salma,” Jawab Salma. Salma memang sudah memanggil ibu dari Rafa ini mama sudah sedari SMA.

“Yaa ampun ternyata kamu,” kata mama Nanda. Maksud mama nanda di sini adalah ternyata Salma pacarnya Rafa.

“Iya, ma,” jawab Salma. “Ini Rafa kemarin titip ini buat mama katanya.”

Mereka mengobrol selayaknya seorang anak yang baru bertemu ibunya. Salma sudah tidak asing dengan mama Nanda bahkan obrolan mereka itu begitu nyambung. Hingga akhirnya mama Nanda menyinggung perihal hubungan Asmara Salma.

Tidak banyak yang mereka obrolkan hanya seputar kehidupan Salma dan Rafa yang dulu semasa sekolah masih bandel. Dan kehidupan Salma yang memang begitu sibuk.

“Sibuk boleh tapi kamu itu harus mikirian hubungan kamu juga, Sal,” kata mama Nanda.

“Ya, memang, mah. Tapi kami sama-sama sibuk,” Kami disini Salma dan Rendra bukan Salma dan Rafa. “Tapi rencananya sih habis dia nanti balik ke Indo aku paksa liat-liat cincin tunangan.”

Mama Nanda terlihat kaget namun segera setelahnya tertawa terbahak-bahak. “Iya kadang laki-laki memang harus dipaksa sama perempuan. Tapi kalau bisa jangan tunangan-tunangan, langsung nikah aja.”

“Pengennya sih gitu mah, Capek juga sih. aku juga sama mama papa di tagih-tagih mulu kapan nikah.”

Keduanya tertawa. Salma dan mama nanda juga kedua kakak Salma tidak sadar jika ‘dia’ yang Salma maksud berbeda dengan ‘dia’ yang mereka pikir.

Salma lalu pamit karena ia masih memiliki segudang perkerjaan. Akan tetapi, ketika Salma sedang berjalan di lorong rumah sakit. Tiba-tiba saja Vania kakak pertama Rafa menyusul Salma.

“Salma,” panggilnya. Lalu Salma berbalik dan tersenyum ke arah Vania.

“Iya, mbak kenapa?”

“Mbak harap kamu tepati janji kamu untuk bertunangan dengan Rafa sepulang dia dari Kanada. Kalau bisa gak usah tunangan-tunangan dulu. Langsung nikah saja. Setidaknya akad dulu saja. Kondisi mama udah mulai memburuk kami takut mama gak sempet liat kalian nikah. Satu-satunya yang pengen mama liat sekarang sebelum dia pergi adalaah melihat Rafa menikah.”

Kalimat itu membuat Salma bingung ingin menjawab tapi mulutnnya terasa terkunci. “Maksud-“

“Maskudnya mbak harap setelah Rafa nanti balik ke Indo kamu langsung aja nikah sama dia. Lagian apalagi yang kalian tunggu. Rafa itu disini sisa 7 hari lagi. Dan mbak harap kamu secepatnya menikah dengan Rafa. Mbak sampai merendahkan diri dan memohon di depan kamu bukan karena mbak pengen jadi kakak ipar kamu tapi mbak Cuma pengen mama bahagai sebelum dia pergi.”

Flashback masih di lanjutin yah ke bab berikutnya. Dikit kok

Bersambung

Hai aku harap kalian suka yah cerita ini.

2. Pernikahan hanya catatan

2

-Masih dalam flashback-

Salma sampai di mobilnya. Ia kaget dan tidak bisa berkata-kata. Tubuhnya gemetar hebat. Otaknya masih belum bisa memproses. Sebenarnya ada apa ini semua. Mengapa tiba-tiba saja kakak dari Rafa berkata jika ia dan Rafa harus menikah selepas Rafa pulang kembali ke tanah air?

Belum juga ia memproses seluruh pertanyaan itu, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Satu panggilan dari pacarnya Rendra.

“sayang, udah pulang?”

“Hah?” jawab Salma masih cengo. Ia masih kaget namun akan berusaha menyembunyikan hal ini dari Rendra. “Hah iya ini baru mau keluar. Besok jadi pulang kan?”

“Besok aku gak jadi pulang. Temen aku malah ngajak stay dulu dua hari lumayan weekend juga.”

“Tapi kamu udah janji mau pulang besok terus kita diskusi masalah tunangan.”

“Itu gampang sayang.”

“Gampang tapi sampai sekarang kamu gak pernah mau diskusi harus selalu aku yang bilang. Harus selalu aku yang mancing. Dan ujungnya tebak pasti gini lagi!”

Salma manutup teleponnya. Pikirannya benar-benar kalut saat itu. Hingga akhirnya, Sebuah tangan memegang tangan Salma. Ia melihat Rafa di sampingnya. Lalu ia tersadar sedari tadi Salma melamun. Melamun pada saat di pelaminan.

“Sal, lo nggak apa-apa kan?” tanya Rafa.

Salma terkesiap ia baru ingat jika hari ini adalah hari pernikahannya dengan Rafa. “Bisa tolong ambilkan aku minum? Aah pikiranku kacau gara-gara pernikahan ini!” kata Salma.

Tanpa banyak bicara, Rafa lalu turun dan mengambilkan air mineral untuk Salma. Di bawah sana mama Nanda nampak senang bukan main karena Rafa dan Salma nampak serasi.

Secara visual mereka memang serasi namun secara hati mereka justru bertolak belakang. Tidak ada cinta yang hadir dalam penikahan yang begitu indah ini. Yang ada hanya kepalsuan saja yang pengantin perlihatkan.

“Kenapa sih Sal, dari tadi mama liatin kamu bengong aja,” saat Salma bersama keluarga inti.

“Biasa mah, Agak ngambek gak mau ikut ke Kanada,” jawab Rafa.

“Kenapa?” tanya mama Rahma.

“Aku masih pengen kerja.”

“Kamu belum Resign?” tanya papa.

Tidak ada yang menjawab pertanyaan dari papa Tio. Baik Salma maupun Rafa. Mereka berdua kali ini kompak memilih untuk tetap diam tidak menjawab.

“Salma!”

“Belum,” jawab Salma.

“Kenapa? Kan Rafa udah bilang dia sanggup membiayai kamu. Lagian mana ada suami istri yang LDR nya juahan kayak gini.”

“Pah-“

“Kalau kamu masih terikat kontrak terus kamu harus bayar pinalti kontrak itu papa yang akan bayar.”

“Pah, bahasnya nanti aja yah,” kata Rafa “Gaenak di denger yang lain. Lagian ini hari bahagia aku juga masih ada waktu dua hari kok di sini.”

“Iya sih, pah. Udah nanti aja bahasnya. Tuh liat bad mood dia.”

Acara akhirnya selesai. Salma dan Rafa sekarang berada di kamar yang sama. Tidak untuk berduaan karena Salma sendiri sekarang sedang dibantu MUA menanggalkan aksesoris pernikahan serta baju yang ia pakai.

Setelah semuanya selesai, Salma segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan wajahnya sekaligus berpikir keras apa yang akan ia lakukan ke depannya nanti. Menikahi pria yang sama sekali tidak ia cintai bukanlah hal yang mudah.

Ia memang tidak mencintai Rafa tapi Rafa adalah sahabatnya. Rasanya aneh saja menikahi Rafa yang notabene adalah orang yang semasa sekolah dulu mereka sering melakukan kenakalan bersama.

Pintu akhirnya teketuk setelah Salma berada di kamar mandi satu jam lamanya.

“Sal, kamu baik-baik ajakan?” tanya Rafa dari luar.

Namun bukannya menjawab, Rafa malah mendengar pintu yang bersuara keras. Entah Salma melemparkan apa yang pasti itu bukan berasal dari Salma yang memukul pintu.

Rafa mengerti Salma pasti kesal dengan semua ini. Dengan pernikahan mereka yang bisa-bisanya selesai dirancang hanya dalam waktu dua hari saja.

Sebenarnya Rafa juga agak kaget karena segalanya benar-benar berjalan lancar hingga akhirnya sebuh cincin kini telah terpasang di jari manisnya. Sebuah cincin pengikat diantara dirinya dan Salma.

“Sal-“

Tapi belum juga berbicara Salma sudah keluar duluan dengan wajah yang memancarkan api amarah yang sangat besar. Wajah ramah Salma hilang dari pandangan Rafa. Ia tahu ia salah namun ia sulit untuk mundur.

“Sal-“

Plak

Salma menampar wajah Rafa. Air matanya keluar. Matanya merah menahan segala amarah yang tengah meledak-ledak dari dalam tubuh Salma.

“Kenapa sih kamu tuh diam aja!” kesal Salma. “Kenapa kamu tuh kesannya kayak emang pengen ngejalanin pernikahan ini tahu gak. Kenapa kamu tuh gak ngomong gitu atau gak nyegah pernikahan ini sih?”

“Sal, bukannya aku gak mau cegah pernikahan ini atau setidaknya aku bilang ingin memundurkan dulu pernikahan ini tapi aku bener-bener gak bisa.”

“Kamu tuh egois tahu gak!” Salma mendorong tubuh Rafa ke belakang. “Kamu tuh egois Cuma mikirin diri sendiri sama ibu kamu aja. Berlindung di balik kedok ibu kamu lagi sakit.”

“Nggak, Sal. Aku juga gak mau gini. Aku juga gak mau menikah sama kamu. Tapi waktu aku bilang ke papa kamu kalau aku tuh pengennya menunda pernikahan ini papa kamu sama ibu kamu yang malahan bilang untuk mempercepatnya.”

“Jangan bohong!” kesal Salma.

“Sumpah, Salma. Aku bersumpah. Aku juga gak mau nikah sama kamu. Aku juga tau kamu tuh sama Rendra mau tunangan aku tahu kamu yang cerita ke aku. Tapi semuanya bener-bener sulit aku cegah Sal.”

Salma makin menangis dan ia melemparkan botol sabun yang sedari tadi ia pegang ke badan Rafa, yang untungnya bisa lelaki itu tangkap dengan mudah.

Rafa juga sebenarnya tidak ingin menikah dalam keadaan dan situasi terjepit seperti ini. Ia juga termakan oleh pemaninannya sendiri. Ia juga tidak menyangka jika segalnya akan menjadi seserius ini hingga ia kini telah menjadi suami dari Salma.

“Sorry, Sal. Gue juga gak tau ujungnya bakalan gini.”

Tapi Salma tidak mendengarkan ucapan Rafa lagi. Perempuan itu sibuk membaringkan diri menangis diatas kasur apalagi ketika ia menerima pesan dari Rendra.

Form Narendra: Apa yang sebenarnya membuat kamu mutusin aku, Salma? apa gara-gara aku yang belum siap nikah? Bukanya kamu bilang mau nunggu aku sampai siap? lalu kenapa sekarang tiba-tiba putus gitu aja?

Sekarang, Salma harus menahan rasa sakit itu sendirian. Salma ingin mengungkapkan segalanya tapi harus mulai dari mana?

Semuanya terlalu rumit bagi Salma. Terlalu rumit untuk ia jelaskan bahkan mungkin beberapa alasan yang akan ia katakan pada Rendra nanti terdengar seperti dongeng.

Rafa masuk ke kamar mandi dan sekarang ia sendiri bingung. Lelaki itu menekan keningnya ke area pintu.

Pikirannya benar-benar kalut sama kalutnya seperti Salma. Penikahan ini, pernikahan seperti ini bukanlah pernikahan impiannya.

Lelaki itu lalu membersihkan dirinya. Ia guyur dirinya menggunakan air dingin berharap panasnya pikiran serta hatinya mampu terdinginkan oleh air yang mengalir.

Begitu Rafa keluar dari kamar mandi. Ia melihat Salma sudah berdiri di depan jendela besar hotel. Salma nampak menunggu Rafa. Dari ruat wajahnya nampaknya Salma akan membuat sebuah perjanjian baru lagi dengan Rafa.

“Aku gak akan pernah mau ikut sama kamu ke Kanada! Kita emang udah nikah tapi kita tetap hidup masing-masing. Pernikahan ini hanya sebuah... catatan tinta hitam diatas kertas putih saja. selebihnya tidak ada apa-apa,” kata Salma sambil membalikan badannya namun Salma seketika kaget melihat penampilan Rafa.

“Ish bisa gak sih kamu tuh pakai baju dari dalem kamar mandi!” kesal Salma langsung berbalik badan lagi.

“Sorry,” lalu Rafa mengambil baju yang ada di kopernya. “Mengenai itu oke sesuai kesepakantan masing-masing. Aku gak akan maksa kamu untuk ikut ke Kanada. Ucapan aku waktu itu Cuma biar orang tua kamu yakin aja,” kata Rafa.

Ia tidak akan memaksa Salma apapun lagi. ia akan membiarkan Salma tetap pada pilihannya apapun itu.

“Bagus! Pokoknya setelah kamu balik ke Kanada, jangan pernah hubungin aku lagi kecuali pas kamu mau pulang. Dan ingat satu tahun saja. Aku gak mau pernikahan ini lebih dari satu tahun. Setelah itu aku akan gugat kamu cerai.”

“Iya,” jawab Rafa sambil memakai bajunya.

“Dan malam ini kamu tidur di kamar lain aja aku gak mau tidur satu kamar dengan kamu!”

Bersambung

Gimana nih kedepannya petualangannya Rafa sama Salma yah.

Ada sedikti spoiler nih, Salma punya ipar maut wkwkwk.

3. Dinding pemisah

3

Diam-diam Rafa memesan kamar hotel persis sebelah kamar Salma. Karena ia sudah bisa menebak jika Salma pasti tidak akan pernah mau tidur dengannya. Rafa menghela nafasnya perlahan.

Bayang-bayang tamparan Salma yang penuh tangisan itu terbayang kembali. Ia tahu Salma benci sebencinya kepadanya akibat hal ini. Penikahan yang benar-benar dadakan.

Rafa masih ingat saat kakaknya meneleponnya mengatakan jika ia baru saja pulang dari rumah Salma.

-Flashback-

Sepulang Salma dari rumah sakit. Vania memutuskan untuk segera ke rumah Salma saja. Dan ibu mereka juga yang mendadak sehat itupun setuju. Namun, saat itu Mama Nanda tidak ikut. Yang ikut hanya Vania dan adiknya Vinia.

Rafa ini anak ke tiga dari tiga bersaudara. Ia memiliki dua kakak perempuan yang memang sudah menikah dan memiliki anak.

Esoknya keduanya langsung pergi ke rumah Salma. Namun saat itu Salma belum pulang karena lembur di tempat kerjanya.

“Hah, tunangan dengan Rafa?” tanya papa Tio kaget bukan main dengan ucapan Vania.

“Ya, kemarin Salma yang bilang. Sepulang Rafa dari Kanada dia akan membeli cincin pertuangan.”

Papa Tio dan mama Rahma kaget. Mereka bertukar pandang karena mereka tidak pernah mendengar Salma akan bertunangan dengan Rafa. Selama ini lelaki yang selalu Salma katakan adalah Rendra.

Meskipun orang tua Salma tahu kalau Rendra memang sulit sekali diajak untuk melangkah ke hubungan serius dan selalu bilang jika ia trauma akan pernikahan. Karena orang tuanya dulu bercerai.

“Mereka mau bertunangan?”

“Iya, Salma sendiri yang bilang ketika menjenguk mama di rumah sakit. “

“Tapi kemarin pas Rafa ke sini dia gak bilang apa-apa. Atau memang belum yah?”

“Oh Rafa kesini?” tanya Vinia.

Rupanya dua hari lalu mereka berdua ini memang sempat jalan berdua. Bukan untuk ngedate tapi untuk melakukan reuni sekolahnya. Dan Rafa memang yang datang dan menjemput Salma.

Hal ini semakin memperkuat asumsi kedua keluarga jika Rafa dan Salma memang akan bertunangan dan berencana untuk menikah.

Setelah ada obrolan itu kedua keluarga mengobrol agak berat yaitu ke arah pernikahan. Alih-alih bertunangan atau lamaran pihak dari keluarga Rafa menginginkan untuk langsung diadakan pernikahan saja.

Keduanya juga mengatakan jika alasan menarik langsung ke pernikahan adalah karena melihat kondisi ibu mereka yang sudah semakin lemah. Jawaban dari kedua orang tua Salma sebenarnya setuju saja.

Karena mereka pun ingin cepat-cepat melihat anaknya menikah. Orang tua Salma setuju bahkan mereka setuju jika pernikahan diadakan lima hari lagi. Akan tetapi mereka masih memikirkan tentang bagaimana cara mengatakan hal ini pada Salma ataupun Rafa.

Karena jika mereka menginginkan pernikahan dipercepat mengapa mereka berpikir harus tunangan terlabih dahulu.

“Saya akan meyakinkan Rafa untuk langsung menikah. Rafa itu tidak bisa menolak jika itu sudah dengan ucapan ibunya.”

“Baiklah,  saya akan mengurus Salma. Sejujurnya saya agak aget dengan kabar ini tapi saya senang karena saya juga pengen liat Salma scepet nikah,” kata mama Rahma.

-Flashback off-

Salma sekarang tengah duduk sarapan sendirian. Rafa melihat Salma tengah sarapan di pojok sana. terlihat tidak banyak makanan yang ia bawa. Rafa sebenarnya ingin duduk di depan Salma.

Tidak untuk berkata manis penuh rayuan karena mereka sudah menikah tetapi tentang masa depan pernikahan mereka yang sudah pasti akan mereka hancurkan ini.

Namun, ia sadar jika ini bukanlah waktu yang tepat. Salma sudah menamparnya, sudah melemparnya dengan botol sabun. Ia tidak mau Salma melemparkan gelas kopi yang berada di depannya.

Rafa duduk agak jauh dari Salma. Menikmati sarapan yang rasanya hambar. Bukan karena koki hotel tempat mereka menginap yang tidak pandai memasak tapi lidah Rafa yang sedang mati rasa, sama seperti hatinya saat ini.

Seluruh dunia tidak runtuh tapi terasa acak-acakan saja. Terasa ada sebuah suasana yang aneh dalam hidupnya. Statusnya sebagai suami dari seorang peremuan akan tetepi ia tidak merasa memiliki istri.

Dan ada satu hal lagi yang ia bingungkan sekarang. Jika Salma ingin hidup masing-masing haruskah ia menafkahi Salma sebagai seorang suami. Memberikan Salma uang bulan untuk perempuan yang statusnya istri Rafa.

“Jam sembilan kita chekout,” kata Salma. “Hari ini kita ke rumah sakit dulu terus nanti ke rumah aku.”

“Ya, nanti aku ke kamar kamu kalau udah selesai,” jawab Rafa.

Rafa melihat punggung Salma yang kian menjauh. Ia menarik nafas dalam. Entah kehidupan semacam apa yang akan ia jalani setelah ini.

“Kehidupan macam apa ini,” komentar Rafa.

Mereka berdua duduk di dalam satu mobil yang sama. Barang-barang sudah berada di bagasi dan dijok belakang. Suasana mobil begitu hening hanya terdengar suara dari luar saja.

Ini adalah suasana yang tidak biasa. Biasanya, Salma akan sangat berisik bernyanyi bersama dengan Rafa. Terakhir mereka berkendara berdua pada saat akan reuni juga seperti itu. Salma waktu itu bahkan meminta di belikan makanan.

Tapi kali ini seperti ada dinding besar yang tak kasat mata memisahkan dua orang yang duduk berdampingan ini. Rafa berani taruhan jika dibelakang sana tidak banyak barang mungkin Salma akan duduk di belakang.

“Oke mulai sandiwaranya?” tanya Rafa ketika mereka sampai di parkiran rumah sakit.

“Emang harus dari sekarang?”

“Bisa aja kita ketemu sama kakak-kakak aku kan. Mereka pasti bertanya-tanya kalau sampai kita terlihat musuhan kayak gini.”

Ketika turun dari movil, Mereka bergandengan tangan. Sebenarnya Salma tidak mau tapi perkataan Rafa ada benarnya juga. Dan benar saja ketika masih di parkiran saja mereka berpapasan dengan Deni suami dari Vinia.

“Cieee pengantin baru mah lengket terus.”

“Iya dong harus lengket kan sayang,” kata Rafa. Lalu di balas dengan senyuman oleh Salma. “Mbak Vini mana?”

“Dia lagi ngurusin Deandra lagi tantrum pengen ikut ke sini.”

Sebenarnya jika tidak ada Deni, jujur saja Salma ingin melepaskan tangannya dari Rafa ketika di dalam lift. Tapi apa mau dikata Salma bahkan harus terlihat mesra dengan Rafa. Meskipun itu memuakan tapi sandiwaranya harus terlihat rapi.

Sesampainya di kamar rawat. Mama Nanda langsung tersenyum sumringah padahal saat itu mama nanda sedang merasakan sakit yang membuat tubuhnya lemah sekali. Tapi melihat Rafa dan Salma datang entah mengapa rasa sakit itupun sampai menghilang.

“Salma, nak sini,” kata mama Nanda.

“Iya mah, Salma disini. Mama lagi ngerasa sakit yah?” kata Salma sambil duduk.

Tangan mama Nanda memegang tangan Salma dengan sisa tenaganya. “Iya tapi lihat kalian berdua datang ke sini mama seneng. Rasa sakitnya sedikit terobati,” senyuman tulus itu terlihat membingkai wajah mama Nanda yang jelas seklai terlihat capek.

“Mau Salma pijitin?”

“Gak usah, kata dokter mama gak boleh di pijit,” jawab Vania, kakak pertama Rafa.

“Mama nggak apa-apa sayang. Mama Cuma pengen liat kalian berdua aja kok.”

“Besok aku harus balik ke Kanada mah,” kata Rafa di samping Salma.

“Salma ikut nggak?” tanya Vania.

“Nggak. Lagian Salma belum bisa resign dari kantornya,” kembali Rafa yang menjawab.

“Kalau gitu kita gantian jagain mama. Lagian besok mama udah pulang kok ke rumah.”

“Iya boleh,” jawab Salma “Tapi habis aku pulang kerja ya mbak. Dari malem aja. Soalnya kadang aku ada lembur sampe jam 7 malem.”

Vania tidak menjawab akan tetapi Mama Nanda secara tidak langsung menggelengkan kepalanya. Seperti berkata tidak usah.

“Kalau kamu sibuk nggak apa-apa, sayang,” kata mama Nanda. “Lagian Vania sama Vini juga sering jagain mama kok.”

“Kalau Salma nggak sibuk pasti Salma nginep ya, mah.”

Siang itu Salma membantu mama Nanda makan. Sesekali mama Nanda meringis kesakitan dan itu membuat Salma ikut meringis juga. Salma benar-benar tulus melihat mama Nanda.

Sesekali ia mengelus lengan mama Nanda, mengambilkan minum dan bahkan ikut mengganti baju mama Nanda. Sayangnya Salma ke mama Nanda bukan karena terpaksa oleh karena ikatan dia dengan Rafa tapi itu telah terbentuk semenjak ia SMA dulu.

Sore harinya, mereka pergi lagi ke rumah Salma. Disinilah pertarungan antara ikut dan tidak ikut terjadi. Salma masih tetap ingin bekerja tapi orang tua Salma ingin Salma berhenti dan ikut bersama dengan Rafa ke Kanada.

“Mama sama papa usir aku dari rumah ini?”

“Bukan ngusir, Salma. Tapi apa kata orang kalau kamu tidak ikut suami kamu ke sana. Kamu ini udah nikah.”

“Tapi aku masih tetap pengen kerja. Lagian Rafa juga bolehin aku kerja kok, iyakan, Fa?” Salma langsung menatap Rafa.

“Iya, pah. Kalau aku sih nggak masalah mau-“

“Kami yang masalah. Apa kata orang kamu menikah tapi masih disini kamu mau orang-orang berpikir jika ini pernikahan bohongan?”

Tidak ada titik temu di malam itu. Bahkan sudah dua jam mereka berempat berada di meja makan tapi Salma masih tetap ingin bekerja dan tidak ingin keluar dari pekerjaannya.

“Aku pokoknya pengen kerja. Aku gak mau ikut ke Kanada. Karir aku lagi bagus.”

“Ya terus kenapa kamu nikah? Kenapa kamu pengen nikah sekarang.”

“Yang pengen nikah sekarang gitu siapa?” kata Salma dengan lantang. “Aku bahkan gak mau nikah sekarang! aku tuh gak mau-“

Bersambung

Nah, kan keceplosan juga tuh si Salma

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!