Malam itu, Eiser meneguk racun yang sama seperti racun yang istrinya minum untuk mengakhiri hidupnya. Baginya tidak ada alasan lagi untuknya hidup didunia ini, semuanya telah lenyap, tepat disaat istrinya telah meninggal membawa janin pertamanya.
'Apa begitu menyakitkan hidup dan tinggal bersama denganku?' tanya Eiser diambang kematiannya, dalam pandangan yang mulai memudar itu, Eiser melihat seorang wanita cantik menggendong bayi, disamping wanita itu pula ada seorang pria yang terlihat bahagia, mengusap pelan rambut wanita itu.
'Andai saja kita bisa seperti itu.. betapa beruntungnya aku hidup, aku sangat ingin menggendongnya, bayi kecil yang bisa saja mirip denganku atau mirip dengan dirimu, atau bisa saja mirip kita berdua, tapi.. kau tidak akan pernah mau kalau bayinya mirip denganku, jadi.. bayinya mirip denganmu saja.. aku tetap sayang dan mencintai bayi itu, namun kenyataannya kau tidak pernah menginginkannya.. maafkan aku, maafkan aku, Kalea.. semua ini terjadi karena aku.. kau nekad bunuh diri dengan meneguk racun ini.. Kalea Fransikar, sekali lagi.. maafkan aku.. aku akan menanggung rasa sakit yang sama seperti yang kau rasakan..' tamat.
"Heh! masa sih? cuman gara gara satu wanita, dia rela meneguk racun itu!" protes seorang gadis, dia terlihat kesal dan tidak puas.
"Padahal dia seorang Panglima perang yang disegani rakyat beserta bawahannya, mengapa dia harus mati karena cinta yang tak terbalas? Ah dasar payah!" gadis itu kembali protes.
Rasya namanya, gadis yang memiliki bakat menulis dan menghafal sesuatu dengan cepat. Dia berbaring sambil memeluk novel yang berjudul 'Ayo kita bercerai' dengan perasaan gelisah.
'Eiser.. Pemeran utama yang paling aku suka, andai saja aku wanita yang dicintainya, pasti aku menjadi wanita yang paling bahagia..' ucapnya di dalam hati.
Rasya kembali duduk dan menatap buku itu. 'Dan aku akan membuat Eiser hidup bahagia!'
Sringgsss.. cahaya terang bersinar dari buku itu, mata Rasya membulat ketika melihatnya, ditambah buku itu terbuka sendiri dan mulai menariknya masuk, seolah buku itu menjadi medan magnet yang sangat kuat tak terkalahkan.
Dalam sekejap, Rasya menghilang bersama buku itu. Cahaya yang bersinar terang tadi kembali redup dan menghilang. "Apa yang terjadi?" tanya Rasya, dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Disekitarnya tidak ada pijakan sama sekali. 'Aku terbang seperti di angkasa tapi disaat bersamaan, aku juga seperti mengapung di atas air.. ini luarbiasa..'
"Rasya.." suara memanggil namanya.
Rasya menoleh ke arah suara itu, namun tidak ada sesiapapun disana. "Siapa itu?" tanya Rasya, dia sedikit takut karena tubuhnya tidak bisa bergerak sama sekali.
"Syukurlah kau bisa mendengar suaraku.." ucapnya, berhenti sejenak kemudian kembali berkata. "Ini aku, Kalea.. Pemeran utama wanita yang telah mati.."
"Kalea..?" Rasya sedikit syok mendengarnya.
"Ya, Kalea.." jawabnya, meyakinkan Rasya sekali lagi, dia berjalan mendekati Rasya. "Jiwamu masih disini bersamaku, itu artinya kau belum sepenuhnya masuk ke dalam tubuhku.."
"Apa maksudmu?" tanya Rasya.
"Seperti yang kau tau.. aku meminum racun untuk mengakhiri hidupku, tubuhku harusnya tidak dapat lagi menahan racunnya, dan aku pastinya akan mati tak lama lagi.."
"Kau sudah mati Kalea, itu yang aku tau.." ucap Rasya dengan tegas. Dia mencoba menggerakkan tangannya, dan itu mulai menunjukkan hasil.
Kalea tersenyum melihatnya. "Itu benar.. aku harusnya mati dan ceritanya ini pun berakhir, tapi ada satu yang aku sesali.." ucapannya menggantung, langkahnya pun menjadi pelan.
"Apa lagi yang kau sesali? Mati meminum racun atau baru menyadari betapa tulusnya cinta Eiser padamu?" tanya Rasya dengan nada kesal.
"Itu.." Kalea terlihat ragu.
"Eiser sangat mencintaimu Kalea dan jika benar kau sudah tau akhir dari cerita ini, kau pasti juga tau.. Eiser akan mati karena meneguk racun yang sama!"
Mata Kalea membulat, dia kembali ingat kilas balik kehidupan sebelum kematiannya. Beberapa tahun yang lalu, Eiser Lee ialah Panglima perang dari negara musuh, dia berhasil menaklukkan Isyarh, dan itu ialah tempat dimana Kalea hidup bersama keluarganya.
Karena kejayaannya, Eiser diberi pilihan oleh rajanya yang mulia. "Eiser, aku ingin memberimu hadiah, tapi itu agak sulit karena kau tidak pernah meminta dan selalu menerima saja apa yang aku berikan, kali ini.. aku ingin kau sendiri yang memilih hadiahmu.." ucap Raja Sorya.
"Terima kasih atas kerendahan hatimu yang mulia, ini agak berlebihan, tapi baiklah.. aku akan memikirkan hadiah apa yang ku mau nanti, sebelum itu.. aku ingin berjalan jalan dulu sebentar, katanya Isyarh terkenal dengan bahan kain terbaik yang disukai bangsawan wanita, aku harus beli setidaknya beberapa kain untuk keluargaku.." ucapnya begitu serius.
Eiser akhirnya sampai di toko kain yang terkenal itu, melihat beberapa pakaian yang telah dijahit dengan kain itu juga. Saat pemilik toko itu menjelaskan, dia tampak serius dan mengangguk tanda mengerti, tapi yang sebenarnya terjadi, dia tidak mengerti sama sekali tentang kain itu.
"Ah kau ini! aku pikir kau sudah mengerti setelah aku menjelaskannya dari tadi, kau membuat liurku kering karena menjelaskannya berulang kali!" protes pemilik toko itu.
"Maafkan aku, aku pikir aku hanya perlu membelinya saja, aku tidak menyangka kalau kainnya itu akan dijelaskan secara rinci seperti ini.. apa aku tidak bisa membelinya tanpa harus mendengarkan penjelasan tentang kainnya dulu? aku sedang buru buru soalnya.."
Takk!! pemilik toko itu menepas tangannya ke dinding, dia begitu kokoh dengan pendiriannya, sebelum kain itu dibeli, pelanggannya harus tau tentang kainnya itu. "Kau tidak akan bisa membawa kain kain itu sebelum kau memahaminya!" tegasnya.
"Ba-baik!" jawab Eiser.
Hampir dua jam Eiser ditahan, dia begitu lesu dan tak berdaya, pemilik toko itu terus menjelaskan tentang kain yang akan Eiser bawa pulang itu. Tak lama dari itu, datang seorang wanita dengan seorang pelayan pribadinya.
Wanita itu terlihat cantik mempesona, dia berjalan anggun sambil tersenyum mesra. Eiser tak berkedip saat melihatnya, disaat yang sama juga ada getaran aneh dalam hatinya, seolah menggelitiknya terus menerus.
"Selamat datang Lady Fransikar, apa kau kemari untuk mencoba gaunmu?" tanya pemilik toko itu.
"Ya, tolong siapkan.. aku ingin mencobanya, sebelum itu.. aku ingin melihat desain baru yang kau buat itu."
"Baik, ayo ikuti aku." ucap pemilik toko, dia begitu semangat dan antusias.
"Tunggu, bagaimana dengan kainku? apa aku bisa membawanya sekarang?" tanya Eiser.
"Tidak, tunggu disitu.. aku akan segera kembali kesini."
Eiser kehabisan kata kata, mau tidak mau dia harus menunggu beberapa waktu lagi. 'Jika bukan karena keluargaku, aku tidak akan mau menunggunya!' ucap Eiser didalam hati, Eiser menghela nafas kemudian menoleh ke arah sebelahnya.
Saat itu, dia tak sengaja menangkap pandangan yang begitu indah dari wanita itu. 'Lady Fransikar..?' Eiser terus menatap wanita itu hingga akhirnya sadar saat mata itu menatapnya kembali.
"Ma-maafkan aku.." Eiser gugup dan salah tingkah.
"Apa melihat wanita lain dinegara musuh itu sangat menyenangkan bagimu? aku jadi penasaran dengan penilaianmu tentangnya, apa kau melihatnya sebagai objek hawa nafsumu?" tanyanya dingin.
Pertanyaan itu begitu dingin. Eiser tak menyangka dia akan diberi pertanyaan seperti itu oleh wanita yang baru saja ditemuinya.
"Maaf nona, apa aku terlihat begitu jahat dimatamu?" tanyanya.
Wanita itu menatapnya sinis.
"Apapun itu, musuh tetaplah musuh.. mau dia bersikap baik sekalipun.. semua itu tidak akan pernah tulus dimataku!" ucapnya sinis, kemudian dia berjalan maju, sayangnya dia tak sengaja menginjak potongan kain diatas lantai, wanita itu pun kehilangan keseimbangan badan dan nyaris jatuh di depan pria itu.
Sett! Eiser menahan tubuh itu agar tidak jatuh. Mata itu terlihat tenang dan nyaman. Tidak ada tanda tanda kebencian dari mata itu, Eiser tersenyum. 'Matanya tidak bisa berbohong, kata katanya memang tajam dan menusuk, tapi tatapannya.. Dia ragu dengan apa yang dilihatnya.. Dia tidak benar benar menganggap aku sebagai musuhnya..'
Degup Degup! Suara jantung yang berdegup..
'Ingat Kalea Fransikar, ingat! Dia panglima perang dari negara musuh. Kau tidak boleh menganggapnya baik dan tulus, mereka itu perampas! mereka merampas semua yang ada ditanah Isyarh! Dia musuh yang harus kau benci selamanya, harus!'
.
.
.
Bersambung!
Kalea segera menjauh dari Eiser, dia berjalan cepat ke arah pemilik toko itu dengan jantung yang berdegup kencang. Walau bagaimana pun juga, dia harus tetap ingat, pria dengan seragam dinasnya itu ialah musuh!
Beberapa menit kemudian.. Kalea sedang memakai gaun yang ingin dia coba sebelumnya.
"Ya ampun, cantiknya, sudah kuduga kain ini sangat cocok untuk kulit anda nona!" ucap pemilik toko itu
Ucapan pemilik toko itu membuat telinga Eiser berdiri, menguping dan juga mendengarkan segala apa yang mereka ucapkan dibalik tirai itu.
'Aku tidak menguping kok, suaranya kedengaran begitu saja di telingaku!' monolog Eiser.
Srakk! Tirai penghalang itu terbuka, pemilik toko itu sengaja mempamerkan gaun yang dia buat kepada pelanggan barunya. Kalea merasa syok dan tak bisa berkata apa apa, tepat didepannya, ada seorang pria dari negara musuh sedang memperhatikannya.
Deg! Jantung Eiser berdegup kencang, matanya terus tertuju pada wanita didepannya, cantik dan sangat mempesona. Gaun yang melilit ditubuh indahnya itu membuat perasaannya gemetar seolah ikutan melilit disana.
"Ya ampun, ini seperti.. aku sedang memperlihatkan pengantin wanita kepada pengantin prianya ya, haha!" pemilik toko tertawa lepas.
Kalea segera berbalik, meminta pemilik toko itu segera menutup tirainya lagi. Jantungnya tak kalah cepat, sama seperti degupan jantung Eiser. Bahkan detaknya lebih cepat dan tak karuan.
Hari pun semakin sore, Kalea selesai dengan urusan kain disana. Dia akhirnya pulang bersama pelayannya, sebelum ia keluar dari toko itu. Kalea sedikit mencuri pandangannya ke Eiser. Namun mata itu tertangkap begitu saja, Kalea malu dan semakin salah tingkah.
Eiser tersenyum melihatnya, hatinya terasa hangat saat melihat Kalea. Sudah lama dia tidak merasakan hangatnya perasaan itu lagi, kini di Isyarh, tempat yang telah ia taklukkan...
Hati yang telah lama dingin ini kembali hangat.
Eiser akhirnya memutuskan untuk mengatakan hal tersebut pada Raja Sorya. Tentu hal itu tidak begitu mengejutkan, baginya wanita juga bisa dijadikan hadiah bagi sesiapa saja yang berhasil menaklukan sesuatu yang besar!
Raja Sorya akhirnya mengumumkan pernikahan politik itu demi memperkuat aliansi antara Isyarh dengan negaranya. Dengan kesepakatan bersama, akhirnya keluarga Fransikar yang dipilih untuk pernikahan itu.
Ingatan itu memudar..
"Menikah dengan musuh? Itu sama saja aku memilih mati! aku tidak bisa, aku tidak akan pernah bisa menerimanya!" teriak Kalea, dunia itu terlihat kacau, ada getaran dan guncangan disana.
Rasya berhasil menggerakkan seluruh tubuhnya dan berdiri, dia berlari ke arah Kalea dan berkata dengan tegas. "Tapi sebenarnya.. Jauh dilubuk hatimu yang paling dalam, kau juga mencintainya, kan!"
"Apa?"
Dunia itu semakin tak karuan, bergetar dan terguncang begitu hebat. "Katakanlah Kalea.. Kau mencintainya juga kan? Eiser Lee.. Suamimu?"
"Cinta?" Kalea bingung.
"Ya, Kau mencintainya, Kalea. Kau mencintai Eiser!"
"Aku.. Hikss Hikss.. Iya aku juga mencintainya, aku mencintai Eiser, Hikss.. Tapi.. aku tidak bisa.. aku tidak bisa kembali lagi ke tubuhku! aku sudah mati.. aku terus memohon, aku hanya ingin kembali hidup dan menghentikannya, tapi aku sudah tidak bisa.. aku gagal menghentikannya! aku.. aku hanya tidak ingin dia mati seperti itu, setidaknya teruslah hidup dan juga berbahagia.." Kalea terus menangis.
"Apa karena itu jiwaku berada disini?"
"Ya, semua itu untuk menghentikannya, tepat dimana nanti kau berhasil masuk ke tubuhku, itu ialah hari pertama dan terakhir Eiser menemuiku, dia akan mati karena meneguk racunnya, aku mohon.. hentikan dia sebelum itu terjadi!"
"Apa semua ini terjadi karena keinginan kita sama?" tanya Rasya
"Ya, aku juga ingin membuatnya bahagia.."
Srringhsss, perlahan tubuh mereka sama sama mulai menghilang seperti serbuk cahaya yang berkilauan. Kalea akhirnya menemui ajal dan benar benar pergi dari kisahnya.
Rasya pula, akhirnya masuk ke dalam tubuh Kalea dan hidup sebagai istri Eiser Lee. Awalnya sangat sulit untuk menggerakkan tubuhnya, ditambah tenggorokan Kalea terasa sangat panas dan perih.
Syutt!! Kalea bangun dan duduk begitu saja. 'Eh?'
Matanya memperhatikan seluruh ruangan itu, kamar pribadi milik Kalea. Rapi dan sangat nyaman. Kalea turun dari ranjang yang besar itu, dia berjalan pelan ke arah cermin.
Kemudian dia terpegun saat melihat pantulan dirinya didepan cermin. Bahkan dia saja terpesona dengan kecantikan wanita didepannya itu. 'Cantiknya..'
Clekk! Pintu terbuka, disana ada pelayan yang datang membawa kain dan semangkuk air seperti biasanya, namun pelayan itu terkejut melihat nona tidak ada lagi diatas kasur, matanya liar mencari sosok nonanya itu, tepat di saat mata itu menangkap sosok yang dia cari, dia berteriak penuh semangat.
"Nona! Nona akhirnya bangun!" pelayan itu tampak senang dan bahagia.
"I-iya.. aku sudah bangun, eh?" 'suaraku hilang! Apa ini efek dari racun itu, ah tenggorokanku terasa kering dan sakit!'
"Nona!! Tolong berbaringlah! Saya akan membawakan lima ekor ayam panggang untukmu!" ucapnya penuh semangat, pelayan itu meletakkan kain dan mangkuk itu di atas meja kecil disana.
"Lima ekor ayam? ah aku ingat, Kalea sering bercanda ingin memakan lima ekor ayam panggang saat dia sedang sakit saat datang bulan.." ucapannya tidak keluar, suaranya hilang.
"Nona..?"
"Suaraku hilang.."
"Nona??"
"Apa aku diamkan saja ya dia?"
"Nona jadi pendiam! Tolong, ini pasti karena efek racun itu, aku akan segera memanggil dokter! Ini bukan nona yang aku kenal, nona akan berbicara denganku walau ada seribu juta pelayan yang ada, dia pasti.. hikkss hikss, dia pasti tetap berbicara denganku!" ucapnya menangis sedih.
"Tenanglah.. aku baik baik saja kok!" ucapnya tanpa suara.
"Syukurlah nona sudah bangun, Tuan Eiser sangat khawatir pada nona, bahkan dia terus menyalahkan dirinya sendiri sampai sekarang, padahal itukan bukan kesalahannya.. Nona juga, nona dihasut oleh sesuatu yang jahatkan untuk meminum racun itu? Iya kan?"
'Eiser?'
"Padahal nona sedang hamil saat itu.. tapi aku.. aku malah tidak tau sama sekali tentang itu, aku salah, aku tidak memperhatikan nona dengan baik, harusnya aku tau karena aku selalu berada disamping nona, tapi nyatanya aku bodoh dan tidak tau apa apa.. Hikss.."
"Jangan ikutan menyalahkan diri sendiri dong!"
"Nona.. Jangan lakukan itu lagi ya.." ucap pelayan itu sambil menggenggam tangan Kalea.
Kalea tersenyum, dia ingat, nama pelayan itu Fiona, pelayan yang setia dan rela ikut bersama dengannya ke negara musuh.
"Ya, aku tidak akan melakukannya lagi." jawabnya tanpa suara. Kalea mengangguk dan tersenyum agar Fiona mengerti.
Fiona sangat bersyukur, tanpa sadar dia memeluk Kalea seperti keluarga. "Syukurlah, keajaiban tuhan itu benar benar nyata!" ucapnya dengan air mata yang berjatuhan.
'Ya, ini sungguh keajaiban yang nyata.. tapi sekarang bukan saatnya menangis, ada nyawa yang harus ku selamatkan, aku harus segera menemuinya!'
"Aku ingin bertemu dengan Eiser.." ucapnya tanpa suara. Kalea termenung, dia merasa sedikit frustasi karena tidak bisa berkomunikasi dengan baik disaat penting begini.
Kalea bangun mencari sesuatu, kemudian dia menulis di atas kertas. 'Aku ingin bertemu dengan Eiser' Kalea menyerahkan tulisan itu pada Fiona.
"Eh? Serius ni? Maafkan aku ya nona, aku tidak peka, harusnya aku peka dan segera memberitahunya, tapi aku tidak berani melakukannya karena biasanya nona akan marah kalau aku menyampaikan sesuatu pada Tuan, tapi kali ini nona sendiri yang memintanya, ini benar benar keajaiban! Tunggu sebentar ya, aku akan kembali dengan Tuan!" ucap Fiona, kemudian berlari kecil dan meninggalkannya sendiri.
'Jadi sepi..' ucap Kalea setelah Fiona pergi.
.
.
.
Bersambung!
Hari pertama Kalea terbangun dari koma, kejadian itu membuat seluruh umat di mansion gempar, mereka seakan tak percaya akan kabar itu. Bahkan Kalea melakukan pemeriksaan berulang kali dengan dokter yang berbeda.
Beberapa pelayan yang seharusnya bekerja dibagian mereka masing masing, rela berganti gantian hanya untuk melihat sendiri keadaannya nona Kalea.
"Nona Kalea benar benar sudah bangun, syukurlah!"
Kalea hanya bisa tersenyum mendengar ucapan rasa syukur dari mereka, seharusnya Kalea yang asli tidak perlu meneguk racun untuk mengakhiri hidupnya, lihat betapa sayang dan cintanya mereka padanya. Semua itu terasa tulus, mereka bukanlah musuh yang harus Kalea benci sampai mati.
"Nona.. sebentar lagi jam makan siangmu, aku sudah mengatur tempat baru untuk nona.. sesuai permintaan nona yang dulu, sekarang nona Kalea dan tuan Eiser akan makan secara terpisah." ucap pelayan itu.
"Apa??" tanpa suara, tapi ekspresinya tidak bohong.
"I-iya? apa ada masalah lagi nona?" tanyanya dengan gugup. Dia ingin memperbaiki kesalahannya.
Kalea menuliskan sesuatu lalu menyerahkannya pada pelayan itu. 'Aku tidak ingin makan sendirian..'
"Tapi nona.. Tuan Eiser yang meminta kami untuk menyiapkan tempat baru itu.."
Sett! Kalea merasa kesal karena tidak bisa berbicara, dia mengepal tangannya dengan erat. 'Fiona belum kembali.. makan secara terpisah.. kalau begini, aku tidak akan pernah bisa bertemu dengan Eiser lagi!'
Kalea memandang lurus ke arah pintu. Baginya satu satunya cara untuknya bertemu dengan Eiser, hanya dengan usahanya sendiri.
'Namun perlu diingat, dalam novel itu tertulis sesuatu tentang peraturan disana, jika seorang istri ingin pergi menemui suaminya, dia harus mengirim pesan atau meminta pelayannya menyampaikannya dulu, hal itu ialah aturan yang telah lama diterapkan oleh dinegara tersebut.'
"Nona Kalea?" pelayan itu memanggilnya.
"Aku akan menemuinya.." tulis Kalea, dia berdiri dan bertekad untuk melanggar peraturan itu.
"Tapi peraturannya..?"
"Aku tinggal melupakan aturannya." tulis Kalea.
"Apa bisa begitu?"
"Jangan sesekali kau melakukannya, karena hanya aku yang mampu melakukannya.." tulis Kalea, dia berjalan dengan sedikit kecepatan di setiap langkah dikakinya.
"Nona.. Nona..!" pelayan itu terus memanggilnya.
Kalea terus melangkahkan kakinya keluar menuju mansion utama, tujuannya ruang kerja Eiser, bagian depan disisi kanan di mansion itu.
'Padahal ini pertama kalinya aku terbangun didunia ini, tapi langkahku begitu lincah dan teratur. Seolah aku sudah tau letak dan posisi di seluruh mansion ini.. Ini pasti karena ingatan dari Kalea yang asli, ingatannya masih melekat dan sangat membantuku!'
"Nonaa..! Tuan Eiser sedang bekerja, lagipun seorang istri tidak boleh mengunjungi suaminya tanpa pesan, anda bisa digosipkan sebagai istri haus kenikmatan!" ucap pelayan itu.
'Masa bodoh dengan gosipnya, ada nyawa yang harus aku selamatkan.. Waktuku tidak banyak, aku harus menemuinya, itu harus!' ucap Kalea dalam hati, dia terus melangkah dan melangkah, hingga akhirnya dia sampai didepan ruang kerja Eiser. Suaminya.
Tanpa basa basi Kalea membuka pintu itu. Clekk!!
Disisi lainnya, Kabar Kalea bangun membuatnya lega. Tidak ada alasan lagi Eiser menahan Kalea untuk tetap tinggal dan hidup bersama dengannya, Eiser tak ingin lagi melihat Kalea menderita.
Eiser menatap botol racun di tangannya. "Racun ini.." gumamnya, dia meletakkan botol itu di atas meja.
Tokk Tokk Tokk.. Suara ketukan pintu.
"Tuan Eiser, nona sudah siuman.." ucap kepala pelayan yang bernama Franco.
"Bukankah itu suatu keajaiban?" tanya Eiser.
"Anda hanya perlu bersyukur untuk itu.. Permisi tuan."
Eiser tersenyum, melemparkan pandangan ke luar jendela dan menatap ke arah mansion istrinya. 'Kalea sudah sadar, syukurlah..' ucapnya dalam hati.
Jauh dalam hati Eiser, dia ingin menemui istrinya. Dia ingin memeluk dan berada disamping istrinya. Tapi hal itu bukanlah sesuatu yang diinginkan oleh Kalea. 'Itu sesuatu yang malah menambah kebencian dalam hati Kalea, aku harus menahan diriku.'
Eiser kembali duduk dan menatap tumpukan kertas didepannya. 'Aku tidak boleh egois seperti dulu..' Eiser mulai fokus dengan pekerjaannya.
Waktu demi waktu pun berlalu, tiba saatnya untuk dia makan siang. Eiser terlihat malas untuk bergerak, hari ini hari pertamanya makan siang sendirian, tapi disaat yang sama dia merasa sedikit lega karena berhasil mengabulkan permintaan istrinya, yaitu makan dimeja yang terpisah.
Eiser pun kembali lupa dengan jam makan siangnya, namun rasa haus tak dapat diabaikan. Tangannya pun bergerak menggapai gelas di samping mejanya, tanpa melihat ke arah gelas. Namun saat tangan itu berhasil menggapai gelas itu, dia menghela nafas panjang.
Gelas itu ternyata sudah kosong.
Eiser terpaksa bangun dan ingin mengambil minuman itu sendirian. Disaat bersamaan itu juga, pintu utama pun terbuka. Clekk!! suara pintu terbuka.
Mata mereka pun bertemu. Degupan jantung Eiser menjadi cepat dan tak karuan, seolah melihat sesuatu yang seharusnya tak ia lihat. 'Aku harus menundukkan pandanganku secepatnya!' sett! Eiser menunduk cepat.
"Akhirnya ketemu juga!" ucap Kalea tanpa suara.
'Jangan melihatnya, jangan melihatnya.. itu hanya akan membuatnya benci, jangan melihatnya..!' Eiser terus mengingatkan dirinya sendiri.
Kalea merasa heran karena Eiser terus menundukkan wajahnya. Tanpa ragu, Kalea mendekatinya dan terus berusaha mencari pandangan Eiser padanya, mereka pun saling berpandangan. Kalea tersenyum melihat wajah tampan suaminya.
"Eiser.." panggilnya tanpa suara.
Namun gerakan bibir itu cukup jelas, membuat Eiser semakin tak karuan. Dia menutup wajahnya dengan tangan, pipinya memerah hingga ke telinganya. Dia tidak ingin salah paham dengan tingkah istrinya yang begitu berbeda.
"Suaraku.. Ini cukup menyebalkan!" ucapnya tanpa suara, kemudian dia menulis sesuatu dan memberinya pada Eiser. 'Ayo makan siang bersama..'
"Ini..?" Eiser terlihat bingung, kemudian mulai mengerti, 'Apa suaranya hilang karena efek racun yang dia teguk itu?' tanya Eiser, dia kembali takut mengingat istrinya tak sadarkan diri dengan darah yang mengalir dibibir indahnya.
"Makan, Makan, Makan.. " ucap Kalea tanpa suara.
Eiser menatap Kalea dengan tatapan heran, kemudian dia menatap para pelayan yang kelelahan mengejar Kalea. "Kalian yang disana!" Eiser menunjuk ke arah pelayan yang berdiri tak jauh dari mereka.
"Iya Tuan?" sahut mereka serentak.
"Apa kalian lupa dengan peraturan disini?" tanyanya.
Kalea merasa sedikit bersalah, dia mencoba untuk menghentikan Eiser. "Itu kesalahanku, mereka sudah mengingatkanku tentang peraturan.. tapi aku yang bersikeras datang menemuimu.." ucapnya tanpa suara.
"Apa kalian ingin dipecat karena membiarkannya? Ini bukanlah sesuatu yang harus dipermainkan, ini aturan yang telah lama diterapkan, kalian bisa dihukum jika hal ini dituntut olehku!" tegasnya.
"Ampuni kami Tuan! Kami bersalah!" pelayan itu segera tunduk dan bersujud.
"Tidak, ini bukan salah mereka!" Kalea terus membela mereka, mengisyaratkan mereka jangan bersujud.
"Dan kau!" Eiser menatap Kalea dengan tajam. "Jika kau ingin membuatku benci, kau tidak perlu repot hingga terpaksa melanggar peraturan seperti anak kecil ini, karena aku.. sudah membencimu." ucap Eiser dingin.
"Apa..?" Kalea kehilangan kata kata.
"Kau membunuh anakku dengan meminum racun itu, apa kau mengira aku tidak akan membencimu?" tanya Eiser, matanya menyala karena marah.
Kalea memegang perutnya dan sedikit mengerti apa yang Eiser maksud. 'Eiser sangat menginginkan anak yang Kalea asli kandung dulu..'
Eiser mengalihkan pandangannya dan berkata. "Jika tidak ada urusan lagi, silahkan kembali.. jangan lupa, kau masih istriku dan tanggungjawabku, lakukan apa yang mau kau lakukan, bahkan jika kau mau bercerai denganku, lakukan saja.." ucap Eiser lagi.
"Tidak.. aku tidak ingin bercerai.."
"Bawa dia kembali, tutup mulut kalian dan lupakan kejadian hari ini, peraturan ini harus diingat! Kalian mengerti?!" tegasnya.
"Kami mengerti, Tuan!"
Kalea menatapnya dengan tatapan heran. 'Eiser.. Kau marah hanya karena aku melanggar aturan yang kau sendiri tak suka? apa kau berubah pikiran karena jalan ceritanya masih berlanjut?'
.
.
.
Bersambung!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!