Utusan keluarga Genta datang.katanya,
"mereka mau membatalkan pernikahan ini!"
Deg!
Rasanya duniaku berputar seketika.Hari ini adalah hari pernikahan kami.penghulu,tamu, sampai kerabat jauh sudah berkumpul disini.
Bagaana bisa calon suamiku dan keluarganya membatalkan pernikahan sepihak? padahal,kami tidak ada masalah sebelum ini.
Bugh!
Tiba-tiba saja,ibuku oleng.dia bahkan sampai berpegang pada dinding,saking shock nya.
"Bu?!"
Segerah ku papah tubuh ringan itu untuk masuk ke dalam kamar,tapi,ibu menolak.
"Tidak usah,Risna. Ibu bail-baik saja!"
jantung ku mencolos mendengarnya.
seminggu sebelum acara pernikahan ibu sudah pontang panting menyiapakan semuanya karena merasa tidak bisa menyumbang banyak untuk acara pernikahan putrinya ini.
Tunggu....
Bicara Soal biaya pernikahan, pamanku dan istrinyalah yang membiaya semua keperluan pernikahan ini.Sebab,tanteku itu ingin kolega yang perna dikasih sumbangan,balas memberikan amplok yang banyak.
Katanya,klau masih menunggu anak-anak mereka masih duduk di bangku sekolah untuk menikah ,keburu banyak yang lupa.
Bagaimana ini?
Tante Ana bahkan sudah banyak mengundang banyak kenalan,kerabat bahkan keluarga jauh....
Lalu,harga dirinya juga setinggi langgit.
Brak!
Tiba-tiba saja,pintu di dobrak kasar.
Di depan pitu Tante Ana sudah menatapku marah."Risna,apa kau mempeainkanku?aku sudah kasih keluar uang ratusan juta dan calon pengamtinmu itu tidak datang?!"
ucapnya sambil menunjuk-nunjuk mukaku.
"Ka Ana,jangan salahkan Risna.Dia mana Tau klau calon pengantinya itu tidak datang?!"
ibuku coba membelaku.
Namun,tante Ana nampak semakin murka.
"Aku tak perduli
entah bagaimana caranya,pokonya hari ini Risna harus dapat laki-laki yang mau menikahinya!"
Astaghfirullah,ma....jangan berlebihan begitu !" paman datang mencoba menenangkan istri tercintanya itu,"tenangkan dirimu,tidak baik klau tensimu naik lagi"
Tidak bisa,pa.keponakanmu ini harus bertanggung jawab!"
Terlalu shock untuk breaksi,air mataku bahkan sampai tak tumpah sama sekali.
Kepalaku berdengung kecang,hingga akhirnya aku memutuskan sesuatu.
"Baik,tante.berikan aku sedikit waktu,Aku akan mencari seseorang untuk menikahiku hari ini."
Ucapanku itu membuat ibu dan pamanku melongo kearah ku."Jangan sembarang, Risna!"
Tidak meperdulikan ucapan mereka,aku tetap pada penderianku.
kubawah ponselku menuju taman belakang.
Sayangnya,tak ada satupun nama yang terlintas di kepalaku.
Jangankan teman laki-laki,teman perempuanku saja hanya satu orang.Dia pun tidak datang karna neneknya sakit keras.
memijat kepala yang pening di taman belakang rumah,aku mulai menyesali sedikit ucapanku asalku tadi.
tapi,apa lagi yang bisa aku lakukan?
Sungguh, aku tak sanggup melihat ibuku menderita.
"Ada apa,nona Risna?kenapa acara pernikahanmu juga belum dimulai?"
Degg!
mendengar suara barinton itu aku terkesiap.
Mengingat aku menamparnya saat terakhir kali bertemu karna kesal dengan sikap pengangunya.
Diriku menghelas nafas panjang.hendak mengusirnya.
Hanya saja,sebuah ide gila muncul di kepalaku.
"Zal..." Suaraku penuh keraguan."Maafkan aku,apakah bisa membantuku?"
Pria itu menaikan alisnya Membuatku semakin gugup.
Kutarik nafas panjang.
"Menikah denganku,"pintahku,penuh harapan
Ya...
"Setidaknya Aku bisa menyelesaikan pernikahan ini secara formalitas,kan?"
"Apakah dia pria baik-baik?"
Ibuku cemas kala melihat rizal dengan penampilan yang 180 derajat berbeda dari mas genta.
Mantan calon suamiku itu memang pria berpendidikan dan dia seorang dosen di universitas ternama di kota ini.
Sementara pria yang akan mengantinya kali ini hanyalah pria yang bahkan tidak tau sendiri persisnya bagaimana.
Tapi,dalam situasi begini,apakah aku masih bisa memilih pria lain?
sunguh aku sudah sangat beruntung zal menerima pernikahan ini.
setelahnya,kuharap kami bisa hidup masing-masing.
"Semoga saja,Bu" jawabku lelah,menyembunyikan kenyataan yang tolak belakang tentang Rizal.
Saat kemudian ibu mendekat dan memeluku erat. mungkin dia sadar saat ini aku sedang hancur dan down." ibu hanya bisa berdoa agar Allah selalu melindungimu,Nak sabar ya...?"
Elusan di pundak itu membuatku membuatku lemah dan hancur.Aku lalu rebahan di pundaknya dan menangis hingga tegugu disana.teringat betapa selama ini hidupku dipenuhi masalah yang bertubi-tubi.bahkan aku tidak tau hal apa lagi yang aku hadapi setelah ini.
Hanya saja,kulihat paman tiba-tiba masuk dan menutup pintu kamar sebelum sempat kami keluar,tatapan matanya tampak serius padaku "Risna!"
Jadi,pria yang kau nikahi adalah Rizal supir itu?!" Tanya tampak tak percaya.
Mengudang rasa penasaran ibuku ada apa dengan pria yang akan ku nikahi itu?
"Kenapa,mas?" tanya ibuku rasa ingin tau
"Bagaimana kau memilih mengantikan Genta? sangat tidak sepadan sekali,Risna? Genta dosen terhormat dan anak pengusaha." paman riko tidak terima akan kenyataan itu.Rizal hanya supir truk,enjel.Bahkan kudengar itu pun bukan pekerjaan tetapnya."Risna kau bisa sangat menderita dengannya. pikirkan sekali lagi'", paman mencoba mempengaruhi keputusanku.
Aku hanya bisa menunduk.paman sedikit tahu tentang pria itu.Beberapa kali Rizal pernah megantar barang ke tokonya.
"Mas,asal dia baik aku ikhlas putriku.Tidak perduli itu supir truk,"sela ibuku.
Wanita yang ku sayangi itu memang tidak gila harta.Jadi,bagaimana tentu tidak mempermasalahkan soal itu.
"Pria,itu urakan.aku tidak melihat hal baik darinya,Enjel.Kasihan Risna yang baik ini jika harus menikah dengannya."
Ibuku tampak panik.
Tentu saja dia akan tidak setuju klau paman saja keberatan.
Segera saja ,aku berbicara,"sudah,bu,paman!semua sudah Risna putuskan. Rizal juga sudah datang dan pernikahan akan segerah dilangsungkan.Apa paman dan ibu tidak lihat kemarahan tante ana tadi?"
Aku mengingatkan mereka tidak membuatku lagi berubah pikiran.
"Mana bisa begitu ,Nak.Ini tentang hidupmu ayo selagi masih ada waktu,kita pergi saja!"
Ibu bangkit dan menyeret lenganku.
Namun,tante ana sudah bercakar pingang di depan pintu kamar."Mau buat perkara apa lagi,hah?!"Teriaknya.
"Aku tidak perduli Risna menikahi supir truk atau kuli bangunan sekalipun.Asal dia menikah saja dan jangan buat aku malu!"
Tante Ana menyeret lenganku keluar dengan ngedumel.
Masih sempat kulihat ibu dan paman yang menatapku sangat sedih,tapi tidak bisa berbuat apa-apa di depan tante Ana.
Dan sesuai dengan ucapan wanita itu,pernikahan dilaksanakan.
***
"Jangan berlama-lama di rumahku,Nanti ketiban sial karena bau miskin kalian!''
Degg!
Begitu acara selesai dan tamu pulang,Tante Ana melemparkan barang-barangku kelantai.
Wanita itu sungguh tidak bisa di megerti.
Bukanya tadi dia yang memintaku untuk sembarang orang untuk menikah denganku?
Sekarang pernikahan sudah terjadi,Masih juga aku yang disalahkan.
"Santai,Nyonya.aku akan membawa pergi istriku."
Suara rizal terdengar dari balik punggungku.
Entah sejak kapan pria itu berada disana?
Jangan-jangan dia juga,mendengar cacian dari tante Ana?
Jujur,kuharap Rizal tidak shock bagaimana mengentahui tajamnya lidah wanita itu klau sedang marah-marah.
Namun,pria itu ternyata tampak tenang.
Bahkan,tanpa basa-basi,Rizal megajaku pergi dari sana dengan mobil bak miliknya.
"Rizal,aku ingin membicarakan sesuatu,"
Ucapku,sedikit ragu.
"Boleh,tapi aku masih menyitir.Nanti bicarakan di rah saja,ya?"Tukas pria itu meliriku sebentar lalu kembali fokus menyitir.
Akupun menahan diri dan bersabar.
Tadinya aku tidak inggin menunda menyampaikan alasan mengapa aku memintahnya menjadi penganti calon suamiku.
Tapi,dia benar.
Lelah raga dan batin setelah melewati ketegangan ini,Membuatku merasa sungguh kelelahan,Hingga tanpa sadar tertidur saat perjalan itu.
Entah berapa lama,aku tak tau.
Yang jelas,saat aku membuka mata,Aku dapat melihat wajah Rizal di depanku.!
Bahkan,aku bisa merasakan hembusan nafas yang hangat.
" Mau apa kau?!" paniku berjingat dan mendorong itu.
"Astaga!" bisa-bisanya kau menendang suamimu?!"
Kulihat Rizal duduk di lantai karna ulahku.Aku jadi tak enak tap,tadi itu gerakan refleks untuk melindungi diri
"Tentu saja aku menendangmu,apakah yang kau lakukan?!"tukasku masih engan merasa bersalah malah melototi pria yang kini jalan mendekatiku.
"Dengar,nona Risna! tidak mungkin aku membiarkan mu tidur di mobil sepanjang malam, 'kan? makanya aku mengendongmu kedalam kamar.Apakah kau lupa bahwa aku ini suamimu sekarang?"gerugutku sebal sembari mencekal dagu ku tepat di kedua matanya.
Aku sudah berpikir pria ini langsung memaksa mendapatkan haknya saja lantaran sok menjadi suami.
" Baik.maafkan aku.Tapi jangan lakukan hal ini padaku kita harus bicara dulu." ucapku penub kecemasan.
Untunya Rizal melihat kasihan. Di melepaskanku lalu berjingkat lalu pergi keluar kamar begitu saja.
Yang kulihat pria itu
Baru saja aku bernafas lega,tapi pria penganti calon suamiku itu sudah masuk lagi ke kamar.
"Aku lapar,kamu mau makan apa biar aku pesankan sekalian?" tanyanya.
"Tidak perlu.aku tidak lapar.aku hanya lelah dan butuh beristirahat," jawabku menolak tawaranya.
meskipun perutku dari tadi belum terisi,tapi aku benar-benar tidak nafsu makan.
aku harap dia memahami diriku dan bisa meninggalkanku.
Namun,Rizal menatapku dengan cukup lama." sebaiknya kau ganti bajumu,aku tunggu di depan.Temani aku makan!"ucapnya seolah tidak mau di tolak.
setelahnya,dia pergi.
Aku menghela nafas.
Ya sudalah.
Nangisnya bisa nanti saja.aku memangharus membicarakan banyak hal denganya.
Hanya saja,aku baru menyadari sesuatu saat bangkit dan menemukan pintu kamar mandi di kamar Rizal.
Ini,bukanlah rumah sederhana.
Kamar mandi Rizal luas dan mewah.Apakah ini memang rumahnya?
Bukanlah dia hanya supir truk yang tidak begitu jelas kerjanya?
Sayangnya,aku tidak tau kemana pria ini membawaku.Aku sedang tertidur saat Rizal mengendongku ke kamar ini tadi.
meskipun heran,aku tisak ada niat untuk berlama-lama di kamar mandi.
Jadi,aku segerah membersikan diriku.
Hanya saja,aku tak bisa menemukan tas yang ku bawah dari rumah.
panik,kugunakan bathrobe yang kebetulan mengantung di lemari, lalu menyusul Rizal yang sedang sibuk menyusun menata makanan yang dipesannya.
"Rizal, dimana tasku?" sembari melongo kepala dari pintu kamar.
Jujur,aku tidak berniat keluar kamar dengan pakaian seperti ini.
"Tas?". tanya balik Rizal sambil Mulutnya mencomot sepotong pitzza." apa kau memasukan sesuatu sebelum kita pergi tadi?"
"Iya,aku letakan di bak mobil," Jelasku.
"Ya,sudah besok saja di ambil.Keluarlah,kita makan dulu!" titahnya.
"Klau begitu aku ambil sendiri saja tasku!"
ujarku sedikit kesal karena Rizal sepertinya tidak mau kesusahan mengambil tasku.
"Sudah malam juga,mau ambil apa sih?kau juga sudah pake bathrobe,'kan?!"
Karena lihatku bergeming,pria itu malah dengan santai mengatakan," klau tidak mau pake bathrobe tel*njang saja.lebih asik,Bukankah ini malam pertama kita?"
Hah?
Malam pertama?
Aku mengelengkan kepala cepat.
Lebih baik,aku mengambil barangku meskipun dalam balutan bathrobe ini dibanding harus berada dalam bahaya nanti malam
Toh,mobilnya pasti ada di halaman dan tak jauh dari pintu keluar.
Hanya saja,aku tak menemukaannya....
"Itu pintunya" seolah tau dengan kebingunganku,Rizal menunjukan kearah kanan.
Segerah,aku keluar.
Namun,mataku membelalak saat tau bahwa tempat tinggal Rizal bukanlah di sebuah perumahan.....tapi apartemen?
Entah di lantai berapa,Tapi aku tidak mungkin turun dengan pakaian begini!
"Rizal,kita di apartemen?" tanyaku saat kembali padanya.
"Hu-um," Jawabnya santai.
"Apartemen siapa ini?"
Apartemen kulah !" jawabnya lagi.
"K-kau tinggal disini?"
Alis mata Rizal naik sebelah."Memangnya ada yang aneh?"
"Aku pikir kau hanyalah sopir truk,Bagaimana bisa kau tinggal di apartemen?"
Mendengar ucapanku,Rizal meneguk minuman dan mengusap mulutnya dengan tisu."ini apartemen temanku.dia sudah mati dan aku hanya menempatinya."jawabannya tanpa beban dan bangkit berlalu melewatiku keluar.
Tunggu....tadi,dia blang tempat ini miliknya.
Sekarang,dia blang milik temannya.
Kepalaku seketika pening,"Astaga,aku memang tidak mengenal Rizal'!
Yang ku tahu dia hanyala pemudah yang sering makal di jalan di kampus bersama pria- pria urakan lainnya.Dia juga sering mengodaku dan menerorku dengan pesan-pesan cintanya di tengah malam.
******
Wanita Yang Kasihan
"Ini tasmu?" ucap Rizal menyadarkanku dari lamuan sembari menyodorkan tasku.
Pria itu ternyata mau juga mengambilnya.
"Trima kasih Rizal" tukasku.
Mungkin tadi dia masih makan dan harus menelesaikannya dulu.Akulah yang kurang sabar!
Hanya saja Saat Hendak aku mengambil tas itu dari tanggan Rizal, pria itu malah menahan tangganku.
Bugg!
Tubuhku menubruk di dada bidangnya.
Aku mendongkakan pandanganku
memandangnya yang begitu dekat sekali di wajahku.
Namun,bibir Rizal mendarat begitu saja di bibirku.Dia bahkan melumatnya tanpa membiarkan aku protes.
"Eeehmmm..."
Kucoba untuk mendorong dadanya sekuat tenaga namun aku tetap tidak bisa bergerak.
"Rizal,lepaskan Aku" panikku.
Tanpa sadar,setitik air mata lolos di pipiku.
Anehnya,kulihat tatapan gelap Rizal memudar dan dia mengedurkan depakannya.
"Makanlah dulu,aku sudah peaankan makanan untukmu.klau kau menolak aku akan menciummu lagi seperti tadi!"tukasnya dan mengambil tasku dan membawanya berlalu kekamar yang ku tempati tadi.
Aku hanya berdiri terpaku beberapa saat.
Benar-benar belum bisa memahami pria itu.
mengapa sikapnya terkesan acuh, tetapi ada perhatian di baliknya!
"Jadi kau lebih memilih aku mencium?"
Suara Rizal kembali mengejutkanku.
cepat sekali pria ini keluar lagi dari kamar!
"Oh, Aku - aku akan makan," ujarku gegas ke meja makan dan mengambil sepotong pizza di sana demi menghindari pria itu mencium ku lagi.
Untungnya,Rizal tidak mengusiku lagi.
Jujur,aku sedikit lega.
Seadainya Rizal memang pria yang seperti duggaan ku sebelumnya,tentu dia tidak akan membiarakan semaunya.apalagi akulah yang meminta pernikahan ini.
Meski demikian,aku memilih megunci pintu kamar.
Drtt!
ponselku tiba-tiba bekedip. aku menatap nanar benda pipih itu dan tidak ku pungkiri masih berharap ada pesan masuk dari pria itu.atau setidaknya sebuah penjelasan kenapa dia tidak datang.
Ku usap layar ponsel,namun.aku justru menemukan puluhan chat tak segajah terbaca dari grup temn kampusku.
[Kasian bangat nasip si Risna.berharap jadi cindirela,malah nikahnya sama pria tidak jelas!]
[Itu pelajaran bagi ciwi-ciwi,karna cuma mau ubah nasip tidak tau diri pengen ngebet menikah dengan dosen kaya raya. ditinggal,'kan dia!?]
[kira-kira kemana pak genta? kenapa tidak datang?]
[Keluarganya malulah punya menantu miskin.asal tau aja,aku dengar orang tua pak Genta sempat menentang pernikahan itu]
Dan sederet pesan yang justru menambah rasa sakit berdarah-darah ini seperti disiram partalite lalu di bakar hidup-hidup.
Membuatku tak bisa menahan diri untuk menangis.
Dosa apa yang aku lakukan hingga tuhan menghukumku seperti ini?
"Mas,apa salahku?"isakanku mengingat -ingat apa aku pernah berbuat salah atau menyingung mas Genta,Hingga dia sekejam itu meninggalkanku.
Bahkan,aku masih ingat terakhir kali telphonan dua sebelumnya,pria itu sempat menanyakan apakah aku sudah siap menjadi istrinya?
Tidak ada sesuatu yang menjadi pertanda buruk bahwa pria itu akan membatalkan pernikahan dan lenyap tanpa bisa di hubungi.
Lama menangis mengeluarkan rasa pedih da kecewa dalam dada entah sampai jam berapa.
Yang jelas,aku baru terbagun ketika jam digital di atas nakas samping tempat tidur menunjukan angka 11:35.
"Astaghfirullah!" tukasku segerah berjingat menujuh kamar mandi
aku bahkan tidak mendengar saat Rizal mengetuk pintu kamarku. hingga aku keluar kamar mandi hanya mengunakan handuk yang kulilit di dadaku
Yang kulihat pria itu sudah berdiri di kamar menatapku dengan sedikit rasa lega.Namun karena,keterkejutaan ku aku malah memarahinya.
"Bagaimana kau bisa masuk?bukan kah aku sudah menguncinya?" omelku pada Rizal.
"aku sudah membangunkanmu sejak tadi pagi,tapi kau sama sekali tidak menyaut.aku buka saja pintu pakai kunci cadangan.kupikir kau mencoba bunuh diri di kamar.jadi ribet 'kan urusannya nanti?"
Dengan entengnya,Rizal mengira aku melakukan hal gila itu.
Apa dia pikir aku senaif itu hingga harus bunuh diri?
Klau aku memang punya niat bunuh diri, untuk apa aku harus menunggu dirinya menjadi pengantin penganti calon suamiku dulu?
sudahlah langsung saja saat mendengar mas Genta membatalkan pernikahan.
"Aku bukan wanita bodoh yang melakukan hal itu,Rizal.Jadi keluarlah dari kamar!"
Aku mendorong tubuh pria itu agar keluar dari kamar.
"Dengar dulu,temanku yang aku ceritakan itu,juga bunuh diri di kamar ini karena pacarnya berselingkuh.Bisa jadi dia merasuki dan mendorong untuk bunuh diri juga!" ucap Rizal sembari menahan tubuhnya agar aku tidak berhasil mendorongnya.
"Rizal,please keluar!"tukasku sebal dan tidak akan mampan dengan ucapan konyol itu.Dia kira aku anak kecil yang percaya dengan semua cerita itu?
" Asal kau tau saja,dia gentayangan sampai sekarang
Karna mau balas dendam dengan pacar dan selingkuhannya itu ,Risna" suara pria urakan ini dibuat terkesan horor.
Aku menatapnya malas.
Hari pernikahanku jelas lebih horor
Jadi,Aku tidak akan takut dengan cerita konyol itu.
"Tolong keluarlah" pintaku sekali lagi pada pria itu.
"Baiklah.jangan lama-lama.setelah ini kita keluar,aku sudah sangat lapar!" ujarnya kemudian tidak lagi menggangguku.
Saat ku tatap bayanganku di cermin,Rizal pasti melihat wajah sembab ini.Karena dia tampak kasian tadi.
Aku malah tidak jadi berganti baju.Duduk kembali dan tercenung beberapa saat namun tidak tau apa yang sedang ku pikirkan.Hanya kehampaan hati yang kembali ku rasakan.
Tiba-tiba sekelebat bayangan entah hanya tirai yang tertiup angin atau apa tadi yang tertangkap sekilas namun dengan cepat menghilang.
Suasana kamar yang nampak biasa herannya kini membuatku bergidik bahkan cerita Rizal yang tadi,saat ini tergia di benakku hingga berhasil mempengaruhi.
Sial!
Aku lupa bahwa aku sebenarnya adalah penakut.
Segera,diriku bangkit dan menganti baju,tanpa sadar tanggan ku menyenggol sesuatu di atas meja hingga...
Pyarrr!
"AAAH,TOLONG!"teriakku kencang yang seketika yang membuat Rizal masuk memeriksa ku
Aku Bahkan tidak sadar handuk yangku kenakan sudah ku lepas karena ingin berganti baju tadi.
Sementara tatapan pria itu tak ubahnya seperti serigala lapar yang menatap domba yang akan di mangsanya " Risna..."
"Rizal,jangan....!" teriakku sudah kelimpungan tidak karuan menggapai handuk yang ku lempar di atas ranjang.
Tapi,Rizal yang sinting itu semakin membuatku takut
dengan menunjuk satu arah."Awas ada sesuatu di belakangmu!"tukasnya.
Spontan,aku melompat.
Aaargh,sial sekali,mengapa aku harus melompat ke gendongannya?
"Kenapa setakut itu?Aku tadi mau blang ada pecahan kaca di belakangmu agar kau tidak mundur ke belakang!" Rizal baru menjelaskan maksudnya sambil terkekeh.
"Lepasin aku, tidak?! Jangan kurang ajar,ya?"
Ku Jambak rambut pria mesum itu dengan kedua tanganku karena saking geramnya.
Namun,pria itu hanya nyengir dan menatapku sedikit datar,"kau yang naik ke gendonganku, kau juga yang minta di lepasin? Astaga, perempuan memang suka sekali playing victim!"
Rizal menurunkan ku di tempat tidur,mengambil bajuku yang terserak di lantai untuk menutupi tubuh polosku.sambil mengacak rambutku dia malah berkata " cepat pakai bajumu lalu keluar,ada-ada saja trikmu untuk menggodaku."
Eh,apa katanya?
Aku menggodanya?
Astaga,ketemu berapa perkara aku sampai menggoda pria sepertimu?
Sembari menggerutuk sebal,kesal dan malu akupun segera memakai pakaianku.
Ah,sudahlah.mengapa juga aku masih menanggapi
Ucapanya? Dia memang sejak dulu suka mengodaku!
****
Kriet!
Aku membuka pintu kamar lebar-lebar setelah memakai pakaian ku dengan benar dan lengkap. untuk membersihkan pecahan botol parfum yang tadi tidak sengaja kesenggol.
Ternyata cerita teman pria itu yang bunuh diri di kamar ini sukses membuat alam bawah sadarku terpengaruh untuk takut.
"Sudah biarkan saja,ini sudah siang!" Rizal menghampiriku yang berjongkok yang memunguti pecahan itu.
"Maaf ya,parfumnya jadi pecah," ujarku menyelesaikan sedikit lagi pecahan botol itu.walau bagaimana aku tidak bisa seenaknya di rumah orang lain.
"parfum bisa beli lagi,nona.Bagaimana nanti tanganmu yang lembut itu terkena pecahan kacanya.hatiku bisa ikut terluka."Si mulut penuh bualan itu kembali membuat telingaku gatal.
Ku lirik sekilas pria yang masih berdiri itu sambil hanya menatapku.Harusnya klau tidak mau aku bersusah-susah,etikanya dia ikut jongkok ke bantuin.malah lihatin saja.
"Auw!" teriaku kerana tanganku terasa perih sesaat melirik Rizal tadi.Hanya sebentar saja mengalihkan pandangan bagaimana bisa malah terkena pecahan kaca ini?darahnya mengucur segar,lagi.
"Sudah ku blang'kan?tambeng amat jadi orang klau di kasih tau,ya?" Rizal menarik lenganku dan menyeretnya keluar kamar menuju wastafel dan membersihkan lukaku.setelah dengan cetakan dia mengambil plester dengan membalut luka agar berhenti berdarah.
Sesekali ku tatap pria ini,ternyata dia perhatian juga.
"Aku tau aku ini tampan,jangan menatapku begitu nanti aku semakin jatuh cinta padamu!"
Tiba-tiba dia menangkap ku yang menatapnya
Dengan balik menatapku.Baru kali ini aku serius menatapnya.mata coklat Rizal menarik juga.Kesan urakan yang biasa aku sematkan entah sedang pindah kemana?yang kulihat memang pria ini tidak setenggil yang kiraku.dia juga~tampan.
Terhanyut sebentar saja sudah membuat pria ini kembali memanfaatkan keadaan dengan mencium bibirku.
"Umhhhh!" aku yang terkejut berusaha melepaskan diri tapi Rizal mengunci tubuhku dengan satu lengannya.sementar lengan lainnya menekan tengkuk ku agar tidak bisa menghindari ciumannya.
Sialan!
Di bahkan tidak mau melepaskan begitu saja sebelum aku benar-benar tampak lemas karena kehabisan nafas.
"Rizal!" omelanku setelah terlepas dari ciuman pria ini.
"Ini gara-gara kau membiarkan aku menciummu kemarin,Jadi aku ketagihan ingin menciummu terus!" tukas Rizal seenaknya,seolah kemarin aku sengaja membiarkan dia mencium ku.
"Kapan aku membiarkanmu menciumku?"
Namun,Rizal tidak menggubrisku,dia malah menyambar kunci mobil dan memintaku mengikutinya keluar apartemen.
Langkah kaki panjang nya itu membuatku harus setengah berlari mengejarnya.
Aku belum tau tempat ini.
Klau harus terpisah denganya takutnya malah tersesat seperti orang bodoh.
Dan begitu lift turun ke lantai dasar,aku baru melihat tempat ini bukanlah apartemen sembarang.ini adalah salah satu apartemen elit di kawasan kota besar ini!
Walaupun Rizal mengaku hanya menempati apartemen temannya,Bukankah biaya operasional harian atau bulannya akan mahal?apakah seorang supir truk seperti Rizal bisa membayar biaya-biaya itu?
"Rizal,apakah kau benar-benar supir truk?"keluhku menatap makanan-makan mewah yang sudah tersaji di depanku. harga makanan ini pastilah mahal mengingat pria ini mengajakku ke restoran bintang 5 yang elit.
" Apakah yang kau pikir?apakah kau pikir aku sebenarnya adalah seorang CEO seperti di drakor-drakor itu lalu menyamar menjadi pria miskin?"
Rizal sepertinya menerka apa yang ada di otakku.
Meski aneh,hal seperti itu bisa saja terjadi'kan?
Kutatap wajah penuh selidiki,hingga pria itu menghela nafas.
"Ya.aku memang anak seorang pengusaha kaya raya dan menyamar sebagai pemuda miskin untuk tau,siap wanita yang msu menerimaku apa adanya?"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!