NovelToon NovelToon

Ipar Tapi Maut Bagiku

BAB 1 #

"Mas..."

"Aku lagi capek". Jawabnya singkat, padat, jelas dan menusuk hatiku.

Yaa begitulah setiap malam jawaban suamiku, semangatku yang sementara berkobar-kobar, sirna sudah disaat dia menolak diriku ini.

Aku hanya termenung dan merasakan sesak di dad4 ini setiap kali suamiku pergi meninggalkan diriku begitu saja di kamar ini. Ia pergi ke tempat temannya yang ada di komplek perumahan sebelah dan tidak akan pulang sampai fajar datang.

Setahun terakhir ini, saya sering kali melihat suamiku minum ob4t ku4t. Meskipun aku tak tahu sebenarnya karena memang sejak awal tidak ada yang salah dengan suamiku.

Dulu sebelum dia mengkonsumsi obat ku4t, sangatlah perkasa, namun setiap kali saya bertanya kenapa memakai obat kuat sedangkan kita tidak pernah tidur bersama melakukan perbuatan selayaknya suami ke istri, ia dengan entengnya menjawab dengan alasan yang tidak masuk akal. Suamiku tidak percaya diri saat bersama diriku.

Sebenarnya aku tidak mempermasalahkannya, karena sudah seminggu lebih kita tidak pernah melakukan hubungan layaknya suami istri. Namun akhir-akhir ini aku melihat suamiku ada yang aneh dan merasa janggal dengan dirinya, namun sampai saat ini aku tidak pernah tahu apa yang di sembunyi oleh suamiku.

Pagi hari seperti biasa, aku sudah menyiapkan sarapan dan kopi hitam untuk suamiku. Seperti sebelum-sebelumnya aku melihat jam dinding, waktu menunjukkan jam setengah 6 pagi, dikit lagi pasti suamiku akan segera pulang ke rumah.

Selang beberapa menit setelah makanan sudah disajikan di atas meja makan, suamiku pulang dengan tidak biasanya, wajah yang mengusulkan serta rambut yang sudah acak dan mata yang merah tampak tidak tertidur dalam semalam. Ya suamiku tidak tidur semalam akibat dari kartu dengan teman-temannya.

"Mas", sapaku dengan lembut dan mesra. "Yuk, sarapan dan minum kopi dulu".

Aku menjadi berusaha menjadi seorang istri yang menghormati dan baik pada suami, bertutur kata halus dan sopan serta berusaha menyenangkan suamiku.

"Lagi nggak mau makan". Jawab suamiku dengan cueknya.

Langsung aku balas dengan lembut, halus dan masih sabar, "tapi ini kan makanan kesukaanmu, lho mas, dicobain aja dulu."

Begitu cuek dan tidak menghiraukan perkataanku, suamiku langsung melangkah ke kamar, aku mengikuti dan memperhatikan suamiku sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja, pasti semalam ada sesuatu yang tidak beres yang terjadi dalam diri suamiku dan itu aku tak tahu.

Entah ada apa dengan diriku ini, aku merayu pada suamiku dengan mesra dan manja karena ingin meminta hakku yang sudah seminggu lebih tidak dilaksanakan. Diluar dugaan, suamiku menolak seperti biasa.

Aku melihat suamiku mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Setelahnya dia bersiap-siap untuk pergi ke kantor tempatnya bekerja. Aku dengan telatennya menyiapkan pakaian untuk suamiku.

Suamiku bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang pemasaran sebagai seorang manager. Sejak lulus kuliah dia bekerja di perusahaan tersebut, dari menjadi seorang pegawai biasa sampai menjadi seorang manager sekarang ini dengan gaji 2 digit per bulan. Gaji yang sangatlah luar biasa jika dipergunakan dengan baik dan dengan rasa syukur. Kami belum mempunyai cicilan dan juga belum mempunyai anak karena pernikahan kami masih tergolong baru.

Bisa dibilang, dengan gaji segitunya pasti akan cukup untuk kehidupan keluarga kami sebulan kedepan, itupun sudah berlebihan. Rumah kami saat ini merupakan warisan dari orang tua dari suamiku. Kami memiliki 2 buah sepeda motor. Satu motor matic pemberian dari orang tuaku dan motor satunya lagi motor suamiku yang di beli sendiri dengan hasil dari kerja kerasnya saat masih menjadi seorang pegawai biasa di perusahaan tersebut.

"Ma, kok sepatu papa nggak di cuci sih?" Teriaknya dalam kamar. Aku di dapur sedang menyiapkan bekal untuk suamiku bawa ke kantor setelah selesai aku peegi ke kamar.

"Beberapa hari ini hujan terus pa, jadi mama nggak cuci, takutnya nggak kering dong. Entar nggak ke kantor." Kilahku.

"Hhmm..Mama..mama." Dengan muka yang sok imut, bibir manyun dan nada suara yang sudah berubah lebih manja dan lembut tidak seperti sebelumnya marah.

"Oh iya  pa, sebentar mama mau ke rumah Tania mau ngambil barang."

"Barang apa ma?" Tanya suamiku dengan penasaran.

"Ada deh, pokoknya sesuatulah pa." Ucapku menggodanya.

Karena tidak mau mendesak karena akan muncul kecurigaan, akhirnya suamiku duduk mania di ruang makan untuk menyantap sarapan yang sudah aku buat.

Begitulah kehidupan perjalanan Rumah Tangga kami. Jika ada salah satu dari kami berdua yang marah, tidak akan bertahan beberapa hari. Pasti hanya sejam dua jam saja abis itu bercengkrama dengan sangat akur.

Setelah selesai sarapan suamiku akan pergi ke kantor untuk bekerja.

"Jangan lupa bekal makan siangnya ya pa!". Kataku kepada suamiku. "Iya, istriku sayang." Kata suamiku dengan mesra.

"Oiya, ma. Andre dan Andra kan udah wisuda, minggu depan akan datang kesini antar lamaran di perusahaan tempat papa kerja. Mereka akan tinggal disini dengan kita karena mereka akan kerja dengan papa di perusahaan." Kata suamiku.

"Yaa bagus. Habis kuliah langsung cari kerja. Kenapa gak di perusahaan papa ajah?" Tanyaku. Kedua adik ipar kembarku itu adalah sarjana yang baru lulus S1, mereka mengambil jurusan di bidang Industri.

Mereka juga ingin bekerja di Perusahaan, tentu dengan posisi yang jauh lebih tinggi dari suamiku. Maklum suamiku hanya lulusan SMA.

"Gak tahu, gak ada yang cocok katanya. Mau coba melamar di Perusahaan kecil2 ajah dulu katanya." Jawab Suamiku.

Setelah bahas kedua adiknya, suamiku siap-siap untuk berangkat kerja.

"Papa berangkat kerja dulu, hati-hati kalo mau keluar ya dan jaga rumah dengan baik".

"Iya pa." Aku mencium punggung tangan suamiku.

Setelah sepeda motor yang di kendarai suamiku pergi. Aku segera bersiap pergi ke rumah Tania, sahabat aku. Rumahku dan rumah tania tidak terlalu jauh berdekatan saja hanya beda gang.

Kami biasa bertemu saat ad perlu ajah. Hanya karena ada keperluan saja. Karena Tania seorang Ibu Rumah Tangga yang sibuk dengan 2 anak dan jualan onlinenya.

"Aku mau ambil yang itu 10 sachet ya na." Aku menunjuk sebuah barang yang terbungkus plastik bergambar tukang jamu.

" wah banyk banget belinya Ra".

Di jamin deh, suamimu bakal klepek-klepek!!"

"Ini gimana cara  konsumsinya, nia?"

"nggak ada efek sampingnya, kan?"

Tanya aku.

"Kan ini jamu herbal, nggak adalah efek sampingnya.

Minum dua kali sehari ajah cukup. Ini manfaatnya untuk merawat area sensitif kita biar terjaga kelembabannya. Terus ini juga membuat area sensitif kita jadi wangi dan rapet. Ibu-ibu sekomplek udah pada ngerasain loh." Ucap Tania.

"Ahh yang benar nih?"

"Serius Jul. Ini aku ada lagi, ini kapsul yang gunanya untuk mengencangkan otot-otot kewanitaan. Jadi reaksinya jadi menjepit. Nanti buat suamimu jerit-jerit, sumpah!"

"Dasar ini tukang jamu!" Batinku. Bisa saja caranya bikin orang tertarik,!"

Dan benar saja, aku tidak bisa menolak apa yang sudah di tawarkan Tania.

"Ya sudah, aku ambil 1 bungkus yang isi 20 kapsul, ya".

Akhirnya aku membeli, semua yang aku butuhkan. Sudah sebulan terakhir aku berencana untuk membeli obat-obat herbal ini. Dengan begitu aku berharap suamiku tidak akan menolak lagi.

Setelah sampai dirumah, aku langsung menyeduhkan 1 sachet jamu,

Dan nanti sore, aku akan meminum satu sachet lagi.

"Semoga ini berhasil!!" Batinku girang.

BAB 2 #

Sore hari aku melihat mas Chris memarkirkan motornya di depan rumah, dia terlihat sangat lelah sekali.

“Sudah pulang ya mas?” Tanyaku pada mas Chris. Karena biasa ya mas Chris pulang sehabis maghrib

"Lagi nggak enak badan ajah mas. Tadi udah minta ijin ke bos." Jawab mas Chris.

Aku mengikuti ke kamar, ia melepas seragam kerjanya kemudian mandi. Akupun duduk di pinggir tempat tidur sambil menunggu mas Chris selesai mandi.

“Mau aku buatin kopi Pa?” Tawarku

"Boleh, gulanya sedikit ajah ya mah. Soalnya tadi di kantor periksa gula darah agak tinggi." Kata mas Chris

"Oh ya." Jawabnya.

Setelah membuat secangkir kopi, aku membawa ke mas Chris yang lagi duduk di depan TV sambil leyeh-leyeh.

"Ini mas kopinya." Kataku

Mas Chris langsung meminum kopi panas yang aku buat.

“Tadi jadi ke rumah Tania?” Tanya mas Chris.

"Iya, jadi. Uang belanjaku mungkin kurang soalnya aku mau membeli sesuatu mas?" Kataku kepada Mas Chris.

"Beli apa memangnya?" Tanya mas Chris dengan curiga. Selama ini aku memang gak pernah memakai uang belanja untuk membeli hal-hal lain. Karena kami selalu bersifat hemat dalam setiap pengeluaran. Untuk urusan skincare, aku selalu mendapat jatah 2 bulan sekali.

Tidak mau mas Chris curiga, saya langsung ke dapur menampilkan barang-barang yang saya beli dari Tania tadi.

"Beli ini tadi, pa!" Ucapku sambil menyerahkan plastik putih ke mas Chris.

“Wah mama beli jamu sari rapet ya tadi?” Pasti enak". Kata mas Chris dengan muka berseri-seri

Deg!

"Kok kamu tau sih Pa klo ini jamu sari rapet? Kan nggak ada tulisan apa-apa?" Tanyaku dengan selidik. Obat dengan gambar mbak tukang jamu ini memang nggak ada tulisannya ataupun merknya. Tapi kenapa mas Chris tau kalo ini jamu sari rapet ya?

Mendadak gugup, mas Chris menjadi salah tingkah

"Yaa nebak aja. Papa pernah liat disitus online kok ma.."

"Ohh...". Aku hanya berOh ria saja. Mungkin benar saja yang mas Chris katakan ini memang jamu herbal yang di jual secara online, karena mas Chrss sering berbelanja online, dia pasti pernah melihatnya di marketplace.

Aku meminum jamu yang sudah ku buat lalu segera mandi karena hari semakin senja.

Mas Chris sibuk dengan teleponnya. Karena dari tadi ponselnya berbunyi terus dari sepulangnya kerja.

"Siapa sih mas?" Kataku ketika melewatinya.

"Ibu". Jawabnya singkat.

Akupun berlalu begitu saja ke dalam kamar. Rumah kami tidaklah besar tapi memiliki 4 kamar. 1 kamar utama yang cukup besar yang kami berdua tempati. 2 kamar berukuran sedang dan 1 kamar berukuran kecil.

"Memangnya ibu kenapa mas?" Setelah aku berdandan cantik keluar dari kamar, aku memakai parfume yang sangat di sukai suamiku.

"Ibu meminta kita buat mengurus si kembar untuk sementara. Mereka disuruh ibu untuk menginap disini sementara sampai dapat kerja dan dapat kos sendiri". Jelas mas Chris.

"Ya gak apa-apa". Jawabku. Tentu saja aku tidak keberatan. 2 adik iparku itu laki-laki tampan dan baik hati. Aku juga senang ad teman ngobrol selagi mas Chris kerja.

"Kamu nggak keberatan kan?" Tanya mas Chris.

"nggak lah mas, kan mereka adik-adikmu juga adik-adik aku".

"Kalo kamu nggak keberatan, papa akan menambahkan uang belanjamu untuk keperluan kita sehari-hari. Untuk makan kita berempat. Pasti uang yang biasa papa beri tidak akan cukup.

"Paa aku udah minum jamu, nih!!" Godaku.

"Ohiya, papa udah gak sabaran mau nyobain juga." Jawabnya dengan genit sambil cubit gemes pipiku. Dulu mas Chris adalah suami yang sangat romantis, hanya saja sikapnya plin plan dan suka berubah. Namun beberapa waktu terakhir, perubahannya cukup membuatku merasa lebih kesal dari biasanya.

Kami akhirnya memulai sebuah ritual sepasang suami istri pada umumnya. Namun tidak sesuai dengan harapanku. Mas Chris sudah tidak bertenaga beberapa detik kemudian. Kecewa, kali ini aku yang merasa lebih kecewa.

"Jamu apaan sih, nggak efek sama sekali!" Mas Chris menggerutu kesal. Lagi-lagi suamiku menyalahkanku. Padahal dirinyalah yang tidak bisa bertahan lebih lama.

"Percuma buang-buang uang buat beli jamu, kalo nggak ada perubahan sama sekali." Kata suamiku.

"Tapi aku ngerasa beda loh, mas. Aku merasa lebih sensitif, nggak kayak biasanya!!" Aku berusaha membela diri.

"Jujur aja yaa Ma. Sebanyak apapun jamu yang mama minum, itu nggak bakalan berpengaruh, klo pekerjaanmu di rumah hanya pake daster dan nggak kelihatan menarik. Belum apa-apa Papa udah nggak n4fsu!!!". Kata suamiku.

"Lho, mas memangnya kenapa?" Aku kan memang biasa pake daster? Trus apa hubungannya dengan ini??" Tanyaku tidak mengerti.

"Kalo kamu pake daster, penampilanmu nggak menarik dan nggak cantik. Trus apa aku bisa Berg4ir4h kalo lihat kamu kurang s3xy?". Kata suamiku lagi.

Aku tidak cantik dia bilang, ya Allah. Mimpi apa aku semalam. Sebelum menikah dengan Mas Chris, aku adalah kembang desa, seluruh pria dikampungku selalu memuji kecantikan dan kemolekan aku. Lalu bagaimana bisa, suamiku bilang aku sudah tidak cantik lagi. Bukankah aku sudah merawat diri sebaik mungkin, skincare dan berbagai macam bodycare aku rutin memakainya untuk merawat tubuh ini. Ini semua untuk dirinya.

Lagi-lagi Mas Chris menyalahkan aku atas ketidakmampuannya. Dia selalu punya alasan agar semua kesalahan dilimpahkan ke aku.

"Sudahlah mas, kalo memang aku ini udah nggak becus mel4y4nin kamu, nggak usah lagi minta-minta jatah!!!" Ucapku kesal..

Baru kali ini, pertengkaran kami berlangsung sangat lama. Mas Chris dan aku tidak saling bicara sampai beberapa hari kedepan.

Hari ini kedua adik kembarku tiba. Menggunakan sepeda motor masing-masing. Aku dan suamiku sudah menunggu. Aku bahkan menyiapkan banyak makanan untuk menyambut kedatangan mereka.

"Hay mba Ketty. Lama nggak ketemu tambah cantik ajah. Beruntung banget nih mas Chris."!! Ucap salah satu adik kembarku.

Namanya Andre dan Andra, sampai saat ini aku masi belum bisa membedakan mana yang Andre dan Andra.

Mendengar pujiannya, " aku tersipu malu.

"Mari masuk dulu, mba sudah menyediakan banyak makanan untuk kalian."

Dua adik iparku masuk diikuti oleh mas Chris.

"Wah enak-enak sekali makanannya. Aku bakalan betah untuk tinggal disini." Selorohnya.

"Syukurlah kalo kalian suka. Mba juga senang kalo kalian betah tinggal disini, biar mba ad teman ngobrol kalo mas Chris Kerja." Ucapku.

Percakapan dimeja makan berlangsung seru, ternyata laki-laki kembar itu memiliki karakter yang lebih humoris dan humble. Tidak seperti Mas Chris yang tidak terlu suka banyak bicara.

Setelah makan siang aku menunjukkan 2 kamar kosong untuk mereka berdua.

"Kalian bisa pilih kamar masing-masing, maaf kamarnya kecil?". Ucapku

"Harusnya 1 kamar ajah cukup kok mba?"

"Seharusnya cukup 1 kamar ajah."

"Iya deh mas,,,!"

Setelah membantu si kembar membereskan kamar

dan merapikan barang-barang, aku masuk ke kamar mengikuti mas Chris.

"Paa aku minta maaf, kalo papa merasa mama yang salah". Ucapku tulus. Kalau tidak ada yang mengalah di antara kami, pertengkaran ini akan berlanjut tanpa tahu kapan akan berakhir.

"Papa maafin. Lain kali kamu dandan yang cantik jangan pake daster lagi. Kamu kan banyak baju-baju yang bagus." Kata suamiku.

Baiklah kali ini akan aku turuti kemauanmu Pa..aku nggak mau rumah tanggaku terasa hambar seperti ini, aku harus berusaha lebih keras lagi.

Saat kami mengobrol, terdengar ketukan dari arah pintu.

"Ada apa?" Tanya Suamiku, ternyata salah satu dari adik kembarnya datang menghampiri kami.

"Oleh-oleh dari ibu sama bapak buat mba Ketty". Katanya.

"Apa ini isinya." Suamiku membolak balikkan bungkusan dalam plastik hitam tersebut.

"Kata ibu itu buah-buahan, buat penyubur kandungan biar mba ketty cepat hamil."

"Ohh.." Suamiku menutup kembali pintu saat adiknya sudah kembali ke kamarnya.

Aku segera membuka bungkusan plastik tersebut. Ternyata berisi buah pari joto, buah yang memang terkenal bisa menyuburkan kandungan dan ikhtiar mendapatkan momongan.

"Mas yang tadi itu Andra atau Andre sih?" Tanyaku.

"Oohh itu si Andra. Kalo Andre ad tahi lalat di bawa Dagu." Kata suamiku.

"Kamu bisa bedain mereka tanpa lihat tanda lahir".

"Bisalah, kan mereka adik-adikku."

Benar juga, mas Chris bisa membedakan kedua adiknya meskipun mereka memakai jaket dan masker. Sedangkan aku sama sekali tidak bisa, mungkin tanda itu bisa membantuku agar tidak salah panggil.

BAB 3 #

Hari ini, hari pertama rumah terasa berbeda terasa ramai karena ada adik ipar kembarku. Kembar yang identik dan humoris serta nggak jaim. Mereka bisa jadi temanku disaat mas Chris lembur di kantor.

"Masak apa buat makan malam nanti mba?" Tanya seseorang dari belakang, aku yang sibuk membersihkan kompor, menoleh ke arah sumber suara.

"Oohh, Andre. Masak ayam kecap aja, beberapa hari nggak ada abang sayur lewat, jadi masak seadanya aja yang ada dikulkas." Jawabku setelah memastikan bahwa yang bertanya memiliki tahi lalat di bawah dagunya.

"Oohh itu juga enak kok mba." Jawabnya.

"Makanan kesukaanmu apa?" Tanyaku.

"Aku sih makan apa saja,pokoknya semua ku makan". Jawabnya sambil tertawa.

"Bisa aja kamu ini andre." Aku melanjutkan kegiatan bersih-bersih.

"Aku bantuin yaa mba." Kata andre sambil mengumpulkan gelas bekas kopi dan teh lalu membawanya ke tempat cuci piring.

"Eehh nggak usah, mba udah biasa kerjakan sendiri." Tolakku. Aku mengambil alih spons cuci piring yang terlanjur di pegang oleh Andre.

"Nggak papa, aku juga biasa bantu ibu dirumah, kok." Jawabnya.

"Ya sudah. Makasih ya!"

Akupun melanjutkan kesibukanku, mengeluarkan beberapa bumbu dapur dari dalam kulkas dan beberapa potong daging ayam dari dalam freezer.

"Besok-besok sekalian aja ya mba. Maksudnya 1 menu untuk 3 kali makan, gitu. Biar mba nggak repot masak bolak-balik." Ucapnya memberi saran.

"Maunya sih gitu, tapi mas Chris nggak suka kalau seharian makan dengan lauk yang sama, bosen katanya." Jawabku apa adanya.

Memang mas Chris sejak awak terkesan rewel soal makanan. Akupun memutar otak setiap hari memikirkan makanan apa yang harus ku masak, tidak hanya itu saja.

"Iya sih. Mas Chris memang begitu dari kecil, padahal 1 keluarga fine-fine ajah soal makanan. Kadang ibu masak sayur lodeh banyak sekali, jatah buat 3 hari maksudnya." Katanya sambil terkekeh.

Tawa laki-laki berumur 20 tahun itu, selalu membuat aku berdebar. Bagaimana tidak, dua lesung pipitnya menghiasi wajah tampannya, wajah putih tanpa jerawat, tidak seperti kebanyakan anak muda lainnya.

Sambil menungguku memasak, Andre terus mengoceh. Ia menceritakan tentang teman-teman kuliahnya, masa-masa saat ia masih kuliah dan rencananya untuk melamar kerja di beberapa perusahaan yang ada dikota ini.

"Lagi masak-masak nihh. Mas Chris mana?" Tanya Andra yang tiba-tiba datang entah dari arah mana.

"Lagi tidur". Jawabku.

"Sore-sore kok tidur", gumamnya lalu ikut bergabung duduk bersama aku dan Andre.

Kami bertiga mengobrol akrab seperti sudah lama kenal dekat. Padahal kami hanya bertemu 1 kaki waktu pernikahan aku dan suamiku, karena si kembar ini kuliah di luar kota yang jauh, bahkan mereka tidak bisa datang saat hari pertunanganku dengan mas Chris dulu.

"Ngomong-ngomong mba Ketty kenal mas Chris dulu dimana sih?" Tanya Andre.

"Mengapa sih tanya-tanya?" Sahut Andra sewot.

"Eee nanya ajah kali. Kenapa dulu bukan aku yang ketemu duluan sama mba Ketty yaa". Celetuk Andre.

"Emang mau apa kalo ketemuan duluan?" Tanyaku penasaran.

"Ya aku ajah yang nikah dengan mba Ketty!" Jawab andre sambil tertawa.

"Dasar, buaya!" Sahut Andra. "Jangan dengarin dia mba, Andra ini buaya kelas kakap!" Kata Andre.

Jangan kaget melihat reaksiku saat Andre bilang akan menikahiku kalau saja dia yang pertama kali berjumpa denganku lebih awal, wajahku bahkan merah padam seperti kepiting rebus. Namun aku berusaha bersikap sebisa mungkin di depan mereka, aku tau ini hanya bercanda.

"Mba, jangan senyum-senyum sendiri gitu dong. Senyummu mengalihkan duniaku!!" Lagi-lagi Andre melayangkan gombalannya.

"Ehh buaya!!" Di dengerin mas Chris nanti!!""Tegur Andra.

"Cuma becanda, bro. Santai aja kenapa. Iya kan mba??"" Kata Andre kepada Andra.

"Hehehe, iyaa.." jawabku sambil terkekeh.

"Serius juga nggak apa-apa!!"" Selorohnya lagi.

"Dasar kadal". Ejek Andra.

Kehadiran si kembar itu akan membuat hari-hariku lebih ramai. Mereka tidak ada habisnya membuat candaan yang membuatku tidak berhenti tertawa, mereka sangat berbeda dengan suamiku yang bahkan sangat jarang tertawa.

Setelah selesai memasak, aku menyiapkan hidangan makan malam di meja, lalu Andra dan Andre membantu membereskan peralatan masak.

"Makasih yaa, udah bantu-bantu mba. Kalau kalian udah lapar bisa makan duluan". Kataku.

"Nanti ajah deh, bareng mba dan mas Chris". Jawab Andre.

Akupun berlalu masuk kedalam kamar untuk membangunkan mas Chris. Hari hampir gelap dan suamiku itu masih menikmati mimpinya.

"Mas, mas, bangun, udah mau maghrib." Kataku sambil menggoyangkan tubuh suamiku.

"Hem..". Mas Chris hanya berdehem.

"Mau maghrib, bangun". Ulangku.

"Iya..iya.."katanya.

Begitulah suamiku, kesehariannya ketika libur kerja, hanya bersantai selama seharian penuh, bermain game online, selebihnya ia gunakan untuk tidur.

Selama lima tahun menikah tidak, tidak sekalipun ia membantuku membereskan rumah meskipun hanya menyapu halaman, ia selalu bilang bahwa urusan rumah adalah tanggung jawabku sebagai seorang istri.

Sebelum menikah dengannya, aku dulu sempat bekerja sebagai seorang karyawan pabrik yang menghasilkan meubel-meubel, lalu mas Chris memintaku berhenti dengan alasan seorang istri harus menjadi ibu rumah tangga, bukan pekerja. Karena saking cintanya, aku menuruti apapun yang ia katakan.

Mas Chris memang tidak setampan kedua adik kembarnya, namum ia memiliki tubuh yang lebih besar dan berotot, jika si kembar itu berkulit putih dengan bola mata kecoklatan yang menurun dari ibu mertua, suamiku menurun dari ayahnya, kulit kuning langsat dengan rambut sedikit ikal.

Menunggu mas Chris, ditepi r4nj4ng sungguh sangat menyebalkan. Ia sangat susah dibangunkan jika sudah terlanjur tidur.

"Mas, kembar nungguin lho. Makan malamnya udah siap." Kataku dengan nada sedikit tinggi.

"Iya iya..baru juga tidur lima menit." Ketusnya sambil berusaha bangun. 5 menit dia bilang, dia tidur dari jam 3 sampe jam 6, nggak sadar apa mati rasa yaa..!! Batinku geram.

"Bangun cepat, langsung mandi." Perintahku. Lalu aku hendak akan keluar dari kamar.

"Ehh..ehh.. mau kemana kamu?" Tanya mas Chris sambil menajamkan penglihatannya, ia menatapku dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Mas kan udah bilang, kamu itu harus dandan cantik setiap saat. Mas malu tau sama si kembar, kamu pake daster itu-itu mulu, dikira mas nggak pernah beliin kamu baju." Sungut mas Chris.

Yaa Tuhan, rasanya kesal bukan main. Akhir-akhir ini suamiku selalu saja komplain penampilanku.

Bagaimana lagi, menyenangkan suami juga berpahala, bukan. Jadi selama dia mandi, aku memutuskan untuk mengganti daster kebanggaan ini dengan dress merah selutut.

Tidak lupa juga aku berdandan cantik seperti saat akan pergi dinner bareng gebetan. Aku mengurai rambut panjang sepinggangku agar terlihat lebih menarik dan cantik. Karena suamiku sangat menyukai rambut panjangku.

Memandang tubuhku di depan cermin, aku memuji diri sendiri. Aku memang cantik, masih secantik saat usiaku masih 20 tahun, bahkan saking semakin lihainya aku berdandan, bisa di katakan aku lebih cantik dari sbelumnya.

"Nah, gitu dong. Kalo gini mas nggak malu sama si kembar. Masa kakaknya punya istri dekil". Kata mas Chris sambil keluar dari kamar mandi.

Akupun tersenyum malu, memang sebelumnya aku paling malas berdandan. Karena pikirku suamiku sibuk bekerja pergi pagi pulang malam, untuk siapa juga aku berdandan.

Mas Chris sering lembur hingga larut. Kami jarang bermesraan seperti sepasang suami istri pada umumnya.

Setelah mas Chris berpakaian, aku memintanya untuk segera memanggil si kembar, sedangkan aku menata piring dan membuat minuman untuk kami di dapur.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!