"Faster Masssh, aku mau sampai!"
"Yes, Honey. Seperti maumu!"
Kaivan mempercepat ritme nya sesuai permintaan sang istri. Sampai akhirnya Kaivan mengeluarkan laharnya di dalam milik sang istri.
"Ahhhh!"
Nikmat dan lega itulah yang dirasakan keduanya saat sama-sama mencapai klimaksnya. Kaivan ambruk di atas tubuh istrinya dengan membiarkan miliknya masih terbenam sempurna di dalam lembah milik istrinya.
"Mas, Kamu tidak memakai pengaman?"
Annette baru menyadari ada yang berbeda dengan percintaannya kali ini, dan itu karena suaminya tidak memakai pengaman. Walaupun rasanya lebih nikmat dari biasanya, namun Annette merasa kesal saat mengetahuinya.
Kaivan hanya acuh saja saat mendapat pertanyaan itu dari sang istri. Pria itu memang sengaja tidak memakai pengaman dengan harapan supaya istrinya segera hamil.
"Aku sengaja tidak memakainya. Aku ingin Kamu segera hamil!"
Pernikahan Kaivan dan Annette sudah hampir memasuki tahun ke 5 . Namun sampai saat ini Annette belum juga hamil. Bukan karena Annette tidak bisa hamil, akan tetapi wanita itu sengaja menunda kehamilannya dengan alasan dirinya masih terikat kontrak dengan management yang mengharuskannya tidak hamil dalam beberapa tahun ke depan.
Annette Xaviera adalah seorang model majalah dewasa yang sedang berada di puncak karirnya. Dia menikah dengan seorang pengusaha terkemuka bernama Atharva Kaivan Malik setelah 3 tahun berpacaran.
Hubungannya dengan Kaivan sangat harmonis, karena Kaivan tidak pernah menuntut apapun darinya. Walaupun Annette jarang sekali menghabiskan waktu dengan Kaivan, setiap harinya wanita itu selalu sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Bahkan untuk melayani suaminya pun Annette selalu beralasan capek.
Namun, Kaivan selalu mengerti dan tidak pernah memaksakan kehendaknya pada sang istri. Kaivan bahkan sering memenuhi hasrat nya sendiri di kamar mandi dengan menggunakan tangannya sendiri.
Sampai akhirnya, keluarga Kaivan menuntut supaya Kaivan dan Annette segera memberinya keturunan.
"𝘜𝘴𝘪𝘢 𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘈𝘯𝘯𝘦𝘵𝘵𝘦 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘭𝘢 𝘵𝘪𝘨𝘢, 𝘮𝘢𝘶 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘬𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘯𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢? 𝘞𝘢𝘯𝘪𝘵𝘢 𝘩𝘢𝘮𝘪𝘭 𝘥𝘪 𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘵𝘶𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘳𝘦𝘴𝘪𝘬𝘰𝘯𝘺𝘢, 𝘸𝘢𝘭𝘢𝘶𝘱𝘶𝘯 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘤𝘢𝘺𝘢 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘵𝘪 𝘴𝘦𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶 𝘥𝘪 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘯𝘨 𝘗𝘦𝘯𝘤𝘪𝘱𝘵𝘢!"
Ucapan panjang lebar Mommynya selalu berputar di kepala Kaivan, sampai akhirnya tanpa sepengetahuan Annette, Kaivan memutuskan untuk melakukan penyatuan tanpa pengaman seperti biasanya.
Annette berang dengan ucapan santai Kaivan yang menginginkan dirinya hamil. Padahal Kaivan sebelumnya sudah setuju jika mereka menunda kehamilan sampai tahun depan.
"Kenapa Kamu bertindak sepihak, Mas? Kamu kan sudah setuju kita menundanya sampai tahun depan?" Annette menatap nyalang suaminya. Wanita itu marah dengan Kaivan yang bertindak sesukanya tanpa membicarakannya terlebih dulu dengan dirinya.
Kaivan terkejut dengan reaksi Annette yang menurutnya berlebihan.
"Honey, Kamu jangan khawatir! Aku akan membayar semuanya jika pihak management menuntutmu hanya karena Kamu hamil."
Kaivan berkata tanpa beban, menurutnya itu hal yang sangat sepele. Bahkan jika Annette tidak bekerja sekalipun Kaivan mampu mencukupi kehidupan Annette yang sangat glamour itu. Hanya saja Annette lah yang menginginkan pekerjaan ini karena wanita itu tidak ingin meninggalkan dunia yang sudah membesarkan namanya.
"Ini bukan tentang uang, Mas. Aku tahu Kamu bisa membayar berapapun jika mereka menuntut. Tapi ini tentang profesionalitas. Aku sudah menandatangani kontrak baru, dan selama satu tahun kedepan, aku tidak boleh hamil. Karena itu akan mempengaruhi bentuk tubuhku!"
Kaivan tercengang mendengar fakta yang baru saja istrinya ucapkan. Kontrak baru? Dan Annette tidak membicarakannya dulu dengan dirinya.
"Kontrak baru? Kenapa Kamu tidak membicarakannya dulu denganku? Kamu anggap aku ini apa, sebenarnya? Apa sebegitu tidak pentingnya aku dalam hidupmu, sampai hal sebesar itupun Kamu tidak meminta ijin dulu dari suamimu?"
Kesabaran Kaivan mulai habis, pria itu merasa tidak dihargai oleh istrinya sendiri. Padahal Annette sudah berjanji pada Kaivan setelah kontraknya habis, Annette mau hamil anaknya. Namun, ternyata Annette membohongi Kaivan. Wanita itu justru memperpanjang kontraknya tanpa sepengetahuan Kaivan.
"Bu... bukan begitu, Mas." Ucap Annette gelagapan. Wanita itu sebenarnya sengaja tidak mau memberitahu Kaivan perihal kontrak barunya, karena Annette sudah bisa menebak respon Kaivan akan seperti ini. "Lagian ini cuma satu tahun, Mas. Kamu jangan membesar-besarkan masalah!"
"Cuma Kamu bilang? Aku menantikan kehamilanmu sudah lebih dari 5 tahun, dan Kamu bilang cuma?"
Kaivan sudah lama ingin memiliki anak, hanya saja pria itu tidak ingin memaksakan kehendaknya karena istrinya belum siap, ditambah lagi Annette yang masih terikat kontrak dengan pekerjaannya.
"Mas, kita hanya menunggu satu tahun lagi, itu tidak lama!" Annette tetap kekeuh dengan keputusannya.
"Terserah Kamu! Tapi, Kamu jangan menyesal jika aku punya anak dari wanita lain!"
Brugh
Kaivan membanting pintu dengan kencang membuat seseorang yang sedari tadi menguping pertengkaran suami istri itu terkejut dan langsung berlari ke dapur.
"𝘈𝘴𝘵𝘢𝘨𝘢, 𝘣𝘪𝘴𝘢-𝘣𝘪𝘴𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘱𝘪𝘯𝘨. 𝘜𝘯𝘵𝘶𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘬𝘦𝘵𝘢𝘩𝘶𝘢𝘯."
Hazelle yang kebetulan hendak mengambil air minum tidak sengaja mendengar pertengkaran kakak dari sahabatnya itu.
Olivia Hazelle yang akrab disapa Hazelle adalah sahabat Harleya, adik kandung Kaivan. Hazelle sering menginap di rumah Harleya karena kesepian selalu ditinggal Daddynya di rumah seorang diri.
"Ehemm!"
Deheman Kaivan membuat Hazelle terkejut bahkan gadis cantik itu nyaris menjatuhkan gelas yang sedang dipegangnya.
"Mas, Kai. Bikin kaget saja!" Hazelle tersenyum kaku menatap Kaivan yang berdiri di hadapannya.
Tiba-tiba saja Hazelle teringat bayangan Kaivan yang sedang menggagahi Annette beberapa waktu lalu. Karena pintu kamar Kaivan yang tidak tertutup sempurna, membuat gadis itu melihat dengan jelas anaconda milik Kaivan yang begitu besar dan menantang.
Hazelle menggelengkan kepalanya berulangkali sebelum berlalu dari hadapan Kaivan yang menatapnya bingung.
"Kenapa gadis itu?"
...----------------...
Sementara itu, Hazelle yang baru masuk ke kamar Harleya langsung loncat ke tempat tidur dan menutupi seluruh wajahnya dengan selimut. Bayangan anaconda milik Kaivan terus saja berputar di kepalanya. Membuat gadis cantik itu tidak bisa memejamkan matanya.
"𝘈𝘴𝘵𝘢𝘨𝘢, 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘔𝘢𝘴 𝘒𝘢𝘪𝘷𝘢𝘯?"
Hazelle akhirnya memaksakan dirinya untuk tidur karena tidak ingin pikirannya semakin kotor.
...----------------...
Kaivan tidak kembali ke kamarnya setelah pertengkarannya dengan Annette. Pria itu memilih tidur di ruang kerjanya karena tidak ingin kehilangan kendali jika kembali melihat wajah istrinya.
Pria itu menatap bingkai foto pernikahannya dengan Annette 5 tahun yang lalu. Kaivan tersenyum getir mengingat selama itulah Kaivan selalu menuruti apapun keinginan istrinya. Dirinya bahkan selalu mengabaikan nasihat Mommynya yang selalu memperingatinya untuk tidak terlalu membebaskan Annette.
"Kapan Kamu akan menghargaiku, Ann? Aku hanya minta Kamu melahirkan anak untukku."
...----------------...
Annette bersiap untuk tidur setelah aktivitas malamnya beberapa waktu lalu. Wanita itu tidak terlalu memusingkan pertengkarannya dengan Kaivan. Walaupun suaminya itu mengancam akan memiliki anak dari wanita lain, tapi Annette yakin itu hanya sekedar geretakan saja.
Kaivan sangat mencintainya, suaminya itu bahkan lebih memilih dirinya daripada orang tuanya. Namun akhir-akhir ini Annette sangat kesal karena Kaivan terhasut ucapan orang tuanya yang menuntutnya untuk segera memiliki keturunan.
"Ini semua gara-gara Mommy. Aku harus memikirkan cara supaya wanita tua itu tidak ikut campur!"
𝘛𝘰 𝘣𝘦 𝘤𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦𝘥
"Leya, Hazelle mana?" Tanya Mommy pada Harleya yang baru saja turun dari kamarnya, namun tidak melihat Hazelle.
"Hazelle pulang pagi-pagi, Mom. Katanya hari ini Daddynya pulang dari luar negeri!" Ucap Harleya. Gadis itu kemudian duduk untuk menikmati sarapannya.
Hazelle tidak ikut sarapan bersama keluarga Harleya. Gadis itu beralasan jika Daddynya pulang dari luar negeri. Padahal, Hazelle sebenarnya tidak ingin bertemu Kaivan. Gadis itu akan kembali terbayang dengan kejadian tadi malam andai harus bertatap muka dengan Kaivan. Hazelle ingin mengembalikan kewarasannya, karena itu untuk sementara waktu mungkin Hazelle tidak akan terlalu sering menginap di rumah Harleya.
Bayangan anaconda milik Kaivan selalu berseliweran di kepalanya setiap kali melihat Kakak dari sahabatnya itu.
Mommy Harleya pun mengangguk paham mendengar penjelasan dari putrinya. Daddy Hazelle adalah seorang pengusaha tersohor di negeri ini, perusahaannya menggurita dengan berbagai jenis bidang usaha. Dan karena kesibukannya, Daddy Hazelle sering meninggalkan putri semata wayangnya itu sendirian di rumah, membuat Hazelle kesepian.
Namun beruntungnya Hazelle bisa bersahabat dengan Harleya yang berasal dari keluarga utuh dan harmonis. Berbeda dengan dirinya yang terlahir dari keluarga broken home. Mommy Hazelle pergi meninggalkan Daddy Hazelle dengan alasan karena Daddy Hazelle tidak pernah ada waktu untuk keluarganya. Daddy Hazelle lebih mementingkan pekerjaannya daripada anak dan istrinya.
Karena itulah Mommy Hazelle pergi meninggalkan Daddy Hazelle dan memilih kembali dengan mantan kekasihnya. Karena rasa kecewanya, Daddy Hazelle pun melarang Mommy Hazelle membawa Hazelle yang kala itu baru berusia 5 tahun.
Sementara itu, Keluarga Harleya sangat baik dan ramah membuat Hazelle nyaman berada di tengah-tengah keluarga harmonis itu. Bahkan Hazelle sudah di anggap putri sendiri oleh Zaskia dan Malik, orang tua Kaivan dan Harleya.
Di tengah-tengah perbincangan Harleya dan Mommynya, Kaivan pun datang dengan wajah datarnya. Putra sulung Zaskia dan Malik itu memang sangat dingin dan irit bicara. Bahkan karena sikap dinginnya, Harleya lebih takut pada Kakaknya daripada Daddynya sendiri.
"Mas, aku dan Hazelle mau magang di kantor Mas, boleh kan?"
Kaivan yang sedang makan pun menghentikan sejenak aktivitasnya dan menatap adiknya penuh selidik. "Bukannya Hazelle adalah putri Tuan Zerga, kenapa Dia tidak magang di kantor Daddynya saja?"
Harleya mengangkat bahunya acuh. Gadis itu pun tidak mengerti dengan alasan Hazelle yang menurutnya sangat aneh.
"Kata Hazelle, Dia tidak mau di kantor Daddynya. Karena semua karyawan sudah mengenalnya. Hazelle tidak mau di istimewakan, aneh kan Mas? Harusnya seneng dong di istimewakan?"
Pletak
Harleya meringis sambil mengusap-usap keningnya yang terkena sentilan dari Kaivan.
"Itu tandanya Hazelle profesional, Dia mau sukses tanpa nama Daddynya. Kamu juga harus contoh Dia! Dan Mas juga tidak akan membeda-bedakan Kamu dengan karyawan lain, jika Kamu magang di tempat Mas!"
Harleya mengerucutkan bibirnya, ternyata bukan Hazelle saja yang ribet, Kaivan pun sama ribetnya. Hazelle tidak mau menggunakan privilege yang mempermudah hidupnya, justru memilih hidup biasa tanpa menggunakan nama besar Daddynya. Harleya pikir Kakaknya itu akan membenarkan pemikirannya, tapi ternyata malah mendukung pemikiran aneh sahabatnya.
"Pagi semua, maaf aku kesiangan!"
Annette tersenyum kaku kemudian duduk di samping suaminya. Kaivan sama sekali tidak memperdulikan kehadiran istrinya, pria itu masih kecewa dengan keputusan Annette yang tidak melibatkan dirinya.
"Mom, aku berangkat!" Kaivan beranjak dan menghampiri Mommynya, pria itu mencium tangan Mommynya terlebih dahulu sebelum meninggalkan rumah. Sedangkan Annette, istrinya itu sibuk dengan sarapannya. Jangankan mengantar Kaivan ke depan, mencium tangan suaminya saja wanita itu enggan.
Zaskia menghembuskan napasnya pelan, Mommy Kaivan dan Harleya itu tidak menyukai sikap Annette yang menurutnya tidak menghargai Kaivan sebagai suaminya.
"Ann, kalian bertengkar lagi?" Tanya Zaskia.
Ini bukan pertengkaran pertama anak dan menantunya. Annette dan Kaivan sering sekali bertengkar akhir-akhir ini. Dan itu membuat Zaskia sangat khawatir dengan hubungan anak dan menantunya itu.
"Iya, Mom. Dan ini semua karena Mommy," ucap Annette datar.
Zaskia sangat terkejut mendengar ucapan sang menantu yang tiba-tiba menyalahkannya. Sementara Harleya buru-buru pergi karena tidak ingin ikut campur permasalahan orang dewasa.
"Kenapa Kamu nyalahin Mommy?"
"Memangnya karena siapa lagi kalau bukan karena Mommy? Semenjak Mommy tinggal di sini, Mas Kaivan selalu menuntut ku untuk hamil. Padahal sebelumnya, kami hidup bahagia tanpa membicarakan soal anak."
Zaskia memejamkan matanya, ucapan menantunya itu begitu melukai hatinya. Bukankah wajar jika Kaivan menuntut anak dari istrinya sendiri? Zaskia maklum jika Annette menunda kehamilannya di awal pernikahannya, tapi ini sudah 5 tahun pernikahannya, dan usia Annette pun sudah tidak muda lagi, Zaskia khawatir karena kehamilan di usia tua akan sangat beresiko.
"Jaga ucapanmu, Annette! Berani sekali Kamu berbicara seperti itu pada istriku!"
Malik yang baru pulang dari luar kota sangat geram melihat menantunya memperlakukan istrinya tidak hormat seperti itu.
Annette gelagapan karena terkejut dengan mertuanya yang tiba-tiba datang.
"Maksudku bukan begitu, Dad. Aku---"
"Saya tahu, Kamu seperti ini karena ingin membuat istri saya tidak betah tinggal di sini, kan?" Malik menatap Annette dengan tatapan tajamnya. Membuat menantunya itu merasa ketakutan.
Malik selama ini diam, bukan tidak tahu kelakuan menantunya. Tapi pria paruh baya itu tidak ingin ikut campur urusan rumah tangga putranya. Namun, Malik tidak terima jika Annette memperlakukan istrinya tidak hormat seperti tadi, bahkan Malik mendengar dengan jelas jika Annette menyalahkan istrinya hanya karena Kaivan memintanya untuk hamil.
Melihat menantunya hanya diam, Malik pun kembali bersuara.
"Jangan harap Kami akan keluar dari rumah ini. Ini rumahku. Jangan mentang-mentang putraku sangat mencintaimu, Kamu berbuat seenaknya. Ingat, manusia bisa berubah. Kaivan bisa saja meninggalkan mu dan mencari wanita lain yang mau melahirkan anaknya."
Setelah mengatakan itu, Malik langsung membawa istrinya ke kamar, meninggalkan Annette yang terpaku mendengar sumpah serapah Daddy mertuanya.
"𝘒𝘢𝘪𝘷𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯𝘬𝘶! 𝘋𝘪𝘢 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪𝘬𝘶."
Annette berusaha meyakinkan dirinya sendiri, walaupun dalam hati terdalamnya, wanita itu takut jika ucapan mertuanya akan menjadi kenyataan.
...----------------...
Hazelle duduk sendiri di sebuah restoran sambil menikmati semangkuk ice cream. Gadis itu begitu menikmati ice creamnya sampai tidak sadar seseorang sudah berdiri di depan mejanya dan memanggil namanya.
"Hazelle!"
Hazelle mendongakkan wajahnya, alangkah terkejutnya saat matanya bertatapan dengan seseorang yang justru sedang Hazelle hindari.
"Mas Kaivan?"
Tanpa ijin terlebih dahulu, Kaivan duduk di depan Hazelle dan mencolek sedikit ice cream milik Hazelle. "Hmmmm, enak!"
Hazelle terperangah melihat sikap Kaivan yang biasanya datar dan dingin, kini terlihat konyol dan manis. Hazelle menggelengkan kepalanya, gadis itu menganggap dirinya sedang berhalusinasi.
"Kenapa Kamu tidak ke kampus?"
Hazelle diam saja tidak menanggapi ucapan Kaivan. Gadis itu masih berpikir pria yang duduk di hadapannya itu hanya halusinasinya saja. Sampai akhirnya Kaivan mengambil mangkuk ice creamnya dan menjauhkannya dari Hazelle.
"Apa Kamu begitu menyukai ice cream, sampai mengabaikan ku?"
"Jadi, ini beneran Mas Kaivan? Bukan halusinasi?"
Pletak
𝘛𝘰 𝘣𝘦 𝘤𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦𝘥
Hazelle meringis karena Kaivan tiba-tiba menyentil keningnya.
"Kamu kira Mas hantu?" Hazelle hanya menyengir merutuki kebodohannya. "Kenapa Kamu gak ke kampus?" Kaivan kembali mengulang pertanyaan. Pria itu menatap Hazelle dengan intens, Kaivan baru menyadari sahabat adiknya ini sangat cantik.
Matanya yang sipit, karena Hazelle memiliki darah China dari Mommynya. Hidung mancung dan kulitnya yang putih mulus, bahkan body Hazelle pun tak kalah dari Annette yang seorang model.
"Gak ada kelas, Mas! Mau ajak Leya, tapi Dia ada kelas sampai sore," ucap Hazelle sambil memakan ice creamnya.
Kaivan tidak tahu saja, di tatap seperti itu olah Kaivan membuat jantung Hazelle nyaris lompat dari tempatnya.
"Bagaimana kalau Kamu ikut Mas?"
"Kemana?" Hazelle mengernyitkan keningnya, gadis itu ingin menolak, tapi lidahnya terlalu kelu untuk mengatakan tidak.
"Pokoknya Kamu ikut Mas saja, tapi sebelum itu kita belanja dulu!"
Mau tidak mau Hazelle pun mengekor di belakang Kaivan, ada rasa senang namun bercampur takut juga. Gadis itu tidak pernah membayangkan akan pergi bersama Kaivan, pria dewasa yang diam-diam Hazelle cintai.
Hazelle menyukai Kaivan saat pertama kali mengenal Harleya sejak duduk di bangku SMA. Namun, Kaivan sudah memiliki kekasih bahkan hendak menikah. Hazelle pun mengubur cintanya dan berharap bisa melupakan cinta pertamanya itu.
Sampai akhirnya, Hazelle pun menjalin hubungan dengan kakak kelasnya berharap bisa melupakan kakak sahabatnya itu. Namun ternyata, cintanya semakin kuat, dan Hazelle pun memilih untuk mengakhiri hubungannya dengan kekasihnya. Hazelle tidak ingin hanya menjadikan kekasihnya itu pelampiasan yang akan semakin melukainya.
Kaivan membawa Hazelle ke tempat pakaian renang. Pria itu membelikan Hazelle two piece set warna maroon kesukaannya. Hazelle sama sekali tidak mengerti kenapa Kaivan membelikannya baju renang, Hazelle baru paham saat sampai di tempat tujuan Kaivan membawanya.
Ternyata Kaivan mengajak Hazelle ke pesta ulang tahun salah satu sahabatnya yang bernama Marvin. Dan tema pestanya adalah swimming party. Sebenarnya hanya beberapa orang saja yang hadir, karena acaranya sangat privat. Dan semua orang memakai pakaian renang, tak terkecuali Marvin, sang pemilik acara.
"Kai, Kamu ajak siapa? Cantik banget, kenalin dong!" Ucap Marvin. Dan candaannya itu berhasil membuatnya mendapatkan jeweran dari Shita, kekasihnya.
"Dasar mata keranjang! Gak bisa lihat yang bening dikit!" Ucap Shita dengan tangannya yang masih menempel di telinga Marvin.
"Becanda, Sayang. Mana mungkin aku menduakan kekasihku yang bahenol ini," ucapnya merayu.
"Ini Hazelle, sahabat adikku." Kaivan memperkenalkan Hazelle sambil merangkul bahu gadis cantik itu.
"Sahabat adikmu, yakin?" Marvin menaik-turunkan alisnya menggoda Kaivan. Namun pria itu hanya tersenyum menanggapi candaan sahabatnya.
Kaivan mengajak Hazelle ke kamar ganti dan menyerahkan pakaian renang two piece set yang baru dibelikannya.
"Mas tunggu di sana, ya?" Ucap Kaivan sambil menunjuk tepi kolam tempat nantinya Kaivan menunggu Hazelle.
Hazelle pun mengangguk dan bergegas mengganti pakaiannya.
Selang beberapa saat, Hazelle pun menghampiri Kaivan dengan pakaian renangnya yang terlihat pas sekali di tubuh Hazelle. Warna maroon nya begitu kontras dengan tubuh Hazelle yang putih mulus. Apalagi gundukan Hazelle yang terlihat berisi walaupun tidak sebesar milik Annette.
Namun pemandangan itu berhasil membuat Kaivan menatapnya tanpa berkedip, Hazelle terlihat sangat indah di matanya. Beruntung saja semua orang tengah fokus pada aktivitasnya masing-masing membuat Hazelle tidak terlalu menjadi pusat perhatian.
"Kamu cantik sekali, Hazelle!" Bisik Kaivan tepat di telinga Hazelle membuat sang gadis merinding karena terkena hembusan napas Kaivan. Gadis cantik itu pun berusaha menyembunyikan pipi merona nya dengan menundukkan wajahnya.
Kaivan kemudian mengajak Hazelle turun ke kolam renang. Pria itu terus mengawasi Hazelle yang mulai berenang ke sana ke mari. Setelah merasa lelah Hazelle pun duduk di tepi kolam dengan kakinya yang menjuntai ke air. Tak lama kemudian Kaivan menghampiri Hazelle dan berdiri di tengah-tengah kaki Hazelle.
"Kamu capek?"
"Sedikit," ucap Hazelle sambil tersenyum kaku.
Pandangan keduanya bertemu membuat keduanya sama-sama merasakan perasaan yang tidak seharusnya mereka rasakan. Kaivan membawa tubuh Hazelle turun ke dalam air, dan mengungkungnya pada dinding kolam. Pria tampan itu perlahan mengikis jarak sampai akhirnya membuat bibir keduanya bertemu.
Jantung Hazelle berdetak lebih cepat dari biasanya, saat merasakan bibir kenyal Kaivan menyentuh bibirnya. Gadis itu ingin mengelak namun tubuhnya berkhianat karena justru menikmati apa yang Kaivan lakukan. Bahkan Hazelle pun membalas ciuman Kaivan sambil mengalungkan tangannya di leher pria dewasa itu.
Merasa mendapatkan lampu hijau dari Hazelle, Kaivan pun memagut bibir itu semakin dalam dan semakin liar. Tangannya bahkan tak tinggal diam meremas gundukan Hazelle yang sejak tadi melambai seolah minta di sentuh.
Pagutannya baru terlepas saat keduanya kehabisan napas. Hazelle pun tertunduk malu saat Kaivan menatapnya.
"𝘈𝘴𝘵𝘢𝘨𝘢, 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘔𝘢𝘴 𝘒𝘢𝘪𝘷𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘨𝘨𝘢𝘱 𝘢𝘬𝘶 𝘸𝘢𝘯𝘪𝘵𝘢 𝘮𝘶𝘳𝘢𝘩𝘢𝘯!"
Hazelle naik ke atas dan buru-buru pergi dari sana. Hazelle menuju kamar ganti, namun saat hendak menutup pintu, Kaivan menahannya dan ikut masuk ke dalam kamar ganti.
"Kamu marah?"
Hazelle menggelengkan kepalanya sambil tertunduk, rasanya sangat malu berhadapan dengan Kaivan. Hazelle seperti ingin mengubur dirinya hidup-hidup saking malunya.
"Aku malu, Mas!" Hazelle semakin menunduk, gadis cantik itu bahkan tidak memiliki keberanian untuk menatap Kaivan.
Kaivan tersenyum dan merasa lega. Dia pikir Hazelle marah dan kecewa padanya. Kaivan menyentuh dagu Hazelle dan mengarahkan gadis cantik itu untuk menatapnya.
"Jangan malu, Hazelle. Mulai saat ini, Kamu milik Mas, hmmm?"
Hazelle mengerjapkan matanya berulang kali, benarkah apa yang di dengarnya? Belum sempat Hazelle bertanya, pria itu sudah lebih dulu membungkam bibir Hazelle dengan bibirnya.
Ciuman Kaivan lebih liar dari sebelumnya. Pria itu tidak segan melumat dan memagut bibir Hazelle yang sudah menjadi candu nya. Tangan Kaivan bergerak meremas dua bukit yang menjadi favoritnya, tidak puas menyentuhnya dari luar, Kaivan membuka pengait mini set itu dan melepaskannya dengan satu tarikan.
"Mas!" Hazelle sangat malu dan menutupi dua bukit miliknya itu dengan tangannya. Ini adalah pertama kalinya seorang pria menatap tubuh Hazelle dan itu Kaivan, pria yang sempat dicintainya diam-diam.
"Jangan ditutup! Ini sangat indah, Hazelle." Kaivan perlahan menyingkirkan tangan Hazelle membuatnya lebih leluasa menatap gundukan yang sangat padat berisi itu.
Tangan Kaivan perlahan menyentuh gundukan itu, meremas dan memilin puting berwarna pink kecoklatan yang sudah mengeras itu. Tidak puas hanya memainkannya dengan tangan, Kaivan pun mendekatkan bibirnya dan mengulumnya dengan rakus.
"Ahhhh, Maaasshhh!"
Satu desahan lolos begitu saja dari bibir gadis cantik itu, membuat Kaivan semakin semangat.
"𝘚𝘩𝘪𝘵𝘵!! 𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘶𝘯?"
Kaivan melepaskan pagutannya dan menatap Hazelle dengan tatapan penuh permohonan.
"Hazelle, bantu Mas, ya!"
Hazelle mengernyitkan keningnya tapi kemudian gadis itu paham saat Kaivan menuntun tangannya menyentuh sesuatu yang sudah menjulang di balik boxernya.
Hazelle melotot tak percaya, benda yang pernah membuatnya tidak bisa tidur, kini Hazelle menggenggamnya. Walaupun masih terhalang boxer tapi Hazelle yakin bentuknya sangat besar dan panjang.
Dan benar saja, bentuknya jauh lebih besar dari yang Hazelle bayangkan, saat Kaivan mengeluarkannya dari sangkarnya.
"Ayo, Hazelle!" Kaivan menuntun tangan Hazelle untuk memanjakan milik Kaivan.
"Ahhhh, faster Hazelle!" Hazelle mempercepat ritme nya sesuai keinginan Kaivan. Sampai akhirnya pria itu sampai pada pelepasannya.
"Terimakasih, Hazelle!" Kaivan memeluk Hazelle dan mengecup pucuk kepala Hazelle berulang kali.
"𝘈𝘴𝘵𝘢𝘨𝘢, 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘬𝘶𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯?" 𝘛𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘏𝘢𝘻𝘦𝘭𝘭𝘦 𝘣𝘦𝘳𝘨𝘦𝘵𝘢𝘳 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘣𝘢𝘳𝘶 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘫𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬 𝘒𝘢𝘪𝘷𝘢𝘯. "𝘚𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘨𝘪𝘭𝘢."
𝘛𝘰 𝘣𝘦 𝘤𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦𝘥
🫣🫣🫣🫣🫣
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!