Sadikin, pejudi akut yang terlilit hutang mencapai miliaran rupiah pada seorang rentenir dari Kota.
Tak mampu membayar hutang, Sadikin berniat memberikan putri semata wayangnya pada Jarwo sang rentenir, sebagai ganti uang yang tak bisa ia kembalikan itu.
pagi itu, ketika Farrah baru pulang dari mencuci baju di sungai dekat rumahnya, Sadikin menghampiri sang putri dan mengatakan bahwa ia ingin mengajak Farrah belanja ke kota hari itu.
" kau sudah mandi Farrah? " tanya Sadikin.
mendengar pertanyaan tak biasa sang ayah, Farrah sontak kaget. Karena sebelumnya Sadikin tidak pernah bertanya hal demikian pada sang putri.
" belum, yah. Mau jemur baju dulu. " sahut Farrah seraya mengambil beberapa hanger.
" Buruan mandi, nanti dandan yang cantik, temani ayah shoping ke Kota hari ini. " balas Sadikin.
perkataan ayahnya terdengar semakin mustahil di telinga Farrah. Pasalnya untuk membeli obat 10 ribu rupiah saja tidak ada.
" apa iya ayah mau shoping?, bukannya kemarin Ibu minta duit 10 ribu untuk beli obat Ibu saja, ayah tidak punya. " gumam Farrah dalam hati.
gadis berprofesi sebagai pegawai rumah makan itu pun curiga dengan sang ayah.
" Emangnya ayah mau beli apa? " tanya Farrah penuh selidik.
" Ayah mau beli beberapa jas dan celana dasar. " sahut Sadikin.
" Bukannya kemarin ayah bilang tidak punya uang, waktu Ibu mau minta duit 10 ribu untuk beli obat. " balas Farrah.
merasa buntu alasan untuk menjawab pertanyaan sang putri, Sadikin pun mengeluarkan jurus ampuhnya.
" Ayah minta temani karena ayah tidak pandai memilih model jas dan celana yang bagus Farrah!. Anak jaman sekarang emang pada durhaka, minta temani belanja saja susah sekali. " Ucap Sadikin, pura-pura sedih.
Karena tidak ingin durhaka pada orang tua, Farrah pun mengiyakan permintaan ayahnya.
Setelah selesai menjemur baju, Farrah pun bergegas kembali ke sungai untuk mandi.
Tak lama kemudian, mandi pun selesai. Farrah pulang dan bersiap untuk menemani sang ayah belanja ke kota.
Sebelum pergi, tak lupa Farrah berpamitan pada sang Ibu yang sedang memotong rumput di kebun jagung di belakang rumahnya.
" Bu, aku pergi sama ayah dulu, ya. ayah katanya mau beli jas dan celana dasar, ayah minta bantu aku untuk milih model yang bagus. " Ujar Farrah sambil mengibas daun jagung dengan tangannya.
Salma sedikit tertegun mendengar pernyataan sang putri, terlintas di benaknya bahwa selama ini sang suami tidak jujur padanya prihal keuangan.
" belanja pakaian?, kemarin duit 10 ribu saja tidak ada. Jangan-jangan selama ini dia bukan tidak punya uang, tapi pelit. " gerutu Salma Ibunya Farrah.
" Apa, Bu? " tanya Farrah yang mendengar samar-samar perkataan sang Ibu.
" Enggak ada apa-apa. Ya sudah, Hati-hati ya, nanti Ibu titip beli sawi dikit, untuk sayur nanti malam. " Balas sang Ibu sambil tersenyum.
" Iya, Bu. " Sahut Farrah seraya pergi.
...***...
Singkat cerita, Farrah dan ayahnya pun berjalan menuju jalan lintas untuk mencari angkotan ke kota.
Tak lama kemudian, sebuah angkotan ke kota pun tiba.
" Mau ke mana Pak? " tanya supir angkotan itu.
" Mau ke kota Pak. " jawab Sadikin.
Sadikin dan Farrah pun kemudian naik ke mobil itu.
Dalam perjalanan pikiran Farrah dipenuhi keraguan akan ayahnya. Hatinya mengatakan bahwa ayahnya berbohong, namun dia tidak ingin membantah sang ayah.
Setelah kurang lebih satu jam dalam perjalanan, Farrah dikejutkan oleh gelagat aneh sang ayah.
Sadikin terlihat mendekat ke arah supir, dan seperti membisikkan sesuatu. Sempat ingin bertanya, namun Farrah mengurungkan niatnya karena takut diomeli ayahnya lagi.
kecurigaan Farrah pun ternyata benar, setelah mengantar beberapa penumpang supir itu memutar balik mobilnya ke arah jalan pulang ke rumah.
hanya tersisa dua orang penumpang yaitu, Farrah dan ayahnya saja. merasa ada yang janggal, Farrah langsung menanyakan hal itu pada sang supir.
" kok balik lagi pak? " tanya Farrah pada supir itu.
Seketika Sadikin terlihat cemas melihat sang putri menyadari hal itu.
" Farrah, yang namanya supir itu pasti butuh penumpang yang banyak untuk penghasilan yang maksimal.. pasti pak supirnya mau jemput penumpang lagi tu. " sambar Sadikin dengan ekspresi wajah tak biasa.
" Iya, benar sekali pak. ada penumpang yang baru SMS, katanya mau ke kota juga, makanya mutar balik lagi. " jawab supir itu.
Jawaban masuk akal supir itu, membuat Farrah sedikit lega. ia pun kembali mengambil posisi duduk dengan benar.
Entah karena kecapekan, lapar atau karena kurang tidur, Farrah terlihat mengantuk dan akhirnya tertidur.
Melihat Farrah tertidur, ekspresi lega pun tampak jelas di wajah Sadikin. Ia merasa lega karena bisa sedikit terhindar dari pertanyaan sang putri.
Setelah kurang lebih setengah jam dalam perjalanan, supir itu pun membelokkan mobilnya ke arah kiri, jalan menuju bandara.
Terlihat sedikit kericuhan di depan mobil yang di tumpangi oleh Sadikin dan Farrah, membuat supir itu menghentikan mobilnya sejenak.
Sadikin sempat cemas saat mobil berhenti, takut Farrah terjaga dan menyadari keberadaan mereka.
Namun belum sempat Farrah terjaga, kericuhan di depan mobil yang mereka tumpangi pun berhenti, Supir itu pun kembali menancap gas mobilnya.
" Huh, syukur sudah jalan. " gumam Sadikin dalam hati sambil mengusap dadanya.
...***...
Singkat cerita, mereka akhirnya tiba di bandara. Tampak dari kejauhan jarwo berdiri dengan pipa rokok tulangnya yang panjang.
" Di sini saja pak? " tanya supir itu.
" Iya, tapi tunggu sebentar. " bisik Sadikin sambil mengirim SMS ke Jarwo, rentenir yang hendak ia temui itu.
Tak lama kemudian, Jarwo pun tampak berjalan ke arah mobil yang Farrah dan Sadikin tumpangi.
Klakson kencang dari mobil di sebelah, membuat Farrah terjaga dari tidurnya. betapa kagetnya Farrah, ketika menyadari bahwa dia berada di parkiran bandara.
" Kok di bandara?, katanya mau ke kota? " tanya Farrah dengan ekspresi wajahnya kaget.
Sadikin kembali membuat alasan untuk mengelabui sang putri.
" ke kotanya terpaksa ditunda dulu, tadi ada teman ayah SMS, katanya ada hal penting. Dia minta ayah menemuinya di bandara. " Ujar Sadikin terlihat sedikit gugup.
" Ayah, aku ini bukan anak kecil lagi. Dari tadi aku melihat gelagat tak biasa ayah. " gumam Farrah dalam hati.
Farrah pun menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Ia merasa, bahwa ada sesuatu yang sembunyikan oleh ayahnya.
Seketika Farrah teringat perkataan sang ayah, ketika ia hendak menjemurkan cucian bajunya pagi tadi.
" Buruan mandi, dandan yang cantik, temani ayah shoping ke kota hari. " Kata-kata ini sempat membuat Farrah parno, namun dia tidak ingin memperkeruh keadaan dengan melemparkan banyak pertanyaan pada ayahnya.
" Enggak pernah ayah bilang 'dandan yang cantik' sekalipun mau ajak ke undangan. hari ini cuma mau minta temani belanja saja suruh dandan yang cantik, pasti ada yang tidak beres. " gumam Farrah dalam hati.
...***...
Singkat cerita, Sadikin pun mengajak putrinya turun.
" Yuk turun dulu, tuh teman bisnis ayah sudah di sini. " Ajak Sadikin.
" Ayah punya bisnis apa sih?, perasaan tiap hari cuma di rumah, ke kebun jagung pun cuma sekal-sekali saja. " gumam Farrah dalam hati.
karena tidak ingin berdebat dengan sang ayah, Farrah pun turun.
Tampak di arah kiri mereka seorang laki-laki paru baya sedang memegang pipa rokok tulangnya, tersenyum ke arah Farrah dan Sadikin.
" Jangan-jangan ini teman ayah. " gumam Farrah.
ternyata benar, Sadikin pun membalas senyuman dan menyapa sang rentenir.
" Apa kabar mas?, maaf agak telat ya, jalan dari rumah ke bandara macet parah. " Sapa Sadikin sambil basa-basi.
" Enggak apa-apa, Kin. saya juga baru sampai nih. " balas Jarwo.
" Ini Farrah anak saya. Farrah, ini om Jarwo teman ayah. " Ucap Sadikin memperkenalkan anaknya pada Jarwo dan sebaliknya.
" halo, om. senang bertemu anda. " sapa Farrah sambil tersenyum.
Seketika, mata Jarwo tidak bisa berkedip melihat kecantikan Farrah. Ia melihat tubuh Farrah dari ujung rambut sampai ke ujung kaki.
Senyum manis dan lugu Farrah, membuat Jarwo semakin gila. Ia memperhatikan wajah Farrah inc demi inc tanpa berkedip.
" Sempurna!, kenapa Sadikin tidak bilang dari dulu kalau dia punya anak gadis secantik ini. " gumam Jarwo dalam hati.
" Om, kok bengong?, " tegur Farrah.
" Oh, Iya, senang bertemu denganmu juga Farrah. " balas Jarwo.
...***...
Setelah beberapa saat mengobrol, Sadikin pun melakukan negosiasi pada Jarwo via SMS.
" Saya rasa, nominal hutang saya tidak lebih besar dari harga anak saya yang cantik ini kan, mas?. Saya minta 3 miliar lagi dan satu unit rumah di kota. " Tulis Sadikin melalui pesan singkat.
Jarwo pun tidak keberatan dengan permintaan Sadikin itu, karena uang segitu bukanlah apa-apa bagi Jarwo untuk menukar gadis secantik Farrah.
" Tidak masalah, Kin. Nanti saya transfer uang 3 miliarnya dan beberapa hari kedepan saya akan mencari rumah di kota untukmu. " balas Jarwo penuh semangat.
Tanpa menunggu lama, Jarwo pun segera memenuhi keinginan Sadikin. Ia langsung mentransfer uang 3 miliar ke rekening Sadikin.
" Kin, uang 3 miliar sudah saya transfer, laporan sudah terkirim. silahkan dicek. " tulis Jarwo di pesan singkat.
Setelah mengecek mobile bankingnya, Sadikin pun berpamitan, pura-pura mau ke toilet pada Jarwo dan Farrah.
...***...
Singkat cerita, 20 menit sudah Sadikin pamit ke toilet namun tidak kunjung kembali.
Farrah pun mulai curiga dengan apa yang terjadi, Farrah mencoba menghubungi nomor ponsel ayahnya, namun diluar jangkauan.
Farrah pun mengatakan pada Jarwo, bahwa dia akan menyusul ayahnya ke toilet.
" Om, aku susul ayah ke toilet dulu ya, takutnya terjadi apa-apa. " Ucap Farrah.
Namun jawaban Jarwo membuat Farrah shock berat....
...Bersambung..........
Jarwo seketika meletakkan ponselnya, ia menatap Farrah sangat dalam.
" Tidak perlu Farrah!, dia saja tidak menginginkanmu. Lantas untuk apa kau mencarinya. " Ujar Jarwo seraya menghisap rokok lalu menghembuskan asapnya.
Farrah sontak kaget mendengar ucapan Jarwo.
" Maksud om apa? " tanya Farrah dengan ekspresi wajahnya kaget.
Jarwo tertawa kecil dan melemparkan pandangan ke arah Farrah.
" Saya yakin kamu bukanlah orang yang bodoh Farrah, kau tahu kenapa ayahmu tidak kembali?, karena dia tidak menginginkanmu Farrah!. " Balas Jarwo.
Farrah semakin tidak mengerti dengan perkataan Jarwo, terlintas di pikirannya bahwa Jarwo mungkin bercanda.
" Aduh ini enggak lucu tau om, jangan bercanda. Aku mau susul ayah dulu. " Ucap Farrah.
" saya tidak bercanda, Farrah!. Mungkin Sadikin bukanlah ayah kandungmu. " Ucap Jarwo dengan nada serius.
Ucapan Jarwo sontak membuat Farrah naik pitam, ia membantah dengan keras perkataan Jarwo itu.
" Hentikan omong kosong itu om. Perkataan om tidak akan mengubah apapun!. " Bentak Farrah seraya pergi.
" Iya, benar. Perkataan saya memang tidak akan mengubah apapun, tapi ayahmu lah yang mengubah semuanya anak manis. " Teriak Jarwo.
Namun Farrah tidak menghiraukan perkataan Jarwo, ia semakin mempercepat langkahnya.
Merasa diabaikan oleh Farrah, Jarwo pun tidak tinggal diam. Dia tidak ingin kehilangan duit miliaran begitu saja.
Jarwo pun akhirnya membuntuti Farrah, dan mencoba mengatakan hal yang sebenarnya.
" Kau tidak akan bisa lari dariku Farrah. " Gumam Jarwo seraya mengejar Farrah.
" Saya tidak bisa berpura-pura lagi Farrah!, kau milikku sekarang, kau harus ikut dengan ku. " Tegas Jarwo.
Jarwo pun menarik paksa tangan Farrah. Sementara Farrah, masih belum benar-benar mengerti maksud Jarwo. Namun tindakan Jarwo itu terasa cukup menjijikkan baginya.
" Ih, apaan sih om, lepaskan tanganku!!!, apaan pegang-pengang. " Teriak Farrah.
" Terima atau tidak, tapi inilah kenyataannya Farrah. Ayahmu telah menjual mu pada ku untuk melunasi hutangnya senilai 4 miliar. " Ujar Jarwo serius.
Seketika Farrah kembali teringat gelagat aneh ayahnya, yang selalu melintas di pikirannya adalah ketika ayahnya menyuruhnya untuk dandan cantik sebelum pergi tadi.
" Apa iya ayah punya hutang sebanyak itu?, untuk apa uang sebanyak itu?. " Gumam Farrah dalam hati.
" Masih enggak percaya?, nih baca SMS ayah kamu. " Ucap Jarwo seraya memperlihatkan SMS antara sadikin dan dirinya.
Betapa sakitnya hati Farrah membaca SMS ayahnya dan Jarwo itu. Dia tidak menyangka bahwa ayahnya akan setega itu padanya.
Farrah pun segera menelpon ayahnya, namun nomor ayahnya diluar jangkauan. Dia pun mencoba menghubungi ponsel Ibunya, namun sang Ibu tidak menjawab.
" Ayah, kenapa ayah melakukan semua ini? " Gumam Farrah sambil menangis.
" Tak usah kau risaukan ayahmu Farrah, kau tidak akan kekurangan apapun jika tinggal bersama ku. " Ucap Jarwo sambil memegang tangan Farrah.
Farrah semakin dibuat jijik dengan tindakan Jarwo itu, ia pun menepis tangan Jarwo.
" Minggir, menjijikkan!!!. " Teriak Farrah sambil menepis tangan Jarwo.
" Tidak semudah itu bocah, kau harus ikut dengan ku sekarang!. " Bentak Jarwo sambil menarik paksa tangan Farrah.
Hal itu diketahui oleh beberapa petugas kebersihan yang sedang mengepel di area toilet.
" Ada apa ini? " tanya petugas kebersihan itu.
" Oh ho, enggak ada apa-apa Bu, nih biasa anak saya emang suka membangkang kalau dinasehati. " Jawab Jarwo terlihat sedikit panik.
" Bohong Bu, saya bukan an. " Farrah seperti ingin mengatakan sesuatu tapi petugas kebersihan itu langsung memotongnya.
" Oh, kirain ada apa, anak muda memang suka gitu pak kalau dinasehati orang tua. " Balas petugas kebersihan itu seraya pergi.
" Lepaskan tangan saya om, atau saya teriak nih. " Ancam Farrah.
Merasa ber kesulitan membawa Farrah pergi, Jarwo akhirnya mengancam balik Farrah.
" Nurut saja atau peluru ini akan menembus kepalamu!. " Ancam Jarwo sambil memperlihatkan pistol pada Farrah.
Jarwo pun semakin memegang erat tangan Farrah. Tentu saja hal tersebut semakin menjijikkan bagi Farrah.
" Lepaskan tanganku!, " teriak Farrah sambil menginjak kaki Jarwo dengan kencang.
Jarwo sontak kesakitan, dan secara spontan melepaskan tangan Farrah. Farrah pun kemudian berlari dan bersembunyi, agar tidak ditemukan oleh Jarwo.
Dia pun berlari ke arah restoran di bandara, ia masuk dan mencoba numpang bersembunyi di sana.
" Mbak, tolong aku, aku sedang dikejar orang jahat. " Ucap Farrah memohon.
Namun Kasir itu tampak tidak peduli dengan penderitaannya, alih-alih menolong kasir itu malah melontarkan Kata-kata yang menyakitkan.
" Apa urusannya sama saya?, pergi sana!, nanti saja juga yang kena masalah. " bentak kasir itu.
Dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan, Farrah akhirnya meninggalkan restoran itu.
...***...
Singkat cerita, setelah hampir setengah jam melarikan diri dari Jarwo, Farrah pun duduk sejenak di kursi bandara karena merasa sangat capek.
Haus dan lapar pun mulai terasa, Farrah akhirnya memutuskan untuk mencari tempat makan yang aman.
Dengan mengendap-endap, Farrah melemparkan pandangannya ke sekitar.
Tak lama kemudian, ia pun menemukan tempat makan yang menurutnya aman, harganya pun terjangkau, Karena dapat dilihat di kertas yang di tempel di kaca dinding restoran itu.
" Kayaknya makan di sini saja deh. " Gumam Farrah sambil memegang perutnya.
Farrah pun akhirnya masuk ke dalam restoran itu. Mbak, aku pesan nasi tempe satu porsi dan air mineral 600 ml ya. " Ucap Farrah.
" Baik, kak. silahkan tunggu di meja ya. " Jawab pegawai restoran itu.
" Baik. " Jawab Farrah seraya pergi menuju salah satu meja yang masih kosong.
...***...
Beberapa saat kemudian, pesanan Farrah pun tiba.
" Halo kak, pesanannya sudah tiba, selamat menikmati ya, semoga kakak suka dengan menu kami. " Ucap pegawai restoran sambil tersenyum.
Farrah yang kebetulan melamun dari tadi, sontak terperanjat.
" Oh, iya mbak, terima kasih ya. " Balas Farrah dengan ekspresi kaget.
" Kakak enggak apa-apa? " tanya pegawai restoran itu.
" Enggak, aku enggak apa-apa. " Jawab Farrah sambil tersenyum ramah.
Pegawai restoran itu pun akhirnya pergi.
...***...
Singkat cerita, tengah asik makan, seisi restoran dikejutkan oleh suara jeritan orang di depan restoran.
Semua pengunjung restoran pun berlari ke depan untuk memastikan apa yang terjadi di depan restoran.
Setelah tiba di depan restoran, betapa terkejutnya Farrah melihat pegawai restoran yang tadi melayaninya telah bersimbah darah di kepalanya.
Farrah pun segera menghampiri pegawai restoran itu dan menanyakan bagaimana itu bisa terjadi.
" Mbak, kok bisa begini?, Tanya Farrah.
" Kakak harus pergi sekarang kak, selamatkan diri. " Ujar gadis pegawai restoran itu dengan suara gemetar.
" Tapi kenapa? " Tanya Farrah lagi.
" Pokoknya kakak harus segera tinggalkan restoran ini kak, cepat kak!. " Pinta gadis itu.
Tak lama kemudian, seseorang dari belakang memegang tangan Farrah dan mengikatnya.
Betapa terkejutnya Farrah, ketika ia menoleh ternyata yang mengikat tangannya adalah Jarwo sang rentenir.
" Lepaskan tangan saya. " Bentak Farrah sambil mencoba menendang kaki Jarwo namun Jarwo dengan lihainya mengelak.
" Jangan banyak ulah! atau kau akan bernasib sama dengan pegawai restoran ini. " bisik Jarwo sambil memencet jari Farrah.
" Oh, ternyata ini ulah si tua bangka ini. " Gumam Farrah dalam hati.
" Maafkan saya kak, saya tidak berhasil melindungi kakak. " Ucap gadis pegawai restoran itu sambil menangis.
" Bagaimana bisa kepala mbak bocor begini? " Tanya Farrah khawatir.
" Tadi Bapak ini meminta saya untuk menyuruh kakak keluar saat kakak sedang makan, saya bertanya Bapak siapanya?, dia malah mengancam akan membunuh saya jika saya banyak tanya. Jelas saja saya menolak karena ada bau-bau kejahatan, lalu dia memukul kepala saya dengan pistol " Papar pegawai restoran itu.
Farrah pun kemudian menyelipkan uang 100 ribu ke kantong baju pegawai restoran itu.
" Mbak, ini untuk bayar pesanan saya tadi, sisanya untuk mbak saja ya. Maafkan saya belum bisa berbuat banyak atas apa yang menimpa mbak, " Bisik Farrah.
Melihat ada keributan, Petugas dari post keamanan pun datang dan menanyakan apa yang terjadi.
" Ada apa ini kok ribut-ribut?. " tanya petugas itu.
" Anu.. Pak, biasa urusan perempuan. istri saya ini mengira bahwa saya berselingkuh dengan mbak pegawai restoran ini, makanya istri saya ini mengamuk dan memukul kepala pegawai restoran ini hingga berdarah begini. " Ucap Jarwo memfitnah Farrah.
Selain fitnah kejam itu, dibilang sebagai istri oleh Jarwo terdengar sangat menjijikkan sekali bagi Farrah.
" Tidak pak, itu semua fitnah!. Saya bukan istrinya dan saya tidak pernah punya masalah sama mbak pegawai restoran ini, saya hanya pengunjung restoran yang kebetulan makan di restoran ini. " Jelas Farrah.
" Sudahlah sayang, tidak usah berbohong gitu, saya memang tidak ada hubungan apa-apa dengan pegawai restoran ini. " Ucap Jarwo mencoba untuk berakting.
" Huh.. Najisnya!. " Gumam Farrah dalam hati sambil menggenggam erat tinjunya.
Perkataan Jarwo itu tentu saja membuat Farrah semakin jijik, ia berusaha ingin mengatakan kebenarannya, namun tidak diberikan kesempatan oleh Jarwo.
Jarwo selalu memotong pembicaraan Farrah, setiap kali Farrah hendak menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
" Oalah, Ibu ini pasti korban sinetron nih, pasti sering nonton sinetron perselingkuhan ya Bu?, makanya trust issuenya terbawa sampai ke kehidupan nyata, hehe. " Canda bapak petugas keamanan itu sambil menunjuk ke arah Farrah.
...***...
Singkat cerita, setelah beberapa saat berbincang, Jarwo kembali berakting. Ia mengatakan bahwa dia bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan oleh Farrah pada gadis pegawai restoran itu.
" Saya jadi enggak enak nih sama mbak pegawai restoran ini, jangan khawatir ya mbak saya bertanggung jawab atas semua yang telah dilakukan istri saya kepada mbak. " Ujar Jarwo berakting.
Telalu muak dan geli mendengar perkataan Jarwo, Farrah hanya diam dan memikirkan bagaimana cara agar bisa lolos dari Jarwo.
Sementara pegawai restoran itu dalam kesakitannya, ia mencoba untuk menghubungi polisi dengan berpura-pura memesan pizza agar tidak diketahui oleh Jarwo.
Karena merasa itu urusan pribadi rumah tangga, petugas keamanan itu pun akhirnya kembali ke post.
Tak lama kemudian, terdengar suara sirene mobil polisi, hati gadis pegawai restoran itu sedikit lega. namun merasa sedikit janggal.
" Kok yang datang malah polisi lain bukannya polisi di bandara, " gumamnya dalam hati.
Sementara Jarwo terlihat cemas dan menarik paksa Farrah untuk pergi dari sana.
" Ayo, pergi jangan membangkang lagi, kalau tidak, kamu tahu sendiri akibatnya. " Ancam Jarwo.
" Ayah, ku kira ayah akan menjadi garda terdepan saat aku dalam bahaya, tapi aku salah, ternyata engkau lah bahayanya, ayah!. " Gumam Farrah dalam hati dengan mata berkaca-kaca.
Sirene mobil polisi itu terdengar semakin dekat, dan terlihat ada dua buah mobil polisi berhenti di depan mereka.
Beberapa polisi pun keluar dari mobil dengan pistol masing-masing, namun polisi-polisi itu tidak datang ke arah restoran, mereka berlari dan naik ke lantai dua bandara.
Dari lantai dua terlihat satu orang laki-laki melompat ke lantai satu dan berlari ke arah mini market bandara.
Saat Jarwo lengah, Farrah pun berlari ke arah kanan dan naik ke lantai dua. Merasa belum aman, Farrah pun berjalan mengikuti eskalator ke lantai bawah.
Setibanya di lantai bawah Farrah segera berlari, takut keberadaannya diketahui oleh Jarwo.
Merasa sedikit aman, Farrah pun berhenti dan istirahat di balik dinding bandara. Dengan napas terengah-engah Farrah meluruskan kakinya.
Baru saja bisa bernapas, tiba-tiba terasa seperti ada seseorang memegang pundaknya dari belakang.
...Bersambung........
Baru saja bisa bernapas, Tiba-tiba terasa seperti ada orang yang memegang pundaknya dari belakang.
Farrah sontak kaget dan menoleh, ternyata dua orang petugas kebersihan hendak membersihkan area tempatnya duduk itu.
Farrah akhirnya merasa sangat lega, ia menghela napas dan mengusap dadanya berkali-kali.
Farrah pun langsung berdiri, dan menyapa petugas kebersihan itu dengan ramah.
" Hai Bu, maaf ya tadi saya numpang duduk di sini. " Sapa Farrah seraya meminta maaf.
Petugas kebersihan itu tersenyum dan memberitahu Farrah, bahwa mereka ingin membersihkan lantai itu.
" Permisi ya mbak, kita mau membersihkan lantai ini dulu. " Ucap salah satu dari petugas kebersihan itu.
" Iya, Bu silahkan. " sahut Farrah sambil tersenyum.
Farrah kemudian, mencari tempat lain untuk bersembunyi.
Ia berjalan mengendap-endap penuh kewaspadaan, lorong demi lorong dia masuki untuk memastikan apakah tempat itu aman untuk bersembunyi.
Namun, sayangnya tidak ada tempat yang benar-benar aman untuknya bersembunyi. Beberapa kali ia diusir oleh petugas keamanan bandara karena dianggap menganggu.
...***...
Singkat cerita, setelah beberapa saat berjalan mencari tempat persembunyian, keberadaannya pun diketahui oleh Jarwo.
Saat sedang melintas di depan mini market bandara, Farrah tidak sengaja berpapasan dengan Jarwo yang kebetulan mengenakan masker saat itu.
Mendapati Farrah melintas di depannya, Jarwo dengan sigap menyambar dan menarik paksa tangan Farrah.
" Sudah ku bilang, kau tidak akan bisa lari dariku Farrah! " bisik Jarwo.
Farrah pun berteriak minta tolong pada orang-orang yang ada di sana.
" Pak tolong saya, tolong selamatkan saya dari orang ini. " Teriak Farrah, meminta tolong pada pria tua yang berjalan di depannya.
" Kenapa Nak? ada apa ini? " tanya pria tua itu dengan ekspresi wajah panik.
" Oh, ho ho, enggak usah didengar Pak. Perempuan kalau habis lahiran memang sering begini, moodnya sering enggak stabil, mungkin istri saya ini sedang baby blues kali ya. " Ujar Jarwo berakting sambil mengelus-elus kepala Farrah.
Farrah yang semakin enek dengan tindakan menjijikkan Jarwo itu, sontak menepis tangan Jarwo dari kepalanya.
" Bukan pak, dia bohong!. Saya bukan istri laki-laki ini, saya adalah anak dari orang yang berhu. " Ujar Farrah, mencoba menjelaskan yang sebenarnya, namun belum selesai Farrah bicara Jarwo langsung memotongnya.
" Aduh sayang, kurang apa lagi?, apa yang mas enggak berikan buat kamu. Duit enggak pernah kurang, jalan-jalan ke luar negeri hampir tiap bulan, apa lagi yang kau mau sayang?. Sudahlah jangan memperkeruh keadaan, ayo pulang kasian dedek di rumah sama mbak saja. " Ucap Jarwo dengan akting yang enggak kalah menjijikkan dari sebelumnya.
" Menjijikkan sekali!. Ya ampun..., aku harus bagaimana?. " Gumam Farrah dengan suara gemetar.
Farrah kemudian mengangkat tangan kanannya, dan memberikan kode SOS pada pria tua itu.
Namun pria tua itu tampak tidak mengerti, pria itu justru menyarankan pada Jarwo untuk selalu berada di samping istri dan mendukungnya saat istri baru melahirkan dan menyusui, karena di waktu-waktu seperti itu wanita sangat rentan stress.
" Sebaiknya, Bapak jangan terlalu mengabaikan istri, terlebih istri yang baru melahirkan dan menyusui. Kalau bisa Bapak harus membantunya dalam mengurus anak. Karena peran suami di waktu-waktu seperti itu, akan mengurangi kemungkinan stress pada wanita yang habis melahirkan dan menyusui. " Ujar pria tua itu.
" Baik Pak, terima kasih sarannya. " Balas Jarwo sambil tersenyum palsu.
Tak lama kemudian, pria tua itu pun melanjutkan perjalanannya.
Sementara Farrah, gadis malang itu kembali terjebak dalam penderitaannya. Ia sempat beberapa kali berteriak histeris meminta tolong pada orang-orang di sekitarnya, namun drama licik Jarwo selalu berhasil mengelabui orang-orang di sekitar mereka.
...***...
Singkat cerita, Jarwo pun memesan tiket pesawat untuk dirinya dan Farrah kembali Kota.
Karena merasa tidak ada pilihan lain lagi, Farrah pun akhirnya pasrah dan menurut saja. Namun dalam hatinya selalu berdoa, semoga ada keajaiban yang datang membebaskannya dari penderitaan itu.
Setelah memesan tiket secara online, tanpa menunggu lama Jarwo pun langsung menarik paksa Farrah untuk melakukan checkin ke counter.
Raut wajah tertekan Farrah, tertangkap oleh petugas checkin counter, saat petugas itu hendak melakukan pencocokan identitas mereka dengan yang di tiket pesawat.
" Dengan nona Farrah dan Bapak Jarwo ya, boleh saya lihat KTPnya. " Pinta petugas checkin counter itu.
Jarwo pun memberikan KTPnya pada petugas checkin counter itu, sementara Farrah tidak merespon sama sekali.
Farrah menatap mata petugas itu, seolah memberikan isyarat bahwa ia dalam bahaya dan butuh pertolongan.
" Apakah nona Farrah baik-baik saja?, boleh saya lihat KTPnya sebentar? " tanya petugas itu penuh curiga.
Namun Farrah tidak menjawab, Ia tahu drama licik Jarwo bisa saja mematahkan kebenaran.
Melihat Farrah tidak mengeluarkan KTPnya, Jarwo sontak mencengkram tangan Farrah, memberi isyarat agar Farrah menujukan KTPnya.
Kaget karena sakit tangannya dicengkram kencang oleh Jarwo, Farrah pun berteriak histeris meminta tolong.
" Akhhhhh....!, tolong saya mbak. Tolong selamatkan saya dari orang ini. " Teriak Farrah histeris.
Teriakan Farrah memenuhi ruang checkin itu, semua mata pun tertuju padanya.
Sementara di depan pintu masuk, tampak beberapa polisi sedang mengejar seseorang yang berlari ke ruangan counter checkin.
Seketika, perhatian semua orang beralih pada polisi yang sedang mengejar seseorang itu.
Saat Jarwo sedang lengah, Farrah pun melarikan diri ke arah samping kanan.
Namun keberadaannya tercium oleh Jarwo, Jarwo pun kembali menarik paksa Farrah untuk ikut dengannya.
Farrah menangis dan berteriak histeris, meminta tolong pada orang-orang di sekitarnya. Namun orang-orang di sekitarnya tampak tidak peduli.
Karena merasa terganggu dengan teriakan Farrah, Jarwo pun memukul wajah Farrah. Alih-alih diam, Farrah justru berteriak semakin kencang karena merasakan sakit pada wajahnya.
" Sudah ku bilang, nurut saja kalau tidak mau sengsara. " Bisik Jarwo sambil memegang mulut Farrah dan menarik rambutnya.
Kekejaman Jarwo itu pun, tidak sengaja dilihat oleh laki-laki yang sedang berlari di depan mereka.
Seketika laki-laki itu berhenti berlari, dan menyorotkan matanya ke arah Jarwo yang sedang melakukan tindakan kejam pada Farrah.
Jiwa laki-laki sejatinya terpanggil melihat kekejaman itu, dia tidak bisa membiarkan seorang perempuan dianiaya di depannya.
Ia pun segera menghampiri Farrah dan Jarwo. Tanpa berpikir panjang, laki-laki itu langsung menghajar Jarwo.
" Beraninya jangan sama perempuan!. " Ucap laki-laki itu sambil memukul Jarwo.
Farrah pun merasa lega dan bersyukur, karena akhirnya ada orang yang menolongnya tanpa diminta.
Merasa tidak terima dipukul, Jarwo pun menyerang laki-laki itu dengan penuh kemarahan.
Laki-laki itu membalas serangan Jarwo dengan brutal. Beberapa kali pukulan serius pun melayang ke badan dan wajah Jarwo tanpa ampun.
Tengah adu skill bela diri dengan Jarwo, tiba-tiba beberapa polisi muncul dari arah depan mereka, laki-laki itu pun menarik tangan Farrah dan membawanya lari meninggalkan tempat itu.
" Ayo cepat pergi dari sini!, " ajak laki-laki itu sambil menarik tangan Farrah.
Tanpa ragu, Farrah pun ikut berlari dengan laki-laki itu.
...***...
Singkat cerita, setelah beberapa saat kejar-kejaran dengan polisi. laki-laki itu akhirnya bisa bernapas lega.
Saat bersembunyi di dekat gerbang penerbangan domestik, laki-laki itu melihat polisi seperti kehilangan jejak dirinya. Beberapa polisi itupun masuk ke dalam mobil dan pergi.
" Huh, akhirnya. " Gumam laki-laki itu dalam hati.
Farrah yang dari tadi ketakutan, masih terdiam kaku di sudut dinding. Karena merasa situasi sudah aman, laki-laki itu akhirnya mengajak Farrah pergi dari bandara itu.
" Ayo kita pergi ke tempat yang lebih aman. " Ajak laki-laki itu sambil menarik lembut tangan Farrah yang sedang duduk tak berdaya.
Dalam perjalanan, laki-laki itu masih terbayang tangisan dan teriakan Farrah di bandara tadi, ia pun akhirnya menanyakan perihal kejadian itu pada Farrah.
" Dia tadi siapa? kenapa dia tega memukulmu di tempat umum seperti itu? " Tanya laki-laki itu dengan nada serius.
Belum sempat Farrah menjawab, beberapa orang polisi ternyata mengepung mereka dan menodongkan pistol.
polisi-polisi itu akhirnya memborgol laki-laki itu dan menyeretnya ke dalam mobil.
Sementara Farrah tidak bisa berbuat apa-apa atas apa yang menimpa laki-laki tu, rasa takut yang semula menipis, kini kembali bersarang di pikirannya.
Bayang-bayang Jarwo kembali memenuhi pikirannya.
Berbagai macam upaya Farrah lakukan untuk menghentikan polisi, bahkan dia mengatakan ingin ikut bersama laki-laki itu ke kantor polisi, namun upaya itu tidak berhasil.
sebelum meninggalkan tempat itu, laki-laki itu membuka kaca mobil dan menatap Farrah dengan sangat dalam, tatapan penuh arti itupun tertangkap oleh Farrah.
Mereka saling bertatapan dengan ekspresi wajah sedih, masing-masing mata seperti menjelaskan sesuatu yang tak terlisankan.
" Aku tidak tahu apa masalahmu, tapi aku yakin kau orang baik. Maafkan aku yang tidak bisa berbuat apa-apa untukmu. " Gumam Farrah dalam hati.
" Maafkan aku meninggalkanmu di saat engkau butuh pertolongan, aku berjanji akan kembali. " Gumam laki-laki itu dalam hati.
Tak lama kemudian, mobil polisi itupun berjalan meninggalkan tempat itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!