NovelToon NovelToon

Kolor Sakti

1

Suparman adalah seorang Pemuda berumur dua puluh tiga tahun, Suparman merupakan seorang pekerja serabutan di desanya, seperti saat ini dia sedang bekerja mencangkul sawah milik juragan Jarwo yang merupakan salah satu orang terkaya di desanya.

Di bawah terik matahari, Suparman dengan penuh semangat terus mengayunkan cangkulnya, dia sama sekali tidak memperdulikan peluh yang membanjiri tubuhnya.

" Man, istirahat dulu waktunya makan siang, itu kiriman makan siang kita sudah datang." teriak salah satu pria paruh baya yang merupakan teman kerja Suparman.

" Siap kang Ali." Balas Suparman yang langsung menyudahi kegiatan mencangkul sawah.

Setelah membersihkan kaki dan tangannya di parit kecil, Suparman langsung berjalan menuju ke saung dimana para teman kerjanya sudah berkumpul.

" Wahhhh mantap ini ada semur jengkol sama sambel terasi." ujar Suparman dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.

" Kamu benar Man, apalagi juragan Jarwo kali ini membawakan satu bungkus rokok dua tiga empat, tidak seperti biasanya yang hanya rokok tujuh enam." balas kang Ali sambil terus menyuapkan makanan dengan lahap ke mulutnya.

" Hehehehe.. mungkin karna ini hari terakhir kang, jadi juragan Jarwo ingin memberikan yang terbaik, karna besok kan kita sudah menjadi pengangguran lagi." balas Suparman sambil mulai mengambil nasi dan lauk pauk yang berada di atas rantang.

" Kalau sudah tidak ada kerjaan sama juragan Jarwo ya tinggal cari kerjaan lain Man? kan masih bisa berburu atau mencari kayu bakar dihutan, hasilnya juga lumayan kalau dapat banyak." Sahut kang Ali dengan santai.

Suparman hanya tersenyum mendengar perkataan dari kang Ali, dia dengan perlahan mulai makan dengan lahap nasi kiriman dari juragan Jarwo.

Setelah selesai menikmati makan siangnya, Suparman langsung mengambil sebatang rokok dan menyalakannya. Sambil menikmati sebatang rokok Suparman berpikir bagaimana agar dia bisa memperbaiki kehidupan.

Mungkin jika dirinya masih sendiri, semuanya akan baik-baik saja. Namun, dia yang sudah berumah tangga tentu tidak cukup hanya dengan mengandalkan bekerja serabutan seperti sekarang.

Suparman sudah beberapa kali mencoba untuk merantau, namun ternyata kehidupan di perantauan tidak seindah yang dia bayangkan sehingga Suparman memutuskan untuk kembali ke desanya.

" Sudah jangan terlalu dipikirkan, pasti besok ada saja rejeki yang datang, bukankah sudah biasa kita seperti ini. Saya sangat yakin besok pasti ada yang membutuhkan tenaga kita." ujar kang Ali yang duduk di samping Suparman.

Ali sebagai tetangga Suparman tentu tau betapa susahnya kehidupan yang dijalani Suparman selain kerjanya yang serabutan, istri Suparman juga termasuk istri yang tidak mau menerima keadaan Suparman dan selalu menuntut lebih dari apa yang Suparman dapatkan.

" Iya kang, saya hanya sedang merasa tidak enak badan saja, entah kenapa semenjak tadi pagi saya seperti merasakan firasat buruk." ujar Suparman dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.

" Kayak dukun saja kamu, Man? sudah ayok mulai kerja lagi, biar nanti selesai langsung gajian." ujar juragan Jarwo yang baru datang sambil memainkan kumis tebalnya.

" Siap juragan..!!" balas Suparman dan yang lainnya dengan kompak.

Dengan penuh semangat Suparman dan yang lainnya langsung kembali melanjutkan pekerjaan mereka mencangkul sawah milik juragan Jarwo, keringat yang membasahi seluruh tubuh tidak Suparman rasakan sama sekali, dia sudah membayangkan setelah selesai bekerja dan menerima gaji. dia akan membawa istrinya pergi ke pasar malam untuk berbelanja pakaian.

Tanpa terasa waktu berjalan cepat, saat waktu menunjukkan pukul setengah lima sore Suparman dan yang lainnya pun sudah menyelesaikan pekerjaan mereka, bertepatan dengan juragan Jarwo yang memanggil mereka untuk berkumpul.

" Man, ini gajimu selama dua Minggu. Jangan boros-boros besok kalau ada kerjaan saya hubungi kamu lagi." ucap juragan Jarwo sambil menyerahkan sebuah amplop kepada Suparman.

" Beres juragan..! Saya tunggu kabar dari juragan." balas Suparman sambil menerima amplop itu dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.

Setelah selesai menerima gaji dari juragan Jarwo, Suparman dan kang Ali serta beberapa pekerja lainnya langsung bergegas kembali menuju ke rumah mereka masing-masing.

Suparman berjalan menuju kerumahnya bersama kang Ali, karna memang rumah mereka yang hanya berjarak beberapa rumah saja.

Di sepanjang perjalanan menuju ke rumahnya, Suparman dan kang Ali terus mengobrol dengan santai, hingga saat mereka berada kurang lebih seratus meter dari rumah Suparman. Mereka dikejutkan dengan begitu banyaknya orang yang berada di halaman rumah Suparman dan disana juga ada sebuah mobil mewah yang terparkir didepan rumah Suparman.

" Kenapa rumah kamu begitu banyak orang Man, apa kamu mempunyai tamu penting dari kota." tanya kang Ali dengan wajah serius.

" Tidak tau kang? Saya duluan kang, siapa tau ada hal penting yang terjadi." balas Suparman yang langsung mempercepat langkahnya.

Begitu tiba halaman rumahnya Suparman dikejutkan dengan keadaan istrinya dan seorang pemuda tampan disampingnya dengan pakaian yang berantakan.

" Ada apa ini? Kenapa istri saya dan teman saya berantakan begini." tanya Suparman kepada para tetangganya, setelah dia menyadari pemuda di samping istrinya adalah teman sekolahnya dan istrinya saat SMA.

Suparman semakin kebingungan saat tidak ada seorangpun tetangganya yang berani berbicara dan menjelaskan apa yang terjadi dengan istrinya dan pemuda tampan yang ada disebelahnya.

" Mas Parman, aku ingin kita bercerai, aku sudah muak hidup miskin denganmu. Aku sudah memutuskan untuk kembali bersama dengan Robbi kekasihku sebelum kamu saat SMA." seru Linda sambil menatap tajam ke arah Suparman.

" Ohhhh..!" balas Suparman dengan santai.

Suparman mulai menyadari dengan apa yang terjadi setelah ia mendengar perkataan dari istrinya yang ingin meminta cerai kepadanya.

Suparman juga menyadari bahwa hal ini cepat atau lambat pasti akan terjadi, karna selama setahun lebih mereka menikah. kehidupan rumah tangganya memang tidak pernah harmonis.

" Kamu tidak marah Mas?" tanya Linda dengan wajah kebingungan.

Linda tidak menyangka kalau suaminya justru terlihat biasa saja ketika dia meminta untuk bercerai, tidak marah-marah seperti yang dia dan kekasih gelapnya bayangkan.

" Buat apa aku marah-marah, aku Suparman tidak selemah yang kalian bayangkan. Robbi Saputra selamat kamu sudah berhasil mendapatkan apa yang kamu inginkan. Tolong jaga Linda dengan baik dan semoga kamu bahagia bersamanya. Satu lagi kamu yang urus surat perceraian kami, karna aku tidak memiliki uang untuk mengurusnya." ujar Suparman dengan santai sambil mengulurkan tangannya ke arah pemuda tampan disamping istrinya.

" Aku tidak menyangka kamu masih tangguh seperti dulu, Man? tenang saja Linda pasti akan bahagia bersamaku dan masalah perceraian kalian aku sudah mengurusnya. Kamu tinggal tanda tangan saja." balas Robbi sambil mengeluarkan sebuah kertas dan pena dari sakunya.

" Baiklah, dimana aku harus tanda tangan." Balas Suparman dengan santai.

Para warga yang berada di halaman rumah Suparman, hanya bisa melongo melihat bagaimana santainya Suparman menandatangani surat perceraiannya.

Para warga tidak menyangka kalau Suparman sama sekali tidak marah dengan istrinya yang jelas-jelas sudah digrebek warga sedang berbuat mesum dengan lelaki lain dirumahnya.

" Sayang, ayo kita pergi dari sini. Kamu tidak pantas untuk hidup di rumah reyot seperti ini, aku akan membawamu ke istana megah milik keluarga Saputra." Ajak Robbi kepada Linda dengan senyum kemenangan.

Linda dengan kepala tertunduk berjalan mengikuti Robbi Saputra, entah mengapa didalam hatinya Linda merasa sedikit enggan meninggalkan Suparman, namun dia yang tidak ingin terus hidup susah bersama Suparman, akhirnya memilih untuk pergi bersama Robbi Saputra yang merupakan kekasih pertamanya disaat SMA.

Suparman hanya bisa tersenyum masam saat melihat mobil mewah milik Robbi Saputra pergi meninggalkan rumahnya dengan membawa istrinya, walaupun ada sedikit rasa kecewa dihatinya karna istrinya berkhianat tetapi Suparman memilih untuk tetap tegar.

" Man, kenapa kamu tidak hajar lelaki bajingan itu? Kalau aku tau kamu akan lembek begini lebih baik kami hajar lelaki sialan itu tanpa menunggu kamu kembali." ucap salah satu pria seumuran dengan Suparman yang bernama Sarmin.

" Tidak perlu mengotori tanganku dengan menghajar bajingan itu hanya untuk mempertahankan wanita yang tidak ingin bersamaku lagi, kamu tumben jam segini sudah pulang kerja, Min." Sahut Suparman dengan santai.

" Saya bangga kepadamu, Man? Kamu bisa menahan diri untuk tidak berbuat bodoh dengan menghajar pria itu. Karna menurut saya, istrimu memang tidak pantas untuk dipertahankan. siapa tau dengan kejadian ini akan membuka jalanmu untuk sukses dimasa depan. Bekerjalah yang giat agar kamu tidak direndahkan oleh wanita lagi." ucap kang Ali dengan bijak.

Setelah para tetangganya pergi Suparman langsung masuk kedalam rumahnya, setelah menaruh cangkul di tempat biasa, dia langsung menuju kamar mandi yang berada dibelakang rumahnya.

Selesai membersihkan tubuhnya dari keringat dan lumpur sawah, Suparman langsung masuk ke kamarnya, di dalam kamarnya Suparman mematung sejenak menatap ke arah ranjang dimana dia dan istrinya selama setahun lebih tidur bersama dan malam ini dia akan kembali tidur sendirian.

2

Suparman terbaring di ranjang, menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong. Nafasnya terdengar berat, panjang, penuh kesedihan. Pikirannya terus melayang pada hari ketika Linda, cinta pertamanya dari masa SMA, datang dan mengajaknya untuk menikah.

Suparman, yang tumbuh tanpa orangtua sejak lulus SMA, tanpa ragu dia mengiyakan pernikahan itu, walaupun dia tau saat itu Linda sudah hamil dua bulan dengan kekasih sebelumnya.

Suparman tetap menikahi Linda, dia bahkan bertekad untuk merawat bayi di kandungan Linda seperti anak kandungnya sendiri, namun sayang disaat usia pernikahan mereka baru berlangsung satu bulan, Linda mengalami keguguran dan semenjak keguguran itu sifat Linda perlahan mulai berubah kepadanya.

Saat tengah asik melamun tentang masa-masa suka dan duka yang dia alami bersama istrinya, tanpa sengaja mata Suparman melihat sebuah kotak kayu yang berada di atas lemari tua dikamarnya.

Suparman langsung teringat dengan pesan dari almarhum ayahnya tentang kotak kayu tersebut disaat terakhir sebelum ayahnya meninggal.

' Man, jika kamu sudah tidak sanggup hidup miskin seperti ayah dan kakekmu, maka bukanlah kotak kayu ini, jika kamu masih kuat untuk hidup miskin. Maka jangan sekalipun kamu membuka kotak kayu ini' gumam Suparman saat mengenang perkataan dari almarhum ayahnya.

Setelah berpikir sejenak dan memantapkan hatinya, Suparman langsung bangkit dari atas ranjang, lalu ia segera berjalan menuju ke lemari kayu tua itu, Suparman dengan hati-hati langsung mengambil kotak kayu itu.

' hufttt, sebenarnya apa isi di dalam kotak ini? Kenapa ayah mengatakan kalau aku hanya boleh membukanya ketika aku tidak sanggup lagi hidup miskin. Apakah isinya emas berlian atau mutiara yang sangat mahal.' ucap Suparman dalam hatinya sambil membersihkan kotak kayu di tangannya.

Suparman yang sudah lelah hidup miskin dengan hati berdebar mulai membuka kotak kayu tersebut, namun saat melihat isi didalam kotak kayu tersebut raut wajah Suparman langsung mengkerut.

" Kenapa didalamnya hanya ada kolor berwarna hitam, bukankah ayah mengatakan jika aku sudah lelah hidup miskin, aku baru boleh membuka kotak kayu ini, bagaimana aku bisa kaya jika isinya hanya kolor hitam." gerutu Suparman dengan wajah masam.

Walaupun Suparman menggerutu dia tetap mengambil kolor berwarna hitam dengan huruf S di bagian depannya, yang membuat Suparman semakin heran kolor hitam itu memiliki lubang dibagian depan yang memungkinkan cangkulnya untuk keluar.

Setelah mengamati kolor itu sejenak, Suparman lalu mengambil daun lontar bertuliskan huruf kuno yang berada didalam kotak kayu tersebut.

Dengan bantuan Google, Suparman dengan susah payah menerjemahkan tulisan kuno yang tertulis di atas daun lontar tersebut, setelah setengah jam Suparman akhirnya selesai menerjemahkan tulisan kuno yang ternyata berbunyi.

' Siapapun yang menggunakan kolor sakti ini, maka dia akan menjadi sakti mandraguna, tubuhnya akan kebal terhadap segala macam jenis senjata tajam, semua makhluk ghaib akan tunduk kepadanya dan segala yang dia pikirkan akan menjadi kenyataan. Jadi siapapun keturunanku yang mewarisi kolor sakti milikku, aku harap kalian menjadi bijaksana dan jangan menggunakannya untuk kejahatan. Kecuali untuk mendapatkan wanita cantik aku mengijinkannya karna dengan memiliki banyak wanita cantik hidup kita akan semakin berwarna. By Suparmin.'

" Apa mungkin kolor hitam ini memiliki kesaktian seperti yang ada di tulisan ini, jika benar kolor ini sesakti yang dikatakan dalam tulisan, berarti aku bisa menghilang jika mengenakan kolor ini." ujar Suparman dengan wajah penasaran.

Tanpa membuang waktu lagi, Suparman yang ingin membuktikan kesaktian kolor hitam warisan leluhurnya, segera melepaskan celananya dan langsung mengenakan kolor hitam bertuliskan huruf S di bagian depan.

" Hehehehe... Rasanya aku seperti tidak memakai kolor kalau begini, percuma memakai kolor kalau cangkul milikku bisa keluar lewat lubang yang ada di bagian depan kolor." gumam Suparman sambil tersenyum melihat ke bagian bawah tubuhnya.

Baru saja Suparman akan mencoba kesaktian kolor sakti peninggalan leluhurnya, tiba-tiba kepala Suparman terasa sangat pusing dan tak berselang lama dia langsung tak sadarkan diri.

Dan di dalam keadaan tidak sadar, Suparman didatangi oleh seorang pria tua yang ternyata adalah leluhurnya.

" Hahahahahaha.... Akhirnya ada juga keturunanku yang mau mewarisi kolor sakti milikku." ujar seorang pria tua sambil tertawa terbahak bahak melihat Suparman.

" Apa anda leluhur Suparmin? Dimana saya sekarang leluhur." tanya Suparman yang langsung mengenal siapa pria tua di hadapannya.

" Benar Parman, aku adalah Suparmin leluhurmu, aku datang untuk memberikan selamat karna mulai sekarang kehidupanmu akan berubah, dengan bantuan kolor sakti milikku, kamu akan menjadi pria kaya raya dan memiliki banyak wanita cantik." balas Suparmin dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.

" Leluhur, benarkah jika aku menggunakan kolor ini aku akan kebal terhadap segala senjata tajam, dan semua mahkluk ghaib akan tunduk kepadaku serta segala yang aku pikirkan akan menjadi kenyataan." tanya Suparman memastikan.

" Itu semua benar, Nak, tetapi untuk segala makhluk ghaib tunduk kepadamu itu tidak benar, aku sengaja menulis begitu agar terlihat jika kolor saktiku sangat hebat." balas Suparmin dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.

" Tetapi leluhur, akan tidak nyaman rasanya jika memakai kolor saat berhubungan dengan wanita, walaupun kolor hitam ini tidak menghalangi pergerakan cangkulku." protes Suparman.

" Hahahahaha.. kamu tenang saja cucuku, kolor itu sudah menyatu denganmu, walaupun kamu memakainya saat berhubungan dengan wanita, tetap tidak ada seorangpun wanita yang akan melihatnya. Cuma itu yang ingin aku sampaikan kepadamu untuk kegunaan lain dari kolor hitam saktiku, kamu akan mengetahuinya seiring berjalannya waktu." ucap Suparmin yang langsung berubah menjadi asap dan hilang dari pandangan Suparman.

Begitu leluhurnya menghilang, Suparman kembali tersadar dari pingsannya, Suparman langsung tersenyum lebar saat melihat ke bawah, dia tidak menyangka kalau kolor hitam itu memiliki kesaktian yang sangat besar.

Suparman yang masih belum percaya dengan perkataan dari leluhurnya, lalu membayangkan jika dirinya bisa melayang seperti Superman yang ada di film.

Dan alangkah terkejutnya Suparman saat dia merasakan tubuhnya secara perlahan mulai melayang di udara, begitu mencapai ketinggian satu meter di atas lantai Suparman kembali membayangkan turun dengan perlahan.

" Hahahahaha... Walaupun aku Suparman bukan Superman tetapi aku bisa terbang seperti Superman." ujar Suparman sambil tertawa terbahak bahak..

Saat Suparman sedang larut dalam kegembiraannya, tiba-tiba dia dikagetkan dengan suara keras dari arah pintu rumahnya.

Bruakkkkkkk.

" Astaga, Man! Jangan gila hanya karena diceraikan oleh istrimu. Masih banyak wanita lain di luar sana yang lebih cantik," seru Sarmin sambil langsung masuk ke kamar Suparman.

Sarmin yang berniat menghibur sahabatnya itu begitu terkejut saat tiba di halaman rumah Suparman. Dia mendengar suara Suparman yang tengah tertawa terbahak-bahak.

Khawatir sahabatnya menjadi gila karena diceraikan istrinya, Sarmin tanpa pikir panjang langsung mendobrak pintu masuk rumah Suparman.

" Apa sih kamu, Min? siapa yang gila karna di ceraikan, apa kamu tidak melihat jika aku sedang senang?" balas Suparman dengan wajah sewotnya.

" Man, kalau kamu tidak gila kenapa kamu tidak mengenakan celana ataupun kolor, itu burung emprit milikmu mau terbang. Kalau sampai terbang kamu kan repot." sahut Sarmin sambil tersenyum mengejek ke arah sahabatnya.

" Jangan berisik, keluar dan bikin kopi di dapur, aku mau ganti celana dulu. Kamu ini selalu mengganggu saja, Min!" gerutu Suparman sambil meraih kolor dan celana yang tergeletak di atas ranjang untuk memakainya.

Sambil berganti pakaian, Suparman tidak bisa menahan senyumnya saat mengingat perkataan Sarmin tentang kolornya. Dia kini yakin dengan perkataan dari leluhurnya bahwa tidak ada orang lain yang bisa melihat kolor saktinya itu selain dirinya sendiri.

Namun wajah Suparman seketika berubah masam, saat kembali mengingat perkataan Sarmin berikutnya yang mengatakan senjatanya hanya seukuran burung emprit.

' biarlah sekarang seukuran burung emprit, nanti saat aku ada waktu aku akan gunakan kekuatan kolor saktiku untuk merubah burung emprit milikku menjadi ular anaconda.' gumam Suparman.

Setelah selesai mengenakan kembali celananya, Suparman lalu mengambil amplop gajiannya selama bekerja di sawah juragan Jarwo.

' untung Linda minta cerai saat aku belum ngasih uang gajian ini, jika dia meminta cerai setelah aku memberikan uang ini, bisa-bisa aku puasa beberapa hari.' gumam Suparman sambil menghitung uang gajiannya selama dua Minggu yang sebanyak satu juta dua ratus.

Setelah mengambil dua lembar uang pecahan seratus ribu, Suparman langsung menyimpan amplop itu kedalam lemari dan segera keluar dari kamarnya untuk menemui Sarmin.

Suparman mengerutkan dahi, bingung melihat segelas air putih yang Sarmin letakkan di meja. "Loh, Min, tadi aku minta kamu bikin kopi, bukan?" tanya Suparman dengan raut wajah yang terlihat kecewa.

Sarmin menarik nafas panjang dan melengos dengan wajah penuh rasa masam. "Hufftt, memang di dapurmu ada apa? mantan istrimu itu benar-benar keterlaluan jangankan gula dan kopi, nasi putih saja tidak ada, Man!" keluhnya, suaranya sarat akan kekesalan.

" Kalau itu memang sudah aku duga, Min." Balas Suparman santai.

Suparman memang sudah sangat paham dengan sikap mantan istrinya, karna setiap hari dialah yang memasak dan mengerjakan semua pekerjaan rumah, dan kebetulan tadi pagi dia bangun kesiangan sehingga lupa untuk memasak nasi.

" Kalau kamu sudah tau tidak ada apa-apa di dapur kenapa kamu memintaku untuk membuat kopi?" tanya Sarmin dengan wajah kebingungan.

" Hehehehehehehe.. aku kira kamu bawa kopi sendiri dari rumah, Min?" balas Suparman dengan senyum manisnya.

3

Sarmin begitu kesal mendengar perkataan dari sahabatnya, namun Sarmin tidak mau mengungkapkan kekesalannya, karna dia tau sahabatnya sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.

" Sudah jangan ngambek begitu, nanti mukamu yang jelek bisa tambah jelek, lebih baik sekarang kita kewarung Mona saja? kita ngopi disana sekalian aku mau makan malam disana." ucap Suparman yang tidak tega melihat wajah kusut sahabatnya.

" Oke, Man. Tapi kamu yang bayar ya? Aku belum gajian sekarang kan tanggal tua." balas Sarmin dengan senyum manisnya.

Tanpa membuang waktu lagi, Suparman dan sarmin langsung berangkat menuju ke warung Mona dengan menggunakan motor butut milik Sarmin. Tidak butuh waktu lama bagi Sarmin dan Suparman untuk tiba di warung Mona.

" Mon, kopi hitam dua gelas, mie rebus dua mangkok, mienya dua dijadikan satu." ucap Suparman begitu dia dan Sarmin tiba di warung Mona.

" Siap mas Parman, tunggu sepuluh menit pesanan akan segera tersedia." balas Mona sambil tersenyum manis kepada Suparman.

" Parman, kenapa kamu tidak merayu Mona saja? Lumayan kan walaupun janda tetapi Mona masih muda dan montok." bisik Sarmin sambil melihat bemper Mona yang sedang memasak mie rebus.

" Buat kamu saja, Min, aku sekarang sedang fokus untuk merubah masa depanku terlebih dahulu, agar tidak ada lagi yang menghinaku karna aku miskin." Balas Suparman santai.

Walaupun Suparman juga mengakui kalau Mona lumayan cantik, apalagi usia mona masih dua puluh lima tahun, namun sekarang fokusnya bukanlah mencari wanita, dia ingin secepatnya menjadi kaya terlebih dahulu.

Parman sangat yakin jika dirinya sudah memiliki banyak uang, maka akan sangat mudah baginya untuk mendapatkan wanita cantik sebanyak apapun, apalagi dia sekarang memakai kolor sakti warisan leluhurnya yang memiliki kekuatan sangat hebat.

" Hufffftttt, kalau Mona mau sudah dari dulu aku melamarnya, sayangnya dia tidak mau denganku, Man?" ujar Sarmin sambil tersenyum masam sambil terus melirik ke arah mona.

Parman hanya bisa tersenyum tipis melihat antusiasme sahabatnya yang terpukau dengan keindahan bentuk bemper Mona yang bulat dan besar.

Dalam benaknya, iseng melintas bayangan memiliki kemampuan super, melihat tembus pandang seperti dalam film-film. Dari sudut matanya, Parman menangkap kilasan bercak panu di punggung Mona yang ada di punggung Mona, dengan cepat Parman langsung menutup kembali kemampuan mata tembus pandang miliknya.

" Mas Parman, Mas Sarmin, ini kopi dan mie rebusnya. Mau tambah air putih atau tidak?" tanya Mona sambil meletakkan pesanan di atas meja.

" Pakai dong, masa makan tidak dikasih air putih, nanti mas Sarmin keselek cinta Mona bagaimana?" balas Sarmin dengan senyum manisnya.

" Mas Sarmin ada-ada saja, masa keselek cinta kalau keselek mangkok saya baru percaya, soalnya mulut mas Sarmin kalau ngomong suka melebar kemana-mana." balas Mona sambil tersenyum penuh arti kepada Sarmin.

" Kalian berdua sebenarnya cocok, kenapa tidak menikah saja? Mona, kemana bapak-bapak yang biasa berkumpul disini, tumben sepi biasanya ramai merumus nomor togel disini." Sahut Suparman sambil mulai menikmati mie rebus dihadapannya.

" Mereka sedang ke pasar malam mas, katanya ada bandar besar yang gelar lapak capjieki di pasar malam." balas Mona sambil meletakan dua gelas air putih dihadapan Suparman dan sarmin.

Begitu mendengar perkataan dari Mona, Suparman baru teringat jika didesanya ada pasar malam, bahkan dia tadi sore sempat berpikir mengajak istrinya pergi ke pasar malam untuk membeli pakaian.

Suparman yang mendengar perkataan dari Mona jika ada bandar besar yang menggelar lapak capjieki di pasar malam, menjadi sedikit tertarik untuk menguji kekuatan kolor saktinya dalam berjudi capjieki.

Suparman berpikir jika kolor saktinya bisa dia gunakan untuk berjudi, maka tentu jalannya untuk menjadi kaya akan lebih mudah terwujud, tidak mau membuang waktu lagi Suparman langsung makan dengan sangat lahap, hingga hanya dalam beberapa menit saja semangkok mie rebus dihadapannya sudah habis tidak tersisa.

" Mona, rokok dua tiga empatnya satu bungkus?" pinta Suparman dengan santai.

" Ini mas rokoknya, tumbenan dua tiga empat, biasanya juga rokok tujuh enam." balas Mona sambil menyerahkan sebungkus rokok kepada Suparman.

" Lagi ingin menikmati hidup saja, Mon, mumpung hidup sendiri." sahut Parman dengan santai.

Bagi Parman sehabis makan tidak merokok seperti ada kenikmatan tersendiri yang hilang, setelah menerima sebungkus rokok dari Mona, Suparman langsung menyalakannya sebatang dan menghisap dengan santai.

" Man, bagaimana kalau kita kepasar malam? Aku penasaran dengan bandar besar yang Mona sebutkan tadi." ucap Sarmin sambil menyalakan sebatang rokok di tangannya.

" Katanya kamu tidak punya uang, Min, kenapa mengajak kepasar malam untuk melihat bandar capjieki." sahut Suparman dengan santai.

Suparman hanya bisa tersenyum melihat sahabatnya yang tidak bisa menjawab pertanyaannya, Suparman sangat tau kalau sahabatnya sangat pelit kalau mengeluarkan uang untuk makan. Namun, sahabatnya akan sangat royal jika sudah berurusan dengan perjudian.

" Mona, berapa semuanya, mie dua mangkok isi dobel, kopi hitam dua dan rokok dua tiga empatnya satu bungkus." ucap Parman setelah selesai menghabiskan segelas kopinya.

" Mie dua mangkok dua puluh ribu, kopi dua gelas enam ribu, rokok dua tiga empat harganya dua puluh empat ribu, jadi total semuanya lima puluh ribu, mas." balas Mona sambil tersenyum manis kepada Parman.

Setelah membayar semua makanan dan menerima kembalian, Suparman langsung mengajak Sarmin untuk pergi ke pasar malam.

" Ayo, Min? katanya kamu ingin pergi ke pasar malam untuk membuat bandar besar itu bangkrut." seru Suparman saat melihat sahabatnya yang sedang asik melamun sambil melihat bemper Mona.

" Hehehehe. Ganggu orang lagi lihat barang bagus saja kamu, Man?" gerutu Sarmin sambil bangkit dan berjalan menuju motornya.

Suparman baru saja menaiki motor, Sarmin langsung menggeber mesinnya. Pohon-pohon melambai cepat di pinggir jalan saat mereka menderu melewati. Desir angin seolah bersiul kecil di telinga. Butuh waktu nyaris setengah jam perjalanan dari ujung desa tempat kediaman mereka untuk tiba di lapangan desa yang berada di pinggir jalan besar.

" Ramai banget, Min?" Seru Suparman begitu mereka sudah memarkirkan motor.

" Pasti ramai kan ini malam Minggu, lagian anak sekolah juga sedang libur, apalagi ada bandar capjieki yang buka lapak pasti semakin ramai. Aku mau langsung ke tempat capjieki, kamu mau ikut atau mau berkeliling terlebih dahulu." sahut Sarmin dengan penuh semangat.

" Aku berkeliling saja dulu, nanti selesai berkeliling aku akan temui kamu di tempat bandar capjieki yang paling ramai." Balas Parman dengan santai.

" Iya sudah, jangan kelamaan nanti kamu harus menjadi asistenku, karna aku kali ini akan menang banyak dan tentunya butuh asisten untuk menata dan menghitung uangku nanti." seru Sarmin dengan penuh percaya diri sambil berjalan meninggalkan Suparman sendirian.

Suparman hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya yang begitu antusias saat akan berjudi. Setelah kepergian sahabatnya, Suparman langsung berjalan memasuki area pasar malam.

" Parman, kamu Suparman dari Desa Carbon, kan?" tanya seorang wanita cantik berwajah blasteran.

" Caroline, itu kamu ya?" seru Suparman, setelah memastikan bahwa wanita setengah bule itu adalah teman lamanya dari SMA.

" Huff, ternyata benar kamu, Parman! Kamu di sini sendirian? Aku dengar kabar kamu sudah menikah dengan Linda. Lalu, di mana Linda?" tanya Caroline sambil mendekati Suparman.

" Panjang ceritanya, kamu kenapa bisa nyasar kepasar malam seperti ini? Bukankah kamu biasanya dugem di diskotek?" sindir Parman dengan santainya.

Parman tidak menyangka kalau Caroline yang merupakan keturunan keluarga kaya bisa nyasar kepasar malam, Parman sangat tau kehidupan Caroline yang sering dugem sejak SMA, bahkan dia pernah diajak beberapa kali dugem bersama Caroline dan gengnya.

" Hehehehe.. aku tidak sengaja lewat sini karna penasaran dengan keramaian yang ada disini, jadi aku putuskan untuk mampir dan tidak taunya bisa bertemu kamu." sahut Caroline dengan senyum manisnya.

" Man, bawa aku berkeliling di sini, aku penasaran dengan seperti apa pasar malam, sekalian mengobrol sudah sangat lama kita tidak bertemu." lanjut Caroline dengan senyum manisnya.

" Baiklah, tapi jangan mengeluh jika tidak sesuai ekspektasi, karena yang ada di pasar malam tidak seperti di duniamu," balas Suparman dengan senyum manisnya.

Setelah Caroline mengangguk setuju, mereka berdua memasuki pasar malam, mereka berjalan mengelilingi pasar malam sambil sesekali mengenang masa-masa SMA mereka.

" Man, ayo aku traktir makan bakso? Aku lapar, belum sempat makan malam," tawar Caroline saat melihat gerobak bakso.

" Kamu yakin mau makan di sini?" tanya Parman dengan alis berkerut.

" Suparman, jangan kira karena aku orang kaya, aku tidak pernah makan di gerobak pinggir jalan. Aku sudah biasa makan bakso gerobakan, jadi tenang saja. Ayo, aku yang traktir," balas Caroline sambil menarik tangan Parman.

Suparman yang tak berdaya hanya bisa menuruti kemauan dari Caroline, Suparman begitu heran saat melihat Caroline makan bakso dengan sangat lahap, sama sekali tidak mencerminkan sikap seorang anak dari keluarga kaya raya.

" Kamu kenapa bercerai dengan Linda, Man? Bukankah saat kelas tiga kalian begitu mesra?" tanya Caroline disela-sela dia menikmati semangkok bakso.

" Biasa masalah ekonomi, aku tidak mampu mencukupi kebutuhannya. Jadi dia memilih pergi dengan pria yang bisa membuat dirinya menjadi ratu." balas Suparman dengan santai.

" Hufffftttt, apa sekarang kamu menyesal karna waktu sekolah kamu lebih suka tawuran daripada belajar, kamu sekarang mengerti kan kalau tidak ada wanita yang mau hidup susah." Seru Caroline sambil tersenyum penuh arti.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!